Level-Level Representasi Ilmu Kimia

Pada masa kini, memang kimiawan sudah dapat mengobservasi perilaku atom atau molekul menggunakan mikroskop elektron sehingga diklasifikasikan sebagai realitas dari suatu konstruk teoritis. Namun demikian, tidaklah mungkin untuk melihat bagaimana atom berinteraksi, sehingga untuk melihat atom berinteraksi kimiawan mengandalkan teori yang bersandar pada model-model, jadi jika kita menggambarkan suatu atom, maka kenyataannya kita menggambarkan model atom atau sejumlah gambar atom yang dilandasi berbagai model Taber,2003. Secara teoritis, level submikroskopis sangat esensial untuk eksplanasi kimia. Re- presentasi simbolis dari atom dan molekul seringkali hanyalah suatu rekaman se- kejap yang difokuskan hanya pada reaksi yang berhasil terjadi. Reaksi yang gagal atau probabilitas keberhasilan reaksi tidak ikut direpresentasikan. Hal tersebut, karena representasi simbolis tidak dapat menyajikan teori kinetika molekuler yang berkaitan dengan gerakan partikel, seperti kecenderungan jumlah spesi kimia yang bergerak konstan, saling bertumbukan, tumbukan-tumbukan yang tidak efektif dan gagal menghasilkan reaksi Davidowitz Chittleborough, 2009. Level representasi submikroskopis tak dapat dilihat secara langsung, sedangkan prinsip-prinsip dan komponen-komponenya yang kini diakui sebagai kebenaran dan nyata tergantung pada model teroritik yaitu teori atom. Definisi ilmiah dari teori diperkuat oleh gambaran atom model yang mengalami berulang kali per- baikan. Sebagaimana yang dinyatakan Silberberg 2009: ilmuwan masa kini me- yakini adanya distribusi elektron dalam atom, namun interaksi antara proton dan neutron di dalam inti atom masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Representasi simbolis termasuk di dalamnya diagram level submikroskopis sangat penting untuk mengkomunikasikan karakteristik tersebut. Dualitas yang unik dari representasi kimia seperti diagram kimia yang menghubungkan baik level makros- kopis dan submikroskopis secara simultan menunjukkan sifat kimia yang kom- pleks dan secara signifikan menantang kemampuan intelektual agar dapat mem- buat interkoneksi antara ketiga level tersebut. Chittleborough Treagust 2007 menyatakan pebelajar tidak dapat mengguna- kan representasi kimia, jika kurang mengapresiasi karakteristik pemodelan. Istilah pemodelan seringkali digunakan secara luas mencakup representasi ide, obyek, kejadian, proses atau sistem. Namun yang dimaksud dengan pemodelan dalam kimia adalah representasi fisik atau komputasional dari komposisi dan struktur suatu molekul atau partikel level submikroskopis. Representasi struktur suatu molekul atau model partikel submikroskopis tersebut dapat berupa model fisik, animasi atau simulasi. Berkaitan dengan ketiga representasi kimia, Gilbert Treagust 2009 merang- kum dari berbagai hasil penelitian mengenai masalah yang dihadapi pebelajar, yaitu: 1 lemahnya pengalaman pebelajar pada level makroskopis, karena tidak tersedianya pengalaman praktik yang tepat atau tidak terdapatnya kejelasan apa yang harus mereka pelajari melalui kerja lab praktikum; 2 terjadinya miskon- sepsi pada level submikroskopik, karena kebingungan pada sifat-sifat partikel materi dan ketidakmampuan untuk memvisualisasikan entitas dan proses pada level submikroskopis; 3 lemahnya pemahaman terhadap kompleksitas konvensi yang digunakan untuk merepresentasikan level simbolis; dan 4 ketidakmampuan untuk ‘bergerak’ antara ketiga level representasi. Oleh karena itu, perlu didesain kurikulum pendidikan kimia yang dapat memfasilitasi pebelajar agar mereka lebih efektif belajar dalam ketiga level representasi tersebut.

D. Analisis Konsep

Herron et al. 1977 dalam Fadiawati 2011 berpendapat bahwa belum ada defi- nisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati 2011 mendefinisi- kan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satu- pun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, se- kaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan. Lebih lanjut lagi, Herron et al. 1977 dalam Fadiawati 2011 mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menen-tukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh. Analisis Konsep Larutan Penyangga No Label Konsep Defenisi Konsep Jenis Konsep Atribut Konsep Kedudukan Konsep Contoh Non Contoh Atribut Kritis Atribut Variabel Sub Ordinat Koordi- nat Super Koordi- nat 1 Larutan penya- ngga Larutan yang dapat mempertahankan pH bila ditambahkan sedikit asam, basa, atau pengenceran dan memiliki peran penting dalam kehidupan terutama di dalam tubuh makhluk hidup, Larutan penyangga ada 2 macam yaitu larutan penyangga asam dan penyangga basa Konsep prinsip  Memper- tahankan pH  Larutan penya- ngga asam  Larutan penya- ngga basa  Peran larutan penya- ngga dalam tubuh Jenis pH Reaksi asam basa Penyangga asam, penyanga basa, peran larutan penyangga dalam tubuh Penentuan penyangga asam basa Air liur, darah, CH 3 CO OH +NaCH 3 COO NH 3 + NH 4 Cl Air, HCl, NaOH 2 Penya- ngga asam Larutan yang mengan- dung suatu asam lemah, dan basa konjugasi dari asam lemah Konsep prinsip  Asam lemah  Basa konjugasi Jenis asam dan basa Penyangga basa Penentuan besarnya pH CH 3 CO OH +NaCH 3 COO HCl 28 3 Penya- ngga basa Larutan yang mengandung suatu basa lemah, dan asam konjugasi dari basa lemah Konsep prinsip  Basa lemah  Asam konjugasi Jenis asam basa LrutanPen yangga Penentuan besarnya POH NH 3 + NH 4 Cl NaCl 4. Fungsi Larutan Penya- ngga Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan, seperti darah , air liur untuk menjaga kesetimbangan dalam tubuh Konsep yang menya- takan nama proses Darah , dan air liur Jenis penya- ngga dalam darah Fungsi larutan penyangga dalam tubuh Penya- ngga fosfat, penya- ngga hemog- lobin, penya- ngga karbonat 29

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode peneli- tian dan pengembangan Research and Development. Penelitian ini mengguna- kan metode penelitian dan pengembangan menurut Borg, Gall dan Gall dalam Sukmadinata 2009 dengan langkah-langkahnya adalah 1 penelitian dan pe- ngumpulan data research and information collecting; 2 perencanaan plan- ning; 3 pengembangan draft awal develop preliminary from product; 4 uji coba lapangan awal preliminary field testing; 5 revisi hasil uji coba main product revision; 6 uji coba lapangan main field testing; 7 penyempurnaan produk hasil uji lapangan operating product revision; 8 uji pelaksanaan lapa- ngan operasional field testing; 9 penyempurnaan dan produk akhir final pro- duct revision; 10 desiminasi dan implementasi dessimination and implemen- tation. Pada penelitian ini langkah-langkah penelitian dan pengembangannya hanya sampai revisi hasil uji coba lapangan awal.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah buku ajar larutan penyangga berbasis representasi kimia untuk SMAMA. Sasaran pengembangan adalah materi larutan penyangga. Subyek uji coba terdiri atas satu orang ahli bidang isi atau materi dan desain grafis grafika, salah satu guru SMA Negeri di Kotabumi Lampung Utara, serta uji coba kelompok kecil. Uji ahli materi dan grafika dilakukan oleh ahli bidang isi untuk mengevaluasi isi materi buku ajar larutan penyangga berbasis representasi kimia dan mengevaluasi aspek grafika buku ajar yang dikembangkan. Uji kelompok kecil dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang bahasa dan keterbacaan buku ajar kimia berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga. Uji kelompok kecil dilakukan pada kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri di Kotabumi Lampung Utara.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian berasal dari studi pendahuluan dan uji coba terba- tas. Pada tahap studi pendahuluan, yang menjadi sumber data adalah 6 guru kimia dan 60 siswa dari lima SMA Negeri dan satu SMA Swasta di Kotabumi Lampung Utara. Sumber data pada tahap uji coba terbatas ini terdiri dari guru mata pelaja- ran Kimia dan siswa-siswi SMA Negeri di Kotabumi Lampung Utara yang telah mempelajari materi larutan penyangga.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Menurut Borg, 2001 Fadly, 2012 secara garis besar metode penelitian dan pe- ngembangan terdiri dari tiga langkah yaitu: 1 studi pendahuluan meliputi studi pustaka dan survey lapangan untuk mengamati produk atau kegiatan yang ada; 2 melakukan pengembangan produk meliputi penyusunan draf produk, validasi, dan uji coba produk; dan 3 pengujian produk.