46 | P a g e
VIII. Tim PRA : “Orang Luar” Berfungsi
Fasilitator
alam penerapannya PRA menganut motto “berbuat bersama berperan
setara ”. Posisi Tim PRA adalah
“orang luar” yang berperan sebagai fasilitator
yang bekerjasama
dengan masyarakat
setempat dengan
tujuan melibatkan kepentingan dan peran serta
masyarakat secara langsung dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi pembangunan.
Sesuai dengan sifatnya yang multi- displiner, maka tim PRA dapat terdiri dari
beberapa orang dengan latar belakang beberapa disiplin ilmu atau keahlian dan
profesi, tergantung dengan permasalahan atau topik yang akan dikaji. Keragaman
anggota dalam tim PRA sangat penting dalam menyusun topik-topik secara selektif
dan optimal.
Kegiatan PRA sebagian besar
dilakukan dalam bentuk Diskusi Kelompok Terarah Focus Group DiscussionFGD
atau lokakarya Workshop, tim PRA dapat dibagi menurut tugasnya masing-masing
berjumlah 2-3 orang dengan komposisi sebagai berikut:
1 1 orang fasilitator yang berfungsi sebagai Pemandu yang bertugas
mengembangkan pertanyaan
pewawancara dan memoderasi memandu diskusi sesuai dengan
tujuan kegiatan PRA yang diadakan. 2 1-2 orang pencatat yang bertugas
mencatat proses, jawaban dan pendapat yang berkembang selama
kegiatan PRA dilaksanakan. 3 1-2
pengamat yang
bertugas mengamati proses wawancara dan
memberitahu atau mengingatkan pemandu bila masih ada topik-topik
yang belum
dijelaskan atau
terlupakan dalam pelaksanaan PRA. IX. Masyarakat s
ebagai “Orang Dalam” Penerima Manfaat Utama Share
holders Pembangunan
asyarakat disebut sebagai subjek pembangunan manakala mereka
benar-benar diposisikan sebagai “orang dalam” yang lebih dari sekedar
sebagai pemangku
kepentingan stakeholders utama dalam pembangunan,
tetapi justru merupakan penerima manfaat utama shareholders dalam pembangunan.
Sebagaimana dinyatakan
oleh Uphoff
1988 bahwa di dalam setiap proyek atau program
pembangunan masyarakat
hendaknya dipandang sebagai “pemanfaat
pembangunan” atau “mereka yang akan diuntungkan dalam proses pembangunan”.
D
M
ILUSTRASI 2
Dalam rangka penyusunan disain social forestry, Fasilitator penyusun rancangan teknis dari Departemen Kehutanan melakukan analisis bersama masyarakat tentang kelola kawasan, kelola kelembagaan dan kelola usaha di sejumlah desa
sekitar hutan yang direncanakan sebagai lokasi social forestry. Fasilitator menerapkan beberapa teknik dan alat PRA, seperti: pemetaan partisipatif, penelusuran lokasiwilayah transek, pembuatan gambar kebun, diagram venn bagan
hubungan kelembagaan, kajian mata pencaharian, kalender musim, pembagian kerja dan alokasi waktu.
Apa manfaat yang diperoleh ?
Masyarakat dilibatkan sejak tahap penyusunan rencana program sebagai bagian dari daur program sehingga sejak awal sudah mulai menerima sosialisasi program.
Masyarakat semakin memahami dan mampu menganalisis keadaan dan potensi kawasan, kelembagaan dan usaha sebagai komponen yang penting dalam pembangunan social forestry.
Hasil PRA berupa informasi tentang keadaan, masalah, potensi dan kebutuhan sesuai pemahaman masyarakat dapat dijadikan acuan rancangan program sehingga penentuan kawasan, sistem kelola kelembagaan dan
pengembangan usaha social forestry bisa lebih disesuaikan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat setempat.
Masyarakat memiliki pegangan serta mampu berargumentasi secara nyata dan sadar dalam merespon, menerima dan melanjutkan keberlangsungan program karena mereka sendirilah yang sebenarnya merencanakan program,
sedangkan pemerintah adalah fasilitator. Hasil PRA ini juga dapat dijadikan acuan bagi masyarakat maupun Departemen Kehutanan untuk
mengembangkan kerjasama dengan lembagainstansi lainnya atau dengan investor dengan mengedepankan kepentingan dan peran serta masyarakat dalam rangka mendukung program social forestry, dll..
47 | P a g e
Pertanyaannya, di dalam PRA
siapakah masyarakat “orang dalam” tersebut? Sesuai dengan prinsip partisipasi
sosial yang
mengutamakan pelibatan
kepentingan dan peran serta masyarakat secara langsung, maka Tim PRA dapat
mengembangkan kerjasama
dengan berbagai orang, lembagaoragnisasi atau
kelompok masyarakat
yang ada
di perdesaan dan lingkungannya. Mereka itu
meliputi tokoh-tokoh formal dan informal representasi berbagai lembagaorgnasasi,
kelompok-kelompok masyarakat dan wakil warga masyarakat perdesaan yang terdiri
dari kaum laki-laki maupun perempuan dengan
memperhatikan mereka
yang selama ini mungkin terabaikan. Hal yang
amat penting dihindari, jangan sampai pembangunan yang dimaksudkan untuk
pengembangan pemberdayaan masyarakat menjelma sebagai jawaban atas kebutuhan
dan kepentingan elit atau segelintir orang saja.
X. Tahapan Pelaksanaan PRA