Visi, Tujuan dan Luaran PRA

42 | P a g e dipakai oleh lembaga-lembaga yang mengumpulkan informasi untuk kelancaran program mereka. Dalam program seperti itu biasanya lembaga menentukan apa yang akan dikerjakan dalam suatu wilayah dan masyarakat diikutsertakan tanpa diberi pilihan apapun. Entah karena kedudukannya sebagai penguasa, pemerintah, ahli, atau agen perpanjangan tangan proyek dan program pembangunan, sebagai orang luar mereka memutuskan tentang kebutuhan dan aspirasi masyarakat perdesaan. Lain halnya di dalam PRA, kehadiran “orang luar” adalah sebagai mitra setara yang secara partisipatif dan demokratis bersama-sama mendorong kemandirian masyarakat sebagai pemangku kepentingan dan penerima manfaat utama pembangunan. Justru dengan kesadaran pandang bahwa sejatinya masyarakatlah yang merupakan pemangku kepentingan dan penerima manfaat utama pembangunan, maka masyarakat diposi sikan untuk memanfaatkan informasi dan hasil analisa sendiri agar mampu mengembangkan rencana kerja mereka menjadi lebih maju dan mandiri. Dengan menggunakan PRA juga diharapkan masyarakat mampu menyampaikan hasil perencanaannya kepada lembaga organisasiinstansi terkait yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Pendekatan dan metode PRA pada dasarnya memang dimaksudkan untuk diterapkan dalam kegiatan pengembangan pemberdayaan atau penguatan masyarakat sebagai bagian inheren dari paradigma, model dan pendekatan pembangunan partisipatif. Meskipun demikian hendaklah dipahami bahwa sesungguhnya cita-cita pemberdayaan masyarakat melalui usaha- usaha pembangunan masyarakat secara partisipatif bukanlah suatu hal yang baru, dan bukan pula suatu hal yang khas PRA saja. PRA selanjutnya berkembang dari tradisi keilmuan yang sesungguhnya telah lama ada dan dari pemikiran-pemikiran pendekatan partisipatif pembangunan lainnya. Jika sebagian penggunanya menyatakan bahwa pendekatan dan metode PRA berbeda dibandingkan pendekatan- pendekatan dan metode-metode yang pernah ada sebelumnya, maka yang sebenarnya ialah bahwa PRA dapat dinyatakan sebagai kombinasi dari pendekatan-pendekatan dan metode- metode yang pernah ada tersebut untuk digunakan secara lebih efisien dan efektif dalam memahami keadaan dan kehidupan perdesaan. Artinya, PRA tidak diajukan sebagai suatu pendekatan murni yang berkembang berdiri sendiri, melainkan bersumber dari berbagai pendekatan yang ada sebelumnya. Itulah pula sebabnya, di dalam perkembangan praktiknya PRA kemudian terbuka sebagai laboratorium lintas disiplin ilmu, dan tidak menjadi monopoli disiplin ilmu tertentu saja. Di Indonesia bahkan PRA cukup banyak dikuasai para praktisi berlatar disiplin ilmu di luar antropologi, meskipun jika dilihat dari riwayat sejarah kemunculannya seharusnya para ahli antropologi yang menguasainya secara lebih baik. Hingga di sini dapat ditegaskan beberapa alasan kenapa PRA itu berkembang dan menjadikannya semakin diperlukan: 1 Kritik terhadap pendekatan pemba ngunan berpola top-down. 2 Munculnya pemikiran tentang pendekatan partisipatif participatory approach. 3 PRA sebagai pendekatan alternatif:  Kebutuhan adanya metode kajian keadaan masyarakat yang “mudah” dan “efisien” dilakukan untuk pengembangan program yang benar-benar menjawab masalah dan kebutuhan masyarakat setempat.  Kebutuhan adanya pendekatan program pembangunan yang bersifat kemanusiaan dan berkelanjutan.

V. Visi, Tujuan dan Luaran PRA

aik bagi para peminat yang baru mulai kenal maupun bagi para praktisi pengguna PRA hendaklah memahami visi, tujuan dan luarannya. Tanpa memahami visi, tujuan dan luarannya maka tidak akan kuat pemahaman dasar mereka tentang metode, teknik dan alat kerja PRA ini. Visi PRA itu ada 3 tiga. Pertama, perubahan sosial dan pemberdayaan penguatan masyarakat agar ketimpangan B 43 | P a g e akibat pendekatan pembangunan selama ini dapat ditiadakan atau dikurangi. Kedua, pemberdayaan masyarakat sebagai peru bahan perilaku dan perubahan sosial sebagai perbaikan kesejahteraan yang dapat dinikmati secara demokratis, adil dan merata. Ketiga, pendidikan masyarakat sebagai pendidikan orang dewasa. Tujuan PRA dapat dibagi ke dalam tujuan strategis dan tujuan praktis. Dari segi tujuan strategis pada dasarnya tujuan PRA itu ialah untuk mencapai pemberdayaan masyarakat dan perubahan sosial melalui pengembangan masyarakat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran. Sedangkan tujuan praktisnya adalah sebagai berikut :  Untuk mendapatkan informasi dan gambaran tentang keadaan, masalah, kebutuhan dan potensi masyarakat dan wilayah perdesaan secara menyeluruh holistic.  Mendorong partisipasi masyarakat perdesaan dalam menggali dan memahami situasi, kondisi dan potensi daerah serta kebutuhannya sehingga meningkatkan kepedulian, kemampuan dan keberdayaan mereka dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pembangunan sesuai posisinya sebagai penerima manfaat utama pembangunan.  Meningkatkan efisiensi dalam mengidentifikasi dan menggali informasi tentang situasi, kondisi dan potensi wilayah perdesaan dengan selalu mempertimbangkan akurasi datainformasi yang dihimpun.  Agar masyarakat juga memahami dan terampil dalam menggunakan alat-alat instrumen dan teknik PRA untuk menganalisis pengetahuan mereka tentang keadaan wilayah, keadaan kehidupan dan segenap potensi pembangunan sehingga nantinya mampu menerapkan secara mandiri untuk keperluan pembangunan di daerah wilayah masing-masing.  Menyamakan persepsi bahwa PRA merupakan suatu pendekatan, metode dan alat instrumen yang dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk menggali dan menganalisis informasi, situasi, kondisi dan potensi daerahwilayah perdesaan dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan masyarakat dan daerah perdesaan. Adapun luaran hasil kajian PRA biasanya adalah berupa informasi dan gambaran tentang keadaan, kebutuhan, masalah dan potensi perdesaan secara menyeluruh holistic, seperti :  Potensi sumberdaya alam yang dimiliki masyarakat, termasuk sistem usaha tani.  Potensi sosial perdesaan;  Potensi perekonomian;  Potensi lembaga atau kelompok kegiatan yang ada, latar belakangnya, strukturnya, kegiatannya dan lain-lain termasuk lembaga pelayanan, baik pemerintah maupun non-pemerintah;  Masalah-masalah masyarakat;  Prioritas dan penyebab masalah;  Peluang-peluang pengembangan. Gambaran dan informasi yang dihimpun tersebut dapat disesuaikan dengan tujuan atau batasan yang ditetapkan sehingga selanjutnya dapat dikembangkan sebagai peluang, kesempatan dan prospek bagi pilihan-pilihan program kegiatan pembangunan yang akan dilaksananakan.

VI. Unsur-Unsur dan