The Effects of Tractor Traffic and Organic Matter On Soil Compaction and Tillage Draft

(1)

PENGARUH LINTASAN TRAKTOR DAN BAHAN ORGANIK

TERHADAP PEMADATAN TANAH DAN DRAFT

PENGOLAHAN TANAH

IQBAL

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(2)

2

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Lintasan Traktor dan Bahan Organik Terhadap Pemadatan tanah dan Draft Pengolahan Tanah adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2006 Iqbal


(3)

3

ABSTRAK

Iqbal. F151030021. Pengaruh Lintasan Traktor dan Bahan Organik Terhadap Pemadatan Tanah dan Draft Pengolahan Tanah. Di bawah bimbingan Tineke Mandang dan E. Namaken Sembiring.

Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat memperbaiki kondisi tanah dan mencegah terjadinya pemadatan tanah akibat lintasan roda traktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lintasan dan bahan organik terhadap sifat fisik dan mekanik tanah, menganalisis pengaruh lintasan dan bahan organik terhadap keragaan pengolah tanah dan untuk mengetahui pengaruh pemadatan tanah terhadap keragaan tanaman kacang tanah. Penelitian ini dilakukan di laboratorium lapang Leuwikopo dan di laboratorium mekanika tanah untuk analisis tanah.

Hasil menunjukkan bahwa perlakuan lintasan traktor dan bahan organik memberikan pengaruh terhadap pemadatan tanah dan keragaan tanaman kacang tanah. Nilai bulk density tertinggi adalah 1.2 g/cm3 terdapat pada perlakuan 6 lintasan dengan dosis bahan organik 4 ton/ha dan terendah adalah 0.93 g/cm3 terdapat pada perlakuan tanpa lintasan dengan bahan organik 4 ton/ha. Jumlah polong terbesar adalah 25 polong/pohon terdapat pada perlakuan 2 lintasan dengan dosis bahan organik 6 ton/ha dan jumlah polong terkecil adalah 8.6 polong/pohon terdapat pada perlakuan 6 lintasan tanpa bahan organik.


(4)

4

ABSTRACT

Iqbal. F151030021. The Effects of Tractor Traffic and Organic Matter On Soil Compaction and Tillage Draft. Supervised by Tineke Mandang and E. Namaken Sembiring.

The amendment of organic matter into soil can improve the soil condition and prevent soil compaction caused by tractor traffic. The aims of this research are to know the influence of tractor traffic and organic matter to nature of physical mechanic of soil, analyze the influence of organic tractor traffic and organic matter to performance of soil tillage and to know the influence of soil compaction to performance of peanut crop. This research was conducted in Leuwikopo farm (dry land) and in the laboratory for soil analyzes.

The result shows that tractor traffic and organic matter treatment have effect to soil compaction and performance peanut crop. The highest value of bulk density is 1.2 g / cm3 there is at 6 traffic with the organic matter doses 4 ton / ha treatment and lowest is 0.93 g / cm3 at without traffic with the organic matter 4 ton / ha treatment. the biggest sum of pods is 25 pod / tree there is at 2 traffic with the organic matter doses 6 ton / ha treatment and the smallest pods is 8.6 pod / tree at 6 traffic without organic matter treatment.


(5)

5

PENGARUH LINTASAN TRAKTOR DAN BAHAN ORGANIK

TERHADAP PEMADATAN TANAH DAN DRAFT

PENGOLAHAN TANAH

IQBAL

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Keteknikan Pertanian

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(6)

6 Judul Tesis :

Pengaruh Lintasan Traktor Dan Bahan Organik

Terhadap Pemadatan Tanah Dan Draft Pengolahan Tanah

Nama : Iqbal

NRP : F 151030021

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Tineke Mandang, MS Dr. Ir. E. Namaken Sembiring, MS Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Keteknikan Pertanian

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.agr Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc


(7)

7

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Lintasan Traktor Dan Bahan Organik Terhadap Pemadatan Tanah Dan Draft Pengolahan Tanah ”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Tineke Mandang, MS dan Bapak Dr. Ir. E. Namaken Sembiring, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta saran. Juga tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Moch. Arskadius A, Ir. Moch Anwar Msi, Fajar Spi, Ahmad Ibrahim STP, serta rekan-rekan lain yang telah membantu dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, istri dan anak-anakku serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat berguna bagi penulis dan pihak lain.

Bogor, Februari 2006


(8)

8

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonomulyo kabupaten Polman, Sulbar pada tanggal 25 desember 1978 dari ayah Salim Nursalim dan ibu Suhaedah Abdullah. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Pada tahun 1997 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Makassar dan pada tahun yang sama diterima pada Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian dan Kehutanan, UNHAS Makassar lulus pada tahun 2002 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai staf pengajar pada Program Studi Teknik Pertanian UNHAS. Pada tahun 2003 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan ke program magister Ilmu Keteknikan Pertanian IPB dengan beasiswa TPSDP dari ADB-Loan.

Selama mengikuti program S2, penulis menjadi pengurus Forum Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Keteknikan Pertanian IPB.


(9)

9

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... . 3

A. Sifat Fisik dan mekanik Tanah pada Pengolahan Tanah ... 3

B. Pemadatan Tanah ... 5

C. Pengaruh Pemadatan Tanah Terhadap Produksi Tanaman ... 7

D. Pengaruh Lintasan Traktor Terhadap Pemadatan Tanah ... 9

E. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Draft Pengolahan Tanah ... 10

F. Bahan Organik ... 12

METODE PENELITIAN ... 14

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

B. Bahan dan Alat ... 14

Bahan ... 15

Alat ... 14

C. Metode Percobaan ... 15

D. Perlakuan Penelitian ... 15

E. Pengumpulan Data ... 19

F. Analisis Data ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... .... 23

A. Karakteristik Lahan Percobaan ... 23 B. Pengaruh Lintasan Dan Bahan Organik Terhadap Sifat Fisik Dan Mekanik Tanah... 24

1. Uji Pemadatan tanah Di Laboratorium... 24

2. Bulk Density (Bobot Isi Tanah)... 27

3. Tahanan penetrasi... 32

C. Pengaruh Lintasan dan Bahan Organik Terhadap Keragaan Pengolahan Tanah ... 40

1. Draft Pengolahan Tanah ... 41

2. Slip Roda Traktor ... 43

D. Pengaruh Lintasan dan Bahan Organik Terhadap Keragaan Tanaman Kacang Tanah ... 45


(10)

10

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

Kesimpulan ... 50

Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 55


(11)

PENGARUH LINTASAN TRAKTOR DAN BAHAN ORGANIK

TERHADAP PEMADATAN TANAH DAN DRAFT

PENGOLAHAN TANAH

IQBAL

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(12)

2

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Lintasan Traktor dan Bahan Organik Terhadap Pemadatan tanah dan Draft Pengolahan Tanah adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2006 Iqbal


(13)

3

ABSTRAK

Iqbal. F151030021. Pengaruh Lintasan Traktor dan Bahan Organik Terhadap Pemadatan Tanah dan Draft Pengolahan Tanah. Di bawah bimbingan Tineke Mandang dan E. Namaken Sembiring.

Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat memperbaiki kondisi tanah dan mencegah terjadinya pemadatan tanah akibat lintasan roda traktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lintasan dan bahan organik terhadap sifat fisik dan mekanik tanah, menganalisis pengaruh lintasan dan bahan organik terhadap keragaan pengolah tanah dan untuk mengetahui pengaruh pemadatan tanah terhadap keragaan tanaman kacang tanah. Penelitian ini dilakukan di laboratorium lapang Leuwikopo dan di laboratorium mekanika tanah untuk analisis tanah.

Hasil menunjukkan bahwa perlakuan lintasan traktor dan bahan organik memberikan pengaruh terhadap pemadatan tanah dan keragaan tanaman kacang tanah. Nilai bulk density tertinggi adalah 1.2 g/cm3 terdapat pada perlakuan 6 lintasan dengan dosis bahan organik 4 ton/ha dan terendah adalah 0.93 g/cm3 terdapat pada perlakuan tanpa lintasan dengan bahan organik 4 ton/ha. Jumlah polong terbesar adalah 25 polong/pohon terdapat pada perlakuan 2 lintasan dengan dosis bahan organik 6 ton/ha dan jumlah polong terkecil adalah 8.6 polong/pohon terdapat pada perlakuan 6 lintasan tanpa bahan organik.


(14)

4

ABSTRACT

Iqbal. F151030021. The Effects of Tractor Traffic and Organic Matter On Soil Compaction and Tillage Draft. Supervised by Tineke Mandang and E. Namaken Sembiring.

The amendment of organic matter into soil can improve the soil condition and prevent soil compaction caused by tractor traffic. The aims of this research are to know the influence of tractor traffic and organic matter to nature of physical mechanic of soil, analyze the influence of organic tractor traffic and organic matter to performance of soil tillage and to know the influence of soil compaction to performance of peanut crop. This research was conducted in Leuwikopo farm (dry land) and in the laboratory for soil analyzes.

The result shows that tractor traffic and organic matter treatment have effect to soil compaction and performance peanut crop. The highest value of bulk density is 1.2 g / cm3 there is at 6 traffic with the organic matter doses 4 ton / ha treatment and lowest is 0.93 g / cm3 at without traffic with the organic matter 4 ton / ha treatment. the biggest sum of pods is 25 pod / tree there is at 2 traffic with the organic matter doses 6 ton / ha treatment and the smallest pods is 8.6 pod / tree at 6 traffic without organic matter treatment.


(15)

5

PENGARUH LINTASAN TRAKTOR DAN BAHAN ORGANIK

TERHADAP PEMADATAN TANAH DAN DRAFT

PENGOLAHAN TANAH

IQBAL

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Keteknikan Pertanian

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(16)

6 Judul Tesis :

Pengaruh Lintasan Traktor Dan Bahan Organik

Terhadap Pemadatan Tanah Dan Draft Pengolahan Tanah

Nama : Iqbal

NRP : F 151030021

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Tineke Mandang, MS Dr. Ir. E. Namaken Sembiring, MS Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Keteknikan Pertanian

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.agr Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc


(17)

7

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Lintasan Traktor Dan Bahan Organik Terhadap Pemadatan Tanah Dan Draft Pengolahan Tanah ”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Tineke Mandang, MS dan Bapak Dr. Ir. E. Namaken Sembiring, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta saran. Juga tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Moch. Arskadius A, Ir. Moch Anwar Msi, Fajar Spi, Ahmad Ibrahim STP, serta rekan-rekan lain yang telah membantu dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, istri dan anak-anakku serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat berguna bagi penulis dan pihak lain.

Bogor, Februari 2006


(18)

8

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonomulyo kabupaten Polman, Sulbar pada tanggal 25 desember 1978 dari ayah Salim Nursalim dan ibu Suhaedah Abdullah. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Pada tahun 1997 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Makassar dan pada tahun yang sama diterima pada Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian dan Kehutanan, UNHAS Makassar lulus pada tahun 2002 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai staf pengajar pada Program Studi Teknik Pertanian UNHAS. Pada tahun 2003 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan ke program magister Ilmu Keteknikan Pertanian IPB dengan beasiswa TPSDP dari ADB-Loan.

Selama mengikuti program S2, penulis menjadi pengurus Forum Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Keteknikan Pertanian IPB.


(19)

9

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... . 3

A. Sifat Fisik dan mekanik Tanah pada Pengolahan Tanah ... 3

B. Pemadatan Tanah ... 5

C. Pengaruh Pemadatan Tanah Terhadap Produksi Tanaman ... 7

D. Pengaruh Lintasan Traktor Terhadap Pemadatan Tanah ... 9

E. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Draft Pengolahan Tanah ... 10

F. Bahan Organik ... 12

METODE PENELITIAN ... 14

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

B. Bahan dan Alat ... 14

Bahan ... 15

Alat ... 14

C. Metode Percobaan ... 15

D. Perlakuan Penelitian ... 15

E. Pengumpulan Data ... 19

F. Analisis Data ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... .... 23

A. Karakteristik Lahan Percobaan ... 23 B. Pengaruh Lintasan Dan Bahan Organik Terhadap Sifat Fisik Dan Mekanik Tanah... 24

1. Uji Pemadatan tanah Di Laboratorium... 24

2. Bulk Density (Bobot Isi Tanah)... 27

3. Tahanan penetrasi... 32

C. Pengaruh Lintasan dan Bahan Organik Terhadap Keragaan Pengolahan Tanah ... 40

1. Draft Pengolahan Tanah ... 41

2. Slip Roda Traktor ... 43

D. Pengaruh Lintasan dan Bahan Organik Terhadap Keragaan Tanaman Kacang Tanah ... 45


(20)

10

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

Kesimpulan ... 50

Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 55


(21)

11

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Kandungan komposisi kimia pupuk tumaritis... 13 2. Beberapa sifat fisik dan kimia tanah pada areal leuwikopo ... 23 3. Nilai Kadar air Setiap Kedalaman Pada Awal Perlakuan ... 24 4. Nilai Tahanan Penetrasi Setiap Kedalaman Pada Awal Perlakuan ....24


(22)

12

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Pengaruh Kadar Air Tanah Terhadap Kedalaman Pemadatan

(Sohne, Agricultural Engineering, 1958) ... 6 2. Pengaruh Pemadatan Tanah Terhadap produksi Jagung

(University of Wisconsin Publication A3367) ... 7 3. Pengaruh Berat Isi Terhadap Kebutuhan Energi Untuk Pengolahan

Tanah Pada Kadar Air 28 % ... 9 4. Alat-alat Penelitian : Penetrometer SR-2 (a), Pengambil ring sampel

tanah (b), Dinamometer (c), Handy Strain Meter (d), Pita Ukur (e), Kabel Handy Strain Meter (f). ... 15 5. Bahan Organik Kompos “Tumaritis”... 16 6. Bagan alir penelitian ... .. 18 7. Tata letak areal percobaan ... 19 8. Traktor Deutz D7206... 19 9. Sistem Pengukuran Draft di Lapangan... 21 10. Grafik Pemadatan Tanah hasil Uji Proctor... 26 11. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan Terhadap Bulk Density

Pada Kedalaman 0-10 cm ... 29 12. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan Terhadap

Bulk Density Pada Kedalaman 10-20 cm... 29 13. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan Terhadap

Bulk Density Pada Kedalaman 20-30 cm... 30 14. Grafik Pengaruh Kompos Terhadap Bulk Density

Pada Kedalaman 0-10 cm... 31 15. Grafik Pengaruh Kompos Terhadap Bulk Density

Pada Kedalaman 10-20 cm... 32 16. Grafik Pengaruh Kompos Terhadap Bulk Density

Pada Kedalaman 20-30 cm... 32 17. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan terhadap Tahanan Penetrasi

Pada Kedalaman 5 cm... 36 18. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan terhadap Tahanan Penetrasi

Pada Kedalaman 10 cm... 36 19. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan terhadap Tahanan Penetrasi


(23)

13 20. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan terhadap Tahanan Penetrasi

Pada Kedalaman 30 cm... 37 21. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan terhadap Tahanan Penetrasi

Pada Kedalaman 40 cm... 37 22. Grafik Pengaruh Kompos terhadap Tahanan Penetrasi

Pada Kedalaman 5 cm... 38 23. Grafik Pengaruh Kompos terhadap Tahanan Penetrasi

Pada Kedalaman 10 cm... 39 24. Grafik Pengaruh Kompos terhadap Tahanan Penetrasi

Pada Kedalaman 20 cm... 39 25. Grafik Pengaruh Kompos terhadap Tahanan Penetrasi

Pada Kedalaman 30 cm... 39 26. Grafik Pengaruh Kompos terhadap Tahanan Penetrasi

Pada Kedalaman 40 cm... 40 27. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan Terhadap

Draft Aktual Pada Berbagai Dosis Kompos... 42 28. Grafik Pengaruh Kompos Terhadap Draft Aktual

Pada Berbagai Lintasan Roda... 43 29. Grafik Pengaruh Intensitas Lintasan Terhadap Slip Roda

Traktor Pada Berbagai Dosis Kompos... 44 30. Grafik Pengaruh Kompos Terhadap Slip Roda Traktor

Pada Berbagai Lintasan Roda... 45 31. Grafik Pengaruh Jarak Tanam dari Lintasan Terhadap

Jumlah Polong/Rumpun Tanaman Kacang

Pada Perlakuan 0, 2, 4 dan 6 Lintasan... 47 32. Grafik Pengaruh Jarak Tanam dari Lintasan Terhadap

Jumlah Polong/Rumpun Tanaman Kacang Pada


(24)

14

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 55 2. Spesifikasi Traktor Deutz D7206... 56 3. Spesifikasi Traktor Yanmar 330T... 57 4. Detail letak tanaman kacang tanah dengan ukuran 2 x 2 m ... 58 5. Gambar jarak tanaman dengan lintasan roda ... 58 6. Pengaruh Perlakuan Intensitas Lintasan Dan Dosis Kompos

Terhadap Kadar Air Tanah... 59 7. Pengaruh Perlakuan Intensitas Lintasan Dan Dosis Kompos

Terhadap Tahanan Penetrasi Tanah... 59 8. Pengaruh Perlakuan Intensitas Lintasan Dan Dosis Kompos

Terhadap Nilai Bulk Density Tanah... 59 9. Pengaruh Perlakuan Intensitas Lintasan Dan Dosis Kompos

Terhadap Draft Pengolahan Tanah... 59 10. Pengaruh Perlakuan Intensitas Lintasan Dan Dosis Kompos

Terhadap Slip Roda Traktor... 60 11. Pengaruh Perlakuan Intensitas Lintasan Dan Dosis Kompos

Terhadap Jumlah Polong / Rumpun Tanaman Kacang... 60 12. Nilai Kadar Air Akibat Pengaruh Perlakuan Dosis Kompos

Dan Lintasan Traktor Pada Setiap Kedalaman Tanah... 60 13. Hasil Uji Pemadatan Tanah Di Laboratorium... 61 14. Nilai Bulk Density Akibat Pengaruh Perlakuan Dosis Kompos

Dan Lintasan Traktor Pada Setiap Kedalaman Tanah... 61 15. Nilai Tahanan Penetrasi Tanah Akibat Pengaruh Perlakuan

Dosis Kompos Dan Lintasan Traktor pada Kedalaman 5 cm... 61 16. Nilai Tahanan Penetrasi Tanah Akibat Pengaruh Perlakuan

Dosis Kompos Dan Lintasan Traktor pada Kedalaman 10 cm... 62 17. Nilai Tahanan Penetrasi Tanah Akibat Pengaruh Perlakuan

Dosis Kompos Dan Lintasan Traktor pada Kedalaman 20 cm... 62 18. Nilai Tahanan Penetrasi Tanah Akibat Pengaruh Perlakuan

Dosis Kompos Dan Lintasan Traktor pada Kedalaman 30 cm... 62 19. Nilai Tahanan Penetrasi Tanah Akibat Pengaruh Perlakuan


(25)

15 20. Nilai Draft Aktual dan Slip Roda Akibat Pengaruh

Perlakuan Dosis Kompos Dan Lintasan Traktor ... 63 21. Data Pengukuran Draft Aktual dan Slip Roda Traktor... 63 22. Hasil Kalibrasi mikro strain (μs) ke kilogran (kg) ... 63 23. Grafik Hasil Kalibrasi load cell ... 64 24. Data Pengukuran Slip Roda Traktor... 64 25. Jumlah Polong per Rumpun Tanaman Kacang Tanah akibat

Pengaruh Jarak Tanam dari Lintasan Roda Pada Setiap Perlakuan... 65 26. Data Jumlah Polong Per Tanaman Kacang... 66 27. Data Tahanan Penetrasi Tanah... 67 28. Data Nilai Bulk Density... 68 29. Gambar Pengukuran Tahanan penetrasi Tanah... 69 30. Gambar Petak Penelitian... 69 31. Gambar Pengolahan Tanah dengan Rotari... 69 32. Gambar Biji Kacang Tanah... 70 33. Gambar polong Kacang Tanah... 70 34. Gambar Hasil Panen Kacang... 70 35. Gambar Polong Kacang dengan Rumpunnya... 71 36. Gambar Oven dan Timbangan... 71 37. Gambar Pengambilan Sampel Tanah... 71 38. Gambar Pengukuran Draft dan Slip Roda... 72


(26)

(27)

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pengolahan tanah adalah perlakuan pemotongan, pemecahan, pengangkatan dan pembalikan tanah untuk tujuan tertentu. Dalam bidang pertanian, pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman.

Mekanisasi pertanian dengan menggunakan traktor sebagai tenaga penggerak sudah berlangsung hingga saat ini. Dampak negatif dari penggunaan traktor dan peralatan mekanis lainnya adalah pemadatan tanah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lalu lintas traktor di lahan pertanian merupakan salah satu sumber pemadatan tanah. Pengaruh langsung terhadap tanaman yaitu menurunnya pertumbuhan vegetatif tanaman yang akhirnya akan menurunkan produksi tanaman (Stone and Ekwue 1993). Kok Hans et al. (1996) menyatakan bahwa pemadatan dapat menghambat pertumbuhan tanaman, menghambat penetrasi akar tanaman, membatasi pergerakan air dan udara di dalam tanah dan menyebabkan pertumbuhan benih menjadi lambat dan akhirnya akan dapat mengurangi produksi tanaman.

Untuk mengolah tanah diperlukan gaya untuk menarik alat pengolah tanah. Komponen horizontal dari gaya tarik yang sejajar dengan arah gerakan alat pengolah tanah disebut draft. Ada beberapa faktor yang mempengauhi draft pengolahan tanah antara lain faktor tanah, faktor alat dan faktor operasi.

Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik tanah seperti struktur tanah akan menjadi lebih remah dan gembur, kemampuan tanah menahan air meningkat dan merangsang granulasi agregat dan memantapkannya (Bailey 1986). Pemberian bahan organik dapat mempermudah pengolahan tanah sehingga menurunkan kebutuhan draft pengolahan tanah. Bahan organik selain sebagai penyedia hara bagi tanaman juga dapat memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Pupuk organik walau hanya sedikit mempunyai kandungan unsur NPK ternyata mempunyai peranan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tanaman. Bahan organik berupa kompos sampah organik merupakan pupuk yang mudah diperoleh dengan harga yang lebih murah


(28)

2 dibanding dengan pupuk kimia atau pupuk anorganik. Kompos berasal dari sisa sayuran, bahan makanan, daun-daun pohon, jerami padi, pohon kacang-kacangan dan serbuk gergaji yang telah mengalami proses pengomposan (Suriawiria 2002).

Kacang tanah merupakan tanaman yang buahnya mengalami perkembangan di dalam tanah, yang tentunya sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah. Budidaya tanaman kacang tanah di indonesia pada umumnya masih dilakukan secara tradisional atau belum menggunakan alat mekanis dalam pembudidayaannya. Padahal proses mekanisasi dalam pembudidayaan tanaman kacang dapat dilakukan tidak hanya pada pengolahan tanah saja, tetapi pada saat penanaman benih, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama penyakit dan pada pemanenan. Ada beberapa hal yang memungkinkan pembudidayaan kacang tanah secara mekanisasi antara lain : 1) pertanamannya luas, 2) tanahnya datar, tidak berbatu dan tidak bertunggul kayu sehingga memudahkan pengoperasian mesin, 3) tersedia modal yang cukup besar dan 4) tersedia tenaga terampil yang dapat menjalankan dan merawat alat-alat pertanian.

Penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh mekanisasi terhadap produksi tanaman kacang tanah dan pengaruh bahan organik dalam meredam efek pemadatan tanah akibat penerapan mekanisasi. Usaha tani secara mekanisasi diterapkan adalah full mechanization, semi-mechanization dan selected mechanization.

B. TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh lintasan dan bahan organik terhadap sifat fisik dan mekanik tanah.

2. Menganalisis pengaruh lintasan dan bahan organik terhadap keragaan pengolahan tanah.

3. Mengetahui pengaruh pemadatan tanah terhadap keragaan tanaman kacang tanah.


(29)

3

TINJAUAN PUSTAKA

A. SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH PADA PENGOLAHAN TANAH

Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air, dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut masing-masing berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar air dan perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah dapat berubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya yang meliputi : sifat fisik, sifat kimia dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang keseluruhannya menentukan produktifitas tanah. Pada tanah-tanah pertanian, sifat mekanis tanah yang terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang bekerja pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah perubahan tingkat kepadatan tanah. Perubahan fisik dan mekanik tanah tersebut, sesuai perkembangan tanah, terjadi baik secara alami atau akibat kegiatan manusia, seperti pengolahan tanah dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui perbaikan aerasi, pergerakan air dan penetrasi akar dalam profil tanah (Yunus 2004)

Sifat-sifat dinamik tanah adalah sifat-sifat yang dinyatakan melalui pergerakan tanah. Apabila suatu blok tanah bergerak di atas sebuah permukaan maka gesekan resultan adalah merupakan sifat dinamik dari tanah dan sifat ini tidak akan terlihat dan ditentukan sebelum blok tanah tersebut bergerak. Contoh lain adalah bila tanah gembur dipadatkan maka kekuatan tanahnya akan meningkat. Kekuatan tanah merupakan sifat dinamik dari tanah yang merupakan kemampuan dari suatu tanah pada kondisi tertentu untuk melawan gaya yang

bekerja atau kemampuan suatu tanah untuk mempertahankan diri dari deformasi (Mandang dan Nishimura 1991).

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya tanah ditunjukkan oleh sebaran ukuran butir (partickle size distribution) yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih besar dari pasir (lebih dari 2 mm). Kelas besar butir untuk fraksi ukuran kurang


(30)

4 dari 2 mm (fraksi tanah halus) meliputi : berpasir, berlempung kasar, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, (berliat) halus, (berliat) sangat halus. Bila fraksi tanah halus (kurang dari 2 mm) sedikit sekali (< 10 %) dan tanah terdiri dari kerikil, batu-batu dan lain-lain (≥ 90 % volume) disebut fragmental. Bila tanah halus masuk kelas berpasir, berlempung atau berliat, tetapi mengandung 35 % - 90 % (volume) fragmen batuan (kerikil, batu-batu) maka kelas sebaran butirnya disebut berpasir skeletal, berlempung skeletal, dan berliat skeletal. (Hardjowigeno 2003).

Tekstur tanah dipengaruhi oleh faktor dan proses pembentukan tanah tersebut. Faktor pembentukan tanah yang penting antara lain adalah bahan induk tanah. Bahan induk bertekstur kasar cenderung menghasilkan tanah bertekstur kasar dan sebaliknya (Buol et al. 1980).

Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan liat membentuk agregat-agregat yang satu agregat dengan lainnya dibatasi oleh bidang alami yang lemah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar (Bailey 1986).

Tanah dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk. Di samping itu struktur tanah harus tidak mudah rusak (mantap) sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan (Hardjowigeno 2003).

Kerapatan lindak atau bobot isi (bulk density) menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya bulk density berkisar 1.1 – 1.6 g/cc. Beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0.9 g/cc misal tanah Andisol, bahkan ada yang kurang dari 0.1 g/cc misalnya tanah gambut (Hardjowigeno 2003).


(31)

5

B. PEMADATAN TANAH

Pemadatan tanah adalah perubahan keadaan dimana terjadi penyusutan volume tanah atau terjadi kenaikan berat tanah pada satu satuan volume tertentu. Kondisi tanah atau tingkat kepadatan tanah dapat ditentukan dengan parameter- parameter tertentu seperti Void ratio, porositas, bulk density, dan berat jenis isi. Void ratio adalah perbandingan antara volume pori terhadap volume padatan. Porositas adalah perbandingan volume pori terhadap volume total. Bulk density adalah perbandingan berat tanah terhadap volume tanah total dan berat isi

tanah adalah perbandingan berat kering tanah terhadap volume padatan (Mandang dan Nishimura 1991).

Harris (1971) menyatakan bahwa ada empat hal yang mungkin terjadi sehingga menghasilkan perubahan tingkat kepadatan tanah, yaitu :

1. Pemampatan partikel-partikel padatan tanah. 2. Pendesakkan cairan dan gas pada ruang pori tanah.

3. Perubahan kandungan cairan dan gas di dalam ruang pori tanah. 4. Perubahan susunan partikel-partikel padatan tanah.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pemadatan tanah antara lain berat alat, tekanan udara ban, kadar air tanah pada saat melintas. Selain itu

ada faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu intensitas lalu lintas alat,

slip roda, dan baru tidaknya lahan tersebut diolah sebelumnya (Hersyami dan Sembiring 2000).

James dan Donald (1993) menyatakan bahwa pemadatan dapat disebabkan oleh berat mesin, ukuran ban dan tekanan udara ban. Mesin seperti combine dan mesin pemupukan beratnya bisa mencapai lebih dari 30 ton. Beban yang ringan pada mesin hanya menyebabkan pemadatan di permukaan tanah, sedangkan beban yang berat dapat menyebabkan pemadatan yang lebih dalam yang tidak dapat diperbaiki dengan pengolahan tanah. Penambahan penggunaan ban pengapung telah dianjurkan pada pengoperasian di lahan yang terlalu basah untuk mendukung mesin. Hal ini juga mendorong terjadinya pemadatan yang dalam. Gambar 1 menunjukkan bagaimana kadar air tanah mempengaruhi kedalaman pemadatan. Pembebanan dan ukuran ban menyebabkan pemadatan yang lebih dalam pada tanah basah dibanding pada tanah kering.


(32)

6 Mandang dan Nishimura (1991) menyatakan bahwa gaya-gaya pada tanah dapat diklasifikasikan dalam dua katagori yaitu internal dan eksternal. Gaya-gaya internal timbul pada proses pembekuan, pengeringan dan pengerutan/penyusutan pada tanah. Gaya-gaya eksternal bersumber pada berbagai bentuk pembebanan tanah dari benda-benda di sekitar massa tanah, seperti bangunan, kendaraan dan kegiatan yang berlangsung di sekitar massa tanah. Gaya-gaya internal dapat dikatakan bersumber dari proses alam sedangkan gaya-gaya eksternal adalah ciptaan manusia.

Prosedur pengukuran kepadatan tanah yang umum digunakan adalah menentukan volume dan berat contoh tanah atau dengan mengukur konduktivitas tanah. Kemampuan tanah dalam meneruskan tegangan dan kekuatan tanah adalah juga bentuk ukuran tingkat kepadatan tanah (Mandang dan Nishimura 1991).

Gambar 1. Pengaruh Kadar Air Tanah Terhadap Kedalaman Pemadatan

C. PENGARUH PEMADATAN TANAH TERHADAP PRODUKSI TANAMAN

Thompson et al. (1987) diacu dalam Stone dan Ekwue (1993) menyatakan bahwa pemadatan tanah adalah hal yang tidak diinginkan dalam kegiatan pertanian karena dapat mengurangi aerasi tanah, mengurangi ketersedian air bagi


(33)

7 tanaman, dan menghambat pertumbuhan akar tanaman. Pemadatan tanah yang disebabkan oleh beratnya mesin merupakan penyebab utama degradasi tanah di daerah Quebec, pemadatan tanah menyebabkan kerugian produksi setiap tahun. Nilai kerugian produksi akibat pemadatan tanah yang telah diestimasi oleh Fox and Coote (1985) diacu dalam Lavoie et al. (1991) sekitar US$ 30 juta dan oleh Dewan Science Kanada (1986) dan Mehuys (1984) diacu dalam Lavoie et al. (1991) sekitar US$ 100 juta .

Penelitian di daerah Indiana Wisconsin dan Kanada (Gambar 2) menunjukkan bahwa pemadatan tanah mengurangi produksi jagung. Penelitian lain yang dilakukan oleh Southwest Research Centre dengan perlakuan sebuah plot yang secara intensif dipadatkan oleh lalu lintas truk berbeban berat sebelum proses pengolahan tanah dan penanaman. Penelitian ini menemukan bahwa pemadatan menghambat pertumbuhan tanaman, pada tongkol jagung tidak terdapat biji jagung. Pengaruh pemadatan terhadap produksi lebih nyata pada beberapa jenis tanah, tanah lempung liat berpasir lebih terpangaruh oleh pemadatan daripada lempung berpasir. Secara umum, semakin kecil

partikel-partikel tanah, maka akan lebih padat dan mengurangi produksi (James dan Donald 1993).

Gill dan Vanden Berg (1968) menyatakan bahwa pemadatan tanah menurunkan aerasi tanah sehingga menghambat metabolisme perakaran tanaman, meningkatkan keteguhan tanah sehingga menghambat perkembangan akar, menurunkan permeabilitas tanah sehingga meningkatkan aliran permukaan dan erosi.

Gambar. 2. Pengaruh Pemadatan Terhadap Produksi Jagung (University of Wisconsin Publication A3367)


(34)

8

D. PENGARUH LINTASAN TRAKTOR TERHADAP PEMADATAN TANAH

Pada penggunaan tanah di bidang pertanian, kepadatan tanah merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan karena mempengaruhi produktivitas tanah. Pemadatan tanah sampai batas tertentu memang diperlukan, misalnya untuk memperbaiki kontak antara benih dan tanah, tetapi jika berlebihan akan berpengaruh buruk terhadap kondisi fisik tanah dan tanaman (Moolenaar 1990).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Faozi (2002), menyatakan bahwa perlakuan lintasan traktor terhadap tanah memberikan pengaruh pada nilai bulk density, dimana semakin meningkat intensitas lintasan traktor yang diberikan maka nilai bulk density yang dihasilkan juga meningkat. Pada perlakuan tanpa lintasan traktor di kedalaman 0 – 10 cm nilai bulk density-nya 1.012 gr/cc, sedang pada perlakuan dengan tiga lintasan traktor di kedalaman yang sama nilai bulk density-nya 1.330 gr/cc, kemudian untuk perlakuaan lima lintasan traktor di kedalaman yang sama nilai bulk density naik menjadi 1.403 gr/cc.

Pengaruh lintasan terhadap pemadatan tanah memperlihatkan hubungan yang nyata, dimana tahanan penetrasi dan nilai bulk density meningkat setelah dilintasi traktor. Tahanan penetrasi paling besar terjadi pada proses pemadatan dengan tiga dan lima kali lintasan, nilai tahanan penetrasi tertinggi pada kedalaman 15 dan 25 cm sebesar 24.2 kg/cm2. Secara umum nilai bulk density tanah setelah mendapat perlakuan lintasan memperlihatkan nilai yang meningkat sejalan dengan penambahan jumlah lintasan pada tiap kedalaman (Kusuma 1998). Lalu lintas mesin telah memberikan pengaruh terhadap produksi tanaman dengan pertambahan nilai bulk density tanah. Pertambahan nilai bulk density tanah dapat menghambat penetrasi akar ke dalam tanah, mengurangi ketersedian udara dan mengurangi infiltrasi air ke dalam tanah sehingga mengurangi produksi tanaman (Raghavan 1978 diacu dalam Lavoie 1991).

Dari segi kebutuhan energi, meningkatnya kepadatan tanah berarti meningkatkan energi untuk pengolahan tanah. Hasil penelitian Bateman. et al. (1965) diacu dalam Moolenaar (1990) menunjukkan bahwa kebutuhan energi untuk pengolahan tanah berhubungan dengan derajat kehancuran yang diinginkan dan tingkat keteguhan tanah (Gambar 3).


(35)

9 Gambar 3. Pengaruh Berat Isi Terhadap Kebutuhan Energi untuk

Pengolahan Tanah Pada Kadar Air 28 % .

Menurut Mc Kyes (1985) perubahan kebutuhan energi tersebut karena perubahan sifat hidraulis tanah akibat pemadatan tanah. Dikemukakannya bahwa kohesi dan sudut gesekan dalam (internal friction) tanah akan meningkat sejalan dengan makin padatnya tanah, yang berarti meningkatkan kebutuhan traksi. Gill (1971) menggunakan besaran “spesific draft” untuk menggambarkan kebutuhan energi dan mengemukakan bahwa “spesific draft” meningkat 0.01 kg/cm2 untuk setiap kenaikan 1 kg/cm2 tahanan penetrasi tanah.

E. PENGARUH PEMBERIAN BAHAN ORGANIK TERHADAP DRAFT

PENGOLAHAN TANAH

Komponen horizontal gaya tarik yang sejajar arah gerak biasa disebut tahanan tarik (Draft) (Bainer et al. 1978) sedangkan perbandingan antara draft dengan luas penampang olahan disebut sebagai draft spesifik. Komponen vertikal draft berpengaruh terhadap penambahan beban pada roda belakang traktor dan pengurangan beban dari roda depan. Karena itu gaya ini sangat mempengaruhi kemampuan traksi, stabilitas dan kemudahan pengemudian traktor serta mempertahankan kedalaman alat (Bainer et al. 1978).

Draft atau gaya horizontal pengolahan tanah adalah suatu fenomena kompleks yaitu ditentukan oleh banyak faktor yang dikelompokkan ke dalam faktor tanah (antara lain kerapatan/kepadatan, kandungan air, kohesi tanah, kandungan liat, dan sudut gesekan dalam tanah), faktor alat (antara lain bentuk, jenis dan ukuran) dan faktor operasi (antara lain kedalaman olah, lebar olah, adhesi tanah-alat, sudut gesekan dalam tanah-alat, kecepatan maju dan sudut


(36)

10 potong tanah). Telah banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor tersebut di atas terhadap draft pada kondisi-kondisi tertentu atau untuk mendapatkan persamaan-persamaan penduga draft pengolahan tanah (Sembiring et al. 1995).

Bainer et al. (1978) menghubungkan draft dengan kecepatan olah dalam persamaan :

Ds = Do + KV2 ...(1) Dimana :

Ds = Draft pada kecepatan V (N/cm2) Do = komponen statis draft (N/cm2) V = kecepatan olah (km/jam)

K = konstanta yang tergantung dari tipe tanah dan alat

Prasojo (1993) melakukan pendugaan tahanan tarik tanah jenis latosol pada berbagai tingkat kedalaman pembajakan dengan menggunakan model bajak singkal pada soil bin. Prasojo (1993) menyatakan bahwa kedalaman pembajakan dominan pengaruhnya terhadap tahanan tarik tanah, dengan semakin meningkatnya kedalaman pembajakan akan memperbesar nilai tahanan tarik tanah. Dengan semakin meningkatnya nilai kohesi maka akan memperbesar nilai tahanan tarik sedangkan bulk density tanah kurang dominan pengaruhnya terhadap tahanan tarik tanah.

Warsono (1993) menyatakan bahwa tahanan tarik tanah mengalami penurunan sampai batas terendah dengan bertambahnya kadar air sampai mendekati batas plastis dan semakin bertambahnya kadar air akan meningkatkan kembali tahanan tarik. Tahanan tarik tanah semakin besar dengan meningkatnya sudut gesek dalam sehingga didapat korelasi linier antara tahanan tarik tanah dengan sudut gesek dalam. Begitu juga hubungan antara tahanan tarik tanah dengan nilai kohesi yang memiliki korelasi linier.

Draft tanah yang diukur merupakan draft tanah aktual dan draft tanah spesifik. Draft tanah aktual dan spesifik adalah gaya reaksi tanah horizontal yang arahnya berlawanan namun tegak lurus terhadap bidang operasi permukaan kerja bajak singkal, dimana draft spesifik dihitung berdasarkan bidang operasi (N/cm2) dan draft aktual dihitung dalam satuan gaya (N).


(37)

11 Informasi kecepatan, lebar dan kedalaman potongan tanah diperlukan untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap dari tahanan tarik alat pengolah tanah dan kebutuhan daya traktor (Bainer et al. 1978). Menurut Liljedahl et al. (1979) bahwa alat ukur draft yang sederhana yaitu spring type dynamometer (dinamometer tipe pegas). Prinsip alat ini didasarkan pada perpanjangan dan perpendekan dari pegas, namun alat ini terbatas untuk pengukuran yang kasar, disebabkan oleh fluktuasi beban yang terjadi pada penggandengan yang pertama.

Penelitian yang dilakukan Surawijaya (1995) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian bahan organik memberikan pengaruh yang nyata pada draft. Nilai tahanan draft pada perlakuan pemberian bahan organik ternyata lebih rendah dibanding dengan perlakuan tanpa bahan organik. Penurunan draft pengolahan lahan sebesar 28.2 % - 44.5 % dimana draft terendah diperoleh pada perlakuan pengolahan tanah dengan bajak rotari dan bahan organik Sesbania rostrata.

F. BAHAN ORGANIK

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia, dan biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang baik, merupakan sumber hara tanaman. Bahan organik berasal dari bahan tanaman dan binatang yang mengalami dekomposisi dan terangkut ke lapisan bawah serta tercampur dengan tanah.

Bahan organik akan mempengaruhi sifat fisik tanah seperti ; 1) kemampuan tanah menahan air meningkat, 2) warna tanah menjadi coklat

hingga hitam, 3) merangsang granulasi agregat dan memantapkannya, 4) menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat (Bailey 1986).

Peran pupuk organik dalam memperbaiki sifat fisik tanah, memberikan banyak keuntungan. Fungsi pupuk organik antara lain (Suriawiria 2002) :

a. Sebagai pengatur kelembaban tanah, dengan keadaan tanah yang tetap lembab semua proses kehidupan di dalamnya akan berjalan secara baik. b. Sebagai pengatur sirkulasi udara di dalam tanah.

c. Dapat mempermudah penetrasi akar di dalam tanah. d. Dapat mempermudah masuknya air ke dalam tanah.

e. Sebagai sumber unsur-unsur mikro, zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan tanaman di dalam tanah.


(38)

12 f. Dapat menyimpan air (konservasi air hujan) dan mengefesienkan

penggunaan pupuk anorganik.

Pemberian pupuk organik dengan cara pengadukan bersama pengolahan tanah mampu memperbaiki struktur tanah dan sifat fisik lain yang berkaitan, juga mampu menurunkan fluktuasi suhu harian tanah (Suwardjo, Abdurachman dan Sutono, 1984 diacu dalam Surawijaya 1995). Keterolahan tanah pada tanah bertekstur halus dipengaruhi oleh kadar bahan organik. Jumlah bahan organik tanah yang cukup akan mengurangi pengaruh buruk pengolahan tanah dan akan memperlebar selang kadar air optimum untuk pengolahan tanah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Mastur et al. (1993) yang menyatakan bahwa tanah yang diberi bahan organik akan lebih mudah diolah atau dengan kata lain kebutuhan draft pengolahan tanah cenderung lebih rendah, ini terlihat dari lebar tanah terolah pada perlakuan bahan organik yang cenderung lebih tinggi dibanding perlakuan pupuk anorganik.

Jenis pupuk organik yang sudah umum dikenal adalah pupuk organik kompos. Pupuk organik kompos berasal dari sampah rumah tangga seperti sisa sayuran, sisa bahan makanan yang dibuang karena membusuk, daun-daun pohon, jerami padi, pohon kacang-kacangan yang telah diambil buahnya dan serbuk gergaji yang telah mengalami proses pengomposan. Pupuk kompos baik bahan baku, tempat pembuatan dan cara pembuatannya dapat dilakukan oleh siapa pun dan di mana pun. Begitu pula dengan pemanfaatannya, kompos dapat digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, dan tanaman pangan lainnya (Suriawiria 2002).


(39)

13 Tabel 1. Kandungan komposisi kimia pupuk tumaritis :

Unsur Jumlah

PH 7.90

N organik (%) 1.21 C organik (%) 7.68 Fospor, P (%) 0.38 Air (%) 27.00 Nitrogen, N (%) 0.78 Kalium, K (%) 23.45 Kalsium, Ca (%) 0.39 Magnesium, Mg (%) 0.40 C/N ratio 6


(40)

14

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium lapangan Leuwikopo jurusan Teknik Pertanian IPB. Analisa tanah dilakukan di Laboratorium Mekanika dan Fisika Tanah, Jurusan Teknik Pertanian IPB. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Oktober 2005.

B. BAHAN DAN ALAT Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bahan organik berupa kompos sampah organik dari perusahaan pengomposan sampah organik “Tumaritis” dan benih kacang tanah varietas gajah.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Dua unit traktor roda empat

2. Satu unit bajak piring dan rotari

3. Alat pengukur draft yaitu load cell (Kyowa, LT-5TSA71C) dan handystrain meter serta kabel baja.

4. Pengukur kondisi tanah digunakan penetrometer SR-2, pengambil sampel tanah atau ring sampel, cangkul, kantong plastik, oven, dan timbangan. 5. Untuk mengukur mobilitas pengoperasian stop watch, pita ukur dan

penggaris, dan patok

6. Pelantak (rammer) seberat 2.5 kg

C. METODE PERCOBAAN

Rancangan Percobaan dan Perlakuan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan perlakuan split plot dengan rancangan lingkungan RAL (Rancangan Acak Lengkap) yang menggunakan dua faktor (petak utama dan anak petak) dengan tiga ulangan. Kedua faktor yang dicobakan adalah :


(41)

15

- Faktor lintasan roda traktor (L) sebagai petak utama terdiri atas empat taraf yaitu :

L0 : tanpa lintasan traktor L2 : dua kali lintasan traktor L4 : empat kali lintasan traktor L6 : enam kali lintasan traktor

- Faktor bahan organik berupa kompos (K) sebagai anak petak terdari dari tiga dosis yaitu :

K0 : tanpa kompos ( 0 ton/ha) K4 : dosis kompos 4 ton/ha K6 : dosis kompos 6 ton/ha

- Tanaman indikator yang digunakan adalah kacang tanah vaeritas gajah

Dengan demikian akan terdapat sejumlah 3 x 4 = 12 perlakuan, dan 12 perlakuan x 3 ulangan = 36 petak percobaan, tata letak percobaan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Gambar 4 Alat-alat penelitian : penetrometer SR-2 (a), pengambil ring sampel tanah (b), load cell (c), handy strain meter (d), pita ukur (e), kabel handy strain meter (f).

a

d c

b

f e


(42)

16 Gambar 5 Bahan organik kompos “tumaritis”.

Sesuai rancangan yang digunakan maka model linear aditifnya adalah : Yijk = μ + Ai + ik + Bj + (AB)ij + ijk

Dimana :

Yijk = nilai pengamatan (respons) pada ulangan ke-k, petak utama ke-i

dan perlakuan anak petak ke-j

μ = rataan umum

Ai = pengaruh petak utama ke-i

ik = pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i dari faktor A

(lintasan) dalam ulangan ke-k sering juga disebut galat petak utama

Bj = pengaruh anak petak ke-j (faktor kompos)

(AB)ij = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A (lintasan) dan taraf ke-j

faktor B (kompos).

ijk = pengaruh galat pada ulangan ke-k, yang memperoleh taraf ke-i

faktor A dan taraf ke-j faktor B, sering juga disebut galat anak petak.

D. PERLAKUAN PENELITIAN Prosedur Penelitian

Persiapan bahan Organik Bahan organik berupa kompos sampah organik yang diperoleh dari perusahaan pengomposan sampah organik “Tumaritis” di daerah Leuwi Liang Bogor.


(43)

17 Lahan percobaan dibersihkan, membuat petakan sebanyak 12 buah dengan ukuran 2 x 12 m. Untuk memudahkan maka perlakuan lintasan roda traktor yang sama diletakkan pada satu baris.

Kompos ditebar pada masing-masing petak percobaan setelah tanah diolah dengan bajak, dengan perlakuan dosis yaitu 0, 4, dan 6 ton/ha. Tanah kemudian diolah dengan bajak rotari dua kali, selanjutnya areal dibiarkan selama 2 minggu agar kompos dapat terdekomposisi. Setelah itu dilakukan penanaman kacang tanah varietas gajah dengan jarak tanam 30 x 20 cm.

Perlakuan pemadatan dengan 6 lintasan roda didasarkan pada asumsi bahwa dalam penanaman sampai pemanenan menggunakan mekanisasi penuh yaitu dalam penanaman, pemupukan, penyiangan I, pemberantasan hama penyakit, penyiangan II, dan pemanenan sedangkan untuk perlakuan 4 lintasan roda, mekanisasi dilakukan pada penanaman, pemupukan, pemberantasan hama penyakit dan pemanenan. Sedangkan perlakuan pemadatan dengan 2 lintasan roda didasarkan pada asumsi mekanisasi hanya pada proses penanaman dan pemanenan.

Proses pemadatan tanah dengan lintasan roda traktor dilakukan pada penanaman (hari ke-1), pemupukan pada hari ke-20 setelah tanam, penyiangan I dan II masing-masing pada minggu ke-2 dan minggu ke-4 setelah tanam, pemberantasan hama penyakit pada hari ke-50 setelah tanam dan pemanenan pada hari ke-100.

Penelitian yang dilakukan di laboratorium adalah pengujian pemadatan tanah dengan menggunakan Standart Proctor Test.

Pengukuran sifat fisik dan mekanik tanah dilakukan setelah panen meliputi parameter: kadar air tanah, bulk density tanah, tahanan penetrasi tanah, kebutuhan draft aktual pengolahan tanah, dan slip roda traktor. Pengumpulan data keragaan tanaman kacang tanah dilakukan setelah panen yaitu jumlah polong kacang per pohon.


(44)

18 Gambar 6 Bagan alir penelitian

Mulai

Pembuatan Petak Percobaan dan diolah dengan bajak piring

Pengolahan lahan dan Pencampuran Bahan Organik + tanah dengan bajak rotari

Masa Inkubasi

Pemadatan Tanah / Proses Mekanisasi

Pengukuran Kondisi Tanah

Pengukuran Draft Penaburan Bahan organik

Penyiapan Lahan dan Bahan Organik

Penanaman Tanaman


(45)

19 Gambar 7 Tata letak areal percobaan

Gambar 8 Traktor deutz D7206.

E. PENGUMPULAN DATA

a. Pengukuran sifat fisik dan mekanik tanah. Pengukuran sifat fisik dan mekanik tanah dilakukan setelah panen meliputi parameter sebagai berikut :

- Perhitungan Kadar Air Tanah

Perhitungan kadar air tanah dapat dilakukan dengan mengambil sampel tanah pada setiap perlakuan, kemudian ditimbang dan dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105°. Perhitungan kadar air dilakukan pada kedalaman 5 cm, 15 cm, dan 25 cm. Kadar air tanah dihitung dengan persamaan :

% 100

× ⎟ ⎠ ⎞ ⎜

⎛ −

=

Wb Wb Wa


(46)

20 Dimana :

KA = kadar air tanah (%)

Wa = berat sampel tanah basah (gr) Wb = berat sampel tanah kering (gr) - Perhitungan bulk density tanah

Bulk density atau bobot isi tanah dapat dihitung dengan mengambil sampel tanah pada setiap perlakuan yang dihitung dengan persamaan :

Vt Bk

BD= ... (3) Dimana :

BD = bulk density (gr/cm3) Bk = berat kering (gr) Vt = volume total (cm3)

Perhitungan nilai bulk density dilakukan pada kedalaman 5 cm, 15 cm, dan 25 cm.

- Perhitungan tahanan penetrasi tanah

Pengukuran tahanan penetrasi tanah dilakukan sebelum dan sesudah panen dengan menggunakan penetrometer SR-2 pada kedalaman 5 cm, 15 cm, dan 25 cm. Perhitungan tahanan penetrasi untuk tiap tekanan menggunakan persamaan :

Ak Fp

Tp= ... (4) Dimana :

Tp = tahanan penetrasi (kgf/cm2)

Fp = gaya penetrasi terukur pada penetrometer (kgf) Ak = luas penampang kerucut (cm2)

- Pengukuran Pemadatan Tanah di Laboratorium

Uji pemadatan dilakukan di laboratorium dengan tanah maximum 1000 cm3 (V) dengan cara menjatuhkan penumbuk seberat 2.5 kg (w) dari ketinggian 30 cm (H) sebanyak 25 kali (n) untuk uji Proctor standar.


(47)

21 - Pengukuran Kebutuhan Draft Aktual pengolahan Tanah

Pengukuran draft pengolahan dengan bajak piring menggunakan load cell yang dihubungkan dengan handystrain meter. Traktor uji yang menarik implement bajak digandengkan dengan traktor penarik (Gambar 9). Traktor penarik dihubungkan dengan traktor uji melalui rantai penghubung yang dipasangkan load cell untuk mengukur gaya tariknya. Draft pembajakan adalah selisih dari gaya tarik ketika bajak dioperasikan dengan gaya tarik ketika bajak tidak dioperasikan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung draft aktual adalah :

α cos 1000 8 . 9 ) ( × ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ×

= Ds Do

aktual

D ... (5) Dimana :

D aktual = draft aktual (kN)

Ds = nilai draft yang terbaca pada handystrain meter saat bajak beroperasi (kgf)

Do = nilai draft yang terbaca pada handystrain meter saat bajak tidak beroperasi (kgf)

α = sudut tarik - Pengukuran Slip Roda Traktor

Slip putaran roda traktor dihitung dengan persamaan : % 100 (%)= − × So Si So

Slip ... (6) Dimana :

So = jarak putaran roda tanpa beban pada permukaan rata (m) Si = jarak putaran roda traktor dengan beban (m)

Gambar 9. Sistem Pengukuran Draft di Lapangan.


(48)

22

F. ANALISIS DATA

Untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh perlakuan dilakukan analisis ragam pada taraf uji 5 persen. Sedangkan untuk melihat perbedaan antar taraf perlakuan yang berlaku digunakan uji Duncan.


(49)

23

HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LAHAN PERCOBAAN

Lahan tempat penelitian yang digunakan merupakan tanah dengan permukaan datar yang banyak ditumbuhi semak dan rumput liar. Sebelum dilakukan percobaan, lahan dibersihkan dari rumput. Tanah pada laboratorium lapang Leuwikopo Darmaga merupakan tanah jenis latosol dengan sifat fisik dan kimia tanah seperti tertera pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2 Beberapa sifat fisik dan kimia tanah pada areal leuwikopo Parameter Nilai Kadar air batas Plastis (%) 49.89 Kadar air batas Cair (%) 79.40 Kadar air indeks Plastisitas (%) 30.51 Bahan Organik C (%) 3.06 Bahan Organik N (%) 0.16 Pasir (%) 9.68 Debu (%) 26.96 Liat (%) 63.36

Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan bahan organik unsur C dan unsur N dari lahan yang digunakan sedikit ( 3.06 % dan 0.16 %). Hal ini mengindikasikan bahwa tanah di laboratorium lapang Leuwikopo tergolong kurang subur. Walaupun menurut Singer dan Munns (1987) sebagian besar tanah mengandung bahan organik kurang dari 5 % dengan mayoritas penyusunnya adalah karbon (C), namun jumlah kandungan bahan organik pada laboratorium lapang Leuwikopo yang hanya 3.06 % relatif masih kecil jika dibanding dengan kondisi tanah secara umum (jumlah kandungan bahan organik sekitar 5 %) dan tanah ini digolongkan ke dalam golongan tanah yang kurang subur. Berdasarkan perbandingan liat, debu dan pasir, tanah tersebut merupakan tanah yang bertekstur liat berdasarkan sistem USDA dan mempunyai karakteristik akan mengkerut bila kering dan membentuk pasta bila basah. Sifat ini akan mempengaruhi kekerasan tanah tersebut. Tekstur liat merupakan tanah yang memiliki kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara yang tinggi. Hal ini disebabkan karena luas partikel liat yang besar (Hardjowigeno 2003). Menurut Soepardi (1983) bahwa terdapatnya liat yang tinggi, tanah akan menjadi berat diolah karena sifat liat bila


(50)

24 terlalu kering akan menggumpal dan keras, pada keadaan basah nilai kelengketan pada roda traktor dan alat pengolah tanah akan semakin tinggi.

Kandungan liat yang besar (>20 %) pada Tabel 2 mengindikasikan tanah ini termasuk tanah plastis (Bainer et al. 1978). Batas plastis yang tinggi (>46 %) merupakan batas antara tanah dalam keadaan semi plastis dengan keadaan plastis. Batas cair yang sangat tinggi (>71 %) dimana kandungan air mulai bersifat setengah cair.

Keadaan permukaan tanah sebelum diolah merupakan tanah yang datar dan terletak di daerah yang lapang. Keadaan ini menyebabkan tingginya nilai evaporasi. Penguapan tertinggi akan terjadi pada lapisan permukaan. Tingginya rata-rata kadar air pada awal perlakuan yaitu sebesar 47.4 % (Tabel 3) disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan waktu pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 6 sampai pukul 7, sehingga evaporasi pada permukaan tanah belum terjadi, dengan rata-rata tahanan penetrasi sebesar 8.26 kg/cm2 (Tabel 4). Tabel 3 Nilai kadar air setiap kedalaman pada awal perlakuan

Kedalaman (cm)

Kadar air (%)

L0K0 L0K4 L0K6 L2K0 L2K4 L2K6 L4K0 L4K4 L4K6 L6K0 L6K4 L6K6 1-10 39.6 45.6 40.4 45.1 45.6 46.4 47.8 48.9 47.3 50.4 53.6 48.5 10-20 45.3 46.7 46 45.5 49.2 47.3 46.8 48.5 47.6 54.2 55.2 51.4 20-30 42.9 44 44.7 46.1 45.6 44.9 49.2 51 45.9 49.4 52.3 49

Tabel 4 Nilai tahanan penetrasi setiap kedalaman pada awal perlakuan

Kedalaman (cm)

Tahanan Penetrasi (kg/cm2)

L0K0 L0K4 L0K6 L2K0 L2K4 L2K6 L4K0 L4K4 L4K6 L6K0 L6K4 L6K6 1-10 1.83 1.33 1.5 6.67 4.5 5 5.5 4 5.67 4 4.67 3.83 10-20 5.5 3.33 5.83 11.5 9.5 8.83 9.83 10 10.3 11.7 10.8 11 20-30 12.5 9.83 12.2 12.3 11.3 11.8 12 11.7 12.3 12.2 11 11.7

B. PENGARUH LINTASAN DAN BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH

1. Uji Pemadatan Tanah Di Laboratorium

Hasil pengujian pemadatan tanah di laboratorium dengan menggunakan beban 2.5 kg, ketinggian beban 30 cm dengan 25 kali jumlah tumbukan untuk tiap lapisan dan dilakukan sampai tiga lapisan. Pengukuran pemadatan di laboratorium ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara kadar air dengan tingkat


(51)

25 kepadatan tanah. Kadar air kritis pemadatan tanah di laboratorium ini bervariasi untuk setiap perlakuan kompos. Hasil yang dicapai pada pengujian di laboratorium untuk perlakuan tanpa kompos menghasilkan kepadatan maksimum 1.76 gr/cm3 pada kadar air 37.42 %, perlakuan kompos 4 ton/ha menghasilkan kepadatan maksimum 1.76 gr/cm3 pada kadar air 39.00 % dan untuk kompos 6 ton/ha menghasilkan kepadatan maksimum 1.75 gr/cm3 pada kadar air 37.40 % (Lampiran 13).

Pada perlakuan bahan organik kompos dosis 6 ton/ha, kompos dapat meredam terjadinya pemadatan tanah hal ini ditunjukkan dengan nilai kepadatan maksimum yang lebih kecil jika dibanding dengan perlakuan tanpa kompos dan kompos 4 ton/ha. Pada perlakuan kompos 4 ton/ha didapat nilai kepadatan maksimum yang lebih besar dibanding perlakuan kompos 6 ton/ha hal ini dikarenakan oleh nilai kadar air optimum lebih besar dibanding perlakuan 6 ton/ha. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (1998) menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan bahan organik maka kemampuan tanah untuk mengikat air semakin tinggi dan tanah akan semakin sulit untuk melepas sehingga menyebabkan kandungan air cenderung tinggi.

Hasil uji pemadatan di laboratorium ini menunjukkan hasil yang hampir sama dengan pengukuran tahanan penetrasi dan bulk density di lapang, dimana perlakuan dosis kompos 6 ton/ha menghasilkan efek pemadatan yang lebih kecil dibanding dengan 2 perlakuan kompos lainnya pada perlakuan intensitas lintasan yang sama.

Uji laboratorium menunjukkan pada tingkat tekanan tertentu berat isi kering (Dry bulk density) tanah bertambah dengan naiknya kadar air tanah dan mencapai puncak yang disebut berat isi kering maksimum pada nilai kadar air yang optimum. Selanjutnya berat isi kering menurun dengan meningkatnya kadar air tanah. Hasil penelitian Surawijaya (1995) menunjukkan bahwa peningkatan pemadatan tanah (bulk density) disebabkan oleh terisinya rongga udara di antara partikel tanah sehingga porositas menurun dan pemadatan tanah meningkat terhadap kenaikan kadar air. Jika rongga udara di antara partikel tanah sudah hampir semua terisi maka tanah akan mencapai pemadatan maksimum dan kadar air yang lebih tinggi akan mengakibatkan pemadatan tanah menurun.


(52)

26 Hillel (1980) mengatakan, pada suatu pemadatan tanah yang tetap, bulk density tanah merupakan fungsi dari kadar air tanah. Bulk density tanah meningkat mulai dari meningkatnya kadar air tanah dan mencapai puncak pada kadar air yang disebut kadar air tanah optimum. Selanjutnya menurun dengan meningkatnya kadar air tanah. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 10 grafik pemadatan tanah yang menunjukkan adanya tiga fase perubahan kadar air tanah, yaitu fase perubahan positif, fase transisi dan fase perubahan negatif. Menurut Nichols dalam Bainer et al. (1978), fase perubahan positif terjadi pada selang kadar air tanah lebih rendah dari kadar air tanah optimum yang menyebabkan tanah bersifat adhesif. Pada kondisi tersebut peningkatan kepadatan tanah sejalan dengan peningkatan nilai kadar air tanah. Selanjutnya terjadi fase transisi dimana pada fase ini terjadi pemadatan maksimum. Kadar air tanah pada fase transisi disebut kadar air tanah optimum pemadatan tanah. Sedang fase perubahan negatif terjadi pada kadar air tanah lebih tinggi dari kadar air tanah optimum yang menyebabkan sifat pelumas pada tanah. Fase ini merupakan kebalikan dari kondisi adhesif. Nilai kadar air optimum di atas digunakan sebagai nilai kadar air patokan dalam pengolahan tanah di lapang dan dapat digunakan pula sebagai pembanding hasil pengukuran di lapang terhadap perubahan tingkat kepadatan tanah.

Uji Kepadatan Laboratorium

1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8

10 20 30 40 50

Kadar Air (%)

B

u

lk

De

ns

it

y (

g

r/

cm

3)

T anpa Kompos Kompos 4 ton/ha Kompos 6 ton/ha


(53)

27

2. Bulk Density (Bobot Isi Tanah)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan intensitas lintasan memberikan pengaruh nyata terhadap nilai bulk density tanah pada taraf α = 0.05 (Lampiran 8), sedangkan perlakuan pemberian bahan organik berupa kompos tidak berpengaruh nyata terhadap nilai bulk density pada taraf α = 0.05. Hal ini dapat dilihat pada tabel Lampiran 14, dimana nilai bulk density terkecil adalah 0.93 gr/cm3 pada perlakuan tanpa lintasan dengan dosis kompos 4 ton/ha pada kedalaman 0-10 cm. Sedangkan nilai bulk density yang terbesar adalah 1.2 gr/cm3 pada perlakuan 6 lintasan dengan dosis kompos 4 ton/ha juga di kedalaman 0-10 cm. Dari hasil di tersebut terlihat bahwa tanah setelah dilintasi roda cenderung memperlihatkan kenaikan nilai yang menandakan terjadinya pemadatan tanah.

1) Pengaruh Intensitas Lintasan Traktor Terhadap Bulk Density (Bobot Isi Tanah)

Perlakuan intensitas lintasan pada kedalaman 0-10 cm (Gambar 11) memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai bulk density (bobot isi) tanah baik pada petak yang diberi kompos maupun tidak diberi kompos, dimana semakin meningkat intensitas lintasan roda traktor maka nilai bulk density cenderung meningkat. Hal ini disebabkan oleh berat mesin yang digunakan dalam proses pemeliharaan tanaman kacang. Pada tabel Lampiran 16, terlihat nilai bulk density tertinggi terdapat di daerah permukaan pada perlakuan 6 lintasan dengan kompos 4 ton/ha yaitu sebesar 1.20 gr/cm3 dengan kadar air 30.50 % (Lampiran 12) sedangkan nilai bulk density terendah sebesar 0.93 gr/cm3 juga di daerah permukaan pada perlakuan tanpa lintasan dengan kompos 4 ton/ha dengan kadar air 34 % (Lampiran 12). Selain karena berat mesin, nilai bulk density juga dipengaruhi oleh kadar air tanah di lapang pada saat mesin beroperasi. Tabel pada Lampiran 12 menunjukkan bahwa persentase kadar air semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya intensitas lintasan sehingga nilai bulk density

cenderung meningkat pula, terutama pada daerah permukaan (kedalaman 0-10 cm).

Hasil penelitian Kasim (1992) menunjukkan bahwa pengaruh terbesar terhadap perubahan nilai bulk density tanah dihasilkan oleh pembebanan dan


(54)

28 intensitas lintasan. Hal ini sesuai yang dikemukakan Raghavan et al. (1977) diacu dalam Mc Kyes (1985) bahwa faktor tekanan pembebanan dan lintasan roda traktor menentukan besarnya tingkat pemadatan tanah yang terjadi. Semakin besar tekanan pembebanan dan intensitas lintasan roda traktor maka semakin besar tingkat pemadatan tanah yang dihasilkan, sedangkan kadar air tanah pada saat pelintasan traktor menentukan pemadatan maksimum yang terjadi.

Kecenderungan kenaikan nilai bulk density yang seiring dengan banyaknya perlakuan intensitas lintasan disebabkan oleh tekanan yang berasal dari roda traktor mendesak air dan udara sehingga daerah yang dipengaruhi tekanan menjadi lebih padat dan secara langsung dapat meningkatkan nilai bulk density tanah, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Harris (1971) bahwa peningkatan nilai bulk density kemungkinan ada 4 hal yang terjadi yaitu (1) pemampatan partikel padatan (2) pemampatan cairan dan gas di dalam ruang pori (3) perubahan kandungan cairan dan gas di dalam ruang pori dan (4) perubahan susunan partikel padatan.

Pengaruh intensitas lintasan traktor sangat terlihat pada daerah permukaan tanah (0-10 cm). Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan yang tinggi dari nilai bulk density antara petak tanpa lintasan dengan petak 6 lintasan pada dosis kompos 4 ton/ha sebesar 29.03%. Peningkatan tersebut merupakan yang tertinggi dibanding kedalaman 10-20 cm dan 20-30 cm.

Pengaruh intensitas lintasan traktor pada kedalaman 10-20 cm masih terlihat pengaruhnya walau tidak sebesar pada kedalaman 0-10 cm. Gambar 12 memperlihatkan nilai bulk density cenderung naik meski pada perlakuan 4 lintasan sempat turun namun pada perlakuan 6 lintasan nilai bulk density kembali meningkat. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kedalaman maka pengaruh intensitas lintasan semakin kecil, hal ini dapat dilihat pada kedalaman 20-30 cm dimana nilai bulk density cenderung konstan. Gambar 13 menunjukkan nilai bulk density meningkat seiring dengan intensitas lintasan tapi peningkatannya sangat kecil. Rata-rata kenaikan nilai bulk density pada kedalaman ini adalah 3.48 %. Nilai bulk density terkecil pada kedalaman ini adalah 1.03 gr/cm3 pada perlakuan tanpa lintasan, sedangkan yang terbesar adalah 1.12 gr/cm3 pada perlakuan 4 dan 6 lintasan.


(55)

29 Hasil penelitian Trouse dan Humbert (1961) diacu dalam Kasim (1992) menyatakan bahwa pada jenis tanah low humiclatosol dalam keadaan basah yang dilintasi truk menunjukkan bahwa pada kedalaman 0-20 cm merupakan daerah yang sangat berpengaruh terhadap efek terjadinya pemadatan tanah dan menurut Gill dan Vanden Berg (1962) diacu dalam Kasim (1992) menyatakan bahwa tekanan yang terjadi pada kedalaman lebih besar dari 30 cm lebih kecil 1/5 kali tekanan yang diberikan pada permukaan tanah.

Bulk Density Kedalaman 0-10 cm

0.8 0.9 1 1.1 1.2

0 1 2 3 4 5

Intensitas Lintasan B u lk D e n sity ( g r/ c m 3 ) Tanpa Kompos Kompos 4 ton/ha kompos 6 ton/ha

L0 L2 L4 L6

Gambar 11 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap bulk density pada kedalaman 0-10 cm

Bulk Density Kedalaman 10-20 cm

0.8 0.9 1 1.1 1.2

0 1 2 3 4 5

Intensitas Lintasan B u lk D e n si ty (g r/ c m 3 ) Tanpa Kompos Kompos 4 ton/ha kompos 6 ton/ha

L0 L2 L4 L6

Gambar 12 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap bulk density pada kedalaman 10-20 cm


(56)

30

Bulk Density Kedalaman 20-30 cm

0.8 0.9 1 1.1 1.2

0 1 2 3 4 5

Intensitas Lintasan B u lk D e n si ty (g r/ c m 3 ) Tanpa Kompos Kompos 4 ton/ha kompos 6 ton/ha

L0 L2 L4 L6

Gambar 13 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap bulk density pada kedalaman 20-30 cm

2) Pengaruh Kompos Terhadap Bulk Density (Bobot Isi Tanah)

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa pengaruh perlakuan pemberian bahan organik berupa kompos tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai bulk density (bobot isi) tanah setelah panen, hal ini diduga karena kompos sebagai bahan organik yang diberikan belum terdekomposisi dengan sempurna dalam waktu yang singkat hal ini juga dapat disebabkan oleh tingkat dosis yang diberikan belum mencapai taraf yang mampu memberikan pengaruh yang signifikan, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Surawijaya (1995) dan Mastrur et al. (1993) yang menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh nilai bulk density (bobot isi) tanah terhadap pemberian bahan organik dan pengolahan tanah pada masa setelah panen. Padahal bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah dan menurunkan bulk density serta membantu mengikat partikel tanah menjadi agregat sehingga tanah tidak mudah padat oleh lintasan roda (Charles and Jasa 2003). Pada Gambar 14 memperlihatkan bahwa nilai bulk density yang tertinggi adalah 1.2 gr/cm3 terjadi pada daerah permukaan tanah yaitu kedalaman 0–10 cm pada perlakuan 6 lintasan dengan kompos 4 ton/ha. Hal ini seperti yang terjadi pada uji pemadatan di laboratorium yang menghasilkan kepadatan maksimum pada perlakuan dosis bahan organik 4 ton/ha yaitu sebesar 1.76 cgr/cm3 dengan kadar air optimum 39 %.


(57)

31 Peningkatan nilai bulk density dari petak tanpa kompos dengan petak kompos terlihat signifikan pada daerah permukaan tanah (0-10cm). Hal ini ditunjukkan dengan persentase kenaikan nilai bulk density dari petak tanpa kompos ke petak kompos dosis 4 ton/ha dengan 6 lintasan sebesar 9.10 %. peningkatan tersebut tertinggi dibanding kedalaman 10-20 cm (Gambar 15) dan 20-30 cm (Gambar 16). Hal ini disebabkan oleh rata-rata persentase kadar air yang lebih besar pada daerah permukaan tanah (Lampiran 12) dibanding 2 kedalaman lainnya sehingga berat mesin sangat besar pengaruhnya dalam proses pemadatan tanah. Pada Lampiran 12 terlihat rata-rata persentase kadar air untuk kedalaman 0-10 cm adalah 31.38 %, kedalaman 10-20 cm sebesar 31.28 % dan 31.31 % untuk kedalaman 20-30 cm.

Rata-rata nilai kadar air tanah pada akhir perlakuan adalah 31.30 % sedangkan kadar air tanah pada awal perlakuan adalah 47.40 %, hal ini berarti terjadi penurunan kadar air tanah sebesar 33.97 %. Menurut Haris (1971) keadaan tersebut menunjukkan terjadinya perpindahan cairan di dalam ruang pori tanah yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara cairan dengan tanah atau gaya-gaya yang timbul akibat adanya tekanan beban dan gaya gravitasi.

Bulk Density Kedalaman 0-10 cm

0.8 0.9 1 1.1 1.2

0 1 2 3 4

Dosis Kompos (ton/ha)

B

u

lk

D

e

n

sity

(

g

r/

c

m

3

)

Tanpa Lintasan 2 Lintasan 4 Lintasan 6 Lintasan

K0 K4 K6

Gambar 14 Grafik pengaruh kompos terhadap bulk density pada kedalaman 0-10 cm


(58)

32

Bulk Density Kedalaman 10-20 cm

0.8 0.9 1 1.1 1.2

0 1 2 3 4

Dosis Kompos (ton/ha)

B u lk D e n si ty (g r/ c m 3 ) Tanpa Lintasan 2 Lintasan 4 Lintasan 6 Lintasan

K0 K4 K6

Gambar 15 Grafik pengaruh kompos terhadap bulk density pada kedalaman 10-20 cm

Bulk Density Kedalaman 20-30 cm

0.8 0.9 1 1.1 1.2

0 1 2 3 4

Dosis Kompos (ton/ha)

B u lk D e n si ty (g r/ c m 3 ) Tanpa Lintasan 2 Lintasan 4 Lintasan 6 Lintasan

K0 K4 K6

Gambar 16 Grafik pengaruh kompos terhadap bulk density pada kedalaman 20-30 cm

3. Tahanan Penetrasi

Hasil pengukuran tahanan penetrasi setelah panen menunjukkan bahwa perlakuan intensitas lintasan roda traktor menunjukkan pengaruh nyata terhadap tahanan penetrasi tanah tetapi untuk perlakuan pemberian kompos ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata (Lampiran 7). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (1998) yang menyatakan bahwa perlakuan lintasan secara umum meningkatkan nilai tahanan penetrasi tanah terutama pada kedalaman olah (0-30 cm) baik yang diberi bahan organik maupun tidak. Pengukuran tahanan penetrasi dilakukan pada petak yang sama dengan pengukuran bulk density tanah. Pengukuran tahanan penetrasi dilakukan dengan menggunakan penetrometer SR-2.


(59)

33

1) Pengaruh Intensitas Lintasan traktor Terhadap Tahanan Penetrasi Tanah

Perlakuan intensitas lintasan roda traktor secara umum meningkatkan nilai tahanan penetrasi tanah (Lampiran 26). Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh lintasan dapat meningkatkan tahanan penetrasi tanah yang sangat nyata terutama pada daerah permukaan tanah yaitu pada kedalaman 0-20 cm, baik yang diberi bahan organik kompos maupun tidak. Hasil analisis statistik (Lampiran 7) menunjukkan bahwa pengaruh intensitas lintasan roda traktor terhadap peningkatan tahanan penetrasi adalah nyata pada taraf α = 0.05 terutama pada daerah permukaan 5 cm. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 17, dimana nilai tahanan penetrasi tanah cenderung mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya intensitas lintasan roda traktor. Nilai tahanan penetrasi terkecil terdapat pada perlakuan tanpa lintasan yaitu sebesar 4.17 kgf/cm2 dengan kadar air 34 % dan yang terbesar pada perlakuan 6 lintasan roda yaitu 15.80 kgf/cm2 dengan kadar air 30.50 %. Hal ini seperti yang terjadi pada nilai bulk density dimana nilai bulk density yang terbesar dan yang terkecil terdapat pada kadar air tersebut di atas. Pengaruh perlakuan intensitas lintasan roda pada kedalaman 5 cm (Gambar 17), setelah mendapat perlakuan 2 lintasan terjadi peningkatan tahanan penetrasi yang cukup besar yaitu 178.20 %, hal ini disebabkan oleh adanya pengolahan tanah sehingga tanah menjadi gembur, namun ketika mendapat gaya tekan yang besar dari roda traktor menyebabkan tanah mengalami pemampatan dan menjadi padat. Hasil penelitian yang dilakukan Yanda (1999) menunjukkan bahwa perlakuan lintasan dapat meningkatkan tahanan penetrasi dan bulk density tanah sampai pada kedalaman 20 cm. Peningkatan nilai tahanan penetrasi dan bulk density menunjukkan adanya peningkatan kepadatan tanah sebagai akibat dari meningkatnya intensitas lintasan roda traktor. Hal ini terjadi diduga karena pemampatan partikel-partikel tanah sehingga ruang pori tanah menjadi semakin sempit atau kecil.

Perlakuan intensitas lintasan roda terhadap tahanan penetrasi pada kedalaman 10 cm masih memberikan pengaruh yang nyata walau tidak sebesar pengaruh pada kedalaman 5 cm. Gambar 16 menunjukkan bahwa nilai tahanan terkecil terdapat pada perlakuan tanpa lintasan yaitu sebesar 4.83 kgf/cm2, sedang yang terbesar yaitu 14.20 kgf/cm2 terjadi pada perlakuan 6 lintasan, persentase


(60)

34 kenaikan ini adalah 194 %. Gambar 18 menunjukkan bahwa nilai tahanan penetrasi cenderung naik seiring dengan perlakuan intensitas lintasan roda, hal ini menandakan bahwa berat traktor masih sangat berpengaruh terhadap pemadatan tanah di daerah kedalaman olah. Hal yang sama juga masih ditunjukkan pada kedalaman 20 cm (Gambar 17), dimana perlakuan intensitas lintasan masih berpengaruh nyata terhadap tahanan penetrasi tanah sekalipun kenaikannya tidak sebesar pada kedalaman 5 cm dan 10 cm, persentase kenaikan nilai tahanan penetrasi pada kedalaman 20 cm adalah 58.10 %. Pada Gambar 19 terlihat bahwa tahanan penetrasi terkecil adalah 8.67 kgf/cm2 terjadi pada perlakuan tanpa lintasan, sedangkan tahanan penetrasi terbesar pada perlakuan 6 lintasan yaitu sebesar 14.80 kgf/cm2. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yefrinaldi (1994) yang menyatakan bahwa perlakuan lintasan dapat meningkatkan tahanan penetrasi dan bulk density tanah sampai kedalaman 25 cm.

Peningkatan nilai tahanan penetrasi tanah juga disebabkan oleh persentase kadar air tanah di lapang pada saat pengukuran, dimana terlihat pada Lampiran 12, persentase kadar air tanah cenderung menurun seiring meningkatnya intensitas lintasan sehingga meningkatkan nilai tahanan penetrasi tanah. Berat mesin yang beroperasi pada lahan mengakibatkan air dan rongga udara dalam tanah terdesak oleh partikel padatan sehingga tanah akan menjadi semakin padat.

Pengaruh intensitas lintasan terhadap tahanan penetrasi pada kedalaman 30 cm tidak begitu besar, rata-rata nilai tahanan penetrasi mengalami peningkatan sebesar 4 %, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 18 yang menunjukkan nilai kenaikan tahanan penetrasi yang tidak begitu besar, dimana tahanan penetrasi terkecil terjadi pada perlakuan 2 lintasan yaitu sebesar 8.42 kgf/cm2, sedangkan tahanan penetrasi terbesar yaitu 12.30 kgf/cm2 terjadi pada perlakuan 4 dan 6 lintasan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh intensitas lintasan roda traktor semakin kecil dan hanya berpengaruh besar pada daerah permukaan. Gambar 18 terlihat bahwa nilai tahanan penetrasi pada perlakuan tanpa lintasan lebih besar daripada perlakuan 2 lintasan, dan kemudian mengalami kenaikan pada perlakuan 4 dan 6 lintasan akan tetapi kenaikannya sangat kecil yaitu 4 %. Hal ini terjadi diduga karena kadar air pada perlakuan tanpa lintasan lebih tinggi daripada perlakuan 2 lintasan pada kedalaman 30 cm.


(61)

35 Nilai tahanan penetrasi pada kedalaman 40 cm cenderung konstan, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan intensitas lintasan roda sudah tidak berpengaruh lagi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 21, dimana nilai tahanan penetrasi terkecil terjadi pada perlakuan 2 lintasan yaitu sebesar 8 kgf/cm2, sedangkan nilai tahanan penetrasi yang terbesar adalah 10.80 kgf/cm2 terjadi pada perlakuan 4 dan 6 lintasan. Pada Gambar 21 terlihat jelas bahwa nilai tahanan penetrasi cenderung konstan, bahkan nilai tahanan penetrasi pada perlakuan 2 lintasan lebih rendah jika dibanding dengan perlakuan tanpa lintasan yang nilainya hampir sama dengan perlakuan 4 dan 6 lintasan. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Yefrinaldi (1994) yang menyatakan bahwa untuk kedalaman 25-40 cm pengaruh lintasan yang diberikan tidak berpengaruh lagi terhadap tahanan penetrasi tanah.

Hasil pengukuran tahanan penetrasi tanah di lapang menunjukkan hasil yang sama dengan nilai bulk density tanah, dimana terjadi pemadatan maksimum pada kedalaman 0-10 cm. Pada tabel Lampiran 26 terlihat peningkatan tahanan penetrasi tanah pada kedalaman 5-20 cm dan pada kedalaman selanjutnya cenderung terjadi penurunan. Adanya perubahan tingkat kepadatan tanah tersebut menyebabkan tanah menjadi sulit ditembus oleh penetrometer atau gaya yang diperlukan untuk menekan penetrometer untuk menembus tanah persatuan luas tertentu menjadi lebih besar. Selain itu, adanya tekanan terhadap tanah pada saat pengolahan tanah akan mengurangi kadar air tanah, porositas tanah dan mengganggu sistem tanah. Dengan berkurangnya kadar air tanah tersebut akan menyebabkan kenaikan tahanan penetrasi tanah atau pada kadar air tanah yang rendah maka tanah akan menjadi sangat keras dan sangat sulit ditembus penetrometer dan sebaliknya pada kadar air tinggi maka tanah akan menjadi lembek dan mudah ditembus penetrometer. Pada penelitian ini secara umum menunjukkan peningkatan tahanan penetrasi tanah dengan menurunnya kadar air tanah.


(62)

36

Tahanan Penetrasi Kedalaman 5 cm

0 3 6 9 12 15 18

0 1 2 3 4 5

Intensitas Lintasan T a ha na n pe ne tr a si ( kgf /c m 2) Tanpa Kompos Kompos 4 ton/ha Kompos 6 ton/ha

L0 L2 L4 L6

Gambar 17 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap tahanan penetrasi pada kedalaman 5 cm

Tahanan Penetrasi Kedalaman 10 cm

0 3 6 9 12 15 18

0 1 2 3 4 5

Intensitas Lintasan Ta h a na n p e ne tr a si ( kgf /c m 2 ) Tanpa Kompos Kompos 4 ton/ha Kompos 6 ton/ha

L0 L2 L4 L6

Gambar 18 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap tahanan penetrasi pada kedalaman 10 cm

Tahanan Penetrasi Kedalaman 20 cm

0 3 6 9 12 15 18

0 1 2 3 4 5

Intensitas Lintasan T a h a na n pe ne tr a si ( kgf /c m 2) Tanpa Kompos Kompos 4 ton/ha Kompos 6 ton/ha

L0 L2 L4 L6

Gambar 19 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap tahanan penetrasi pada kedalaman 20 cm


(63)

37

Tahanan Penetrasi Kedalaman 30 cm

0 3 6 9 12 15 18

0 1 2 3 4 5

Intensitas Lintasan T a ha na n pe ne tr a si ( k gf /c m 2 ) Tanpa Kompos Kompos 4 ton/ha Kompos 6 ton/ha

L0 L2 L4 L6

Gambar 20 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap tahanan penetrasi pada kedalaman 30 cm

Tahanan Penetrasi Kedalaman 40 cm

0 3 6 9 12 15 18

0 1 2 3 4 5

Intensitas Lintasan T a h a na n pe ne tr a si ( k gf /c m 2) Tanpa Kompos Kompos 4 ton/ha Kompos 6 ton/ha

L0 L2 L4 L6

Gambar 21 Grafik pengaruh intensitas lintasan terhadap tahanan penetrasi pada kedalaman 40 cm

2) Pengaruh Kompos Terhadap Tahanan Penetrasi Tanah

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tahanan penetrasi (Lampiran 7). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 22 sampai Gambar 26 dimana perlakuan dosis kompos pada setiap kedalaman (5, 10, 20, 30, dan 40 cm) terlihat bahwa nilai tahanan penetrasi cenderung konstan. Ini menunjukkan bahwa bahan organik kompos yang diberikan pada tanah belum terdekomposisi secara sempurna dalam waktu singkat sehingga belum terlihat peranannya dalam meredam pemadatan tanah akibat berat traktor. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Surawijaya (1995) yang menyatakan bahwa perlakuan pemberian bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap tahanan penetrasi. Pada kedalaman 5


(1)

67

Lanjutan

rata 13.6 17.9 12.6 1.43 2 3.29 18.4 11.1 12.3 2.57 2.57 2.29 12.6 9.43 12.9 3.29 1.86 4.29 L4K4 20 17 14 3 6 2 10 12 9 5 2 1 8 10 12 1 2 3

14 9 17 4 1 3 20 12 15 21 2 4 8 9 11 1 6 0 19 22 19 1 5 3 15 17 22 6 4 2 22 11 13 3 7 1 14 21 14 1 6 3 25 10 27 6 2 17 19 15 11 4 7 1 12 14 21 4 2 2 28 9 12 10 0 2 15 29 7 2 3 3 21 17 20 1 3 1 17 17 23 21 2 6 20 28 17 4 5 10 19 24 20 4 5 4 30 26 27 8 5 1 25 20 16 4 6 1 rata 17 17.7 17.9 2.57 4 2.57 20.7 14.7 19.3 11 2.43 4.71 16.7 17.4 12.4 2.71 5.14 2.71 L4K6 26 8 27 8 3 2 38 10 13 2 3 3 17 10 9 4 2 1

13 18 18 1 3 5 30 10 13 5 1 4 14 10 11 3 1 1 28 19 20 4 4 5 39 22 11 1 4 3 15 15 9 2 1 4 14 19 18 5 3 2 34 19 10 3 1 4 13 9 11 4 2 3 19 21 15 8 5 3 28 12 14 3 2 3 9 9 8 4 2 12 22 17 13 5 4 10 28 13 27 3 4 3 21 12 17 7 2 3 8 11 12 1 3 3 40 6 21 1 0 3 15 19 16 9 3 7 rata 18.6 16.1 17.6 4.57 3.57 4.29 33.9 13.1 15.6 2.57 2.14 3.29 14.9 12 11.6 4.71 1.86 4.43 L6K0 4 3 11 0 1 2 7 10 10 8 4 2 14 1 8 2 3 4

8 5 4 1 5 1 14 10 16 0 6 4 9 13 7 1 2 3 13 1 7 2 0 2 12 8 14 1 3 0 16 10 11 1 2 2 13 7 8 4 5 3 8 8 12 2 4 3 7 10 12 2 3 2 11 4 8 3 1 2 6 9 12 0 3 2 14 8 13 1 2 2 18 3 2 0 0 2 20 12 7 2 6 1 7 11 6 0 3 1 12 7 0 2 3 1 11 14 8 2 4 3 14 26 11 2 5 2 rata 11.3 4.29 5.71 1.71 2.14 1.86 11.1 10.1 11.3 2.14 4.29 2.14 11.6 11.3 9.71 1.29 2.86 2.29 L6K4 7 7 10 2 4 0 21 10 14 8 1 3 16 5 17 0 1 5

13 5 14 1 4 9 27 16 16 1 1 1 22 15 13 0 0 5 15 10 9 3 3 4 23 10 14 1 1 1 13 19 12 4 1 5 10 12 13 2 3 0 14 18 14 0 3 2 20 22 17 3 0 3 12 7 15 2 5 2 24 10 15 4 0 1 23 11 15 2 0 6 17 3 10 4 5 5 18 10 16 1 3 1 20 10 12 3 2 6 14 12 12 1 3 3 19 16 25 1 6 3 8 18 12 4 0 5 rata 12.6 8 11.9 2.14 3.86 3.29 20.9 12.9 16.3 2.29 2.14 1.71 17.4 14.3 14 2.29 0.57 5 L6K6 21 12 12 2 3 0 22 13 18 1 3 3 13 9 18 2 3 3

14 6 12 5 5 2 12 24 12 9 2 5 12 13 10 2 4 4 16 15 10 1 3 3 10 12 16 1 1 8 16 18 28 1 2 4 10 10 18 0 5 1 17 12 20 2 0 0 22 12 16 1 5 4 20 19 10 2 5 3 28 11 16 4 1 5 17 11 20 0 6 6 24 12 12 0 6 2 14 19 11 1 3 4 6 21 18 1 7 10 23 12 11 3 6 1 20 12 13 4 3 3 25 6 18 1 5 4 rata 18.3 12.3 12.1 1.86 4.71 1.71 17.6 14.7 15.1 3.14 1.86 4 15.9 12.9 18.3 1.14 4.57 5

Lampiran 27 Data tahanan penetrasi tanah

Kedalaman Tahanan Penetrasi (kg/cm2)

L0K0 L0K4 L0K6 L2K0 L2K4 L2K6 L4K0 L4K4 L4K6 L6K0 L6K4 L6K6 O 3.5 2.83 3 5.67 7.67 8.75 9.67 9.33 8.83 12.4 12.5 12.4 5 6.17 4.17 4.67 8 11.6 11.8 12.2 12.2 11.8 14.7 15.8 14.5 10 7.67 4.83 5.67 9.33 10.3 10.4 12.2 12.8 12.8 13.2 14.2 12.8 15 7.33 8.67 6.92 9.83 10.6 9.5 13.3 13.8 13.3 13.7 14.3 12.7 20 8.92 10 8.67 9 9.83 8.83 13 13.5 13.2 14.1 14.8 13.3 25 10.4 9.75 9.5 8.5 9.25 9.08 12.3 13.7 12.2 12.8 13.2 12.5 30 11.2 9.42 10.2 8.42 9.17 8.83 10.2 12.3 11.2 11.3 12.3 11.6 35 10.7 9.83 10.3 7.92 9.67 6.33 9.5 11 11.7 9.17 10.8 9.58 40 9.17 8.92 10.2 8 9.17 6.5 9.17 10.5 10.8 9.33 10.8 10.5


(2)

Lampiran 28 Data nilai bulk density

Bulk density

Kedalaman (cm)

Bulk density (gr/cm3)

L0K0 Rt2 L0K4 Rt2 L0K6 Rt2 L2K0 Rt2 L2K4 Rt2 L2K6 Rt2 1-10 0.93 1.2 0.92 1.02 0.82 0.88 0.93 0.88 1.03 0.97 0.94 0.98 1.26 1.09 1.01 1.12 0.8 0.99 0.94 0.91 1.05 0.92 1.03 1 10-20 0.83 1.13 0.98 0.98 1 1.01 1.11 1.04 1.02 0.97 1.05 1.01 1.13 1.17 0.99 1.1 0.84 1.23 1 1.03 1.11 1.11 1.04 1.09 20-30 1.16 0.99 1.09 1.08 1.04 0.78 1.33 1.05 1.18 1.11 0.99 1.09 1.03 1.18 1.1 1.1 1.11 1.31 0.89 1.1 1.1 1.19 0.83 1.04

Kedalaman (cm)

Bulk density (gr/cm3)

L4K0 Rt2 L4K4 Rt2 L4K6 Rt2 L6K0 Rt2 L6K4 Rt2 L6K6 Rt2 1-10 1.13 1.28 1.16 1.19 0.96 1.16 1.22 1.11 1.1 1.05 0.84 1 1.19 1.1 0.79 1.03 1.22 1.2 1.16 1.2 0.83 1.34 0.74 0.97 10-20 1.2 1.13 1.04 1.12 0.92 1.11 1.15 1.06 1.09 0.93 0.99 1 1.14 1.18 0.95 1.09 1.12 1.26 1.2 1.19 1.11 1.14 1.14 1.13 20-30 0.97 1.15 0.87 1 1.1 0.97 1.13 1.07 0.87 0.93 0.98 0.92 1.01 1.06 1.02 1.03 1.09 1.08 1.08 1.08 1.03 0.93 0.97 0.98


(3)

69

Lampiran Gambar

Lampiran 29 Gambar pengukuran tahanan penetrasi tanah

Lampiran 30 Gambar petak penelitian


(4)

Lampiran 32 Gambar biji kacang tanah

Lampiran 33 Gambar polong kacang tanah


(5)

71

Lampiran 35 Gambar polong kacang dengan rumpunnya

Lampiran 36 Gambar oven dan timbangan


(6)