HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERUBAHAN-PERUBAHAN MASA PUBERTAS DI SMP N 2 GAMPING

(1)

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG

PERUBAHAN-PERUBAHAN MASA PUBERTAS DI SMP N 2 GAMPING

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh Dwi Rani Ratnasari

20120320190

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG

PERUBAHAN-PERUBAHAN MASA PUBERTAS DI SMP N 2 GAMPING

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh Dwi Rani Ratnasari

20120320190

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG

PERUBAHAN-PERUBAHAN MASA PUBERTAS DI SMP N 2 GAMPING

Disusun oleh: Dwi Rani Ratnasari

20120320190

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 10 Juni 2016

Dosen Pembimbing

Yuni Astuti, M. Kep., Ns., Sp. Kep. Mat

NIK: 19870617201504173186

Dosen Penguji

Dewi Puspita, S.Kp., M. Sc NIP: 197711042005012001

Mengetahui

Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sri Sumaryani, Ns., M. Kep., Sp. Mat NIK: 19770313200104173046


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Dwi Rani Ratnasari NIM : 20120320190 Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar–benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Dwi Rani Ratnasari NIM. 20120320190


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna)

kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mendapat hikmah itu

Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak. Dan tiadalah yang menerima peringatan

melainkan orang- orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah: 269)

Puji syukur alhamdulillah atas terselesaikannya karya tulis ilmiah ini peneliti persembahkan kepada orang-orang yang selalu menginspirasi dan memotivasi dalam perjalanan hidup dan masa-masa kuliah. Tiada ada kata yang lebih pantas selain kata alhamdulillah dan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua yang membantu dan mendukung penulisan karya tulis ilmiah ini. Terima kasih peneliti ucapkan kepada, Sang

Maha Pencipta Allah SWT, Alhamdulillah telah memberikan kemudahan dalam melaksanakan penelitian ini.

Rasulullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman kejahilan dan menuju zaman yang penuh dengan peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Ayahanda (Sukatman) dan Ibunda (Sri Wahyuningsih) tercinta yang telah mencucurkan keringat dan mencurahkan kasih sayang, dukungan dan semangat serta doa restu sehingga kuliah yang peneliti jalani terselesaikan dan berjalan dengan lancar. Bangga

memiliki orang tua seperti beliau, seorang ibu yang selalu mendidik dari berbagai hal, berkorban dalam segala hal, dan seorang Ayah yang selalu berjuang untuk memenuhi semua

kebutuhan anak-anaknya. Terima kasih telah mengasuh, mengasah, dan memberikan kasih sayang selama 22 tahun ini sehingga bisa merasakan indahnya dunia pendidikan ini dalam

suka duka beliau selalu ada.

Ibu Yuni Astuti, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.Mat selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu dan tiada hentinya memotivasi sehingga karya tulis ini bisa terselesaikan.

Kakak Devi Nur Cahaynati dan adik Nadya Saltsa Putri Ferennika yang selalu memberikan semangat dalam kuliah dan bantuan dalam penyusunan karya tulis ini.

Keponakan tante tersayang Syakira Fsihanza Purbo, semoga menjadi hamba Allah SWT yang sholeh, sholehah dan berilmu sayang. Amin...

Mas Galih Laksono yang selalu menemani dari SMA sampai saat ini yang senantiasa ada untuk memberikan dukungan, melantunkan doa serta mengusahakan segala macam bantuan terkait penyelesaian Skripsi ini. Terima kasih atas semua yang telah dilakukan, terima kasih telah senantiasa menguatkan di kala penulis terpuruk dan sempat merasa tidak


(6)

v

Sahabat-sahabatku Meidila Putri, Sely Marisa, Dessy Hapsari, Dea Prastika Hapsari, dan Ulfah Safitri terima kasih atas segala ukiran hati bertemakan persahabatan yang tulus

murni sepanjang masa pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan sejak awal hingga terselesainya pendidikan. Terima kasih atas segala canda, tawa dan tangisan haru serta bahagia yang telah dibagi dan turut dirasa. Terimakasih atas rasa kekeluargaan yang begitu besar meski tanpa ikatan darah. Jalinan persahabatan ini semoga Allah jaga hingga ke Surga.

Teman-temanku Azzam, Bella, Hafida, Tiffany, Ahid, Shandy, Sari dan Linda yang dulu pernah satu bimbingan dan harus terpisah, terima kasih atas bantuan, doa, nasehat,

hiburan, dan ejekan kalian buat aku, sukses terus buat kalian semua.

Dulgemuk Family Galih Laksono, Kak Gia, Brian, Galih Basir, Tesa Adult, dan Wawan , tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama

selama merantau di kota pelajar dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini.

Teman-teman satu bimbingan Meidila putri, Affin, Seli F, dan Laely semangat terus untuk kita dan semoga kita menjadi yang terbaik..

Keluarga besar PSIK 2012 yang selalu memberikan semangat dan kenangan manis dalam perkuliahan, semoga bisa kompak selalu.

Si putih beat AE 6888 YD terima kasih telah menemaniku selama kuliah di Yogyakarta dari panas sampai hujan, dari jalan lurus, berkelok, dan naik.

Semua yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu terima kasih atas segenap doa dan dukungan dalam penyusunan karya tulis ini.

”your dreams today, can be your future tomorrow”


(7)

vi

MOTTO HIDUP

“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya karena Allah SWT” ”Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah

selesai (mengerjakan yang lain), dan berharaplah kepada Tuhanmu” (Q.S. Al Insyiroh: 6-8)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.Sesunggunya bersama Kesulitan Ada Kemudahan”

(Q.S. Asy- Syarh 94: 5-6)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah ~Thomas

Alva Edison

If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done. Success is a journey, not a destination

Mustahil adalah bagi mereka yang tidak pernah mencoba ~ Jim Goodwin

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna ~ Einstein

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua ~ Aristoteles Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan, dan kedisiplinan ~ Chairul

Tanjung

Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan

anak-anak cerdas ~ Dian Sastrowardoyo

Better to feel how hard education is at this time rather than fell the bitterness of stupidity, later.


(8)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan salawat atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

“Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan-perubahan Masa Pubertas di SMP N 2 GAMPING”.

Teriring rasa syukur penulis yang begitu besar, karena akhirnya penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Yogyakarta.

2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep,.Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Yuni Astuti, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.Mat selaku dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran, kelembutan dan pengorbanan sehingga beliau mampu membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. 4. Ibu Ferika Indarwati, S.Kep, Ns.,M.Ng selaku dosen pembimbing sebelumnya


(9)

vi

5. Dosen penguji Ibu Dewi Puspita, S.Kp. M. Sc yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberi arahan kepada penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

6. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

7. Responden penelitian ini yaitu siswi-siwi SMP N 2 Gamping beserta guru dan wali murid.

8. Teman-teman PSIK 2012 seangkatan yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang besar dalam menyelesaikan karya tulis ini.

9. Teman-teman sejawat yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini. Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah memiliki kekurangan, mengingat keterbatasan peneliti, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Wassalamu’alaikum, wr.wb.

Yogyakarta, Agustus 2016 Penulis


(10)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

F. Penelitian Terkait ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan ... 13

b. Tingkat Pengetahuan ... 14

c. Pengukuran Pengetahuan ... 15

d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 16

2. Remaja a. Pengertian Remaja ... 20

b. Ciri-ciri Remaja ... 21

c. Perkembangan Masa Remaja ... 23

d. Faktor-faktor timbulnya masalah pada remaja ... 24

e. Perubahan Fisik Pada Remaja ... 24

f. Karakteristik Remaja ... 26

3. Pubertas a. Pengertian Pubertas ... 27


(11)

viii

c. Perubahan pada Masa Pubertas ... 29

d. Masalah Kesehatan Seksualitas Remaja ... 35

e. Ciri-ciri Pubertas ... 36

4. Peran Orang Tua a. Pengertian Peran Orang Tua ... 37

b. Macam-macam Peran Orang Tua... 39

c. Upaya Orang Tua dalam Mempersiapkan Masa Pubertas ... 43

d. Hubungan Peran Orang Tua ... 46

B. Kerangka Teori... 49

C. Kerangka Konsep ... 50

D. Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 51

B. Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel ... 51

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54

D. Variabel Penelitian ... 54

E. Hubungan Antar Variabel ... 56

F. Definisi Operasional... 57

G. Instrumen Penelitian... 57

H. Teknik Pengumpulan Data ... 61

I. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 65

J. Metode Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 66

K. Prosedur Penelitian... 69

L. Etika Penelitian ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 73

B. Hasil Penelitian ... 74

C. Pembahaan ... 77

D. Kesulitan Penelitian ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA


(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perubahan Fisik Remaja Putri ... 25

Tabel 3.1 Data Jumlah Sampel Tiap Kelas... 53

Tabel 3.2 Definisi Operasional... 57

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pertanyaan Perubahan Remaja Putri Tentang Masa Pubertas 59 Tabel 3.4 Kisi-kisi Pertanyaan Peran Orang Tua ... 60

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r Validitas ... 62

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai r Reliabilitas ... 64

Tabel 4.1 Deskripsi Frekuensi Peran Orangtua... 74

Tabel 4.2 Deskripsi Frekuensi Pengetahuan Remaja ... 75

Tabel 4.3 Crosstab ... 76


(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 49 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 50 Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel ... 50


(14)

xi

DAFTAR SINGKATAN

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

SDKI – R : Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia – Remaja SKRRI : Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia SMP N : Sekolah Menengah Pertama Negeri


(15)

xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Studi Pendahuluan

Lampiran 2 : Surat Uji Validitas

Lampiran 3 : Surat Keterangan kelayakan Etika Penelitian Lampiran 4 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 5 : Badan Perencaaan Pembangunan Daerah Lampiran 6 : Kantor Kesatuan Bangsa

Lampiran 7 : Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 8 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 9 : Kuesioner Perubahan Masa Pubertas Lampiran 10 : Kuesioner Peran Orang Tua


(16)

xiii

Dwi Rani Ratnasari. (2016).Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan-perubahan Masa Pubertas di SMP N 2 Gamping. Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogayakarta.

Pembimbing: Yuni Astuti, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.Mat

INTISARI

Masa remaja merupakan masa transisi dalam kehidupan dimana pada fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa (BKKBN, 2004). Perubahan yang paling mencolok adalah perubahan fisik yang terjadi secara alamiah dan terkadang remaja tidak tahu terhadap perubahan tersebut yang menyebabkan mereka cemas dan malu (Istiqomah, 2010). Salah satu untuk mengurangi kecemasan pada remaja saat menghadapi masa pubertas diperlukan peran orang tua maupun guru di sekolah untuk memberikan informasi yang benar tentang kondisi perubahan pada masa - masa remaja (Dariyo, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan pengetahuan remaja putri tentang perubahan-perubahan masa pubertas di SMP N 2 Gamping.

Penelitian menggunakan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional. Pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling, dengan jumlah sampel 136 remaja putri, berusia 12-15 tahun yang sudah menstruasi maupun yang belum menstruasi sedangkan instrument penelitian menggunakan kuesioner. Analisa data dalam peenlitian ini menggunaka Spearman’s Rho.

Sebanyak 66 orang (48,5%) memilik peran orang tua dalam kategori baik dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 69 orang (50,7%). Hasil Analisa data menunjukkan p value 0,000 lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) dengan koefisien korelasi r sebesar 0,959.

Terdapat Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan-perubahan Masa Pubertas Di SMP N 2 Gamping


(17)

xiv

Dwi Rani Ratnasari. (2016). Relations of Parents role with adolescen Knowledge About Puberty changes in SMPN 2 Gamping. Scientific papers, nursing courses, Muhammadiyah University Of Yogyakarta.

Advisor: Yuni Astuti, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.Mat

ABSTRACT

Adolescence is a transition period of life individual in this phase adolescence have change from children to adulthood (BKKBN, 2004). Most striking change at adolescent is physical change. Physical change that happened represent natural process, but often times adolescent ihnorance to the change make them worry and shame. (Istiqomah, 2010). The ways to reduce anxiety in adolescents when they facing puberty takes the role of parents and teachers in their school to provide correct information about their changes in the future-adolescence. One of them is required the provision of information about the understanding of the physical changes of puberty (Dariyo, 2004). The purpose of this Relations of Parents role with adolescent Knowledge About Puberty changes in SMPN 2 Gamping

The study used quantitative correlational research. The sampling using stratified random sampling, with total sample 136 girls, with age 12-15 years who have menstruating or have not menstruating, the instrument of research using questionnaires. Analysis of the data in this research using the Spearman’s Rho. The results as many as 66 people (48,5%) has the role of parents in both categories and respondents who have a good level of knowledge as many as 69 people (50,7%). Results Data analysis showed 0,000 p value less than 0.05 (p <0.05) with the coefficient correlation of 0,959.

The conclusion of this There have Relations of Parents role with adolescent Knowledge About Puberty changes in SMPN 2 Gamping


(18)

(19)

Pembimbing: Yuni Astuti, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.Mat

INTISARI

Masa remaja merupakan masa transisi dalam kehidupan dimana pada fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa (BKKBN, 2004). Perubahan yang paling mencolok adalah perubahan fisik yang terjadi secara alamiah dan terkadang remaja tidak tahu terhadap perubahan tersebut yang menyebabkan mereka cemas dan malu (Istiqomah, 2010). Salah satu untuk mengurangi kecemasan pada remaja saat menghadapi masa pubertas diperlukan peran orang tua maupun guru di sekolah untuk memberikan informasi yang benar tentang kondisi perubahan pada masa - masa remaja (Dariyo, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan pengetahuan remaja putri tentang perubahan-perubahan masa pubertas di SMP N 2 Gamping.

Penelitian menggunakan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional. Pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling, dengan jumlah sampel 136 remaja putri, berusia 12-15 tahun yang sudah menstruasi maupun yang belum menstruasi sedangkan instrument penelitian menggunakan kuesioner. Analisa data dalam peenlitian ini menggunaka Spearman’s Rho.

Sebanyak 66 orang (48,5%) memilik peran orang tua dalam kategori baik dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 69 orang (50,7%). Hasil Analisa data menunjukkan p value 0,000 lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) dengan koefisien korelasi r sebesar 0,959.

Terdapat Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan-perubahan Masa Pubertas Di SMP N 2 Gamping


(20)

Advisor: Yuni Astuti, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.Mat

ABSTRACT

Adolescence is a transition period of life individual in this phase adolescence have change from children to adulthood (BKKBN, 2004). Most striking change at adolescent is physical change. Physical change that happened represent natural process, but often times adolescent ihnorance to the change make them worry and shame. (Istiqomah, 2010). The ways to reduce anxiety in adolescents when they facing puberty takes the role of parents and teachers in their school to provide correct information about their changes in the future-adolescence. One of them is required the provision of information about the understanding of the physical changes of puberty (Dariyo, 2004). The purpose of this Relations of Parents role with adolescent Knowledge About Puberty changes in SMPN 2 Gamping

The study used quantitative correlational research. The sampling using stratified random sampling, with total sample 136 girls, with age 12-15 years who have menstruating or have not menstruating, the instrument of research using questionnaires. Analysis of the data in this research using the Spearman’s Rho. The results as many as 66 people (48,5%) has the role of parents in both categories and respondents who have a good level of knowledge as many as 69 people (50,7%). Results Data analysis showed 0,000 p value less than 0.05 (p <0.05) with the coefficient correlation of 0,959.

The conclusion of this There have Relations of Parents role with adolescent Knowledge About Puberty changes in SMPN 2 Gamping


(21)

1 A. Latar Belakang

Saat ini di Indonesia 62 juta remaja sedang tumbuh di tanah air. Artinya satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi penerus dan akan menjadi orang tua bagi generasi berikutnya (Jameela, 2010).

Masa remaja merupakan masa transisi dalam kehidupan dimana pada fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa (BKKBN, 2004). Masa remaja merupakan fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa remaja digambarkan dengan remaja yang ingin mencari identitas dirinya dan lepas dari ketergantungan dengan orang tuanya, menuju pribadi yang mandiri (Gunarsa, 2006). Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Pardede, 2008). Perubahan yang paling mencolok adalah perubahan fisik yang terjadi secara alamiah dan terkadang remaja tidak tahu terhadap perubahan tersebut yang menyebabkan mereka cemas dan malu (Istiqomah, 2010). Cara untuk mengurangi kecemasan pada remaja saat menghadapi masa pubertas diperlukan peran orang tua maupun guru di sekolah untuk memberikan informasi yang benar tentang kondisi perubahan pada masa - masa remaja. Salah satu nya yaitu diperlukan


(22)

pemberian informasi tentang pengertian perubahan fisik masa puber (Dariyo, 2004).

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja putri terjadi karena mulai diproduksinya hormon-hormon seksual yang mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan sistem reproduksi yang terkadang ditandai dengan pembesaran payudara (Soetjiningsih, 2007). Perubahan yang paling terlihat jelas pada remaja putri di antaranya payudara, panggul dan paha, tumbuh rambut dibagian ketiak dan sekitar alat kelamin, bertambahnya berat badan dan tinggi badan, pertumbuhan tulang dan otot serta kematangan organ seksual sehingga mengalami menstruasi (Sarwono, 2005).

Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) (2007) menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri usia 12-19 tahun tentang tanda pubertas mengenai pertumbuhan rambut pada sekitar kemaluan dan ketiak sebanyak 17,3%, sebanyak 53,5% remaja putri mengetahui bahwa pertumbuhan dada, 5,2% remaja putri mengetahui bahwa meningkatnya gairah seksual merupakan tanda pubertas pada wanita, sebanyak 75,4% remaja putri mengetahui bahwa haid merupakan tanda pubertas pada wanita, dan sebanyak 13,5% remaja putri tidak tahu apapun tentang tanda pubertas pada wanita.

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah tahun 2010 di Semarang tentang pengetahuan kesehatan reproduksi menunjukkan 43,22% pengetahuannya rendah, 37,28% pengetahuan


(23)

cukup, sedangkan 19,50% pengetahuannya baik. Kesehatan Indonesia Remaja (SDKI-R) menyebutkan 13,3% remaja putri tidak tahu sama sekali mengenai perubahan fisiknya saat puber. Bahkan hampir separuh (47,9%) remaja putri tidak mengetahui waktu puber (BKKBN, 2012).

Masa remaja awal berada pada masa puber, yaitu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Gejala pubertas ini dapat di tandai dengan “menarche” atau haid pertama pada anak perempuan. Variasi pada usia saat terjadi pubertas menimbulkan banyak masalah pribadi maupun sosial bagi anak. Hal ini sebagai akibat dari ketidak matangan sosial dan kognitif (daya pikir) mereka dihubungkan dengan perkembangan fisik yang lebih awal (Hurlock, 2005). Seperti hadist berikut:

Artinya:

“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid: dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.: (Al-Baqarah : 222).


(24)

Pentingnya pengetahuan remaja tentang perubahan fisik karena masa remaja merupakan masa stress full karena ada perubahan fisik dan biologis serta perubahan dari lingkungan, sehingga diperlukan suatu proses penyesuaian diri dari remaja. Ketidaktahuan remaja mengenai perubahan yang terjadi pada dirinya dan mengapa hal itu terjadi dan dapat menimbulkan rasa cemas dan malu. Mereka akan bertanya-tanya apakah perubahan itu suatu hal yang normal, apakah semua orang mengalaminya dan apa yang harus mereka lakukan dengan perubahan tersebut (BKKBN, 2010). Meningkatnya minat remaja pada masalah yang pernah terjadi pada dirinya, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai perubahan yang dialami. Hal tersebut akan menimbulkan sikap dan perilaku yang beresiko apabila remaja mendapatkan informasi tentang kesehatan reprodusi yang tidak tepat (Depkes RI, 2010).

Remaja yang tidak mempunyai pengetahuan cukup atau informasi yang jelas tentang perubahan fisik yang mereka alami kadang-kadang akan menimbulkan rasa cemas, takut, malu, merasa lain, dan bingung. Terlihat ketika remaja ini mengalami perubahan yang paling dasar yaitu perubahan fisik. Konsekuensi dari perkembangan fisik ini akan lebih kompleks pada remaja putri. Salah satunya perubahan berat dan bentuk tubuh yang terkadang mengganggu geraknya bila ingin terlihat menarik di depan lawan jenisnya (Gunarsa, 2006). Pengetahuan juga merupakan salah satu komponen dalam pembentukkan sikap seseorang, dengan pengetahuan yang tidak memadai akan membuat remaja cenderung mengambil sikap


(25)

yang salah. Dampaknya jika remaja mempunyai pengetahuan tentang pubertas yang tidak memadai maka akan membuat remaja cenderung bersikap negatif tentang seksualitas (Ali dan Asrori, 2009). Hasil penelitian Fitri, dkk (2012) menyebutkan bahwa remaja putri cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi terutama masalah fisik (tubuh). Menurut Irawan (2010) sikap yang ditunjukan oleh remaja putri yaitu mereka merasa malu dengan perubahan yang terjadi seperti perubahan payudara, haid pertama, bertambahnya berat badan, adanya jerawat yang membuat mereka kurang percaya diri. Papalia dan Old (2001) mengatakan perubahan yang terjadi saat remaja terletak pada perubahan sikap, perilaku dan pertumbuhan fisiknya dimana pada saat remaja mudah sekali dipengaruhi faktor dari luar dirinya seperti keluarga, lingkungan, pergaulan, teman sebaya dan teman sekolah. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dimana terjadi perbedaan pertumbuhan fisik antara laki-laki dan perempuan, yaitu terletak pada organ reproduksinya, dimana akan diproduksi hormon yang berbeda. Penampilan yang berbeda serta bentuk tubuh akan berbeda akibat berkembangnya seks sekunder (Depkes RI, 2007).

Orang tua sebaiknya sudah membekali anak dengan pengetahuan tentang masalah dan perubahan pada saat masa pubertas. Cara menyampaikannya tentu harus dengan penjelasan yang sederhana sesuai dengan pemahaman anak-anak. Penyampain yang baik kepada anak-anak, akan memberikan dampak langsung dan tidak langsung, sehingga secara


(26)

alami anak-anak akan mengerti setiap perubahan yang terjadi didalam dirinya. Hal yang penting supaya anak tidak merasa kaget, malu, gelisah, cemas, dan tertekan. Sehingga anak memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya. Orang tua memegang peran, posisi dan sentral yang penting bagi tumbuh kembang anak-anaknya. Baik buruknya seorang anak pada perkembanganya, terutama pada masa remaja terlebih di masa era saat ini adalah karena peran dari orang tua (Yusi, 2007).

Peran orang tua sangatlah penting untuk mengatasi masalah-masalah yang akan timbul pada anaknya dan peran orang tua sangatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh anak-anak mereka. Orang tua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Hal ini akan membawa remaja ke hal-hal yang yang positif seperti menunjukkan bahwa dia memiliki kompetensi-kompetensi. Sebaliknya jika orang tua tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orang tua dan nilai yang dianutnya. Hal ini bisa menjadi berbahaya jika lingkungan baru anak memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orang tua. Hal ini akan menimbulkan konflik baik berakar dari egositas anak yang memang sedang tinggi-tingginya maupun ketidak sabaran dan kekurang pahaman orang tua akan perubahan-perubahan anak. Hal yang harus dipertimbangkan oleh orang tua sejak anak lahir bahwa


(27)

setiap anak punya tugas atau target yang perlu dicapai pada setiap tahap perkembangan. Selain nature (faktor gen atau keturunan), aspek nurture seperti pendidikan luar dan adaptasi juga berperan penting (Bisono, 2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMP N 2 Gamping, penulis memberikan pertanyaan pada remaja kelas VII dan VIII berusia 13-14 tahun yang sudah menarche yang tinggal bersama orang tua masing-masing. Dari 15 siswa mengetahui pengertian masa pubertas, tetapi tidak mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada saat masa pubertas. Hanya 5 siswa yang mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada saat masa pubertas, kebanyakan dari mereka hanya mengetahui perubahan fisik dan emosioanal. Hasil wawancara dan angket dari sekolah tersebut didapatkan bahwa orang tua juga kurang berperan dalam perubahan-perubahan yang terjadi pada anaknya pada saat masa pubertas. Melihat pentingnya masalah yang ada tersebut sehubungan dengan tingkat pengetahuan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas di SMP N 2 Gamping.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah “Apakah ada Hubungan Peran Orang Tua dengan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan-Perubahan Masa Pubertas?”.


(28)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara peran orang tua dengan pengetahuan remaja putri tentang perubahan-perubahan masa pubertas.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui peran orang tua terhadap remaja putri tentang perubahan-perubahan masa pubertas.

b. Mengetahui pengetahuan remaja putri tentang perubahan-perubahan masa pubertas.

c. Mengetahui hubungan peran orang tua dengan perubahan-perubahan masa pubertas pada remaja putri.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi dan menambah pengetahuan bagi remaja putri tentang perubahan pada saat masa pubertas.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kurikulum dalam pendidikan keperawatan tentang hubungan peran orang tua dengan pengetahuan remaja putri tentang perubahan-perubahan masa pubertas.


(29)

3. Bagi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Menambah wahana bacaan dan wawasan bagi para pembaca dan penelitian tentang Peran Orang Tua Dengan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan-perubahan Masa Pubertas.

4. Bagi peneliti lain

Sebagai sumber referensi dan meningkatkan pengetahuan mengenai Peran Orang Tua Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan Masa Pubertas.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Materi

Lingkup materi pada penelitian ini adalah tentang Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan-perubahan Masa Pubertas, karena peran orang tua sangatlah penting untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam mempersiapkan remaja tentang perubahan masa pubertas dengan alasan jika orang tua tidak berperan langsung maka akan terjadi gangguan pertumbuhan fisik, psikis maupun mental.

2. Lingkup responden

Responden pada penelitian ini adalah remaja putri di SMP N 2 Gamping yang memenuhi kriteria sudah mengalami menarche dan tinggal bersama orang tua masing-masing berusia 13-14 tahun.


(30)

3. Lingkup waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan bulan April 2016 yaitu sesuai dengan time schedule dimulai dengan kegiatan penentuan topik, pengumpulan data responden sampai dengan laporan hasil penelitian.

4. Lingkup tempat

Penelitian di lakukan di SMP N 2 Gamping dengan pertimbangan masih ada masalah orang tua yang tidak berperan tentang perubahan pada masa pubertas remaja.

F. Penelitian Terkait

Penelitian oleh Dewi (2009) tentang Peran Orang Tua Dalam Mendampingi Anak Masa Pubertas Di Desa Kedungjati Kecamatan Sempor Kebumen. Menggunakan metode survey analitik dan menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil yang diperoleh adalah peran orang tua dalam mendampingi anak menghadapi pubertas yang diteliti dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Respondan 69 hasilnya 76,67% mengetahui perubahan yang terjadi pada masa pubertas. Sebanyak 52 responden (57,78%) mengerti perubahan yang terjadi pada masa pubertas. Sebanyak 53 responden (58,89%) menganggap tidak perlu untuk menjelaskan perubahan fisik yang terjadi pada masa puber kepada anak. Anak dianggap akan tahu dengan sendirinya jika dewasa, dan sebanyak 56 responden (62,22%) tidak menyediakan buku-buku tentang perkembangan tubuh kepada anak. Persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan


(31)

metode observasional korelasi, dengan pendekatan waktu cross sectional, tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini purposive sampling, perbedaan dengan penelitian ini adalah waktu penelitian, tempat, jumlah sampel, pengambilan sampel.

Penelitian oleh Riska (2008) dengan judul Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Seks Dengan Perilaku Pubertas menggunakan metode survey dengan pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional, yaitu variabel-variabel yang diteliti (variabel bebas dan terikat). Populasi adalah seluruh siswa di SMA Muh 6 Yogyakarta tahun 2008 jumlah 441 terdiri dari 222 putra dan 188 putri terbagi dalam 12 kelas. Hasil yang diperoleh bahwa sebagian besar responden mempunyai orang tua yang berperan dalam pendidikan seksual dalam kategori cukup yaitu 115 responden (48,13%). Responden paling sedikit adalah yang mempunyai orang tua yang berperan dalam pendidikan seksual kategori baik yaitu 42 responden (17,6%). Selanjutnya menunjukkan bahwa sebagian responden mempunyai perilaku kategori cukup yaitu 156 responden (65,5%). Responden paling sedikit adalah responden yang mempunyai kategori kurang yaitu 12 responden (5,06%). Hasil pengujian dengan SPSS didapatkan nilai koefisien korelasi kendal tau disimpulkan ada hubungan antara peran orang tua dengan pendidikan seks dengan perilaku remaja di SMP Muh 6 Yogyakarta tahun 2008. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan metode observasional korelasi dengan pendekatan


(32)

waktu cross sectional. Perbedaan waktu penelitian, dan jumlah sampel dan pengambilan sampel.

Penelitian oleh Danis Wulandari (2007), dari Stikes Aisyiah Surakarta, “Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan pada Masa Pubertas di Kelas XI SMA 1 Boyolali”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling (α = 0,05) menggunakan metode kuesioner tertutup. Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan perubahan pada masa pubertas, dalam kategorik baik 7 responden (17,5%), dalam kategorik cukup baik 31 responden (77,5%), dan kategorik kurang baui 2 responden (5 %). Perbedaan penelitian yang terdahulu dengan yang sekarang yaitu lokasi penelitian, cara pengambilan sampel dan ahsil penelitian. Persamaannya yaitu jenis penelitian dan teknik pengumpulan data dengan jenis kuesioner tertutup.


(33)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pengetahuan a. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), pengetahuan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui. Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2011). Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar (Dewi & Wawan, 2010).


(34)

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam (Wawan & Dewi, 2010), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi dan menyatakan.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami yaitu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada suatu kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


(35)

4) Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek kedalam komponen komponen, tepi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam batas keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan dan menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau pengisian angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin


(36)

kita ukur atau kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatannya (Arikunto, 2010).

Pertanyaan atau tes yang digunakan untuk pengukuran pengetahuan yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

1) Pertanyaan subjektif, misalnya pertanyaan essay.

2) Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda, betul salah dan pertanyaan menjodohkan.

Dari kedua pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif khususnya dengan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan dan lebih cepat (Arikunto, 2010).

d. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan

Adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri seorang adalah :

1) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.


(37)

2) Usia

Menurut Nursalam (2003) semakin cukup usia dapat meningkatkan kematangan, kekuatan dan daya tangkap seseorang dalam berfikir sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

3) Faktor lingkungan

Menurut Nursalam (2003) lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

4) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. Individu yang berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi.

5) Ekonomi

Keluarga dengan status ekonomi tinggi lebih mudah mencukupi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder dibandingkan dengan keluarga status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.

6) Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya. Orang yang berpengalaman mudah menerima informasi dari lingkungan sekitar sehingga lebih baik dalam mengambil keputusan (Sukmadinata, 2007).


(38)

7) Sumber Informasi

a) Pengertian Sumber Informasi

Sumber informasi adalah isi stimulasi yang dikeluarkan oleh sumber (komunikator) kepada komunikan (penerima). Isi stimulasi berupa peran atau informasi yang dikeluarkan oleh komunikator, tetapi diharapkan agar seseorang secara positif untuk aktif melakukan sesuatu, berupa prilaku atau tindakan (Notoatmodjo, 2007).

Sumber informasi juga mempengaruhi pengetahuan, baik dari orang maupun media (Notoatmodjo, 2007).

b) Jenis-Jenis Sumber Informasi

i. Didapat secara langsung seperti: Keluarga atau orang tua, tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat), dan Teman.

ii. Didapat secara tidak langsung: (1) Media Cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain :

(a) Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

(b) Leoplet adalah bentuk penyampaian pesan-pesan atau informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat dalam bentuk gambar atau kombinasi.


(39)

(c) Flyer (selebaran) adalah seperti leoplet tapi tidak dalam bentuk lipatan.

(d) Flipchart (lembar timbal balik) adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar timbal balik, biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

(e) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan.

(f) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan yang ditempel di tembok, tempat umum atau kenderaan.

(g) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. (2) Media elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan yang jenisnya berbeda-beda, antara lain : televisi, radio, video, slide, film strip. (3) Media Papan

Papan (billboard) yang dipasangkan ditempat umum yang berisikan pesan-pesan atau informasi kesehatan (Notoatmodjo, 2003).


(40)

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja berasal dari Bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh ke arah kematangan, baik kematangan fisik, sosial maupun psikologis (Soetjiningsih, 2007). Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis (Widyastuti, dkk. 2009).

Batas usia remaja menurut menurut Monks (2006) adalah 12-21 tahun, dimana terbagi dalam 3 yaitu remaja awal 12 - 15 tahun, remaja tengah 15 - 18 tahun, remaja akhir 18 – 21 tahun.Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional) (Widyastuti dkk, 2009).

Tugas perkembangan remaja menurut Dinarti (2009) :

1) Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin

2) Mencapai peran sosial feminin atau maskulin

3) Meminta, memerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab secara sosial

4) Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain


(41)

6) Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga

7) Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif

8) Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku.

Jadi, remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.

b. Ciri-ciri Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja (Hurlock, 2004) yaitu:

1) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.

2) Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin


(42)

akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

3) Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

4) Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. 5) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan

yang terjadi. Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi disisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.


(43)

c. Perkembangan Masa Remaja

Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (11-14 tahun) sampai usia sekitar 18 tahun, masa transisi dari kanak-kanak menuju ke dewasa. Masa ini hampir selalu, merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tua. Perkembangan masa remaja sebagai berikut (Yudrik Jahja, 2014) :

1) Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan dan dapat menjauhkan dia dari keluarganya.

2) Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan remaja.

3) Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhan maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul dapat menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.

4) Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan dia susah menerima nasihat orang tua.


(44)

d. Faktor-faktor timbulnya masalah pada remaja

Faktor-faktor yang menimbulkan masalah pada remaja (Soetjiningsih, 2004):

1) Kurang terkendalinya rem-rem psikis oleh hati nurani dan tidak berfungsinya atau lemahnya sistem pengontrolan diri oleh lembeknya kemauan.

2) Kurang adanya pembentukan karakter. 3) Perasaan tidak mampu atau kecewa.

4) Ada yang berpendapat bahwa faktor munculnya masalah pada remaja karena:

a) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri seperti lemahnya iman dan prinsip atau pandangan hidup yang salah.

b) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seperti: lingkungan rumah, tetangga, sekolah, teman sebaya dan pergaulan. e. Perubahan Fisik Pada Remaja

Pada saat memasuki pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja normal, yang membedakan hanyalah awal mulainya. Mungkin ada remaja laki-laki yang sudah mulai tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya belum mengalaminya. Perbedaan seperti itu membuat remaja lainnya risau, tetapi apabila tidak terlalu jauh dengan


(45)

temannya masih bisa dianggap normal dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut (Sarwono, 2011).

Tabel 1.1

Perubahan Fisik Remaja Putri

PERUBAHAN FISIK REMAJA USIA

Pertumbuhan payudara 7-13 tahun Pertumbuhan rambut kemaluan 7-14 tahun Pertumbuhan badan /tubuh 9,5-14,5 tahun

Menarche 10-16,5 tahun

Pertumbuhan bulu ketiak 1-2 tahun

setelah tumbuhnya rambut pubis Sumber : (Sarwono, 2011)

Pada pertumbuhan fisik remaja baik laki-laki maupun perempuan adalah kecepatan tumbuhnya (growth spurt). Pada saat ini pertumbuhan tinggi badan terjadi sangat cepat. Perbedaan pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan adalah pada pertumbuhan pada organ reproduksi, dimana diproduksi hormon yang berbeda, penampilan yang berbeda dan bentuk tubuh yang berbeda (Sarwono, 2011).

Anak perempuan mulai tumbuh pesat fisiknya pada usia 10 tahun dan paling cepat terjadi pada usia 12 tahun. Sedangkan pada laki-laki 2 tahun lebih lambat mulainya. Pertumbuhan fisik perempuan dan laki-laki tidak sejalan dengan perkembangan emosionalnya. Seorang remaja yang badannya tinggi besar belum tentu mempunyai emosi yang matang,


(46)

sebaliknya yang bertubuh biasa saja mempunyai emosi yang lebih matang ( Sarwono, 2011).

Pertumbuhan tinggi remaja dipengaruhi tiga faktor yaitu genetik, gizi, dan variasi individu. Secara genetik orang tua yang tubuhnya tinggi, punya anak yang tinggi juga. Faktor gizi juga sangat berpengaruh, remaja dengan status gizi yang baik akan tumbuh lebih tinggi dibanding dengan remaja dengan status gizi yang kurang (Depkes RI, 2007).

f. Karakteristik Remaja

Menurut Depkes RI (2007), masa remaja dibedakan menjadi 3 yaitu : 1) Masa remaja awal

Masa remaja awal yaitu umur 10-13 tahun. Yang ciri-cirinya sebagai berikut :

(a) Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada meningkatnya kesadaran diri.

(b) Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan lingkungannya.

(c) Teman lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode teman sebayanya.

2) Masa remaja tengah

Masa remaja tengah yaitu umur 14-16 tahun yang ciri-cirinya sebagai berikut :


(47)

(a) Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain.

(b) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak berpacaran tetapi tidak menjerumus serius.

(c) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas berdampak ingin banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman.

3) Masa remaja akhir

Masa remaja akhir yaitu umur 17-19 tahun yang ciri-cirinya sebagai berikut :

(a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik maupun agama.

(b) Lebih mampu membuat hubungan stabil dengan lawan jenis berdampak mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menyita waktu.

(c) Merasa sebagai orang yang dewasa berdampak cenderung mengemukakan pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya. 3. Pubertas

a. Pengertian

Pubertas adalah suatu periode perubahan dari tidak matang menjadi matang (Soetjiningsih, 2004). Menurut Santrock (2003) pubertas adalah tanda yang paling penting dimulainya masa remaja, yang merupakan


(48)

perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi hormonal yang terutama terjadi pada masa remaja awal. Pada wanita pubertas terjadi diantara usia 8 - 14 tahun sedangkan laki-laki terjadi pada usia antara 9 - 14 tahun (NHS Choices dalam Margaret Perry, 2012).

b. Tahapan Masa Pubertas

Al-Mighwar (2006) menjelaskan masa pubertas terjadi secara bertahap, yaitu:

1) Tahap Prapubertas (9 - 10 tahun)

Pada tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau dua terakhir masa kanak –kanak, yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual. Pada masa ini dianggap sebagai ”prapubertas”, sehingga ia tidak disebut seorang anak dan tidak pula seorang remaja. Tahap ini, ciri - ciri seks sekunder mulai tampak, namun organ-organ reproduksinya belum berkembang secara sempurna.

2) Tahap Puber (12 - 15 tahun)

Pada tahap ini disebut juga tahap matang, yaitu terjadi pada garis antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Tahap ini, kriteria kematangan seksual mulai muncul. Pada anak perempuan terjadi haid pertama dan laki-laki terjadi mimpi basah pertama kali. Mulai


(49)

berkembang ciri - ciri seks sekunder dan sel - sel diproduksi dalam organ - organ seks.

3) Tahap Pasca Puber (17 - 18 tahun)

Tahap ini menyatu dengan tahun pertama dan kedua pada masa remaja. Tahap ini ciri - ciri seks sekunder sudah berkembang dengan baik dan organ-organ seks juga berfungsi secara matang. Hal ini merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksinya terbentuk dengan cukup baik.

c. Perubahan Pada Masa Pubertas

Masa pubertas adalah masa dimulainya berbagai perubahan baik biologis, psikologis maupun psikososial. Perubahan biologis meliputi perubahan primer dan perubahan sekunder disebut juga perubahan fisik.

1) Perubahan primer

Perubahan kelamin primer dimulai dengan berfungsinya organ-organ genitalia yang ada. Pada perempuan ditandai dengan menarche atau haid pertama kali (Soetjiningsih, 2007). Secara normal menarche berlangsung kurang lebih pada usia 11-16 tahun (Zein, 2005). Pubertas dikatakan telat atau tertunda apabila tanda-tanda pubertas pada seorang perempuan muncul pada usia 13 tahun (Argente dalam Perry, 2012). Begitupula dengan pubertas yang begitu dini yaitu apabila tanda – tanda fisik dan hormon terjadi lebih awal dikatakan


(50)

bahwa seorang perempuan pubertas dini apabila terjadi dibawah usia 8 tahun dan biasanya pada usia 6 - 8 tahun (Kaplowitz dalam Perry, 2012).

2) Perubahan sekunder (Perubahan fisik)

Menurut Marshall dan Tanner dalam Perry (2012) perubahan fisik pada perempuan yaitu berfokus pada perkembangan payudara, pertumbuhan rambut pubis, berat badan, pertumbuhan, massa tulang, perubahan emosional serta menstruasi. Sedangkan menurut BKKBN (2009) perubahan kelamin sekunder pada perempuan ditandai dengan payudara yang membesar, pinggul yang mulai melebar, dada membesar, tinggi dan berat badan yang bertambah secara cukup cepat, kulit dan rambut berminyak dan kadang - kadang tumbuh jerawat, mulai tumbuh rambut di ketiak dan sekitar kemaluan, lebih banyak berkeringat dan keringat mulai mengeluarkan bau, suaranya menjadi halus (BKKBN, 2009). Penjelasan mengenai perubahan fisik yang terjadi pada remaja putri sebagai berikut :

(a) Payudara

Perkembangan payudara merupakan tanda awal bahwa seorang perempuan memasuki pubertas (University of Maryland Medical Center dalam Perry, 2012). Perkembangan kuncup payudara terjadi sekitar usia 10 tahun pada 85% anak perempuan, namun


(51)

bias pula lebih dini pada usia 8 tahun (Jaiyesimi dalam Perry, 2012).

(b) Pinggul

Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit (Sarwono, 2005).

(c) Kulit

Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-pori bertambah besar. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan di kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat (Sarwono, 2005).

(d) Rambut

Pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak terjadi segera setelah perkembangan payudara namun pada beberapa anak perempuan (15 - 20%) pertumbuhan rambut ini bias menjadi tanda pubertas yang pertama (Jiyesimi dalam Perry, 2012). (e) Menstruasi

Awal menstruasi biasanya terjadi 2-4 tahun setelah kuncup payudara tampak dan rambut kemaluan tumbuh jarang-jarang (Stang dan Story dalam Perry, 2012). Usia menarche biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sosial ekonomi dan lingkungan, ras, indeks masa tubuh (IMT), nutrisi, serta


(52)

kebiasaan olahraga (Karapanou hipotalamus dan Papadimitriou dalam Perry, 2012). Pada perempuan yang sehat awal menstruasi terjadi karena pelepasan GRH dari yang akan menstimulasi kelenjar pituitary yang akan menghasilkan FSH dan LH. Ovarium kemudian menstimulasi produksi estrogen dan progesterone. Estrogen kemudian mengaktifasi penebalan dinding endometrium (fase proliferasi) hingga mencapai setengah dari siklus menstruasi dengan tujuan untuk persiapan jika ada embrio yang terfertilisasi. Jika fertilisasi tidak terjadi maka terjadilah menstruasi (Chandran dalam Perry, 2012). (f) Berat Badan dan Bentuk Tubuh

Pubertas adalah saat yang signifikan dimana terjadi pertambahan berat badan (Rogol et al dalam Perry, 2012). Selain itu bentuk tubuh akan berubah selama pubertas. Pada perempuan pinggul akan lebih lebar dan sedikit menggangu dengan perkembangan bentuk tubuh akibat timbunan lemak pada daerah bokong, perut, pinggul dan paha.(Chandran dalam Perry, 2012).

(g) Pertumbuhan

Pertumbuhan terlihat lebih cepat saat fase prapubertas.pada perempuan terjadi lebih awal namun tidak pada laki - laki (Rogol et al dalam Perry, 2012). Pertambahan tinggi perempuan kira-kira 8-9 cm per tahun dan mulai meningkat sejak usia 16 tahun


(53)

(Stang dan Story dalam Perry, 2012). (h) Massa Tulang

Pada separuh dari massa tulang pada orang dewasa sudah terjadi selama masa remaja (Stang dan Story dalam Perry, 2012). Olahraga yang teratur dan diet yang cukup memberikan pengaruh yang positif. Sedangkan, konsumsi minuman karbonat yang tinggi, merokok dan alkohol memberikan pengaruh yang negative dan dapat mempengaruhi puncak massa tulang (Perez Lopez dalam Perry, 2012).

(i) Suara

Suara menjadi lebih lembut dan semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan (Sarwono, 2005).

3) Perubahan Psikososial

Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada remaja menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensitif terhadap bentuk tubuhnya dan mencoba membandingkan dengan teman-teman sebaya. Jika perubahan tidak berlangsung secara lancar maka berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan emosi anak, bahkan terkadang timbul ansietas, terutama pada anak perempuan bila tidak dipersiapkan untuk menghadapinya.


(54)

Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal (early adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late adolescent). Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi pada usia usia 12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak terpapar pada perubahan tubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks sekunder. Karakteristik periode remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan sempurna. Perubahan psikososial yang ditemui antara lain (Sari Pediatri, 2010): (a) Identitas diri menjadi lebih kuat

(b) Mampu memikirkan ide

(c) Mampu mengekspresikan perasaan dengan kata-kata (d) Lebih menghargai orang lain

(e) Lebih konsisten terhadap minatnya (f) Bangga dengan hasil yang dicapai (g) Selera humor lebih berkembang (h) Emosi lebih stabil

Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan.


(55)

d. Masalah Kesehatan Seksualitas Remaja 1) Hubungan dengan Pacar

Persoalan yang mewarnai hubungan dengan pacar yaitu, masalah kekerasan oleh pacar, tekanan untuk melakukan hubungan seksual, pacar cemburuan, pacar berselingkuh dan bagai mana menghadapi pacar yang pemarah. Tindakan seseorang dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan dalam percintaan bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah di lakukan pasangannya.

2) Hubungan Seksual Sebelum Nikah

Cara para remaja berpacaran saat ini melakukan ciuman bibir, raba-raba daerah sensitif, saling menggesekkan alat kelamin (petting) sampai ada pula yang melakukan senggama. Pada perkembangan zaman saat ini juga mmpengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran para remaja. Hal ini dapat dilihat bahwa hal-hal yang ditabukan remaja pada beberapa tahun yang lalu seperti berciuman dan bercumbu, kini sudah dianggap biasa.

3) Penyakit Menular Seksual

Hubungan seksual sebelum menikah juga beresiko terkena penyakit menular seksual seperti, sifilis, gonorhoe (kencing nanah), herpes sampai terinfeksi HIV.


(56)

4) Masturbasi

Keadaan ini mencerminkan bahwa sebagian besar remaja memerlukan masturbasi untuk menyalurkan hasrat seksual.

5) Jerawat dan bau badan

Keadaan ini mreupakan mala petaka bagi remaja, karena mengganggu penampilan mereka sehingga dapat menimbulkan rasa rendah diri dalam pergaulan.

6) Keputihan pada remaja putri

Sebagian remaja putri malu untuk berobat karena harus membicarakan dan periksa alat kelaminnya, sehingga mereka mencoba untuk mengobati dirinya sendiri dengan jalan bertanya kepada orang yang tidak paham.

7) Keperawanan

Ternyata baik di kota manapun di pedesaan hal ini masih dianggap sebagai syarat wanita baik-baik.

e. Ciri-ciri Pubertas

Ciri-ciri Pubertas yaitu, (Sarlito, 2010)

1) Masa puber adalah periode tumpang tindih

Masa puber harus dianggap sebagai periode tumpang tindih karena mencakup tahun terakhir masa kanak-kanak dan tahun masa remaja. 2) Masa puber adalah periode yang singkat


(57)

Masa puber relatif merupakan periode yang singkat, yaitu sekitar dua sampai empat tahun, dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Sebagai kelompok anak perempuan lebih cepat matang daripada kelompok anak laki-laki. 4. Peran Orang Tua

a. Pengertian

Orang tua merupakan figur penting dalam kehidupan seorang remaja. Relasi dan peran orang tua pada masa remaja sangat penting bagi perkembangan diri remaja (Dirgagunarsa & Sutantoputri, 2004). Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki oleh orang yang bercukupan di masyarakat, peran utama ditentukan oleh ciri-ciri individual yang bersifat khas atau istimewa (Depdiknas, 2002). Orang tua mempunyai peranan yang penting dalam mengantar anak-anaknya ke alam dewasa. Orang tua menjadi sumber pertama mengenai kesehatan reproduksi kepada remaja secara benar dan terpercaya. Yang terpenting adalah bagaimana orang tua menanamkan nilai-nilai agama sejak dini, sambil memberikan pengertian dan penyadaran, mengenai kesehatan reproduksi anak-anak (Lentera, 2001).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nasria Putriani (2010) di ketahui bahwa sebagian besar remaja menganggap orang tua adalah orang yang penting bagi mereka (35,5%), karena nilai-nilai yang di tanamkan oleh orang tua mereka dapat mempengaruhi pengetahuan remaja.


(58)

Pengetahuan yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya yang dapat berpengaruh pada organ reproduksi itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan. Kesulitan yang akan timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah reproduksi anak. Hal tersebut akan mengakibatkan anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja akan melakukan atau mencoba hubungan seks pranikah.


(59)

b. Macam-macam Peran Orang Tua

Menurut BKKBN (2008), orang tua mempunyai beberapa peranan yang harus dijalankan yaitu:

1) Peran sebagai pendidik

Orang tua hendaknya menyadari banyak tentang perubahan fisik maupun psikis yang akan dialami oleh remaja. Untuk itu orang tua wajib memberikan bimbingan dan arahan kepada anak-anaknya. Nilai-nilai agama yang ditanamkan orang tua kepada anaknya sejak dini merupakan bekal dan benteng mereka untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi agar kelak menjadi remaja yang mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab. Orang tua perlu menanamkan arti penting dari pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah, di luar sekolah serta di dalam keluarga. Dalam hal ini, orang tua sangat penting dalam memberikan pemahaman kepada anak-anaknya sehingga diharapkan para remaja mampu menyadari dan memahami keburukan tentang masalah seksual, agar tingkat perkembangan perilaku seksual bebas di kalangan remaja tidak terus bertambah.

2) Peran sebagai pendorong

Menghadapi masa peralihan menuju dewasa, remaja sering membutuhkan dorongan dari orang tua. Terutama saat mengalami kegagalan yang mampu menyurutkan semangat mereka. Pada saat itu,


(60)

orang tua perlu menanamkan keberanian dan rasa percaya diri remaja dalam menghadapi masalah, serta tidak mudah menyerah dari kesulitan.

3) Peran sebagai panutan

Remaja memerlukan model panutan di lingkungannya. Orang tua perlu memberikan contuh dan keteladanan, baik dalam menjalankan nilai-nilai agama maupun norma-norma yang berlaku di masayarakat. Peran orang tua yang baik akan mempengaruhi kepribadian remaja. 4) Peran sebagai pengawas

Orang tua memiliki kewajiban untuk melihat dan mengawasi sikap dan perilaku remaja agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang membawanya kedalam kenakalan remaja dan tindakan yang dapat merugikan diri mereka sendiri.

5) Peran sebagai teman

Menghadapi remaja yang telah memasuki akil baligh, orang tua perlu lebih sabar dan mau mengerti tentang perubahan pada remaja, perlu menciptakan dialog yang hangat dan akrab, jauh dari ketegangan. Hanya bila remaja merasa aman dan terlindung, orang tua dapt menjadi sumber informasi, serta teman yang dapt diajak bicara atau bertukar pendapat tentang kesulitan atau masalah mereka.


(61)

6) Peran sebagai konselor

Peran orang tua sangat penting dalam mendampingi remaja, ketika menghadapi masa-masa sulit dalam mengambil keputusan bagi dirinya. Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan yang positif dan negatif sehingga mereka mampu belajar mengambil keputusan terbaik.

7) Peran sebagai komunikator

Suasana harmonis dan saling memahami antara orang tua dan remaja dapat menciptakan komunikasi yang baik. Orang tua perlu membicarakn topik secara terbuka.

Menurut Yudrik Jahja (2014), tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik, secara garis besar adalah:

1) Memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok, sandang, pangan dan kesehatan.

2) Memberikan ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang erat ini merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak.

3) Memberikan suatu landasan yang kukuh, ini berarti memberikan suasana rumah dan kehidupan keluarga yang stabil.

4) Membimbing dan mengendalikan perilaku.

5) Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk membantu anak Anda matang dan akhirnya


(62)

mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman ini secara alami.

6) Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran kedalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan dan amarah. 7) Membantu anak Anda menjadi bagian dari keluarga.

8) Memberi teladan.

Cara yang perlu diajarkan kepada orang tua dalam rangka memfasilitasi perkembangan remaja ( Sumiati, 2009):

1) Jelaskan ciri-ciri perkembangan remaja yang normal dan menyimpang

2) Cara yang dapat dilakukan orang tua atau keluarga untuk memfasilitasi perkembangan remaja normal:

a) Fasilitas remaja untuk berinteraksi dalam kelompok.

b) Anjurkan remaja bergaul dengan orang lain yang membuat remaja nyaman mencurahkan perasaan, perhatian dan kekhawatirannya.

c) Anjurkan remaja mengikuti orang yang mempunyai kegiatan positif


(63)

d) Berperan sebagai teman curhat bagi remaja

e) Berperan sebagai contoh peran bagi remaja dalam melakukan interaksi sosial yang baik

f) Berikan lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktifitas bersama kelompoknya

g) Membimbing remaja dalam menentukan rencana masa depan. c. Upaya Orang Tua dalam Mempersiapkan Masa Pubertas

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mempersiapkan anak dalam mengahadapi masa pubertas yaitu:

1) Pembinaan religius

Pembinaan religius sangat diperlukan dalam hal mempersiapkan anak memasuki masa pubertas. Musa (2003) menyebutkan bahwa dalam mempersiapkan diri jalan teraman bagi orang tua adalah berpegang pada landasan agama. Penjelasan yang diberikan kepada anak mengenai kesehatan reproduksi senantiasa di bingkai dalam nuansa moral dan keagamaan.

2) Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Chairiah (2003) mengatakan bahwa orang tua kurang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja sehingga tidak mampu membekali pengetahuan kesehatan reproduksi secara aktif. Pemahaman orang tua yang keliru tentang kesehatan reproduksi


(64)

juga mempengaruhi upaya dalam mempersiapkan anak menuju masa pubertas.

3) Interaksi orang tua dan anak.

Interaksi ini terjalin dalam komunikasi. Komunikasi adalah inti suksesnya hubungan orang tua dan anak. Komunikasi di landasi rasa respek terhadap anak, langsung, dan proaktif ( tidak perlu menunggu anak bertanya). Makin luas informasi yang diperoleh, makin besar kesiapan remaja menghadapi masa remaja dengan sebaik-baiknya.

4) Menanamkan konsep diri yang positif.

Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal itu meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya sendiri meliputi penilaian diri dan penilaian sosial.

5) Mengkondisikan lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif. Salah satu upaya dalam mempersiapkan masa pubertas adalah menciptakan hubungan harmonis dalam keluarga. Hal ini mempermudah interaksi antar anggota keluarga. Dari berbagai studi dan pendapat para ahli memperlihatkan bahwa sikap keterbukaan, perhatian, cinta, dan rasa persahabatan yang di berikan oleh orang


(1)

terutama pada remaja putri yaitu mengalami perubahan saat pubertas. Pengetahuan yang dapat diberikan kepada remaja tentang perubahan masa pubertas pertama berupa pengetahuan tentang proses terjadinya menstruasi secara biologis, dukungan emosional, dan dukungan psikologis (Aboyeji, 2005). .

Orang tua diharapkan dapat menjadi media

komunikasi untuk

memberikan informasi dan pelatihan moral bagi

pemahaman dan

pengembangan seksual remaja. Pendidikan seksualitas informal dalam keluarga biasanya terjalin dalam bentuk komunikasi yang hangat antara anak dan anggota keluarga lainnya (Purwandari, 2002).

Dengan memberikan berbagai informasi yang penting dan benar, menyangkut kesehatan reproduksi, anak akan lebih memahami perkembangan dan

perubahan yang akan dialamainya dan siap menghadapi pubertas. Kesiapan tersebut akan membantu anak untuk menghadapi dan menerima perubahan secara wajar. Anak akan menyadari bahwa perubahan fisik dan psikologis yang dialaminya adalah sesuatu yang normal dan bukan kelainan atau penyimpangan sehingga merejka terhindar dari pengaruh negatif atau pergaulan yang tidak baik. Pengetahuan ini akan menjadi dasar yang kuat bagi anak dalam mengambil keputusan-keputusan penting yang menyangkut kesehatan reproduksinya. Dengan demikian anak diharapkan akan siap melewati masa pubertas dengan lebih mantap dan memasuki masa dewasa dengan lebih cepat (Ciptorini, 2007).

Siswa SMP Negeri 2 Gamping yang memiliki tingkat pengetahuan pubertas


(2)

tinggi. Hal ini dikarenakan, peran orang tua menjadi mentor pertama bagi putrinya di lingkungan keluarga. Orang tua memberikan kasih sayang secara mendalam dengan mengarahkan baik secara positif atau negatif tentang masa pubertasnya. Orang tua juga mengajarkan cara menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat. Terdapat beberapa faktor yang selalu ditanamkan orang tua terhadap anaknya, misalnya faktor yang mempengaruhi terjadinya penyesuaian sosial, diantaranya faktor kondisi fisik, yang meliputi faktor keturunan, kesehatan, bentuk tubuh dan hal-hal lain yang berkaitan dengan fisik. Faktor

pekembangan dan

kematangan, yang meliputi perkembangan intelektual, sosial, moral. Faktor psikologis, yaitu faktor-faktor pengalaman individu, frustasi dan konflik yang dialami, dan kondisi-kondisi psikologis seseorang dalam penyesuaian

diri. Faktor lingkungan, yaitu kondisi yang ada pada lingkungan, seperti kondisi keluarga, kondisi rumah, dan sebagainya. Faktor budaya, termasuk adat istiadat dan

agama yang turut

mempengaruhi penyesuaian diri seseorang (Hurlock, 2013).

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan-Perubahan Masa Pubertas Di SMP N 2 Gamping” maka dari hasil analisis penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Peran orang tua tentang perubahan-perubahan masa pubertas di SMP N 2 Gamping dengan baik sebanyak 75%. 2. Pengetahuan remaja putri kelas

VII dan VIII tentang perubahan-perubahan masa pubertas di SMP N 2 Gamping


(3)

dengan pengetahuan baik sebanyak 57%.

3. Ada Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan-perubahan Masa Pubertas Di SMP N 2 Gamping. Dibuktikan hasil analisis uji

Spearman’s Rho diketahui nilai

signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) dengan koefisien korelasi r sebesar 0,959, yang berrti semakin baik peran orang tua maka tingkat pengetahaun remaja putri tentang perubahan-perubahan masa pubertas juga semakin baik.

B.Saran

Berdasarkan dari kesimpulan penelitian diatas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi ilmu keperawatan

Sebagai masukan dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai peran orang tua terhadap perubahan-perubahan masa pubertas pada remaja putri.

2. Bagi orang tua

Diharapkan orang tua harus lebih sering berkomunikasi dengan anak dan banyak mencari informasi tentang perubahan masa pubertas baik melalui media elektronik maupun non elektronik agar orang tua memberikan informasi yang tepat tentang perubahan masa pubertas kepada anak.

3. Bagi Universitas

Muhammdiyah Yogyakarta Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan dan wawasan untuk penelitian selanjutnya atau dijadikan referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya tentang peran orang tua dengan pengetahuan remaja putri tentang perubahan-perubahan masa pubertas. 4. Bagi pihak sekolah

Sekolah sebaiknya lebih meningkatkan program pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja dengan tema perubahan saat


(4)

pubertas dan menstruasi pada remaja putri, karena itu sangat membantu remaja putri lebih memahami perubahan saat pubertas.

5. Bagi peneliti lain

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar mampu mengembangkan penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini untuk meneliti variabel lain yang terkait dengan melihat hubungan antara pengetahuan dan sikap atau melihat faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku remaja dalam menghadapi perubahan fisik saat pubertas.

DAFTAR PUSTAKA

Aboyeji. 2005. Jurnal Penelitian Peran Ibu Dalam Perubahan Psikologi Remaja Saat Mengalami Menarche.

http://www.ejournal.undip.ac.id/inde x.php/psikologi

Ciptorini. 2007. Perubahan Masa Pubertas dalam Majalah “Ratoe Timoer”.

http://www.koleksikemalaatmojo.bl ogspot.com

Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia.

Dewi (2009). Peran Orang Tua Dalam Mendampingi Anak Masa Pubertas. KTI Program Studi Ilmu Kebidanan. Hasil tidak dipublikasikan.

Friedman, M.M. (2003). Family Nursing Research Theory and Practice. 5th Ed. Stamford : Appieton & lange

Gunarsa, Dsy. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia

Handayani, R. (2008). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stres Pada Klien Hemodialisis Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. KTI. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Hawari, D. (2004). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta : ECG


(5)

Hurlock, EB. (2005). Perkembangan anak . Jakarta: Erlangga

Hurlock, EB. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Janiwarty, B dan Pieter, H. Z. (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu Teori dan Terapannya, Yogyakarta: Rapha Publishing.

Istiqomah. (2010). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Tentang Perubahan Fisik pada Masa Pubertas dengan Gambaran diri Remaja Putra di SLTP Negri 29 Semarang. Semarang: Universitas

Muhammadiyah Semarang.

Kurniasih, E. (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Gangguan Citra Tubuh Pada Remaja Di SMA Negeri 7 Di Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan BTH. Vol, no 1.

Mardiyah. (2008). Hubungan Antara Peran Orangtua Terhadap Pengetahuan Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas. Skripsi Keperawatan S1, Fakultas Kedokteran, UNS Solo: tidak diterbitkan.

Muriyana, S.D. (2010). Studi kualitatif tantang kesiapan remaja putri sekolah dasar dalam menghadapi menarche pada usia 10-12 tahun. Semarang: Universitas Muhamadiyah Semarang.

Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Potter A. Patricia & Perry A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep dan praktik, Vol.1 Edisi 4. Jakarta : EGC

Purwandari, 2002. Jurnal Penelitian Hubungan Komunikasi dan Informasi dengan Kesiapan menghadapi Menarche Pada Siswi Kelas 6 di SD


(6)

http://www.ejournal.undip.a c.id/indek.php/psikologi\ Siti Nina. (2014). Gambaran

pengetahuan dan sikap remaja puteriDalam menghadapi perubahan fisik saat pubertas Di pondok pesantren al-baqiyatussholihat.

Universitas islam negri syarif hidayatullah Jakarta.