PERAN AYAH TERHADAP REMAJA LAKI-LAKI AWAL DALAM MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 GAMPING

PERAN AYAH TERHADAP REMAJA LAKI-LAKI AWAL DALAM
MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 GAMPING

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
Ahid Nur Fauzi
20120320075

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

KARYA TULIS ILMIAH
PERAN AYAH TERHADAP REMAJA LAKI-LAKI AWAL
DALAM MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 GAMPING


Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
Ahid Nur Fauzi
20120320075

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

i

HALAMAN PENGESAHAN KTI
PERAN AYAH TERHADAP REMAJA LAKI-LAKI AWAL DALAM
MENGHADAPI PUBERTAS DI SMPN 2 GAMPING

Disusun oleh:

Ahid Nur Fauzi
20120320075
Telah disetujui dan diseminarkan dan diujikan pada tanggal 22 Agustus 2016
Dosen Pembimbing

Dosen Penguji

Dewi Puspita, S.Kp., M.sc
NIK: 197711042005012001

Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep., Ns., MAN., HNC
NIK: 1977062700204173056

Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sri Sumaryani, Ns., M.Kep., Sp., Mat., HNC
NIK : 197703132000104173046


ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: Ahid Nur Fauzi

NIM

: 20120320075

Prodi

: Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang
penulis tulis benar-benar merupakan hasil karya tulis sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak terbitkan dari
penulid lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka
di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, Agustus 2016

Yang membuat pernyataan

Ahid Nur Fauzi

iii

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur saya selalu panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat, kasih sayang dan rahmatnya. Shalawat beriring salam
tidak lupa saya limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada
sanak saudara, sahabat dan insyaAllah kepada kita semua yang senantiasa
menungu syafaatnya di yaumil kiyamah nantinya. Dengan mengucapkan

Alhamdulillaahirobbil’aalamin penulis dapat menyelesaikan tugas karya tulis
ilmiah yang berjudul “Peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam
menghadapi pubertas”. ini dengan tepat waktu.
Karya tulis ilmiah ini tidak akan berarti jika orang di sekitar saya tidak
mendoakan, membimbing serta memotivasi diri saya, saya haturkan terima
kasih kepada:
1. Bapak, ibu, adik dan seluruh keluarga besar yang selalu mendoakan
disetiap langkah menuntu ilmu, kasih sayang yang tercurah, bimbingan,
motivasi disaat saya terpuruk dan mulai putus asa, serta materi yang selalu
diberikan. Saya tidak akan bisa membalas kebaikan dan ketulusan hati
kalian. Penelitian ini saya persembahkan untuk kalian tercinta

iv

2. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M Kes. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat, selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Kepada ibu dosen pembimbing Ibu Ferika Indarwati., S.Kep., Ns., M.Ng

dan Dewi Puspita S.Kp., M.sc yang selalu memberikan pemahaman,
arahan, bimbingan, serta meluangkan waktu, pikiran dan tenaga kepada
saya dan teman-teman yang lainya. Terima kasih saya ucapkan semua
yang telah diberikan.
5. Kepada seluruh dosen Pogram Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yang senantiasa mendidik kami, meluangkan
waktu serta tenaga kepada kami kurang lebis selama 4 tahun.
6. Kepada bapak, ibu asisten dosen (asdos) yang selalu mengajarkan skill
disaat praktikum selama kurang lebih 4 tahun.
7. Kepada guru dan siswa SMP N 2 Gamping yang bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini, tanpa adanya responden penelitian ini
tidak akan berjalan dengan lancar.
8. Seluruh mahasiswa PSIK angakatan 2012 mudah-mudahan kita semua
lulus bersama-sama dan tepat waktu. Sehingga setelah kita lulus nanti kita

v

mendapatkan

pekerjaan


yang

kita

inginkan

dan

dimudahkan.

Mudah-mudahan kita semua dapat menempuh apa yang kita cita-citakan
baik di dunia maupun di akhirat kelak amin ya rabbal alamin.
9. Teman-teman seperjuangan Pakdhe Rifki, Dimas, Wijaya, Azzam, Chibo,
Ilham, yang selalu bersama-sama berkumpul di kontrakan.
10. Winardi

Junianto

(Cuwin)


dan

Elog

yang

selalu

membantu

menyelesaiakan tugas KTI ini.
Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini menjadi sebuah amal jariyah
bagi penulis, orang tua penulis, dan orang-orang yang selalu mendukung
dan membantu dalam penyusunan proposal ini. Amin yarabbalalamin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Yogyakarta 17 Agustus 2016
Penulis


Ahid Nur Fauzi

vi

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN....................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR TABEL.............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................
ABSTRACT .......................................................................................................
INTISARI.........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................
D. Manfaat Penelitian...................................................................................
E. Penelitian Terkait .....................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
A. Definisi Ayah ...........................................................................................
B. Definisi Peran Ayah .................................................................................
C. Faktor Yang Mempengaruhi Peran Ayah .................................................
D. Peran Ayah ...............................................................................................
E. Definisi Remaja .......................................................................................
F. Tahap Perkembangan Remaja ..................................................................
G. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja .......................................................
H. Ciri-Ciri Masa Remaja ............................................................................
I. Definisi Pubertas .......................................................................................
J. Perubahan Fisik Pada Pubertas Remaja Laki-Laki...................................
K. Ciri-Ciri Masa Pubertas...........................................................................
L. Tahap-Tahap Pubertas ..............................................................................
M. Ciri-Ciri Seks Primer Pubertas Pada Remaja Laki-Laki ........................
N. Ciri-Ciri Seks Skunder Pubertas Pada Remaja Laki-Laki ......................
O. Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Menghadapi Pubertas .......
P. Hubungan Peran Ayah Terhadap Remaja Laki-Laki Awal dalam
Menghadapi Pubertas ...............................................................................
Q. Kerangka Teori ........................................................................................
R. Kerangka Konsep ....................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
A. Desain Penelitian .....................................................................................
B. Populasi dan Sampel Penelitian...............................................................
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................

vii

i
ii
iii
vi
viii
ix
x
xi
xii
1
1
6
6
6
7
10
10
10
11
13
15
16
19
20
22
24
24
26
27
28
29
30
32
33
34
34
34
35

D. Variabel Penelitian...................................................................................
E. Definisi Operasional ................................................................................
F. Instrumen Penelitian.................................................................................
G. Validitas dan Reliabilitas .........................................................................
H. Cara Pengumpulan Data ..........................................................................
I. Pengolahan Data dan Analisa Data ...........................................................
J. Etika Penelitian .........................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
A. Hasil Penelitian .......................................................................................
1. Deskripsi Lokasi Penelitian................................................................
2. Kreteria Responden ............................................................................
3. Analisa Univariat ................................................................................
B. Pembahasan .............................................................................................
1. Karakteristik Responden.....................................................................
2. Peran Ayah Terhadap Remaja Laki-Laki Awal DalamMenghadapi
Pubertas ..............................................................................................
3.Analisis Distribusi Frekuensi Anilisis Friend and Playmate dan
Teacher and Role Model
...................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

35
35
36
38
42
44
47
50
50
50
51
51
52
52
55
61
66
66
66

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuisioner Penelitian ............................................................36
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r Validitas Arikunto .................................................40
Tabel 3.3 Korelasi r .............................................................................................42
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Remaja Laki-Laki di SMP N 2 Gamping
(N=90) .................................................................................................................51
Tabel 4.2 Disribusi Frekuensi Hasil Analisis Peran Ayah ...................................51
Tabel 4.3 Distribus Frekuensi Friend and Playmate dan Teacher and Role
Model................................................................................................................ 52

ix

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................................32
Gambar 3.2 Kerangka Konsep ............................................................................33

x

DAFTAR SINGKATAN
SMPN
KBBI

: Sekolah Menengah Pertama Negeri
: Kamus Besar Bahasa Indonesia

xi

The Role of the Father Against Teenage Boys Early in Dealing With Pubert in
SMP N 2 Gamping
Ahid Nur Fauzi1, Dewi Puspita2 1Nursing Science Student, Faculty of
Medicine and Health Sciences,2Lecture of Nursing Sicience, Faculty of
Medicine and Health Sciences Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
Background: The phenomenon is happening now many teenage boys who get information
about puberty from the wrong source. Many teen boys getting information from sources that
cannot be accountable such as from the internet and peers. This can be very dangerous
because the information obtained is not necessarily true. Therefore the role of a father is very
important to her teens in providing information about puberty
Objective: The purpose of the research to know role of the father against teenage boys early
in dealing with puberty in SMP N 2 Gamping.
Methodology: This research used descriptive quantitative research , used cross sectional
approach . Sampling technique in this study using total sampling technique as many as 90
people in SMP N 2 Gamping. A father's role is measured used a questionnaire containing 15
items statement.
Result: Most of the role of the father against teenage boys early in dealing with puberty
is sufficient categories as much as 68 respondents ( 75.6 % ) in SMP N 2 Gamping. The
father’s role as friend and playmate is sufficient categories as much 54 respondent (60,0%).
The father’s role as a teacher and role model is sufficient categories as much 54 respondent
(60,0%).
Conclusion: the role of the father against teenage boys early in dealing with puberty in SMP
N 2 Gamping is categorized quite as much as 68 respondent (75.6%).
Keywords: Teenage, Puberty, Father Role.

xii

Peran Ayah Terhadap Remaja Laki-Laki Awal dalam Menghadapi Pubertas
di SMP N 2 Gamping
Ahid Nur Fauzi1, Dewi Puspita2 1Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK
UMY, 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY
INTISARI
Latar Belakang; Fenomena yang terjadi sekarang banyak remaja laki-laki yang

mendapatkan informasi tentang pubertas dari sumber yang salah. Remaja laki-laki
banyak mendapatkan informasi dari sumber yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan seperti dari internet dan teman sebaya. Hal ini dapat sangat berbahaya
karena informasi yang didapatkan belum tentu benar. Oleh karena itu peran ayah
sangat penting bagi remaja laki-lakinya dalam memberikan informasi tentang
pubertas
Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran ayah
terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas di SMP N 2 Gamping.
Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif,
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik penentuan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling sebanyak 90 orang di SMP N 2
Gamping. Peran ayah diukur menggunakan kuisioner yang berisi 15 item
pernyataan
Hasil: Sebagian besar peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam
menghadapi pubertas dengan kategori cukup sebanyak 68 responden (75,6%) di
SMP N 2 Gamping. Peran ayah sebagai Friend and Playmate dengan kategori
cukup sebanyak 54 responden (60,0%). Peran ayah sebagai Teacher and Role
Model dengan kategori cukup sebanyak 54 responden (60,0%).
Kesimpulan: Peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi
pubertas di SMP N 2 Gamping berada pada kategori cukup sebanyak 68
responden (75,6%).
Kata Kunci: Remaja, Pubertas, Peran Ayah.

xiii

The Role of the Father Against Teenage Boys Early in Dealing With Pubert in
SMP N 2 Gamping
Ahid Nur Fauzi1, Dewi Puspita2 1Nursing Science Student, Faculty of
Medicine and Health Sciences,2Lecture of Nursing Sicience, Faculty of
Medicine and Health Sciences Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
Background: The phenomenon is happening now many teenage boys who get information
about puberty from the wrong source. Many teen boys getting information from sources that
cannot be accountable such as from the internet and peers. This can be very dangerous
because the information obtained is not necessarily true. Therefore the role of a father is very
important to her teens in providing information about puberty
Objective: The purpose of the research to know role of the father against teenage boys early
in dealing with puberty in SMP N 2 Gamping.
Methodology: This research used descriptive quantitative research , used cross sectional
approach . Sampling technique in this study using total sampling technique as many as 90
people in SMP N 2 Gamping. A father's role is measured used a questionnaire containing 15
items statement.
Result: Most of the role of the father against teenage boys early in dealing with puberty is
sufficient categories as much as 68 respondents ( 75.6 % ) in SMP N 2 Gamping. The
father’s role as friend and playmate is sufficient categories as much 54 respondent (60,0%).
The father’s role as a teacher and role model is sufficient categories as much 54 respondent
(60,0%).
Conclusion: the role of the father against teenage boys early in dealing with puberty in SMP
N 2 Gamping is categorized quite as much as 68 respondent (75.6%).
Keywords: Teenage, Puberty, Father Role.

i

Peran Ayah Terhadap Remaja Laki-Laki Awal dalam Menghadapi Pubertas
di SMP N 2 Gamping
Ahid Nur Fauzi1, Dewi Puspita2 1Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK
UMY, 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY
INTISARI
Latar Belakang; Fenomena yang terjadi sekarang banyak remaja laki-laki yang

mendapatkan informasi tentang pubertas dari sumber yang salah. Remaja laki-laki
banyak mendapatkan informasi dari sumber yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan seperti dari internet dan teman sebaya. Hal ini dapat sangat berbahaya
karena informasi yang didapatkan belum tentu benar. Oleh karena itu peran ayah
sangat penting bagi remaja laki-lakinya dalam memberikan informasi tentang
pubertas
Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran terhadap
remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas di SMP N 2 Gamping.
Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif,
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik penentuan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling sebanyak 90 orang di SMP N 2
Gamping. Peran ayah diukur menggunakan kuisoner yang berisi 15 item
pernyataan
Hasil: Sebagian besar peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam
menghadapi pubertas dengan kategori cukup sebanyak 68 responden (75,6%) di
SMP N 2 Gamping. Peran ayah sebagai Friend and Playmate dengan kategori
cukup sebanyak 54 responden (60,0%. Peran ayah sebagai Teacher and Role
Model dengan kategori cukup sebanyak 54 responden (60,0%).
Kesimpulan: Peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi
pubertas di SMP N 2 Gamping berada pada kategori cukup sebanyak 68
responden (75,6%).
Kata Kunci: Remaja, Pubertas, Peran Ayah.

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latang Belakang
Remaja merupakan suatu individu yang mulai beranjak dewasa dan
terintegrasi ke dalam peran di masyarakat. Remaja merupakan anak yang
merasa bahwa dirinya sama dengan orang dewasa mereka tidak merasa
dibawah usia orang dewasa. Fase remaja merupakan fase yang sangat
berpotensi baik secara kognitif, emosi, maupun fisik. Remaja selalu
mengamati perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan mengamati
perilakunya yang tidak sesuai. Remaja semakin kecewa dengan perubahan
yang tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Hal seperti ini yang
menjadikan perubahan pada konsep diri remaja (Pangemanan, 2013).
Pada masa remaja akan mengalami suatu fase yang dinamakan pubertas.
Pubertas merupakan suatu masa dalam kehidupan ketika seseorang
mengalami perubahan menjadi lebih matang dari sisi seksual. Organ-organ
reproduksi pada periode pubertas ini telah siap untuk menjalankan fungsinya.
Pubertas adalah proses seseorang individu yang belum dewasa akan
berkembang dan terdapat perubahan ciri-ciri fisik dan sifat yang
memungkinkan individu mampu untuk bereproduksi (Triyanto, 2014).

1

2

Pubertas pada anak laki-laki dipengaruhi oleh respon tubuh terhadap
kerja androgen yang meluas, kemudian disekresikan oleh Testis. Pada
pubertas inilah Testes mulai berkembang dan baru aktif di bawah pengaruh
Gonadotropin yang disekresi oleh hipofisis anterior. Walaupun usia pubertas
dan perubahan dapat diprediksi, namun terkadang onset usia berbeda-beda di
berbagai tempat, wilayah, etnis, bahkan perbedaan suku dalam satu wilayah
yang sama. (Linda J., 2008).
Pada masa pubertas seorang ayah sangat dibutuhkan oleh seorang anak
laki-lainya. Ayah menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan orang
tua laki-laki seorang anak. Tergantung hubungannya dengan sang anak,
seorang “ayah” dapat merupakan ayah kandung (ayah secara biologis) atau
ayah angkat. Panggilan “ayah” juga dapat diberikan kepada seseorang secara
defacto bertanggung jawab memelihara seorang anak meskipun antar
keduanya tidak terdapat hubungan resmi (Anton M. Moeliono, 1990).
Peran ayah tidak kalah pentingnya dengan peran ibu. Ayah juga memiliki
pengaruh terhadap perkembangan anaknya terutama kepada anak lakilakinya. Definisi dari peran ayah tidak terlepas dari peran orang tua. Peran
ayah merupakan salah satu dari wujud peran orang tua yang diperankan oleh
ayah. Peran ayah fathering lebih merujuk pengertian parenting. Hal ini
disebabkan fathering merupakan bagian dari parenting. Peran ayah adalah

3

peran yang dilakukan oleh ayah dengan tugas peranya untuk mengarahkan
anaknya menjadi mandiri ketika dewasa, baik secara fisik dan biologis
(Yuniardi, 2009).
Dalam Al-quran banyak ayat yang menjelasakan betapa besarnya peran
ayah dalam mendidik dan mengasuh anak. Hal tersebut salah tercantum
dalam Al-quran surat Luqman ayat 13 yang mengisahkan kisah Luqman yang
memberikan nasihat kepada anak-anaknya. Berikut adalah bunyi dari surat
Luqman ayat 13:
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “wahai
anakku!
Janganlah
engkau
mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.” (QS:Luqman ayat 13 Departemen
Agama RI, 2011).
Berdasarkan sumber yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa masa remaja merupakan masa perubahan dari anak-anak ke masa
dewasa. Pada masa remaja ini banyak perubahan yang terjadi pada remaja
baik secara fisik, emosional, dan psikologi. Masa ini merupakan masa yang
penting dan diperhatikan tahap perkembangannya dan perubahan yang terjadi
pada remaja. Organ-organ reproduksi pada masa pubertas sudah mengalami
perubahan dan perkembangan untuk siap menjalankan fungsinya. Pada
remaja laki-laki perubahan dan perkembangan pada masa pubertas harus
dimonitor dan diperhatikan. Selain ibu ayah juga berperan penting dalam

4

perubahan dan perkembangan remaja terutama kaitannya pada anak lakilakinya.
Fenomena yang terjadi sekarang banyak remaja laki-laki yang
mendapatkan informasi tentang pubertas dari sumber yang salah. Remaja
laki-laki banyak mendapatkan informasi dari sumber yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan seperti dari internet dan teman sebaya. Hal ini dapat
sangat berbahaya karena informasi yang didapatkan belum tentu benar. Oleh
karena itu peran ayah sangat penting bagi remaja laki-lakinya dalam
memberikan informasi tentang pubertas.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 23 November 2015
yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta didapatkan jumlah
siswa kelas VIII sebanyak 196 siswa. Siswa laki-laki berjumlah 90 siswa dan
siswa perempuan berjumlah 106 siswa. Hasil wawancara dengan siswa lakilaki didapatkan data bahwa ayahnya jarang bahkan tidak pernah memberikan
informasi atau pengetahuan tentang perubahan fisik maupun mental yang
dialami remaja. Seharusnya peran ayah sebagai Friend and Playmate ayah
lebih terbuka terhadap anaknya agar anak tidak sungkan untuk bercerita
ataupun diskusi dengan ayahnya. Peran ayah sebagai teman atau sahabat
sangat penting bagi anak laki-lakinya karena anak laki-laki akan lebih dekat
dengan ayahnya dibandingkan dengan ibu. Sehingga anak laki-laki tidak

5

sungkan bercerita ataupun menyampaikan permasalahan yang dialaminya.
Peran ayah sebagai Teacher and Role Model wajib memberikan bimbingan
dan arahan kepada anak remajanya agar dapat dijadikan benteng ketika
menghadapi perubhan-perubahan yang terjadi. Nilai agama oleh ayah juga
harus diterapkan pada anak laki-lakinya karena akan menjadi benteng diri,
sehingga anak dapat merencanakan hidup yang mandiri, disiplin dan
beranggung jawab.
Anak

remaja

memerlukan

seorang figure

ataupun

panutan

di

lingkungannya. Ayah merupakan contoh suri tauladan bagi anak laki-lakinya
karena tingkah laku, cara berbicara, ekpresi seorang ayah akan dicontoh oleh
anak laki-lakinya. Ayah harus meberikan keteladanan yang baik pada
anaknya. Dampak negatif dari mendapatkan informasi yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan sumbernya, tidak dari seorang ayah akan
mempengaruhi perilaku remaja laki-laki tersebut. Dampak negatif yang
ditimbulkan oleh remaja laki-laki contohnya merokok, penyimpangan
seksual, tawuran, mengkonsumsi alkohol.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui peran ayah terhadap
remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas di SMP 2 Gamping Sleman
Yogyakarta.

6

B. Rumusan Masalah
Ayah memiliki peran yang berbeda dengan seorang ibu ayah memberikan
dan memiliki cara yang berbeda dalam menjalankan peran sebagai orang tua.
Ayah memberikan cara berbeda pada masa perubahan dan perkembangan
yang terjadi pada remaja. Oleh karena itu rumusan masalah dari penelitian ini
adalah “Bagaimana peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam
menghadapi pubertas di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran ayah terhadap
remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui peran ayah sebagai Friend and Playmate
b. Mengetahui peran ayah sebagi Teacher and Role Model
D. Manfaat Penelitian.
1. Bagi ayah
Dari hasil penelitian ini agar ayah lebih meningkatkan pengawasan
selalu berperan dalam perubahan dan perkembangan anaknya atau remaja
laki-laki.

7

2. Bagi perawat
Bagi perawat agar menjadi salah satu pengetahuan dan dapat
memberikan pendidikan kesehatan kepada ayah supaya ayah lebih
mengerti

tentang

peran

seorang

ayah

terhadap

perubahan

dan

perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki.
3. Bagi instansi pendidikan
Merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran tentang
peran ayah terhadap remaja laki-laki awal dalam menghadapi pubertas.
E. Penelitian Terkait
1. Hidayati, Kaloeti, dan Karyono 2011: “Peran Ayah dalam Pengasuhan
Anak”. Desain penelitian ini bersifat deskriptif, dan dalam pengumpulan
datanya menggunakan kuisioner berupa pertanyaan terbuka yang akan
mengungkapkan pengasuhan ayah dari prespektif ayah itu sendiri. Kriteria
responden adalah laki-laki dewasa yang memiliki anak. Penelitian ini
melibatkan 100 orang responden. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini
adalah menggabarkan proses parenting yang melibatkan peran ayah
(fathering).
Sedangkan, penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
kuantitatif. Dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian terkait adalah meneliti tentang peran ayah,

8

dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner.
2. Susanto, 2013: “Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan, Kemampuan
Coping dan Resiliensi Remaja”. Penelitian ini menggunakan analisis
regresi ganda, data dianalisis dengan bantuan SPSS v.17. Analisis regresi
ganda dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel dependent dengan
variabel independent. Hasil dari uji regresi ganda keterlibatan ayah dalam
pengasuhan dan kemampuan coping secara bersama-sama dengan
resiliensi. Hasil uji coba ANOVA diperoleh hasil significan sebesar
F=10,281 p=0,000 berarti ada hubungan yang signifikan antara keteribatan
ayah dalam pengasuhan dan kemampuan coping dengan resiiensi.
Sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
kuantitatif. Dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
3. Yuniardi, 2009: “Penerimaan Remaja Laki-laki dengan Perilaku Antisosial
Terhadap Peran

Ayahnya Di Dalam keluarga”. Pada penelitian ini teknik

pengampilan subyek adalah theory-based/operational construc sampling
(pengambilan subyek penelitian berdasarkan teori atau berdasarkan
konstruk operasional). Data yang diperoleh dari penelitian adalah data
deskriptif, berupa gambaran penerimaan remaja dengan perilaku antisosial
terhadap peran ayah. Metode pengumpulan data primer pada penilitian ini
adalah wawancara.

9

Sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
kuantitatif. Dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pada
penelitian ini pengambilan subyek atau sampel dengan ditentukan oleh
kriteria inklusi dan eksklusi.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Definisi Ayah
Ayah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang tua seorang lakilaki seorang anak. Tergantung hubunganya dengan sang anak, seorang “ayah” dapat
merupakan ayah kandung (ayah secara biologis) atau ayah angkat. Panggilan “ayah” juga
diberikan kepad seorang yang secara defacto bertanggung jawab memelihara seorang anak
meskipun antar keduanya tidak terdapat hubungan resmi (Anton M. Moeliono, 1990).

B. Definisi Peran Ayah
Guna mendapatkan pengertian peran ayah (fathering), maka harus mengetahui
pengertian dari peran orang tua (parenting) atau bisa diartikan sebagai peran pengasuhan.
Parenting merupakan tugas orangtua untuk mengarahkan anak menjadi mandiri di masa
dewasanya, baik secara fisik dan biologis. Parenting merupakan suatu perilaku yang
menunjukkan suatu kehangatan, sensitif, penuh penerimaan, bersifat resiprokal, saling
pengertian, dan respon terhadap apa yang dibutuhkan oleh anak (Yuniardi, 2009).
Selain itu juga keterlibatan dalam parenting mengandung aspek waktu yaitu
ketersediaan waktu orangtua untuk anaknya, interaksi yang intens antara orang tua dan anak,
dan perhatian yang cukup dari orangtua. Peran ayah atau fhatering hampir sama dengan
pengertian parenting. Hal itu dikarenakan peran ayah merupakan bagian dari parenting.
Peran ayah dan ibu dalam sebuah keluarga harus baik dan saling melengkapi terlebih dalam
memeberikan role model dalam kehidupan sehari-hari (Yuniardi, 2009).
Dari pemahaman diatas bahwa, peran ayah (fathering) merupakan suatu peran yang
dijalankan oleh seorang ayah dalam kaitannya adalah tugas untuk mengarahkan anak

menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik dan biologis. Peran ayah tidak kalah
pentingnya dengan peran ibu, peran ayah juga memeiliki pengaruh dalam perkembangan
anak, walaupun kedekatan antara ayah dan anak tidak sedekat ibu dan anaknya. Hal ini
bahwa cinta ayah didasarkan pada syarat tertentu, berbeda dengan cinta ibu yang tanpa
syarat. Dengan demikian cinta ayah memeberi motivasi anak untuk lebih menghargai nilainila dan tanggung jawab (Yuniardi, 2009).
C.

Faktor Yang Memepengaruhi Peran Ayah
Berikut ini merupakan uraian faktor-faktor yang memepengaruhi pola asuh orang tua,
yang didalamnya juga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peran ayah:
1) Faktor personal orangtua
Kepribadian orang tua terutama ayah sangat berpengaruh terhadap tindakan
pengasuhan. Sikap dan keyakinan dan pengetahuan ayah mengenai pengasuhan
memepengaruhi perilaku ayah terhadap kurangnya keterlibatan ayah terhadap
pengasuhan anaknya (Yuniardi, 2009).
2) Karakteristik anak
Jenis kelamin mempengaruhi pola asuh orangtua terutama ayah. Secara konsisten
ayah lebih cenderung terlibat dalam pengasuhan anaknya yang berjenis kelamin laki-laki.
Ayah sering bermain dan memeberikan stimulus kepada anak laki-lakinya berupa
stimulus fisik, ayah juga lebih menekan prestasi kepada anak laki-lakinya (Yuniardi,
2009).
3) Besar keluarga
Orang tua dalam hal ini ayah yang memiliki anak sedikit lebih sabar dibandingkan
dengan orangtua yang memiliki anak banyak. Orangtua lebih banyak waktu melakukan

aktivitas bersama anaknya, seperti membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, ataupun
aktivitas fisik yang lainnya yang biasanya diberikan ayah kepada anak laki-lakinya
(Yuniardi, 2009).
4) Status ekonomi dan sosial
Perbedaan status ekonomi memepengaruhi pola asuh orangtua kepada anaknya.
Misalnya, orangtua dari kelas menengah cenderung mengekang, menegendalikan,
otoriter, menekan ketaatan dan cenderung menggunakan hukuman. Hal ini dapat
mempengaruhi rasa tidak berdaya pada anak dan tidak memiliki hubungan dengan
lingkungan di luar rumah (Yuniardi, 2009).
5) Pendidikan
Tingkat pendidikan orang tua merupakan hal paling penting dalam mengikuti
informasi terkait dengan perkembangan yang terjadi pada anaknya. Mereka yang
berpendidikan cenderung mengembangkan diri terkait dengan pengasuhan anak
dibandingkan dengan mereka yang tidak berpendidikan. Orangtua dalam hal ini ayah
cenderung lues, terbuka, dan mengikuti dinamika perkembangan yang terjadi pada
anaknya dan menyadari peran meraka sehingga memepermudah hubungan antara ayah
dan anak (Yuniardi, 2009).
6) Kesukuan dan budaya
Setiap suku dan budaya memiliki cara yang berbeda dalam pengasuhan anak.
Daerah tertentu ayah hanya berperan sebagai pencari nafkah tidak mempunyai kewajiban
mengasuh anak. Sehingga dengan kebiasaan tersebut anak jarang dekat dengan ayahnya
(Yuniardi, 2009).
D. Peran Ayah

1. Friend and Playmate
Dari beberapa penelitian bahwa ayah seringkali dianggap sebagai sosok “fun
parent”. dan lebih memiliki waktu bermain dibandingkan dengan ibu. Ayah sering
bermain dan memeberikan stimulus fisik terutama kepada anak laki-laki, selain itu
melalui permainan denagan anak, ayah dapat berhumor dan bercanda dengan sehat
kepada anak.. Sehingga dengan demikian terjalin hubungan yang baik, kesulitan dan
stres yang dialami oleh anak dapat dikeluarkan. Dengan demikian peran ayah sebagai
Friend and Playmate menjadi harmonis sehingga dapat meningkatkan belajar dan
perkembangan anak (Yuniardi, 2009).
Peran ayah sebagai teman ataupun sahabat anak laki-lakinya, mereka akan lebih
terbuka kepada ayahnya untuk menyampaikan permasalahan yang mereka alami. Ayah
harus tahu permasalahan apa yang dialami oleh anak laki-lakinya. Sehingga ketika anak
memiliki masalah dapat bercerita dengan ayahnya, karena anak menganggap ayahnya
adalah teman sehingga anak tidak sungkan untuk bercerita (BKKBN, 2009).
2. Teacher and Role Model
Ayah tidak jauh berbeda dengan ibu, ayah juga harus berperan aktif dan
bertanggung jawab apa saja yang diperlukan oleh anak. Kebutuhan anak dari balita
hingga anak tumbuh menjadi dewasa. Ayah merupakan sosok teladan bagi anak, karena
anak akan mengikuti perilaku yang dilakukan oleh ayahnya. Selain itu juga ayah juga
harus bias bertindak sebagai pengajar dalam kehidupan sehari-hari dirumah, seperti
membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, bergaul dengan orang lain. Oleh karena itu
ayah seringkali dijadikan sebagai panutan dan teladan bagi anak, terutama anak laki-laki
(Yuniardi, 2009).

Sebagai pendidik ayah wajib memberikan bimbingan dan arahan kepada anak lakilakinya sebagai bekal dan benteng untuk menghadapi perubahan yang terjadi pada
dirinya. Ayah juga harus menanamkan nilai agama pada anak laki-lakinya agar kelak
anak tersebut mampu menbentuk rencana hidup mandiri, disiplin dan bertanggung
jawab, dan mampu membedakan yang baik dan yang buruk (BKKBN, 2009).
Anak membutuhkan seorang panutan di lingkunganya, ayah merupakan figur
ataupun panutan bagi anak laki-lakinya. Tingkah laku, cara berbicara, ekspresi, ayah
akan dilihat oleh anak laki-lakinya, yang kemudian akan ditiru dan dicontoh oleh
anaknya dan akan dijadikan panutan hidupnya. Ayah harus menjadi seorang suri
tauladan yang baik untuk anaknya, baik dari cara berbicara, sikap, maupun perbuatan
(BKKBN, 2009).
E. Definisi Remaja
Remaja diartikan secara etimiologi adalah “tumbuh menjadi seseorang yang lebih
dewasa”. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
dewasa. Batasan remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Beberapa para
ahli, organisasi, dan lembaga kesehatan, bahwa usia remaja adalah periode peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa, kisaran usia antara 10-24 tahun. Definisi remaja
dapat ditinjau dari tiga sudut pandang:
1) Peratama ditinjau dari sisi kronologis, remaja adalah seseorang atau individu yang
berusia dari 11-12 tahun sampai usia 20-21 tahun
2) Kedua ditinjau dari sisi fisik, pada fisik ditandai dengan perubahan pada penampilan
fisik dan fungsi fisiologis, terutama terkait dengan fungsi seksual.
3) Ketiga ditinjau dari sisi psikologis, pada usia remaja mengalami perubahan-

perubahan dari aspek kognitif, sosial dan moral (Kusmiran, 2011).
Remaja adalah suatu masa dimana individu mengalami perubahan pada seksual
sekunder. Remaja juga mengalami perubahan hormonal sehingga menyebabkan munculnya
dorongan seksual pada remaja dan ditunjukkan dengan perilaku seksual. Perilaku seksual
pada remaja ini menjadi perhatian khusus bagi orang tua (Dewi Intan Puspitadesi, 2012).
F. Tahap Perkembangan Remaja
1. Usia Remaja Muda (12-15 tahun)
1) Sikap protes terhadap orang tua
Pada usia ini remaja cenderung tidak menyetujui aturan ataaupun nilai-nilai
dalam kehidupan yang di terapkan oleh orangtuanya. Remaja sering mencari
identitas dirinya sendiri dan sering kali menjauhkan diri dari orangtuanya. Dalam
upaya mencari identitas dirinya remaja sering kali melihat tokoh di luar lingkungan
keluarganaya, seperti, guru, artis, dan tokoh-tokoh idola lain (Kusmiran, 2011).
2) Preokupasi dengan badan sendiri
Pada usia ini tubuh remaja mengalami perubahan yang sangat cepat. Perubahanperubahan yang terjadi menjadi perhatian khusus bagi diri remaja (Kusmiran, 2011).
3) Kemamapuan untuk berfikir secara abstrak.
Pada usia ini daya kemampuan berpikir seorang remaja mulai berkembang dan
mamapu untuk berdiskusi dan memepertajam kepercayaan diri (Kusmiran, 2011).
4) Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Pada usia remaja seringkalai perikalu yang ditunjukkan berubah-ubah.
Terkadang remaja merasa sangat bertanggung jawab, tetapi dalam waktu yang lain
remaja tampak tidak peduli atau masa bodoh, dan tidak bertanggung jawab. Remaja

juga merasa cemas dengan perubahan yang terjadi pada dirinya. Perilaku berubahubah yang dialami remaja menunjukkan bahwa remaja sedang mengalami konflik
yang memerlukan pengertian dan penanganan yang bijaksana (Kusmiran, 2011).
2. Usia Remaja Penuh (16-19 tahun)
1) Kebebasan dari orangtua.
Pada usia ini keinginan remaja untuk menjauhkan diri dari orangtua menjadi
nyata. Remaja merasakan kebebasan, namun disatu sisi remaja juga merasa kurang
menyenangkan dengan kondisinya. (Kusmiran, 2011).
2) Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas
Seringkali remaja menunjukkan minat pada suatu tugas tertentu yang
ditekuninya. Mulai memikirkan cita-cita masa depan, terkadang juga memikirkan
untuk melanjutkan sekolah atau langsung bekerja untuk mencari nafkah (Kusmiran,
2011).
3) Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap
Remaja mulai menyususn nilai-nila moral dan etis sesui dengan yang
diharapkan.
4) Penghargaan kembali pada orang tua yang sejajar
Remaja pada akhirnya akan kembali kepada orang tua, dan menghargai apa yang
menjadi aturan orang tua. (Kusmiran, 2011).
G. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Ali (2011) adalah:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya dan penampilan diri
2) Mampu menerima dan memahami peran seks sesuai jenis kelamin

3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang sejenis maupun
berlainan jenis
4) Mencapai kemandirian emosional
5) Mencapai kemandirian ekonomi dan mempersiapkan karier
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlakukan
untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8) Mengembangkan perilaku tangguang jawab sosila diperlakukan untuk memasuki
dunia dewasa
9) Memepersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga
(Kusmiran, 2011).

H. Ciri-Ciri Masa Remaja
Beberapa ciri yang menjadi karakteristik masa remaja antara lain:
1) Masa remaja sebagai periode yang penting
Masa ini dikatakan penting karena perkembangan fisik dan psikologis pada
remaja berkembang sangat cepat. Perkembangan fisik dan psikologis yang cepat
memerlukan penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai, dan minat baru
(Yuniardi, 2009).
2) Masa remaja sebagai masa peralihan
Peralihan tidak terputus dengan perubahan yang terjadi sebelumnya, fase ini
merupakan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Dalam

setiap periode peralihan, status tidaklah jelas dan terdapat keraguan peran yang
harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan
orang dewasa (Yuniardi, 2009).
3) Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat kecepatan perubahan sikap dan perilaku selama remaja sejajar dengan
tingkat kecepatan perubahan fisik selama masa remaja. Ketika perubahan fisisk
menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun (Yuniardi, 2009).

4) Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode pertumbuhan memiliki masalahnya sendiri, namun masalah pada
remaja sulit untuk diatasi. Terdapat dua kesulitan untuk menyelesaikan masalah pada
masa remaja. Pertama, selama kanak-kanak masalah diselesaikan oleh orangtua atau
pun gurunya, sehingga remaja tidak memiliki pengalaman untuk menyelesaikan
masalahnya. Kedua remaja seringkali merasa mandiri dan mampu menyelesaikan
masalahnya sehingga sering menolak bantuan orang tua dan guru (Yuniardi, 2009).
5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting
bagi anak laki-laki maupun perempuan, lambat laun mereka mulai mendambakan
identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman dalam segala
hal, seperti sebelumnya (Yuniardi, 2009).
6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Banyak anggapan negatif terhadap remaja dari lingkungan sekitar dan tidak
mendapatkan bimbingan dari orang dewasa. Menyebabkan konsep diri pada remaja

menjadi negatif (Yuniardi, 2009).

7) Masa sebagai masa yang tidak realistik
Remaja sering memiliki pemikiran yang tidak realisitik dengan keadaan yang
sebenarnya. Seringakali remaja memiliki cita-cita yang tidak masuk akal baik bagi
dirinya, keluarga, dan teman-temanya. Sehingga menyebabkan emosi remaja tidak
terkontrol (Yuniardi, 2009).
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Fase ini remaja sering berperilaku selayaknya orang dewasa. Mereka
menunjukkan kepada orang lain bahwa perilaku yang mereka lakukan menunjukkan
bahwa dirinya sudah dewasa (Yuniardi, 2009).
I. Definisis Pubertas
Pubertas adalah masa kehidupan ketika seseorang mengalami kematangan secara
seksual dan organ-organ reproduksi telah siap untuk menjalankan fungsi reproduksinya.
Hasil penelitian yang diakukan oleh Santrock (2008) menyimpulkan bahwa perubahan
fisik pubertas yang cepat selalu disertai dengan perubahan kognitif, moral, psikologis,
dan sosial (Triyanto, 2014).
Pengertian pubertas menurut Stanley Hall (publikasi tahun 1991) merupakan masa di
mana dianggap sebagai masa topan badai dan strees (Strom and Stress). Karena mereka
telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan
baik maka ia akan menjadi seseoranng individu yang memiliki yang memiliki rasa
tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seseorang yang taidak
memiliki masa depan baik, sedangkan menurut Yulia S. D. Gunarsa dan Singgih D

Gunarsa (publikasi tahun 1991) istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan
masa pubertas antara lain:
Puberty (bahasa Inggris) berasal dari istilah latin pubertas yang berarti kelaki-lakian,
kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-lakian. Pubescence dari kata pubis
(pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan (genitalia) maka
pubescence berarti perubahan yang di barengu dengan tumbuhnya rambut pada daerah
kemaluan.
Adolescentia berasal dari istilah latin adolescentia yang berarti masa muda yang
terjadi antara 17-30 tahun yang merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anakanak menuju masa dewasa yang di tandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis,
dan psikosial. Proses perkembangan psikis pubertas dimulai antara 12-22 tahun.
Sedangkan Santrock mendefinisikan pubertas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang
dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja. Kemudian pendapat Stanly
Hall (dalam Santrock, publikasi tanggal 1998) usia remaja antara 12 sampai usia 23
tahun. Adapun menurut Erikson masa pubertas adalah masa yang akan melalui krisis di
mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (search for self identity) ( Dariyo,
2004 dalam Dhin, 2013).
J. Perubahan Fisik Pada Pubertas Remaja Laki-Laki
Perubahan-perubahan yang dipengaruhi oleh hormon pada remaja laki-laki, yaitu
tumbuh rambut di sekitar kemaluan, kaki, tangan, dada, ketiak dan wajah. Tampak pada
anak laki-laki mulai tumbuh kumis, berjambang, dan berbulu ketiak. Perubahan pada
suara mulai tampak bertambah besar dan suara bariton. Badan lebih berotot terutama
pada bahu dan dada.

Bertambahnya berat dan tinggi badan, buah zakar bertambah besar dan apabila
terangsang dapat mengeluarkan sperma dan, mimpi basah. Mimpi basah pertama kali
pada usia remaja laki-laki kira-kira pada usia 9-14 tahun. Mimpi basah umumnya terjadi
secara periodik, berkisar setiap 2-3 minggu. Mimpi basah adalah keluarnya cairan sperma
yang tidak diperlukan dan secara alamiah (Kusmiran, 2011).
K. Ciri-Ciri Masa Pubertas
Masa pubertas adalah masa yang sangat unik dan masa yang khusus yang ditadai oleh
perubahan-perubahan dan perkembangan tertentu yang tidak terjadi pada tahap kehidupan
yang lain. Diantara ciri-ciri pubertas adalah sebagai berikut:
1. Masa Puber adalah Periode Tumpang Tindih
Masa pubertas dianggap sebagai masa tumpang tindih dikarenakan masa ini
adalah masa yang mencakup akhir dari anak-anak dan awal dari masa dewasa.
Hingga anak matang secara seksual anak dikenal sebagai “anak puber” setelah anak
matang secara seksual anak bisa dibilang anak “remaja” atau “remaja muda”
(Hurlock, 1980).
2. Masa Puber Adalah Periode yang Singkat
Masa pubertas merupakan periode yang singkat, karena masa pubertas hanya
berkisar dua sampai empat tahun. Kemudian anak yang mengalami masa pubertas
hanya dua tahun atau kurang anak tersebut dianggap anak yang cepat matang.
Sedangkan anak yang memerlukan waktu tiga tahun atau lebih untuk masa
peralihan dari anak-anak ke dewasa anak tersebut dianggap lambat matang
(Hurlock, 1980).
3. Masa Puber Dibagi dalam Tahap-Tahap

Meskipun masa pubertas merupakan masa yang paling singkat pada rentang
kehidupan. Akan tetapi masa pubertas dibagi menjadi tiga tahap , yaitu tahap
prapuber, tahap puber dan tahap pasca puber. Dalam setiap tahap masa pubertas
terdapat ciri-ciri tahap pubertas (Hurlock, 1980).
4. Masa Puber Merupakan Masa Pertumbuhan dan Perubahan yang Pesat
Masa pubertas adalah masa yang sangat mencolok dalam pertumbuhan dan
perubahan. Perubahan yang sangat mencolok adalah perubahan proporsi tubuh.
Perubahan yang terjadi pada pubertas menimbulkan keraguan, perasaan tidak
mampu dan tidak aman, dan sering terjadi perilaku yang kurang baik (Hurlock,
1980).
5. Masa Puber Merupakan Masa Negatif
Dari pendapat yang diungkapakan oleh Chalotte Buhler menyebutkan bahwa
masa puber sebagai fase negatif. istilah fase menunjukkan periode yang sangat
singkat, sedangkan negatif berarti bahwa individu mengambil sikap anti. Perilaku
negatif ini merupakan sikap yang sering ditunjukan pada masa pubertas (Hurlock,
1980).
L. Tahap-Tahap Pubertas
1. Tahap prapuber
Tahap ini merupakan tahap tumpang tindih dikarenakan merupakan satu atau
dua tahun akhir dari masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak ini disebut masa
prapuber yaitu bukan lagi seorang anak akan tetapi belum juga seorang remaja.
Dalam tahap prapuber atau tahap pematangan ciri-ciri seks sekunder mulai tampak
namun organ-organ reproduksi belum sepenuhnya berkembang (Hurlock, 1980).

2. Tahap puber
Tahap puber ini merupakan tahap dimana terjadi garis pembagi antara masa
kanak-kanak dan remaja. Pada tahap ini dimana kematanagan seksual mulai terlihat.
Khususnya pada anak laki-laki, akan mengalami mimpi basah pada malam hari
untuk pertama kalinya. Selama tahap ini atau tahap puber ciri-ciri seks sekunder
telah berkembang dan sel-sel organ-organ seks telah diproduksi (Hurlock, 1980).
3. Tahap pascapuber
Tahap ini bertumpang tindih dengan tahun pertama atau kedua masa remaja.
Selama tahap ini, ciri-ciri seks sekunder telah berkembang dengan baik dan organorgan seks mulai berfungsi dengan matang (Hurlock, 1980).
M. Ciri-Ciri Seks Primer Pubertas Pada Remaja Laki-Laki
Perubahan primer yang terjadi pada laki-laki adalah Gonad atau Testes, yang terletak
dalam Scrotum, atau Sac, di luar tubuh, pada usia 14 tahun kematangan baru sekitar 10%.
Kemudian terjadi pertumbuhan yang sangat cepat satu atau dua tahun kemudian. Setelah itu
pertumbuhan mulai menurun. Testes berkembang penuh atau matang setelah berusia dua
puluh atau dua puluh satu tahun. Setelah pertumbuhan Testes yang pesat terjadi pertumbuhan
Penis yang cepat pula, awal pertumbuhan pada Penis adalah bertambah panjang, kemudian
berangsur-angsur bertambah besar. Ketika organ reproduksi pria telah matang, maka
biasanya akan mengalami mimpi bas