Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas di SMU Negeri 2 Medan

(1)

Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa

Pubertas di SMU Negeri 2 MEDAN

Eka Nina Bangun

Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, 2007


(2)

Judul : Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial di SMU Negeri 2 Medan Peneliti : Eka Nina Bangun

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Tahun akademik : 2006/2007

Pembimbing Penguji

………. ………Penguji I

(Ns. M. Sukri Tanjung, S.Kep) (Ns. M. Sukri Tanjung, S.Kep)

………Penguji II (Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS) NIP. 132 258 269

………Penguji III (Ns. Wardiyah Daulay, S.Kep) NIP. 132 315 379

Program Studi Ilmu Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan.

………. ………

Erniyati, S.Kp, MNS dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP. 132 238 510 NIP. 140 105 365


(3)

Judul : Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas Di SMU Negeri 2 Medan

Peneliti : Eka Nina Bangun Program : Pendidikan Ners Tahun akademik : 2006/2007

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa dimana banyak terjadi perubahan-perubahan diantaranya perubahan-perubahan fisik dan psikososial. Masa ini tidak hanya menjanjikan kesempatan untuk maju menuju kehidupan yang berhasil di masa depan tetapi juga menawarkan risiko terpaparnya masalah kesehatan. Pengetahuan yang terbentuk dalam diri individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, pengalaman dan sumber informasi.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan dengan menggunakan desain deskripsi korelasi. Sampel diambil dari siswa siswi SMU Negeri 2 Medan sebanyak 102 orang dimana sampel dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu kelas 1, 2 dan 3 dengan masing-masing 34 orang. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus 10-20% bila populasi lebih dari 1000. Sampel diambil dengan teknik stratified random sampling. Untuk menganalisa hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas digunakan metode analisis korelasi regresi linear ganda. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 10.0.

Hasil analisis regresi linier ganda dengan metode backward menunjukka n bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (pendidikan, pengalaman dan sumber informasi) berhubungan secara keseluruhan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan dengan nilai signifikan p adalah 0.024 dikatakan signifikan bila nilai p < 0.05 dan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.303, hal ini mengartikan bahwa hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas positif dengan interpretasi memadai.

Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meneliti pengaruh pendidikan, pengalaman dan sumber informasi terhadap pengetahuan remaja tentang perubahan-perubahan pada masa pubertas diharapkan responden dapat diambil dari SMU lain sehingga lebih representatif mewakili karakteristik remaja kota Medan.


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan berkat-Nya yang selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas di SMU Negeri 2 Medan”, yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ns. M. Sukri Tanjung, S.Kep, selaku pembimbing skripsi saya, Prof. Dr. T. Bahri Anwar, SpJ (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU Medan, Bapak Dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran USU Medan dan Kepala Departemen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU Medan, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU Medan sekaligus Dosen Pembimbing Akedemik saya yang senantiasa menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini, Ibu Dewi Elizadiani, S.Kp, MNS selaku Dosen Penguji II dan Ibu Ns. Wardiyah Daulay, S.Kep selaku Dosen Penguji III, dan seluruh staf pengajar beserta staf administrasi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU Medan, Bapak Drs. M. Daud, MM selaku Kepala Sekolah SMU Negeri 2 Medan; Bapak Bakri, S.Pd sebagai guru lapangan yang banyak membantu saya selama di SMU Negeri 2 Medan, beserta Bapak Johan


(5)

Sembiring, Bapak Erik Tarigan, Bapak Adi Sajusman, Ibu Angelina L.Tobing selaku guru-guru yang selalu membantu saya pula selama di SMU Negeri 2 Medan. Terimakasih pula saya ucapkan kepada Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, Ibu Evi Rahini Amri, Psi, dan Ibu Jenny M. Purba S.Kp, MNS yang membantu saya dalam memberi masukan dan kritikan guna memperbaiki penelitian saya.

Terimakasih kepada Ayahanda Ir. Brontak Bangun Mulia dan Ibunda Dra. Nurlela Ketaren, MSP tercinta yang menjadi motivasi dalam hidupku yang selalu berdoa dan menyanyangiku, memberiku dorongan baik moril maupun materiil, kakakku dan adikku (Artha Karina Bangun, ST; Kurnia Putra Bangun) dan nenek-nenekku tersayang (Nenek Karo dan Nenek Biring), serta semua keluarga yang mendukungku dalam doa, memberikan motivasi dan perhatiannya. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih juga kepada dr. Perjuangan D.H. Simbolon selaku seseorang yang paling dekat dengan saya dan banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

Sahabat-sahabat terbaikku LiaTse, YesiKa, RieCiRo, TatiNa, Melda yang selalu memberiku dorongan, semangat dan selalu menghibur aku dalam suka dan duka dan terimakasih juga untuk teman seperjuanganku Deasy, Manotar, Eli, Ida Risma, Iis, Linda, Nurul, Sugi. Yeni T.A. Senior-senior tercinta kak Tita’01, kak Lucy’01, kak Sihol’01. Teman PSIK USU 2002 yang tidak bisa disebutkan namanya, terimakasih atas bantuan dan perhatiannya padaku.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan kasih karuniaNYA kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan


(6)

penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Januari 2007


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Ucapan Terimakasih ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... xi

Daftar Skema ... x

Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 3

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan ... 7

1.1.Defenisi Pengetahuan ... 7

1.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas... 9

2.1. Pendidikan ... 9


(8)

2.3. Sumber Informasi ... 10

2.3.1. Keluarga ... 10

2.3.2. Guru (Sekolah) ... 12

2.3.3. Teman Sebaya ... 13

2.3.4. Media Massa ... 14

2.3.5. Masyarakat ... 15

3. Remaja ... 16

3.1. Defenisi Remaja... 16

3.2. Perubahan Fisik pada Masa Pubertas ... 19

3.3. Perubahan Psikososial pada Masa Pubertas ... 22

Bab 3 Kerangka Konseptual 1. Kerangka Konsep ... 27

2. Defenisi Operasional ... 28

3. Hipotesa ... 29

Bab 4 Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 30

2. Populasi dan Sampel ... 30

2.1. Populasi ... 30

2.2. Sampel ... 30

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4. Pertimbangan Etik ... 31


(9)

5.1. Kuesioner Penelitian ... 32

5.2. Reliabilitas Instrumen ... 33

6. Pengumpulan Data ... 34

7. Analisa Data ... 35

Bab 5 Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 38

2. Pembahasan ... 44

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 50

2. Saran ... 51

Daftar Pustaka ... 53

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 57

2. Instrumen Penelitian ... 58 3. Surat Izin Penelitian dari PSIK FK USU

4. Surat Izin Pengambilan Data dari Dinas Pendidikan Kota Medan 5. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Pengambilan Data

dari SMU Negeri 2 Medan Curriculum Vitae


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Defenisi Operasional ... 28

5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ... 39

5.2. Deskripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 40

5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pendidikan ... 41

5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Pengalaman... 41

5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Sumber Informasi ... 41

5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Responden .... 42

5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Responden ... 42

5.8. Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Responden ... 44


(11)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman 1. Kerangka Penelitian Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas ... 27


(12)

Judul : Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas Di SMU Negeri 2 Medan

Peneliti : Eka Nina Bangun Program : Pendidikan Ners Tahun akademik : 2006/2007

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa dimana banyak terjadi perubahan-perubahan diantaranya perubahan-perubahan fisik dan psikososial. Masa ini tidak hanya menjanjikan kesempatan untuk maju menuju kehidupan yang berhasil di masa depan tetapi juga menawarkan risiko terpaparnya masalah kesehatan. Pengetahuan yang terbentuk dalam diri individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, pengalaman dan sumber informasi.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan dengan menggunakan desain deskripsi korelasi. Sampel diambil dari siswa siswi SMU Negeri 2 Medan sebanyak 102 orang dimana sampel dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu kelas 1, 2 dan 3 dengan masing-masing 34 orang. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus 10-20% bila populasi lebih dari 1000. Sampel diambil dengan teknik stratified random sampling. Untuk menganalisa hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas digunakan metode analisis korelasi regresi linear ganda. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 10.0.

Hasil analisis regresi linier ganda dengan metode backward menunjukka n bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (pendidikan, pengalaman dan sumber informasi) berhubungan secara keseluruhan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan dengan nilai signifikan p adalah 0.024 dikatakan signifikan bila nilai p < 0.05 dan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.303, hal ini mengartikan bahwa hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas positif dengan interpretasi memadai.

Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meneliti pengaruh pendidikan, pengalaman dan sumber informasi terhadap pengetahuan remaja tentang perubahan-perubahan pada masa pubertas diharapkan responden dapat diambil dari SMU lain sehingga lebih representatif mewakili karakteristik remaja kota Medan.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap yang kritis karena merupakan tahap peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana terjadi perubahan yang drastis dan cepat yaitu perubahan fisik dan perubahan psikososial yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Masa ini tidak hanya menjanjikan kesempatan untuk maju menuju kehidupan yang berhasil di masa depan tetapi juga menawarkan risiko terpaparnya masalah kesehatan (Asfriyati, 2005). Perubahan fisik yang dialami remaja berhubungan dengan produksi hormon yang menimbulkan perubahan ukuran tubuh, proporsi tubuh, ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Lonjakan pertumbuhan tubuh dan pematangan organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang dihadapi remaja dimana menimbulkan perubahan dalam pola perilaku, sikap dan kepribadian (Harlock, 1999).

Remaja yang kurang pengetahuan akan perubahan tersebut menjadi rendah diri pada saat suaranya mulai besar dan parau, ditambah perubahan fisik dan wajahnya yang berjerawat, sehingga perubahan tersebut membuat remaja menarik diri dari lingkungan yang membuat tertekan. Pengetahuan yang tidak adekuat tentang pertumbuhan buah dada, menstruasi serta “mimpi basah” pada umumnya juga membuat remaja merasakan kecemasan (Sawitri, 2002). Menghadapi perubahan fisik yang cukup pesat ini remaja seringkali tidak pernah cukup untuk


(14)

mengenal tubuh dan bingung dalam menghadapi perubahan perasaan, pikiran dan pergaulan. Menurut Hall (1904, dalam BKKBN, 2006), masa remaja adalah masa stress emosional yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.

Erikson (1939, dalam Ratna, 2006), menekankan pada perkembangan psikososial dimana remaja memecahkan konflik identitas diri untuk menjadi orang dewasa yang unik dan untuk mencari peran penting dalam kehidupannya. Untuk membentuk identitas seseorang, diperlukan kemampuan untuk mengorganisir kebutuhan dan hasrat pribadinya, dan mengadaptasi aspek-aspek tersebut dengan tuntutan masyarakat. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri dari masyarakat (Yusuf, 2004).

Di Indonesia jumlah remaja sangat besar yaitu kurang lebih 48 juta orang yang berusia antara 13-24 tahun. Jumlah tersebut meliputi hampir 22% dari total 217,9 juta penduduk Indonesia. Setengah penduduk dunia (61,1 milyar) berusia di bawah 25 tahun, lebih dari satu milyar berusia antara 10-19 tahun (BPS, 2004). Masa depan remaja menjadi agenda setiap orang di negara ini untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat jasmani dan rohani (Wilopo, 2006).

Dewasa ini pengaruh perkembangan teknologi, informasi dan globalisasi memberi pengaruh besar dalam pembentukan pengetahuan seorang anak (Sulhi, 2002). Reaksi remaja terhadap perkembangan fisik dan psikososial tergantung dari pengaruh lingkungan dan sifat pribadi sendiri yaitu, interpretasi yang


(15)

diberikan terhadap lingkungan tersebut (Monks, 1999). Pengaruh lingkungan yang berperan antara lain: lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah dan masyarakat (Yusuf, 2004). Base line survey yang dilakukan oleh Youth Centre PKBI (2001, dalam Guntoro 2006) di beberapa kota yakni: Cirebon, Tasikmalaya, Singkawang, Palembang dan Kupang mengungkapkan bahwa sumber pengetahuan remaja tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya terutama didapat dari teman sebaya, disusul dari televisi, majalah atau media cetak lain, sedang orangtua dan guru menduduki posisi setelah kedua sumber tadi. Menurut penelitian Mahmudah dan kawan-kawan (1997, dalam Notobroto, 1999) terhadap 100 responden usia remaja menunjukkan bahwa dalam masalah reproduksi yang menjadi sumber informasi remaja adalah media massa, diikuti guru sedangkan peran orangtua merupakan pilihan terakhir. Notoatmodjo (2003) mengemukakan ada beberapa faktor yang berperan dalam terbentuknya pengetahuan dalam diri seorang individu yakni: pendidikan, pengalaman dan sumber informasi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas sangat tergantung kepada beberapa faktor. Namun belum diketahui dengan pasti sejauh mana hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait dengan hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas, dimana dalam praktik keperawatan komunitas, remaja adalah komunitas khusus yang memiliki peran dalam pencapaian derajat kesehatan secara menyeluruh dan optimal di


(16)

dalam masyarakat. Dipilihnya lokasi penelitian di SMU karena SMU merupakan salah satu tempat komunitas usia remaja dimana hal tersebut akan memudahkan penulis untuk langsung berinteraksi dengan remaja.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

2.1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan.

2.2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan.

2.3. Mengidentifikasi hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan.

3. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah

3.1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan?

3.2. Bagaimana tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan?

3.3. Bagaimana hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan?


(17)

4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan bermanfaat bagi: 4. 1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang bermakna untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik di bagian keperawatan Komunitas, keperawatan Anak maupun di bagian keperawatan Jiwa.

4.2. Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan berkaitan dengan pertumbuhan perkembangan anak terutama pada masa remaja didalam meningkatkan mutu pelayanan usaha kesehatan sekolah (UKS) sebagai salah satu sasaran komunitas dalam meningkatkan/ mencapai derajat kesehatan di dalam komunitas secara menyeluruh.

4. 3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi peneliti, sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian yang akan datang.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

1.1. Defenisi Pengetahuan

1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas

2.1. Pendidikan 2.2. Pengalaman 2.3. Sumber Informasi

2.3.1. Keluarga 2.3.2. Guru (Sekolah)

2.3.3. Teman Sebaya 2.3.4. Media Massa 2.3.5. Masyarakat 3. Remaja

3.1. Defenisi Remaja

3.2. Perubahan Fisik pada Masa Pubertas 3.3. Perubahan Psikososial pada Masa Pubertas


(19)

1. Pengetahuan

1.1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu baik melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 1997).

1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri seseorang, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat melalui kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pedidik. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan); proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain); dan output (meningkatnya pengetahuan sehingga melakukan apa yang diharapkan) (Notoatmodjo, 2003). Jika pendidikan rendah, maka pengetahuan tentang hidup sehat, kebersihan pribadi, kebersihan lingkungan, makanan yang bergizi, cenderung kurang terutama kemampuan hidup sehat untuk dirinya sendiri (Resti, 2005). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang rendah cenderung mempunyai pengetahuan yang rendah pula. Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bentuk pendidikan dapat berupa:


(20)

penyuluhan, ceramah, seminar, diskusi, pameran, iklan-iklan yang bersifat mendidik, spanduk, billboard.

b. Pengalaman

Sudarmita (2002) mengatakan bahwa pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang didapat sebelumnya. Notoatmodjo (2003) juga mengatakan pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa apa itu panas adalah setelah memperoleh pengalaman tangan atau kakinya kena panas. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena anak tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio.

c. Sumber Informasi

Sumber informasi berhubungan dengan pengetahuan, baik dari orang maupun media (Notoatmodjo, 2003). Sarwono (1997) juga menekankan kalau sumber informasi dari orang itu mempengaruhi pengetahuan seseorang, yang dipengaruhi antara lain: masyarakat, baik teman bergaul maupun tenaga kesahatan. Dalam proses peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan alat bantu. Fungsi media dalam pembentukan pengetahuan seseorang menyampaikan informasi atau pesan-pesan (Notoatmodjo, 2003).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas


(21)

Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan terbentuknya pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas adalah:

2.1. Pendidikan

Pengertian pendidikan digunakan untuk menunjuk atau menyebutkan suatu jenis peristiwa yang dapat terjadi di berbagai jenis lingkungan. Jenis peristiwa ini ialah interaksi antara dua manusia atau lebih yang dirancang untuk menimbulkan atau berdampak timbulnya suatu proses pengembangan atau pematangan pandangan hidup pribadi. Jenis lingkungan tempat terjadinya interaksi ini dapat berupa keluarga, sekolah, tempat bermain, berolahraga atau berekreasi, ataupun tempat lain (Muzaham, 1995). Untuk memaksimalkan akses remaja terhadap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mengenai kesehatan reproduksi dapat dilakukan dengan berbagai metode pendidikan, dalam upaya meningkatkan pengetahuan, kesadaran, perubahan sikap dan perilaku kesehatan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab di kalangan remaja (Wilopo, 2002). Pelaksanaan bentuk pendidikan ini antara lain dengan metode: penyuluhan, ceramah, seminar, diskusi dan lain-lain (Notoatmodjo, 2003).

2.3. Pengalaman

Sudarmita (2002) mengatakan bahwa pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang didapat sebelumnya. Notoatmodjo (2003) juga mengatakan pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Dikalangan remaja pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan yang mana di masa awal remaja terjadi banyak perubahan yang cepat diantaranya perubahan fisik yang berdampak pada proses pembentukan identitas diri


(22)

(psikososial). Dalam proses pembentukan identitas diri seorang remaja, di awali dengan terbentuknya konsep diri terlebih dahulu. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya (Harlock, 1999). Konsep diri terbagi dua yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif. Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain (Ritandiyono & Ratnaningsih, 1996).

2.3. Sumber Informasi 2.3.1. Keluarga

Keluarga merupakan orang-orang yang saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari (Friedman, 1998). Orangtua merupakan “guru” yang utama, karena orangtua menginterpretasikan dunia dan masyarakat bagi anak-anak mereka. Keluarga memegang peranan penting dalam unsur pendidikan dan pembina bagi para remaja, karena keluarga merupakan lingkungan utama dan pertama dalam pendidikan (Drajat, 1979 dalam Fatah, 2004). Keluarga telah lama dilihat sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Keluarga memiliki pengaruh penting sekali terhadap pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri (Friedman, 1998).

Ketika seorang anak mulai menginjak masa remaja, ia mulai meninggalkan dunia keluarga dan memasuki ruang lingkup kehidupan yang lebih luas, yakni dunia luar, lingkungan sosial, lingkungan pergaulan. Suatu keinginan memberikan kesempatan belajar kepada anak dengan sendirinya tentang pahit


(23)

getirnya kehidupan, menghadapi dan mengatasi masalah sendiri. Namun dalam batas-batas tertentu anak masih tetap memerlukan campur tangan orangtua untuk mengubah dan mengarahkanya pada seluruh aspek perkembangan yang baik. Dengan kata lain, orangtua tetap menjadi sumber informasi utama dalam mempersiapkan anak menghadapi masa remaja (Gunarsa, 1993).

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (Yusuf, 2004).

Yusuf (2004) menjelaskan di dalam bukunya bahwa fungsi keluarga secara psikososiologis, yakni: pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya; sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis; sumber kasih sayang dan penerimaan; model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik; pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat; pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan; pemberi bimbingan dalam belajar ketrampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri; stimulator bagi pengembangan kemampuan anak mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat;


(24)

pembimbing dalam mengembangkan aspirasi; dan sumber persahabatan/ teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.

2.3.2. Guru (Sekolah)

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Yusuf, 2004). Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan bagi keluarga. Sekolah, terutama guru pada umumnya dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan pengetahuan anak murid. Kunci pendidikan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, diskusi, pameran, penyuluhan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Mengenai peran sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock (1986, dalam Yusuf, 2004) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berprilaku. Sekolah berperan sebagai subtitusi keluarga, dan guru subtitusi orangtua. Ada beberapa alasan, mengapa sekolah memainkan peran yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu: para siswa harus hadir di sekolah, sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan perkembangan “konsep diri”nya, anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah, sekolah


(25)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses dan sekolah memberi kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya, kemampuannya secara realistik (Yusuf, 2004).

Menurut Havighurst (1961, dalam Yusuf, 2004), sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah seyogianya berupaya menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai tugas perkembangannya.

2.3.3. Teman Sebaya

Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja (siswa) mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan pengetahuannya di masa pubertas yang dapat berlanjut kepada proses pembentukan kepribadian seorang remaja. Peranannya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir ini, yaitu: perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil; kesenjangan antara genarasi tua dan generasi muda; ekspansi jaringan komunikasi di antara kawula muda; dan panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa (Yusuf, 2004).

Mengkaji persahabatan di kalangan teman sebaya, banyak hasil penelitian menunjukkan, bahwa faktor utama yang menentukan daya tarik hubungan interpersonal di antara para remaja pada umumnya adalah adanya kesamaan dalam: minat, nilai-nilai, pendapat dan sifat-sifat kepribadian. Penelitian Kandel (Adam & Gullotta, 1983 dalam Yusuf, 2004) menunjukkan bahwa karakteristik


(26)

persahabatan remaja adalah dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin dan ras.

Yusuf (2004) mengemukakan, bahwa kelompok teman sebaya telah memberikan kesempatan yang penting untuk memperbaiki bencana kerusakan psikologis selama masa anak, dan dapat mengembangkan hubungan baru yang lebih baik antar satu sama lainnya. Kelompok sebaya yang suasananya hangat, menarik dan tidak eksploitatif dapat membantu remaja untuk memperoleh pemahaman tentang: konsep diri, masalah dan tujuan yang lebih jelas; perasaan berharga; dan perasaan optimis tentang masa depan. Peran lainnya adalah membantu remaja untuk memahami identitas diri (jati diri) sebagai suatu hal yang sangat penting, sebab tidak ada fase perkembangan lainnya yang kesadaran identitas dirinya itu mudah berubah, kecuali masa remaja ini. Kelompok teman sebaya mempunyai kontribusi yang sangat positif terhadap perkembangan kepribadian remaja. Namun di sisi lain, tidak sedikit remaja yang berprilaku menyimpang, karena pengaruh teman sebayanya.

2.3.4. Media massa

Media massa merupakan alat atau sarana untuk memberikan atau mendapatkan informasi. Media massa terbagi atas dua bagian yaitu: media massa elektronik (televisi, internet dan radio); media massa cetak (koran, majalah, dan sejenisnya). Setiap media massa mempunyai kekuatan masing-masing. Tetapi pada prinsipnya media massa merupakan satu institusi yang melembaga dan berfungsi bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak sasaran agar tahu informasi (Kuswandi, 1996).


(27)

Ada beberapa unsur penting dalam media massa menurut Kuswandi (1996), yaitu: adanya sumber informasi, isi pesan (informasi), saluran informasi (media), khalayak sasaran (masyarakat) dan umpan balik khalayak sasaran

Peran media sangat berpengaruh bagi remaja dalam memberikan informasi tentang pengetahuan, gaya hidup dan cenderung memberikan penghargaan berlebihan untuk gaya hidup hura-hura dan glamour. Jenis media yang paling banyak digunakan oleh remaja adalah televisi, internet dan radio. Sebagian lainnya senang membaca majalah, koran, dan buku-buku (PKBI, 2002).

Peran media massa hampir setiap saat mensosialisasikan sebuah gaya hidup remaja, baik berupa tayangan sinetron, iklan yang ada di televisi maupun sajian yang tersedia dalam majalah. Media begitu gencarnya memberi hanya satu pilihan ideal yang tidak mungkin dapat dicapai semua remaja, akibatnya remaja ragu atas pendiriannya dan tidak ada jalan lain selain mengikuti arus tren (Bambang dalam Elandis, 2005).

2.3.5. Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Kontjaraningrat dalam Effendy, 1998). Karena keluarga dan sekolah berada di dalam masyarakat, lingkungan masyarakat juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan remaja. Konsistensi nilai-nilai, sikap, aturan-aturan, norma, moral, dan perilaku masyarakat tersebut sehingga akan diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh proses perkembangannya. Kenyataan menunjukkan


(28)

bahwa tidak sedikit kecenderungan ke arah penyimpangan perilaku dan kenakalan remaja, sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri yang tidak baik, berasal dari pengaruh lingkungan masyarakat (Ali & Asrori, 2004).

3. Remaja

3.1. Pengertian Remaja

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya: tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Hurlock (1991, dalam Ali & Asrori, 2004) mengatakan istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan fisik, mental, emosional.

Remaja adalah anak yang berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Daradjat, 1975 dalam Ghifari, 2004). Remaja merupakan kelompok manusia yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung jawab (Basri dalam Ghifari, 2004).

Masa remaja, menurut Monks (1999), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: remaja awal, 15-18 tahun: remaja pertengahan, 18-21 tahun: remaja akhir. Masa remaja disebut juga masa dimana terbentuk suatu perasaan baru mengenai identitas. Identitas mencakup cara hidup pribadi yang dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain (Erikson dalam Gunarsa, 2003). Dari sudut psikologis adolensensia merupakan suatu masa yang meliputi proses perkembangan dimana terjadi perubahan-perubahan dalam hal motivasi seksual, organisasi dari pada ego, dalam


(29)

hubungannya dengan orang tua, orang lain dan cita-cita yang dikejarnya (Freud dalam Gunarsa, 2003).

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek fisik, kognitif maupun emosi (Ali & Asrori, 2004).

3.2. Perubahan Fisik pada Masa Pubertas

Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting di mana tubuh anak dewasa: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder.

3.2.1. Perubahan Ukuran Tubuh

Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Di antara anak-anak perempuan, rata-rata peningkatan per tahun dalam setahun sebelum haid adalah 3 inci, tetapi peningkatan itu bisa juga terjadi dari 5 sampai 6 inci. Jadi peningkatan keseluruhan selama dua tahun sebelum haid adalah 5,5 inci. Setelah haid, tingkat pertumbuhan menurun sampai kiri-kira 1 inci dan berhenti sekitar delapan belas


(30)

Bagi anak laki-laki, permulaan periode pertumbuhan pesat tinggi tubuh dimulai rata-rata pada usia 12,8 tahun dan berakhir rata-rata pada usia 15,3 tahun, dengan puncaknya pada empat belas tahun. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi setahun sesudah dimulainya masa puber. Sesudahnya, pertumbuhan menurun dan berlangsung lambat sampai usia dua puluh atau dua puluh satu. Karena periode pertumbuhan yang lebih lama, anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan pada saat sudah matang (Hurlock, 1999).

Pertambahan berat tidak hanya karena lemak, tetapi juga karena tulang dan jaringan otot bertambah besar. Jadi, meskipun anak puber dengan pesat bertambah berat, tetapi seringkali kelihatannya kurus dan kering. Pertambahan berat yang paling besar pada anak perempuan terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Setelah itu pertambahan berat hanya sedikit. Bagi anak laki-laki, pertambahan berat maksimum terjadi setahun atau dua tahun setelah anak perempuan dan mencapai puncaknya pada usia enam belas tahun, setelah itu pertambahan berat hanya sedikit (Hurlock, 1999).

3.2.2. Perubahan Proporsi Tubuh

Hurlock (1999) dalam bukunya mengungkapkan perubahan fisik yang kedua adalah perubahan proporsi tubuh. Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil, sekarang menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain. Ini tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Barulah pada bagian akhir masa remaja seluruh daerah tubuh mencapai ukuran dewasa, meskipun perubahan besar terjadi sebelum masa puber usai.


(31)

Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu, dan ukuran pinggang berkembang. Dengan bertambah panjangnya badan, ukuran pinggang berkurang sehingga memberikan perbandingan tubuh dewasa. Lebar pinggul dan bahu dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak laki-laki yang lebih cepat matang biasanya mempunyai pinggul yang lebih lebar daripada anak yang lebih lambat matang, dan anak perempuanyang lebih lambat matang mempunyai pinggul yang sedikit lebih besar daripada anak yang cepat matang (Hurlock, 1999).

Hurlock (1999) menjelaskan tidak lama sebelum masa puber, tungkai kaki lebih panjang daripada badan dan keadaan ini bertahan sampai sekitar usia lima belas tahun. Pada anak yang lambat matang, pertumbuhan tungkai kaki berlangsung lebih lama daripada anak yang cepat matang, sehingga tungkai kaki lebih panjang. Tungkai kaki anak yang cepat matang cenderung pendek, gemuk sedangkan tungkai kaki yang lambat matang pada umumnya lebih ramping.

Pola yang sama terjadi pada pertumbuhan lengan, yang pertumbuhannya mendahului pertumbuhan pesat badan, sehingga tampaknya terlalu panjang. Seperti halnya dengan pertumbuhan tungkai kaki, pertumbuhan lengan dipengaruhi oleh usia kematangan. Sampai pertumbuhan lengan dan tungkai kaki mendekati sempurna, barulah tercapai perbandingan yang baik dengan tangan dan kaki, yang keduanya mencapai ukurannya kematangan pada awal masa puber (Hurlock, 1999).

3.2.3. Ciri-ciri Seks Primer

Perubahan fisik ketiga adalah pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer, yaitu organ-organ seks (Yusuf, 2004).


(32)

Pada pria, gonad atau testes, yang terletak di dalam scrotum, pada usia empat belas tahun baru sekitar 10 persen dari ukuran matang. Kemudian terjadi pertumbuhan pesat selama satu atau dua tahun, setelah itu pertumbuhan menurun. Segera setelah pertumbuhan pesat testes terjadi, maka pertumbuhan penis meningkat pesat. Yang mula-mula meningkat adalah panjangnya, kemudian disertai secara berangsur-angsur dengan besarnya (Yusuf, 2004).

Kalau fungsi-fungsi organ reproduksi pria sudah matang, maka biasanya mulai terjadi ‘basah malam’, biasanya kalau anak laki-laki bermimpi tentang seksual yang menggairahkan, kalau kandung kemihnya penuh atau mengalami sembelit, kalau ia memakai piyama yang ketat atau kalau ia terselimuti dengan hangat. Banyak anak laki-laki tidak menyadari apa yang terjadi sampai ia melihat bercak-bercak pada alas tempat tidur atau piyama (Hurlock, 1999).

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun dalam tingkat kecepatan berbeda. Berat uterus anak usia sebelas atau dua belas tahun berkisar 5,3 gram; pada usia enam belas rata-rata beratnya 43 gram. Tuba falopi, telur-telur, dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya ‘haid’. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai mencapai menopause, pada akhir empat puluhan atau lima puluhan tahun (Hurlock, 1999).

3.2.4. Ciri-ciri Seks Sekunder

Perubahan fisik keempat adalah perkembangan ciri-ciri seks sekunder. Perkembangan seks sekunder membedakan pria dari wanita dan membuat anggota


(33)

seks tertentu tertarik pada organ jenis kelamin lain. Ciri ini tidak berhubungan dengan reproduksi meskipun secara tidak langsung ada juga hubungannya, yaitu karena pria tertarik pada wanita dan begitu pula sebaliknya. Inilah sebabnya mengapa ciri ini disebut “sekunder”, dibandingkan dengan organ-organ seks “primer” yang langsung berhubungan dengan reproduksi (Hurlock, 1999).

Dengan berkembangnya periode ini, penampilan anak laki-laki dan anak perempuan semakin berbeda. Perubahan ini disebabkan oleh perkembangan ciri-ciri sekunder secara berangsur-angsur seperti halnya dengan perkembangan lain pada masa puber, mengikuti pola yang dapat diramalkan (Hurlock, 1999).

Tabel 2.1. Ciri-ciri Seks Sekunder Pada Anak Laki-laki dan Perempuan Ciri-ciri seks sekunder yang penting

pada anak laki-laki:

Ciri-ciri seks sekunder yang penting pada anak perempuan:

a. Rambut, rambut kemaluan timbul sekitar setahun setelah testes dan penis mulai membesar. Rambut ketiak dan rambut di wajah timbul kalau pertumbuhan rambut kemaluan hampir selesai, demikian pula rambut tubuh. Pada mulanya rambut yang tumbuh hanya sedikit, halus dan warnanya terang. Kemudian menjadi lebih gelap, lebih kasar, lebih subur dan agak keriting.

b.Kulit, kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.

c. Kelenjar, kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakin membesar dan menjadi

a. Pinggul, pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul, dan berkembangnya lemak bawah kulit. b.Payudara, segera setelah pinggul

mulai membesar, payudara juga berkembang. Puting susu membesar dan menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

c. Rambut, rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan


(34)

lebih aktif, sehingga dapat menimbulkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mulai berfungsi dan keringat bertambah banyak dengan berjalanya masa puber

d.Otot, otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk bagi lengan, tungkai kaki dan bahun. e. Suara, suara berubah setelah rambut

kemaluan timbul. Mula-mula suara menjadi serak dan kemudian tinggi suara menurun, volumenya meningkat dan mencapai pada yang lebih enak. Suara yang pecah sering terjadi kalau kematangan berjalan pesat.

f. Benjolan dada, benjolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria timbul sekitar usia dua belas dan empat belas tahun. Ini berlangsung selama beberapa minggu dan kemudian menurun baik jumlahnya maupun besarnya.

terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.

d.Kulit, kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-pori bertambah besar.

e. Kelenjar, kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

f. Otot, otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.

g.Suara, suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan.

3.3. Perubahan Psikososial pada Masa Pubertas

Pada waktu anak memasuki masa remaja terjadi perubahan yang hebat oleh pertumbuhan dan kematangan fisiknya. Perubahan fisik ini diikuti pula dengan perubahan psikologis. Bila ditinjau hubungan antara perkembangan psikososial dan perkembangan fisik, dapat terlihat bahwa perkembangan fisik


(35)

memberikan impuls-impuls baru pada perkembangan psikososial. Jadi hubungan ‘kausalitas’ ini berjalan dari aspek fisik ke aspek psikososial (Monks, 1999).

Gunarsa (1997) mengungkapkan penguasaan terhadap tubuhnya sendiri yang sudah dicapai sekarang mulai goyah. Kegoncangan ini mempengaruhi integrasi antara id, ego dan superego. Mekanisme pertahanan diri (defenses) antara lain sublimasi dari dorongan seksual yang tadinya sudah bisa terjadi dengan baik, kini mulai berubah dan menuntut perbuatan yang nyata dengan lawan jenis kelaminnya. Suatu hal yang mudah dipahami karena mereka berada pada masa genital. Fungsi ego kini berhadapan dengan peranan superego. Ego membentuk sintesa antara apa yang sudah lewat dan apa yang akan datang dengan norma-norma sendiri dalam usahanya menemukan identitas dirinya baik yang berhubungan dengan seks, maupun dengan anggota masyarakat, anggota keluarga, dan dengan kepastian mengenai jabatan atau pekerjaan yang akan dilakukan kelak.

Gunarsa (1997) dalam bukunya menjelaskan masa remaja yang berlangsung lama sebenarnya diberikan oleh masyarakatnya agar mampu mengintegrasikan dirinya dalam kehidupan dewasa. Pada remaja timbul pertanyaan-pertanyaan: “siapa saya?” dan “akan menjadi apa nanti?”, merupakan pertanyaan yang bersangkut paut dengan perkembangan psikososial dan pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab.

Masyarakat memang bisa membantu, mendorong dan memberi kesempatan secara cukup luas agar remaja bisa menjawab pertanyaan di atas. Di pihak lain masyarakat mewajibkan agar para remaja sendiri bisa menemukan jawaban untuk pertanyaan yang sama. Kekaburan oleh perubahan besar yang


(36)

dialami dalam diri sendiri, dan dorongan masyarakat yang tidak berfungsi positif bagi pembentukan identitas diri, menyebabkan timbulnya krisis identitas. Kalau remaja mengetahui siapa dirinya, mengetahui apa yang akan dan harus dilakukan, mengetahui kapan dan bagaimana harus melakukan maka ia mengetahui peranannya dalam masyarakat. Kalau remaja juga melibatkan diri terhadap sesuatu ideologi, maka berarti ia sudah mencapai identitas. Kalau terjadi sebaliknya, di samping terjadi kekaburan dalam identitas, juga akan terbentuk identitas yang negatif (delinquent) (Gunarsa, 1997).

3.3.1. Identitas Diri

Remaja berkeinginan untuk bebas dan kebebasan tersebut adalah sangat penting dan diperlukan dalam perkembangan individu. Untuk menyempurnakan ini, seorang remaja harus meninggalkan masa anak-anaknya dan orang-orang sering lebih dekat berhubungan dengan hal tersebut. Erikson mengidentifikasikan tugas utama dari masa ini adalah “sense of identity vs role confusion”, yaitu perasaan atau kesadaran akan jati dirinya. Pembebasan dari elemen kritis ini menghasilkan identitas (Yusuf, 2004). Remaja menginginkan untuk menjadi seseorang menurut jalannya dan mereka berusaha dengan cara yang berbeda. Konsep diri selalu berubah pada tahap ini dan dibentuk oleh tuntutan orang tua, kawan sebaya, guru dan lain-lainnya. Interaksi dengan yang lain membantu remaja menentukan siapa diri mereka dan dalam aturan apa mereka maju. Seorang remaja yang tidak mampu mengatasi kebingungannya dan membuat identitas diri bisa menjadi orang yang kebingungan atau kekacauan (confusion). Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi remaja. Mereka dapat mengalami self-esteem yang rendah, kurang dapat menyesuaikan dirinya dan merasa asing dan mereka


(37)

menghadapi beberapa kesulitan dalam memasuki dunia dewasa (Thompson, 1995).

3.3.2. Rasa Keakraban

Perkembangan keakraban adalah berhubungan dengan proses mencari identitas diri, sebagai remaja yang menuju kedewasaan, mereka siap untuk menerima resiko dari berkelompok, berteman dan untuk membuat hubungan yang lebih dekat dengan lawan jenis. Penghindaran terhadap hal ini membuat remaja tersebut terasing atau terisolasi. Masa remaja adalah periode mencoba dan menguji. Ketidaksetujuan dengan orangtua, sering berputar di sekitar berpacaran, mobil keluarga, uang, berkelompok, tingkat sekolah, memilih teman, merokok, melakukan seks dan memakai obat (Thompson, 1995).

Orang dewasa yang mempengaruhi remaja harus berusaha untuk mengkreasikan suasana ketertarikan dan pemahaman. Para remaja harus tahu bahwa orang dewasa (yang lebih tua dari mereka) perhatian kepadanya. Mereka memerlukan praktik atau contoh dalam membuat keputusan, yang dimana menjadi respek walaupun mereka melakukan kesalahan. Orangtua harus membuat batasan dan berharap mereka memberi teguran tetapi yang mengikat (Thompson, 1995). 3.3.3. Citra Tubuh

Antara tubuh serta ciri-ciri fisik para remaja dengan gambaran tentang dirinya terdapat hubungan yang sangat penting. Selama masa kanak-kanak seseorang membentuk gambaran tentang dirinya. Persepsi tentang gambaran ini menunjuk kepada apa yang disebut body image (Sulaeman, 1995).

Pada remaja awal, seorang muda harus menyesuaikan diri terhadap perubahan yang dramatis pada masa pubertasnya. Perhatian utama mereka adalah


(38)

perubahan fisik selama masa awal dan pertengahan remaja dimana hal tersebut faktor yang berperan membentuk egosentris atau kurang percaya diri. Seorang remaja akan suka membandingkan dirinya dengan teman sebayanya dan menciptakan apa yang telah diartikan sebagai sebuah “penonton khayalan”. Mereka percaya setiap orang melihat (memperhatikan) kepadanya. Keasyikan dengan diri sendiri ini adalah normal dan catatan untuk penggabungan yang tetap dan membuat perbaikan yang sering ditemui dalam kelompok remaja. Pada remaja akhir, lebih harus melengkapi pertumbuhan mereka dan memiliki sedikit kesadaran terhadap diri sendiri (Thompson, 1995).


(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1.Kerangka Konsep

Skema 1. Kerangka konsep penelitian

Kerangka konsep penelitian ini dibuat untuk melihat hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas. Pada masa pubertas ada banyak perubahan yang dialami seorang remaja seperti perubahan fisik dan perubahan psikososial yang merupakan suatu peristiwa alamiah yang harus diterima dan disikapi secara positif oleh remaja, oleh karena itu remaja berupaya untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang dialami. Upaya penerimaan perubahan fisik dan psikososial tersebut banyak berhubungan dengan faktor seperti: pendidikan, pengalaman dan sumber informasi. Dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pengetahuan remaja dalam menjalani perubahan fisik dan perubahan psikososial pada masa pubertas untuk mendukung tercapainya remaja yang sehat dengan baik.

2.Defenisi Operasional

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

• Pendidikan • Pengalaman • Sumber Informasi

- Keluarga - Guru (sekolah) - Teman sebaya - Media Massa - Masyarakat

Pengetahuan tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas


(40)

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Variabel Independen: Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Pendidikan b. Pengalaman c. Sumber Informasi Variabel Dependen: Proses pengembangan dan pematangan pandangan hidup remaja yang diperoleh dengan adanya

interaksi dengan orang lain dan lingkungan dalam bentuk

penyuluhan, ceramah, seminar, diskusi dan lain-lain pada siswa siswi SMU 2 Medan.

Segala peristiwa yang terjadi pada diri sendiri yang memberikan masukan pengetahuan tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas pada siswa siswi SMU 2 Medan.

Segala alat ataupun orang yang memberikan informasi mengenai perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas kepada siswa siswi SMU 2 Medan.

Kuisioner yang terdiri dari 3 pertanyaan dengan pilihan jawaban 1=tidak pernah 2=pernah Kuisioner yang terdiri dari 4 pertanyaan dengan pilihan jawaban 1= tidak 2= ya Kuisioner yang terdiri dari 1 pernyataan dengan pilihan jawaban 1=masyarakat 2=media massa 3=teman sebaya 4=guru sekolah 5=keluarga Hasil yang akan didapat: Nilai tertinggi 6 dan terendah 3 Nilai tertinggi 8 dan terendah 4 Nilai tertinggi 5 dan terendah 1 Interval Interval Interval


(41)

Pengetahuan tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas

Segala sesuatu yang diketahui mengenai perubahan pada tubuh meliputi perubahan ukuran, proporsi, ciri seks primer, ciri-ciri seks sekunder dan pembentukan identitas diri, rasa keakraban, citra diri pada masa pubertas pada siswa siswi SMU 2 Medan.

Kuisioner yang terdiri dari 12 pertanyaan

dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak Nilai tertinggi 12 dan terendah 0 0-4 = pengetahuan buruk 5-8 = pengetahuan cukup 9-12 = pengetahuan baik Rasio 3. Hipotesa

Hipotesa yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha), yaitu ada hubungan pendidikan, pengalaman dan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikosososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan yang diketahui melalui uji statistik dengan menggunakan nilai signifikan alpha (α) 0.05. Ha akan diterima bila p < 0.05.


(42)

BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif korelasi, yaitu jenis penelitian yang menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2002). Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas.

2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa siswi SMU Negeri 2 Medan, dengan jumlah populasi sebanyak 1020 orang.

2.2. Sampel

Pada penelitian ini pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan teknik stratified random sampling. Dimana pengambilan sampel dilakukan dengan membagi terlebih dahulu populasi dalam 3 tingkatan yaitu kelas 1, 2, dan 3 kemudian dari setiap tingkatan pengambilan sampel dilakukan secara acak. Penentuan jumlah sampel dengan jumlah subjek lebih dari 1000 dapat menggunakan 10%-20% dari populasi dipandang sudah cukup (Nursalam, 2003).

Maka jumlah sampel adalah 102 orang, dengan pembagian kelas 1 sebanyak 34 orang, kelas 2 sebanyak 34 orang dan kelas 3 sebanyak 34 orang.


(43)

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Remaja berusia 15-18 tahun

2. Sehat jasmani

3. Bersedia menjadi responden penelitian

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMU Negeri 2 Medan pada tanggal 7 sampai 11 Desember tahun 2006. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah karena di sekolah tersebut terdiri dari siswa siswi yang heterogen dan majemuk yaitu beraneka ragam suku, agama, tingkat ekonomi, prestasi belajar dan lain-lain sehingga diharapkan dapat mewakili karakteristik remaja Medan. Selain itu, penelitian tentang hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas belum pernah dilakukan di SMU Negeri 2 Medan.

4. Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Calon responden yang bersedia, maka dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko bagi individu yang menjadi responden, baik risiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen dan peneliti memusnahkan


(44)

instrumen penelitian setelah proses penulisan proposal selesai. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian 5.1. Kuesioner Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen ini terdiri atas 3 bagian, yaitu kuesioner data demografi, kuesioner data faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Muzaham, 1995; Notoatmodjo, 2003; Yusuf, 2004; Gunarsa, 1993; Kuswandi, 1996; Sulhi, 2002; Elandis, 2005; Hurlock, 1999; Monks, 1999; Gunarsa, 1997; Thompson, 1995; Sulaeman, 1995) dan kuesioner data tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas (Harlock, 1999; Monks, 1999; Gunarsa, 1997; Thompson, 1995; Sulaeman, 1995).

Kuesioner data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, status tempat tinggal, uang saku perbulan, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, kegiatan tambahan yang diikuti.

Kuesioner data faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi pendidikan terdiri dari 3 pertanyaan (pertanyaan no:1,2,3), pengalaman yang terdiri dari 4 pertanyaan (pertanyaan no:4,5,6,7) sedangkan sumber informasi terdiri dari 1 pernyataan (pernyataan no: 8).

Kuesioner data tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas disusun dalam bentuk closed ended dichotomy


(45)

question yang terdiri dari 12 pertanyaan. Dimana dari antara pertanyaan-pertanyaan tersebut terdapat 9 pertanyaan-pertanyaan positif (pertanyaan-pertanyaan nomor: 2,3,5,6,7,8,10,11,12) dengan penilaian untuk jawaban “Ya = 1” dan “Tidak = 0” dan 3 pertanyaan negatif (pertanyaan nomor: 1, 4 dan 9) dengan penilaian untuk jawaban “Ya = 0” dan “Tidak = 1”. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 12 dan terendah 0. Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (1992).

P =

kelas Banyak

Rentang

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) sebesar 12 dan banyak kelas 3 kategori (pengetahuan baik, cukup dan buruk) maka didapatkan panjang kelas sebesar 4. Menggunakan P = 4 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, data tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas dikategorikan sebagai berikut:

0-4 = pengetahuan buruk 5-8 = pengetahuan cukup 9-12 = pengetahuan baik 5.2. Reliabilitas Instrumen

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Karena alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek (Ritonga, 1997). Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas konsistensi internal karena memiliki kelebihan yaitu, pemberian instrumen hanya satu kali


(46)

dengan satu bentuk instrumen kepada satu subyek studi (Dempsey & Dempsey, 2002; Azwar, 2003).

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam program SPSS versi 10.0 terhadap kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah 0.7640 (lihat pada lampiran). Untuk uji reliabilitas kuesioner tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas digunakan formula KR 20 secara manual dengan hasil 0.760. Menurut Polit & Hungler (1995) suatu instrumen yang baru reliabel bila koefisiennya 0.70 atau lebih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan kuesioner tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

6. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan penyebaran kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU dan peneliti juga mengajukan permohonan ijin kepada Dinas Pendidikan Kota Medan kemudian permohonan ijin penelitian yang diperoleh dikirimkan ke tempat penelitian yaitu SMU Negeri 2 Medan.

Pada saat pengumpulan data, peneliti mengumpulkan responden terlebih dahulu dalam satu ruangan yang tersedia ditemani oleh guru lapangan yang ditunjuk pihak sekolah untuk membantu penelitian ini. Waktu yang digunakan untuk mengumpulkan responden adalah sewaktu jam istirahat berlangsung dengan


(47)

seizin pihak sekolah. Setelah responden terkumpul kemudian peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuesioner kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent. Responden yang bersedia, diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Peneliti memberi kuesioner pertama yaitu kuesioner data demografi dan data faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terlebih dahulu lalu setelah diisi semua oleh responden peneliti mengumpulkan kuesioner pertama dan kemudian membagi kembali kuesioner yang kedua yaitu kuesioner tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas. Dikelas 1 waktu yang digunakan 15 menit, dikelas 2 selama 15 menit dan dikelas 3 selama 20 menit. Selesai pengisian, peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi responden, kemudian memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang, dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis.

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu program SPSS versi 10.0

Data demografi meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, status tempat tinggal, uang saku perbulan, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua. Data demografi disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.


(48)

Untuk variabel pendidikan diperoleh dengan menjumlahkan jawaban responden pada pertanyaan 1, 2 dan 3; variabel pengalaman dengan menjumlahkan jawaban responden pada pertanyaan 4, 5, 6, dan 7; variabel sumber informasi dengan menjumlahkan jawaban responden pada pertanyaan 8. Sedangkan untuk pengolahan data untuk variabel tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial yang terdiri dari 12 pertanyaan, untuk setiap pertanyaan positif yang menjawab ‘Ya’ mendapatkan nilai 1 dan yang menjawab ‘Tidak’ mendapat nilai 0 (nol), dan untuk pertanyaan negatif yang menjawab ‘Ya’ mendapatkan nilai 0 (nol) dan yang menjawab ‘Tidak’ mendapat nilai 1. Maka untuk data tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas dengan menjumlahkan semua jawaban responden akan diperoleh nilai tertinggi 12 dan terendah 0.

Metode statistik yang digunakan untuk menggambarkan dan menentukan hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas adalah metode korelasi multivariat (multivariate correlational methods) yaitu metode korelasi regresi linier ganda. Metode ini digunakan karena jumlah variabel bebas lebih dari dua variabel.

Dalam analisis korelasi regresi linier ganda digunakan metode backward, dimana semua variabel dimasukkan ke dalam model, tetapi kemudian satu persatu variabel independen akan dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan statistik tertentu. Variabel yang pertama kali dikeluarkan adalah variabel yang mempunyai korelasi parsial terkecil dengan variabel dependen. Kriteria pengeluaran atau p-out (POUT) adalah 0,10 artinya variabel yang mempunyai


(49)

nilai p lebih besar atau sama dengan 0,10 dikeluarkan dari model, dikatakan signifikan bila nilai p-value < 0,05 (Hastono, 2001). Koefisien korelasi (R) untuk menyatakan derajat hubungan, nilai R menunjukka n besarnya pengaruh dari beberapa faktor (variabel independen) secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan pembagian (Burns & Grove, 1993):

0.1-0.3: Korelasi rendah, hubungan positif dengan interpretasi lemah. 0.3-0.5: Korelasi sedang, hubungan positif dengan interpretasi memadai. > 0.5 : Korelasi tinggi, hubungan positif dengan interpretasi kuat.


(50)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak 7 sampai 11 Desember 2006 di SMU Negeri 2 Medan.

Selain menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden.

1.1.Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 102 orang. Adapun karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup usia, jenis kelamin, agama, suku, status tempat tinggal, uang saku perbulan, pendidikan terakhir orangtua, pekerjaan orangtua.

Dari data yang diperoleh (tabel 5.1) menunjukkan bahwa usia responden yang paling muda adalah 15 tahun dan paling tua adalah 18 tahun. Responden berjenis kelamin perempuan (n:53; 52%) sedangkan laki-laki (n:49; 48%). Mayoritas responden beragama Islam (n:59; 57,8%), bersuku Batak (n:58; 56.9%). Berdasarkan status tempat tinggal responden terbanyak adalah tinggal


(51)

bersama orangtua atau keluarga (n:100; 98%), kategori uang saku responden per-bulan yang terbanyak adalah dibawah Rp.300.000 (n:71; 69.6%). Pendidikan terakhir orangtua responden terbanyak adalah tamat perguruan tinggi (n:62; 60.8%), mayoritas pekerjaan orangtua responden adalah PNS/TNI/POLRI (n:55; 53,9%) sedangkan lain-lain (Pegawai BUMN, Pegawai Bank, Karyawan Swasta, Dokter) (n:15; 14,7%). Sementara kegiatan tambahan yang diikuti oleh responden mayoritas adalah bimbingan/ les privat (n:67; 65.7%).

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia 15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun 35 32 34 1 34.3 31.4 33.3 1.0 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 49 53 48.0 52.0 Agama Islam Kristen Hindu 59 41 2 57.8 40.2 2.0 Suku Batak Jawa Padang Melayu Lain-lain 58 20 8 9 7 56.9 19.6 7.8 8.8 6.9 Status Tempat Tinggal

Kost Orangtua/ Keluarga 2 100 2.0 98.0 Uang Saku Per-Bulan

≥ Rp. 600.000

Rp. 300.000-Rp. 600.000 ≤

5 26

4.9 25.5


(52)

Pendidikan Terakhir Orangtua Tamat SD

Tamat SMP Tamat SMU

Tamat Perguruan Tinggi

2 4 34 62 2.0 3.9 33.3 60.8 Pekerjaan Orangtua Petani PNS/TNI/POLRI Wiraswasta Buruh Lain-lain 1 55 27 4 15 1.0 53.9 26.5 3.9 14.7 Kegiatan tambahan yang diikuti

Bimbingan/ Les privat PMR/ Paskibraka/ Pramuka

Tidak mengikuti kegiatan tambahan

67 26 9 65.7 25.5 8.8 1.2.Deskripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi variabel pendidikan, pengalaman dan sumber informasi terdiri dari nilai range, minimum, maximum, mean, dan standart deviasi untuk setiap variabel (tabel 5.2).

Tabel 5.2. Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pendidikan 3 3 6 4.62 1.02

Pengalaman 4 4 8 6.83 1.18

Sumber Informasi 4 1 5 3.55 1.42

Dari 3 pertanyaan yang ditujukan untuk mengeksplorasi faktor pendidikan (tabel 5.3) terdapat bahwa ceramah paling banyak diikuti oleh responden (n:77; 75.5%) dan seminar yang paling sedikit diikuti oleh responden (n: 27; 26.5%).


(53)

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase faktor pendidikan

Ya Tidak

Frekuensi Persentase (%)

Frekuensi Persentase (%) Pendidikan Mengikuti penyuluhan Mengikuti ceramah Mengikuti seminar 61 77 27 59.8 75.5 26.5 41 25 75 40.2 24.5 73.5 Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa dari faktor pengalaman mayoritas responden tidak menyadari bahwa berkelompok atau bergeng sebagai tanda pubertas (n:47; 46.1%).

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase faktor pengalaman

Ya Tidak

Frekuensi Persentase (%)

Frekuensi Persentase (%) Pengalaman

Mimpi basah/ menstruasi Perubahan pada

kaki,tangan dan hidung Berkelompok/bergeng Tidak percaya diri

91 70 55 73 89.2 68.6 53.9 71.6 11 32 47 29 10.8 31.4 46.1 28.4 Sementara untuk pertanyaan sumber informasi (tabel 5.5) mayoritas responden mendapatkan informasi tentang perubahan-perubahan pada masa pubertas dari keluarga (n:47; 46.1%).

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dan persentase faktor sumber informasi Frekuensi Persentase (%) Sumber Informasi Keluarga Guru sekolah Teman sebaya Media massa Masyarakat 47 3 12 39 1 46.1 2.9 11.8 38.2 1.0


(54)

1.3.Deskripsi Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas

Deskripsi tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas terdiri dari frekuensi dan persentase untuk masing-masing katagori (tabel 5.6).

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan responden tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas

Katagori Frekuensi Persentase (%)

Pengetahuan Baik Pengetahuan Cukup Pengetahuan Buruk 77 24 1 75.5 23.5 1.0

Pada tabel 5.7. terdapat 12 pernyataan yang ditujukan untuk mengeksplorasi tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas, terlihat satu pertanyaan yang banyak tidak diketahui oleh responden, yaitu pertanyaan nomor 11 (n:56; 54.9%).

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan responden tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas

Pertanyaan

Ya Tidak

Frekuensi Persentase

(%) Frekuensi

Persentase (%)

1. Perubahan fisik

hanya tinggi badan 2. Jerawat dan bau

badan tanda pubertas 3. Pertumbuhan rambut

di wajah, ketiak dan daerah kemaluan

4. Mimpi basah atau menstruasi bukan tanda pubertas

5. Tertarik dengan lawan jenis

6. Keinginan untuk bebas tanpa 1 95 99 25 89 67 1.0 93.1 97.1 24.5 87.3 65.7 101 7 3 77 13 35 99.0 6.9 2.9 75.5 12.7 34.3


(55)

pengaturan orang dewasa

7. Membandingkan diri dengan teman sebaya 8. Memperhatikan

perubahan pada fisik

9. Perasaan tidak

percaya diri bukan tanda pubertas

10.Senang diperhatikan orang lain

11.Memiliki teman berkelompok/bergeng berperan membentuk percaya diri

12.Keinginan untuk mencoba segala sesuatu yang baru

71 90 30 68 46 69 69.6 88.2 29.4 66.7 45.1 67.6 31 12 72 34 56 33 30.4 11.8 70.6 33.3 54.9 32.4

1.4.Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Hasil analisa data (tabel 5.8) dengan menggunakan regresi linier ganda dengan metode backward menunjukka n bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang diteliti seperti pendidikan, pengalaman dan sumber informasi memiliki hubungan yang signifikan (p-value < 0.05) dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas yaitu sebesar 0.024. Koefisien korelasi (R) sebesar 0.303 artinya hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas positif dengan interpretasi memadai (Burns & Grove, 1993).


(56)

Tabel 5.8. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial

Variabel bebas R df1 df2 F p-value

(Sig) 1. Pendidikan,

Pengalaman dan Sumber Informasi 2. Pendidikan dan

Pengalaman 3. Pengalaman 0.303 0.302 0.283 3 2 1 98 99 100 3.293 4.971 8.717 0.024 0.009 0.004 2. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas, bagaimana tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas serta bagaimana hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMU Negeri 2 Medan.

2.1. Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas

Hasil analisa data dengan menggunakan regresi linier ganda dengan metode backward (tabel 5.8) terlihat R=0.303; Sig=0.024, hal ini menunjukkan bahwa hipotesa penelitian Ha gagal ditolak artinya bahwa pernyataan hipotesa adanya hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (pendidikan, pengalaman dan sumber informasi) dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas diterima.


(57)

Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja seperti sistem pendidikan, pengalaman dan sumber informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja.

Berikut dijelaskan satu persatu faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan tersebut berurut mulai dari variabel yang nilai korelasinya terendah:

a. Sumber Informasi

Sumber informasi merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja. Remaja banyak berinteraksi dengan lingkungan sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, masyarakat dan media massa yang berperan dalam memberikan informasi (Yusuf, 2004).

Dalam penelitian ini mayoritas responden banyak mendapatkan sumber informasi dari keluarga (n:47; 46.1%) (tabel 5.5). Tingginya persentase keluarga sebagai sumber informasi responden dapat diasumsikan berhubungan dengan tingkat pendidikan terakhir orangtua responden yang mayoritas tamat perguruan tinggi (n:62; 60.8%). Hal ini juga didukung dengan status tempat tinggal responden yang mayoritas tinggal bersama keluarga (n:100; 98.0%) (tabel 5.1). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Darwisyah (2006), apabila keluarga (orangtua) memiliki pengetahuan yang cukup mendalam tentang kesehatan reproduksi termasuk didalamnya perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas, maka mereka lebih yakin dan tidak merasa canggung untuk membicarakan masalah-masalah terkait dengan masa pubertas. Berbeda dengan hasil penelitian Mahmudah (1997) yang menunjukkan bahwa sumber informasi remaja paling banyak tentang kesehatan reproduksi diperoleh dari media massa. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil survei Youth Centre PKBI (2001), dimana sumber informasi remaja tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya terutama diperoleh dari teman sebaya.

Muzaham (1995) menyatakan bahwa pendidikan formal pada dasarnya akan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk berpikir rasional dan


(58)

objektif. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan diikuti oleh semakin tingginya tingkat pengetahuan seseorang. Jika pendidikan rendah, maka pengetahuan tentang hidup sehat cenderung kurang terutama kemampuan hidup sehat untuk diri sendiri (Resti, 2005). Dapat diasumsikan bahwa pendidikan formal orangtua mempengaruhi penyampaian informasi kepada responden, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuan tentang kesehatan reproduksi juga akan semakin baik. Dengan kata lain, orangtua tetap menjadi sumber informasi utama dalam mempersiapkan anak menghadapi masa remaja karena keluarga merupakan lingkungan utama dan terdekat dalam membentuk pengetahuan anak (Gunarsa, 1993).

b. Pendidikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada umumnya responden pernah mengikuti bentuk pendidikan berupa ceramah (n:77; 75.5%). Bentuk pendidikan lain yang banyak diikuti oleh responden adalah penyuluhan (n:61; 59.8%) (tabel 5.3). Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa ceramah sebagai salah satu bentuk pendidikan yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan remaja. Hasil penelitian ini didukung pula oleh penelitian Wulandari (2001), dimana penyuluhan terbukti merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan pengetahuan.

Temuan ini diasumsikan berhubungan dengan aktifnya kegiatan ekstrakurikuler di SMU 2 Medan yaitu kegiatan Palang Merah Remaja (PMR). Selain itu tersedia juga sarana Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang berjalan aktif, sehingga hal ini mendukung akses responden terhadap kegiatan-kegiatan pendidikan seperti ceramah ataupun penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi termasuk didalamnya perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pubertas.


(59)

Tersedianya sarana-sarana di sekolah yang memudahkan akses responden dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pendidikan tidak lepas dari peran sekolah itu sendiri sebagai tempat dimana responden banyak menghabiskan waktu di sekolah dari pada di tempat lain di luar rumah (Yusuf, 2004). Ini dapat diasumsikan sebagai faktor pendukung yang memudahkan responden banyak mengikuti kegiatan-kegiatan seperti ceramah dan penyuluhan seperti yang ditemukan pada hasil penelitian ini.

c. Pengalaman

Pengalaman juga memiliki peran dalam membentuk pengetahuan dimana pengetahuan tersebut terbentuk dari ingatan sebelumnya pada diri seorang individu termasuk pada remaja (Sudarmita, 2002). Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden menyadari bahwa pengalaman pribadi yang terkait dengan perubahan fisik dan psikososial sebagai tanda pubertas. Namun, pengalaman pribadi mengenai pembentukan kelompok atau geng (n:47; 46.1%) kurang disadari oleh responden sebagai tanda pubertas dibandingkan pengalaman responden mengenai perubahan fisik dan psikososial yang lain (tabel 5.4).

Hal ini dapat dihubungkan dengan status tempat tinggal responden yang mayoritas tinggal bersama keluarga (n:100; 98%) sehingga diasumsikan responden lebih dekat dengan keluarga dan kurang menyadari bahwa berkelompok atau bergeng sebagai salah satu tanda pubertas. Keluarga merupakan lingkungan sosial dasar bagi anak dalam tumbuh dan berkembang. Ketika keluarga menjadi lingkungan terdekat bagi anak maka keluarga telah memainkan salah satu fungsi sebagai sumber persahabatan/ teman bagi anak (Yusuf, 2004).


(60)

Anak yang cenderung lebih dekat dengan keluarga akan memiliki hubungan interpersonal yang kuat (Friedman, 1998). Oleh karena itu diasumsikan responden tidak menyadari berkelompok/ bergeng sebagai salah satu tanda pubertas adalah karena mayoritas responden bertempat tinggal bersama keluarga dan menjadikan keluarga sebagai sumber teman/ sahabat bagi mereka.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas dan faktor yang paling dominan adalah pengalaman.

2.2. Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas (tabel 5.8) terlihat bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik (n:77; 75.5%). Namun, ada satu pertanyaan yang tidak diketahui oleh sebagian besar responden, yaitu bahwa memiliki teman berkelompok (bergeng) berperan dalam membentuk rasa percaya diri pada masa pubertas (n:56;54.9%).

Tingginya persentase responden yang tidak mengetahui bahwa memiliki teman berkelompok atau bergeng berperan dalam membentuk rasa percaya diri pada masa pubertas dapat disebabkan karena hampir sebagian besar responden tidak menyadari bahwa berkelompok atau bergeng sebagai salah satu tanda pubertas (tabel 5.4), sehingga hal ini dapat diasumsikan sebagai salah satu penyebab responden sebagian besar tidak mengetahui


(1)

Lampiran 2

Kode : Kuesioner Penelitian Hubungan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik dan Psikososial Pada Masa Pubertas

A. Kuisioner Data Demografi

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tanda checklist () pada pilihan yang telah disediakan.

1. Usia saat ini ……tahun 2. Jenis kelamin:

Laki-laki Perempuan 3. Agama

Islam Hindu Kristen Budha 4. Suku

Batak Melayu Jawa Lain-lain,….. Padang

5. Status Tempat Tinggal Kost

Orangtua/ Keluarga 6. Uang saku/ bulan

Rp. 600.000,-


(2)

7. Pendidikan Orangtua Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMU

Tamat Perguruan Tinggi 8. Pekerjaan Orangtua

Petani

PNS/ TNI/ POLRI Wiraswasta

Buruh

Dan lain-lain…….

9. Kegiatan tambahan yang diikuti: Bimbingan/ Les Privat

PMR/ Paskibraka/ Pramuka

Tidak mengikuti kegiatan tambahan

B. Kuisioner Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja terhadap Perubahan Fisik dan Psikososial pada Masa Pubertas

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tanda checklist () pada pilihan yang telah disediakan.

1. Apakah anda pernah mendapatkan Penyuluhan mengenai perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas?

Pernah


(3)

2. Apakah anda pernah mengikuti Ceramah mengenai perubahan-perubahan di masa pubertas meliputi perubahan-perubahan fisik dan psikososial?

Pernah

Tidak Pernah

3. Apakah anda pernah mengikuti Seminar terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik dan psikososial anda di masa pubertas?

Pernah

Tidak Pernah

4. Ketika anda mendapatkan pertama sekali mimpi basah/ menstruasi, apakah anda mengetahui/ menyadari hal tersebut sebagai salah satu tanda pubertas?

Ya Tidak

5. Ketika anda mengalami perubahan pada bagian kaki, tangan dan hidung, apakah anda mengetahui/ menyadari hal tersebut sebagai salah satu tanda pubertas?

Ya Tidak

6. Ketika anda menjadi lebih dekat dengan teman-teman berkelompok /bergeng anda, apakah anda mengetahui/ menyadari hal tersebut sebagai salah satu tanda pubertas?

Ya 2 Tidak


(4)

7. Ketika anda menjadi tidak percaya diri dengan perubahan pada fisik anda, apakah anda mengetahui/menyadari hal tersebut sebagai salah satu tanda pubertas?

Ya 2 Tidak

8. Berikut yang paling berperan dalam memberikan informasi kepada anda mengenai perubahan-perubahan yang terjadi di masa pubertas: Pilih satu jawaban saja

Keluarga (ayah, ibu, kakak/abang, adik) Guru (sekolah)

Teman Sebaya

Media Massa (TV, radio, majalah, koran, buku-buku) Masyarakat (orang lain)

C. Kuesioner Data Pengetahuan Remaja tentang Perubahan Fisik dan Psikososial pada Masa Pubertas

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tanda checklist () pada pilihan yang telah disediakan.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah perubahan fisik hanya terjadi pada tinggi badan saja di masa pubertas?

2 Ketika anda mengalami pertumbuhan jerawat dan adanya bau badan di tubuh anda, apakah hal tersebut sebagai salah satu tanda pubertas?

3 Pertumbuhan rambut di sekitar wajah, ketiak dan daerah kemaluan, apakah merupakan salah satu tanda pubertas?


(5)

4 Apakah peristiwa mimpi basah atau menstruasi pertama sekali bukan salah satu pubertas?

5 Ketika anda tertarik dengan lawan jenis anda, apakah hal tersebut salah satu tanda pubertas?

6 Apakah anda tahu bahwa keinginan untuk bebas tanpa pengaturan dari orang dewasa merupakan salah satu tanda pubertas?

7 Ketika anda membanding-bandingkan diri anda dengan teman sebaya anda, apakah hal tersebut merupakan salah satu tanda pubertas?

8 Apakah anda tahu bahwa memperhatikan adanya perubahan pada keadaan fisik anda merupakan salah satu tanda pubertas?

9 Apakah perasaan tidak percaya diri dengan perubahan fisik yang terjadi bukan salah satu tanda pubertas?

10 Ketika anda merasakan senang karena orang lain memperhatikan diri anda, apakah hal tersebut salah satu tanda pubertas?

11 Apakah anda tahu bahwa berkelompok (bergeng) berperan dalam membentuk rasa percaya diri pada masa pubertas?

12 Apakah anda tahu keinginan untuk mencoba segala sesuatu yang baru merupakan salah satu tanda pubertas?


(6)

CURRICULUM VITAE

Nama : Eka Nina Bangun

Tempat/ tanggal lahir : Medan/ 11 September 1984 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Bunga Teratai No. 23-C, Pasar II Padang Bulan, Medan.

Pendidikan :

1. SD Negeri 060886 Medan Tahun 1990-1996 2. SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Tahun 1996-1999 3. SMU Negeri 2 Medan Tahun 1999-2002