GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG DENGAN DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN PERAWATAN KAKI DIABETES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN 1 BANTUL

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG DENGAN

DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN PERAWATAN

KAKI DIABETES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KASIHAN 1 BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: HASRULLAH

20120320065

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG DENGAN

DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN PERAWATAN

KAKI DIABETES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KASIHAN 1 BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: HASRULLAH

20120320065

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hasrullah

NIM : 2012 032 0065

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftra Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 24 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk semua keluarga tercinta, Bapak, Ibu, dan Kakakku, semoga kalian senang

dan bangga dengan karyaku ini.

Terima kasih untuk semua dukungan kalian baik itu doa, moral, maupun dukungan

material karena tanpa itu semua, aku tidak akan pernah sampai di tahap ini

walaupun ini belumlah tahap akhir melainkan ini adalah tahap permulaan untuk

menuju kesuksesan kelak dan semoga aku bisa membalas semua kebaikan kalian dan

membuat kalian bangga.

Terima kasih juga untuk sahabat-sahabatku dan semua teman-teman kampus maupun

teman-teman luar kampus yang telah memberikan segala bentuk dukungan kepadaku

sehingga semua hal bisa berjalan dengan lancar. Dan terimakasih juga buat kekasihku

Opi Ernawati S Ora yang selalu mendukukungku ketika aku sedih, senang dan

susah.


(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal kaya tulis ilmiah yang berjudul “gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes mellitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes mellitus diwilayah kerja puskesmas kasihan 1 Bantul, Yogyakarta”.

Tujuan dari penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh derajat sarjana keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Terwujudnya proposal karya tulis ilmiah ini, tidak terlepas dari bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penghargaan dan ungkapan terima kasih dari peneliti kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan menyusun proposal karya tulis ilmiah ini.

2. Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan do’a, semangat dan dukungan

dalam penyelesaian proposal ini.

3. Dr. H. Ardi Pramono, Sp An, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

4. Sri Sumaryani, Ns., M.Kep, Sp. Mat. HNC selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(7)

vi

5. Fahni Haris, S.Kep, NS., M.Kep selaku pembimbing yang senantiasa dengan ikhlas meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, membimbing, mengarahkan, membantu dan memberikan nasehat serta saran yang membangun kepada penulis dalam menyusun proposal karya tulis ilmiah ini. 6. Yanuar Primanda, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan bersedia meluangkan waktunya demi kelancaran sidan proposal peneliti.

7. Keluarga tercinta yang telah memberikan do’a, semangat dan dukungan dalam penyelesaian proposal ini,

8. Teman-teman seangkatan dan teman-teman kos ijo (Satria, Jahar, Apip, Sukir, bang Duan, Ega, Bintang dan Tutut) yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang besar dalam menyelesaikan proposal ini.

Dalam penulisan ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin, namun peneliti menyadari masih ada kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam penyajian materi. Untuk penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan dan peningkatan kualitas dalam penulisan dimasa mendatang. Akhir kalam, penulis berharap semoga proposal karya tulis ilmiah ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan serta penelitian ini dapat diteruskan lagi.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016


(8)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat ... 5

E. Penelitian Terkait ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus ... 9

1. Definisi Diabetes Mellitus ... 9

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 10

3. Komplikasi Diabetes Mellitus ... 10

4. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ... 13

B. Pengetahuan ... 15

1. Definisi Pengetahuan ... 15

2. Tingkat Pengetahuan ... 14

3. Faktor-faktor pengetahuan ... 17

C. Perawatan Kaki Dibetes Mellitus ... 20

1. Definisi Perawatan Kaki Dibetes Mellitus ... 20

2. Faktor-faktor Perawatan Kaki Dibetes Mellitus ... 21

3. Penatalaksanaan Perawatan Kaki Dibetes Mellitus ... 25

D. Kerangka Konsep ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

D. Variabel ... 33


(9)

viii

F. Instrumen Penelitian... 34

G. Jalannya Penelitian ... 35

1. Tahap Persiapan ... 35

2. Tahap Pelaksanaan ... 36

H. Pengolahan Data... 37

I. Analisa Data ... 38

J. Etika Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

1. Gambaran Karakteristik Responden ... 41

2. Gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul ... 44

B. Pembahasan ... 48

C. Kelemahan dan Kekuatan Penelitian ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA


(10)

ix

DAFTAR SKEMA


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1Kisi-kisi kuesioner ... 36

Tabel 4.1 Deskripsi responden berdasarkan usia ... 39

Tabel 4.2 Deskripsi responden berdasarkan Jenis kelamin ... 39

Tabel 4.3 Deskripsi responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40

Tabel 4.4 Deskripsi responden berdasarkan Pekerjaan ... 40

Tabel 4.5 Deskripsi responden berdasarkan Lama Menderita ... 41

Tabel 4.6 Frekuensi jawaban responden ... 42

Tabel 4.7 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan usia ... 42

Tabel 4.8 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.9 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 43

Tabel 4.10 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan Pekerjaan ... 44

Tabel 4.11 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan Lama Menderita ... 44


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Surat Pengantar Survey Pendahuluan

Lampiran 5 Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian

Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penelitian di puskesmas Kasihan 1 Bantul Lampiran 7 Surat Keterangan izin ke lurah Desa Taman Tirto

Lampiran 8 Sura Keterangan izin ke lurah Desa Bangun Jiwo Lampiran 9 Izin penggunaan kuesioner dari peneliti sebelumnya


(13)

(14)

xii

Hasrullah (2016) Gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes mellitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes melitus diwilayah kerja puskesmas Kasihan 1 Bantul

Pembimbing : Fahni Haris, S.Kep, NS., M.Kep

INTISARI

Latar Belakang : Diabetes melitus (DM) adalah penyakit multi sistem kronik yang berhubungan dengan ketidak normalan produksi insulin, ketidak mampuan penggunaan insulin atau keduanya. Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling kompleks dan menuntut banyak perhatian maupun usaha dalam pengelolaannya dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya, karena penyakit diabetes melitus tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat dikelola.

Tujuan : Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes melitus.

Metode : Jenis penelitian ini non experiment yaitu descriptive analytic dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini berjumlah 276 orang. Metode sampling yang digunakan yaitu cluster sampling dengan jumlah sampel 45 orang. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini diadopsi dari Diani (2013) dengan 64 pertanyaan dan menggunakan analisis univariat.

Hasil : Dari penelitian ini didapatkan bahwa dari 45 orang responden dengan tingkat pengetahuan baik 5 (11,1%), tingkat pengetahuan sedang 31 (68,9%) dan tingkat pengetahuan kurang 9 (20,0%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan penderita diabetes melitus diwilayah kerja puskesmas Kasihan 1 Bantul dalam kategori sedang.

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan penderita diabetes melitus diwilayah kerja puskesmas Kasihan 1 Bantul dalam kategori Sedang.


(15)

xiii

Hasrullah (2016) The Level Knowledge of People With Diabetes Mellitus Chiropody in the Region of Bantul at Kasihan 1 Health Center

Supervisor : Fahni Haris, S. Kep, NS., M.Kep

ABSTRACT

Background: Diabetes Mellitus (DM) is chronic multisystem disease associated with abnormal insulin production, inability to use insulin or both of them. Diabetes mellitus is the most complex disease and demands a lot of attention or efforts in its treatment compared with other chronic disease, because diabetes mellitus is incurable but nanageable. Diabetes mellitus became a serious health problem in the world because the prevalence is increased rapidly.

Objective :To know the level knowledge of people with diabetes mellitus in doing

diabetes mellitus chiropody.

Method : This research used descriptive analytic with cross sectional approach. Amount of the population used in this research was 276 persons. Sampling method used cluster sampling with amount of sampelwas 45 persons. The questionnaire used in this research adopted from Diani (2013) with 64 question and used variation analysis.

Results : This research showed that from 45 respondents with diabetes mellitus, there were 5 persons (11,1%) in good category, 31 persons (68,9%) in moderate category. And 9 persons (20,0) in less category. It showed that the level knowledge of people with diabetes mellitus at Bantul at in Kasihan 1 health center was moderate.

Conclusion : Level knowledge of people with diabetes mellitus at Bantul at in Kasihan 1 health center was moderate.


(16)

1

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit multi sistem kronik yang berhubungan dengan ketidak normalan produksi insulin, ketidak mampuan penggunaan insulin atau keduanya (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, & Camera, 2011; American Diabetes Association, 2011). Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling kompleks dan menuntut banyak perhatian maupun usaha dalam pengelolaannya dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya, karena penyakit diabetes melitus tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat dikelola. Diabetes melitus menjadi masalah kesehatan yang serius diseluruh dunia karena prevalensi yang meningkat cepat (Lewis et al., 2011).

Tujuan terapi diabetes melitus adalah untuk mencapai kadar glukosa normal tanpa terjadi hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik. Lima komponen yang harus diperhatikan dan diikuti pasien dalam penatalaksanaan umum diabetes yaitu diet, latihan, pemantauan kadar glukosa darah, terapi serta pendidikan (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Angka mortalitas karena penyakit DM di seluruh dunia mencapai 1,5 juta orang pada tahun 2012 dan pada tahun 2014 prevalensi penderita DM diperkirakan mencapai 9% dari total populasi dunia (WHO, 2015). Asia menyumbang lebih dari 60% penderita DM di seluruh dunia (Ramachandran, Snehalatha, Shetty dan Nanditha, 2012). Prevalensi penderita DM di Indonesia menempati urutan ke 7 dunia dengan jumlah penderita sebanyak 12 juta jiwa


(17)

dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi penderita DM di Yogyakarta sebanyak 72.207 jiwa dan penyakit DM termasuk dalam sepuluh besar penyakit penyebab kematian di Yogyakarta (RISKESDAS, 2013). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Bantul tahun 2013 menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus di Puskesmas se-Kabupaten Bantul sebanyak 5558 orang dan menempati urutan ke 6 sebagai 10 besar penyakit di Puskesmas (DINKES DIY, 2014).

Diabetes melitus dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala yang sangat bervariasi, jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik akut maupun kronik (Waspadji, 2009). Salah satu komplikasi dari diabetes melitus adalah masalah pada kaki diabetes. Kaki diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan mudah mengalami luka, dan akan cepat berkembang menjadi ulkus kaki (Monalisa & Gultom, 2009). Masalah kaki diabetik yang rumit dengan berbagai pengobatan yang sering memakan waktu dan biaya yang besar, memberi dorongan bagi kita bahwa semua usaha harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kaki diabetik.

Orang yang mengidap penyakit diabetes melitus lebih tinggi resikonya mengalami masalah kaki karena berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) sehingga membuat penderita tidak menyadari dan sering mengabaikan luka yang terjadi. Sirkulasi darah pada tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunnya jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit


(18)

maupun jaringan lain sehingga menyebabkan luka sulit sembuh. Berkurangnya daya tahan tubuh yang terjadi pada penderita diabetes melitus juga lebih rentan terhadap infeksi. Upaya pencegahan primer pada pengelolaan kaki diabetik yang bertujuan untuk mencegah luka kaki secara dini penting sekali untuk menghindari kerusakan lebih lanjut dan tidak timbul ulkus yang dapat mengakibatkan tindakan amputasi. Infeksi atau luka kecil harus ditangani dengan serius. Sepatu yang tidak pas harus cepat diganti karena bisa menimbulkan luka (Monalisa & Gultom,2009).

Penyuluhan kesehatan merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menambah penngetahuan pada seseorang agar mampu mengubah perilaku kesehatanya yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan penelitian Diani tahun 2013 diperoleh bahwa klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan selatan dengan fokus masalah pengetahuan klien tentang perawatan kaki sebagian besar baik. Klien mayoritas berusia lebih dari 55 tahun berjenis kelamin terbanyak perempuan. Lamanya menderita diabetes melitus yang kurang 5 tahun sebagian besar berpendidikan rendah.

Penelitian Ekore, Ajayi dan Arije tahun 2010 menunjukkan bahwa kesadaran untuk melakukan perawatan kaki pada klien diabetes mellitus sangat kurang karena kurangnya pendidikan atau penyuluhan dari pelayanan kesehatan. Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember 2015 di Puskesmas Kasihan I, Bantul, Yogyakarta, didapatkan penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas pada tahun 2014


(19)

dengan jumlah penderita 276 orang yang sesuai dengan kriteria peneliti. Hasil wawancara dari 5 penderita diabetes melitus di wilayah puskesmas Kasihan 1 bantul didapatkan bahwa kelima pasien belum mengetahui tentang perawatan kaki diabetes melitus dengan baik diantaranya ialah responden pertama belum mengetahui berapa kali memerikasa kaki, responden kedua belum mengetahui cara memeriksa kaki, responden ketiga belum mengetahui yang harus di perhatikan saat memeriksa kaki, responden keempat belum mengetahui cara pemotongan kuku dan responden kelima belum mengetahui bagian kaki yang boleh diberikan pelembab dan bagian yang tidak boleh diberikan pelembab. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang sudah dijabarkan, maka penelitian dilakukan di Bibis, Tirto, Ngebel, Kembaran dan Kasihan. Tempat penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 karena Puskesmas Kasihan 1 adalah Puskesmas yang memiliki kerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tetapi di Puskesmas Kasihan 1 belum ada program khusus untuk menangani pasien DM selain pemberian obat.

Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Gambaran Tingkat Pengetahuan Orang dengan Diabetes Melitus dalam Melakukan Perawatan Kaki Diabetes Melitus.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas 1 bantul ?


(20)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes melitus.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien berdasarkan (Usia, Jenis kelamin, pekerjaan, lama menderita dan Pendidikan) pada penderita diabetes melitus.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi puskesmas puskemas Kasihan 1 Bantul sebagai bahan pertimbangan untuk menambah program, khususnya untuk pasien DM dalam peningkatan pengetahuan perawatan kaki DM.

2. Bagi responden

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi responden untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuannya dalam melakukan perawatan kaki.

3. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan perawatan kaki DM dan dapat diaplikasikan saat melakukan perawatan kaki.


(21)

4. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan masukan untuk gambaran peneliti selanjutnya E. Keaslian Penelitian

Menurut pengetahuan peneliti, belum ada penelitian yang sama tentang gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes. Di bawah ini adalah penelitian terkait dengan penelitian ini.

1. Diani (2013), judul “Pengetahuan Dan Praktik Perawatan Kaki Klien

Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kalimantan Selatan”. Tujuan penelitian adalah

mengetahui hubungan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes mellitus tipe 2 di Kalimantan selatan. Desain penelitian yang digunakan adalah desain descriptive correlational bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Rancangan penelitian yang digunakan pendekatan cros sectional study dengan meneliti pengetahuan dan praktik perawatan kaki. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah reponden yang pengetahuan baik lebih besar dan jumlah responden berdasrkan praktik perawatan kaki baik juga lebih besar.

2. Juwitaningtyas (2014), judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Diabetes Melitus Dalam Pencegahan

Luka Kaki Diabetik Di Desa Mranggen Polokarto Suharjo” tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap penderita diabetes


(22)

melitus tentang pencegahan luka kaki diabetik di Desa Mranggen Polokarto Sukoharjo. Desain penelitian yang digunakan adalah desain

Quasi Eksperiment dan menggunakan rancangan penelitian Pretest and

Posttest control Group Design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 63

responden yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu 32 kelompok eksperimen dan 31 kelompok kontrol, teknik pengambilan sampel dengan total

random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Paired

Sample t-test dan Independen sample t-test. Berdasarkan hasil penelitian

pengetahuan responden dari kedua kelompok memiliki tingkat pengetahuan sedang pada penilaian pretest. Pengetahuan responden kedua kelompok mengalami peningkatan (tinggi) pada penilaian post test.

3. Widhiarsi (2012), judul penelitian “Hubungan Antara Pengetahuan Pasien tentang Penyakit Diabetes Mellitus dengan Depresi Pada Pasien Kaki

Diabetik di Unit Rawat Jalan RSUD dr. Moewardi” tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit Diabetes Melitus dengan depresi pada pasien kaki diabetik di Unit Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi. Desain penelitian yang digunakan adalah menggunakan survey Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien DM dengan komplikasi Kaki Diabetik yang berjumlah sebanyak 124 pasien. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 49 responden Pengambilan sampel secara consecutive sampling. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengetahuan pasien tentang penyakit DM


(23)

menunjukkan bahwa pengetahuan responden yaitu mayoritas mempunyai pengetahuan kurang.


(24)

9 1. Definisi Diabetes Meliitus

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit gangguan metabolisme karbohidrat yang kronis, yang dapat menimbulkan komplikasi yang bersifat kronis (Tiara, Sukawana & Suidrayasa, 2012). Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Septiyanti, Damanik & Arneliwati, 2013). Diabetes ditandai oleh kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang disebabkan karena kurangnya kadar insulin secara relatif maupun absolut (Hasdianah, 2012). Indikator seseorang mengalami diabetes apabila kadar gula dalam darah mencapai > 200 mg/dl (Kurniawan & Indra 2010).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi diabetes melitus menurut Hasdianah (2012) yaitu: a) Diabetes melitus tipe 1 adalah diabetes yang terjadi akibat kurangnya

kadar insulin dalam darah karena sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas. Diabetes ini dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.

b) Diabetes melitus tipe 2 merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi banyak gen. Pada diabetes tipe ini terjadi


(25)

gangguan sekresi hormon insulin dan resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan karena disfungsinya glukosa dengan faktor hormon resisten sehingga sel jaringan khususnya hati menjadi tidak peka terhadap insulin. Diabetes tipe ini banyak menghasilkan insulin tetapi mengalami disfungsi.

c) Diabetes (gestasional) adalah diabetes yang terjadi pada saat kehamilan dan akan pulih setelah peroses kelahiran. Resistensi insulin merupakan kondisi dimana sensitivitas insulin berkurang. Sensitivitas insulin adalah kemampuan hormon insulin dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menekan produksi glukosa hepatik dan menstimulasi pemanfaatan glukosa di dalam otot skeletal dan jaringan adiposa. Setelah pangkreas melakukan kompensasi terus-menerus, maka terjadi kelelahan sel beta pangkreas (dekompensasi) sehingga produksi insulin menurun.

3. Komplikasi Diabetes

Pada penderita Diabetes melitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pangkreas dapat menghentikan produksi insulin, keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemia yang mengakibatkan syndrom hiperglikemia

hiperosmoler nonketotik (HHNK) dan pada jangka panjang menyebabkan


(26)

makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit

vaskuler perifer (Hasdianah, 2012).

Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh serta dapat menyebabkan arteroskelosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer sehingga akan memudahkan terjadinya luka kaki diabetik (ulkus diabetikus). Komplikasi yang paling sering terjadi dari penyakit diabetes adalah luka kaki diabetik (Tiara, Sukawan, Suidrayasa 2012). Black & hawks (2009) membagi komplikasi diabetes melitus menjadi dua kelompok, yaitu komplikasi akut dan kronis.

a) Komplikasi akut terdiri atas hiperlikemia, ketoasidosis diabetikum, sindrom hiperlikemik hyperosmolar non ketotik dan hipoglikemik. Hiperlikemia dan ketoasidosis diabetikum disebabkan oleh tidak adanya insulin atau insulin yang tersedia dalam darah tidak cukup untuk metabolisme karbohidrat, keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Ada tiga gejala klinis yang terlihat pada ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Sindrom hiperlikemik hyperosmolar non ketotik yakni kondisi dimana klien mengalami heperosmolaritas dan hiperglikemia disertai perubahan tingkat kesadaran. Perbedaan sindrom ini dengan ketoasidosis ialah tidak terdapatnya gejala etosis dan asidosis. Gambaran klinis kondisi ini biasanya terdiri atas hipotensi, dehidrasi berat, takikardi dan tanda-tanda defisit neurologis yang bervariasi


(27)

(perubahan sensori, kejang dan hemiparesis). Sedangkan hipolikemik terjadi kalau kadar glukosa darah kurang dari 50-60 mg/dl, yang dapat diakibatkan oleh pemberian insulin atau obat diabetes oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.

b) Komplikasi kronis terdiri atas komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Kompikasi makrovaskular adalah kondisi aterosklorosis yang terjadi pada pembuluh darah besar yang dapat menimbulkan penyakit coronary artery disease, penyakit

cerebrovaskuler, hipertensi penyakit vaskuler perifer dan infeksi.

Sedangkan komplikasi mikrovaskular adalah kondisi unik yang hanya terjadi pada penderita diabetes. Penyakit mikrovaskuler diabetikterjadi akibat penebalan membran basalis pembuluh kapiler. Beberapa kondisi akibat dari gangguan pembuluh darah kapiler antara lain retinopati, nefropati, ulkus kaki, neuropati sensorik dan neuropati otonom yang akan mmenimbulkan berbagai perubahan pada kulit dan otot. Kondisi ini selanjutnya menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki yang akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan luka mudah terinfeksi. Faktor darah yang kurang akan menambahkan kesulitan pengelolaan kaki diabetik (Suyono, 2009).


(28)

4. Penatalaksanaan Diabetes Militus

a. Dalam mengelola diabetes selalu dimulai dengan pendekatan non

farmakologis yaitu berupa edukasi, perencanaan makan/diet, kegiatan

jasmani dan penurunan berat badan bila didapat berat badan lebih kemudian diikuti pendekatan farmakologis atau pemakaian obat insulin (waspadji, 2009). Tujuan terapi pada setiap diabetes adalah mencapai kadar glukosa normal tanpa terjadi hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik ada lima konponen dalam penatalaksanaan diabetes, yaitu terapi nutrisi (diet), latihan, pemantauan, terapi farmakologi dan pendidikan (smeltzer et al., 2010).

b. Pentingnya pengetahuan pada klien diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes. Peningkatan pengetahuan klien diabetes melitus mengenai perawatan kaki dapat meningkatkan kualitas hidup klien sehingga dapat menikmati hidup seperti normal pada umumnya yang tidak menderita diabetes melitus, serta klien tidak perlu mengeluarkan uang secara berlebihan untuk pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Perawatan kaki merupakan upaya perawatan mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Perawat berperan dalam memfasilitasi kemandirian pasien sesuai dengan teori Orem tentang perawatan diri dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk merawat dirinya sendiri, untuk memenuhi kebutuhan hidup,


(29)

memelihara kesehatan dan mencapai kesejahteraan (Tomey, Marriner, Alligoods, & Raile (2006).

Klien dengan dibetes dapat mencapai sejahtera/kesehatan yang optimal dengan mengetahui perawatan kaki yang tepat sesuai dengan kondisi dirinya sendiri dan dapat melaksanakannya. Oleh karena itu, perawat menurut teori tentang perawatan diri sangat berperan sebagai pendukung/pendidikan bagi klien yang menderita diabetes melitus terkontrol untuk tetap mempertahankan kemampuan optimalnya dalam mencapai sejahtera. Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang dialami oleh klien dengan diabetes melitus menurut Orem disebut dengan kurang perawatan diri. Menurut Orem peran perawat dalam hal ini yaitu mengkaji klien sejauh mana klien mampu untuk merawat dirinya dalam hal ini adalah bagaiman klien melakukan perawatan kaki untuk mencegah timbulnya kaki diabetik.

Tindakan yang harus dilakukan dalam perawatan kaki untuk mengetahui adanya kelainan kaki secara dini yaitu dengan memotong kuku yang benar, pemakaian alas kaki yang baik, menjaga kebersihan kaki dan senam kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan mengatasi sendiri bila ada masalah pada kaki atau menggunakan alat-alat/benda. Oleh karena itu klien penting mengetahui perawatan kaki diabetik dengan baik sehingga kejadian ulkus ganggren dan amputasi dapat dihindarkan (Monalisa & Gultom, 2009).


(30)

B. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu setelah orang melakukan pengindraan pada objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian pengetahuan diperoleh dari indra penglihatan/mata dan indra pendengaran/telinga. Pengetahuan atau kognitiv merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda–beda (Notoatmodjo, 2011).

2. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan manusia dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2010) :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar objek yang telah di ketahui dan dapat menginterpretasi


(31)

materi tersebut secara benar. Orang yang lebih paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang di pelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mangunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat di artikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, perinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.


(32)

Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri,atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-Faktor Pengetahuan

Menurut notoatmodjo (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a) Faktor internal 1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitanya dengan pendidikan dimana diharapkan sesorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseoraang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatn pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada


(33)

pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang dalam sesuatu obyek juga mengandung 2 aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak obyek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tertentu.

2) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional dan serta pengalaman belajar selama bekerja, dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dalam bidang kerja.

3) Usia

Bertambahnya usia seseorang maka akan semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Daya pikir seseorang akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.


(34)

b) Faktor eksternal

1) Media massa/Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(imunediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi yang baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

2) Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupuun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,


(35)

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

3) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap peroses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu

C. Perawatan Kaki Diabetes 1. Definisi

Perawatan atau tindakan adalah wujud dari sikap yang nyata. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,antaara lain adalah fasilitas. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata (Notoatmodjo, 2010). Pendidikan merupakan komponen penting dari prawatan kaki.pemeriksaan kaki tiap hari adalah langkah pertama untuk menemukan masalah cedera awal untuk mendapatkan perawatan kaki yang tepat. Kaki harus dilihat setiap hari setelah mandi dan sebelum menggunakan sepatu dan kaos kaki. gunakan cermin dan letakkan di lantai untuk melihat kaki (Heitzman, 2010).

Pemeriksaan kaki harus di lakukan dalam pencahayaan yang baik. Meskipun sebagian besar orang dengan diabetes tahu bahwa mereka


(36)

harus memeriksa kaki mereka setiap hari. Akan tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana melakukan ini dengan benar atau apa yang mereka eveluasi (Heitzman, 2010). Permasalahan kaki merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada orang dengan diabetes melitus. Masalah kaki juga merupakan masalah yang umum pada klien dengan diabetes melitus dan hal ini menjadi cukup berat akibat adanya ulkus dan infeksi, bahkan akhirnya dapat menyebabkan amputasi. Terjadinya ulkus di antaranya adalah akibat ketidak patuhan dalam melakukan tindakan pencegahan, pemeriksaan kaki, serta kebersihan, kurang melaksanakan pengobatan medis, aktivitas klien yang tidak sesuai, kelebihan berat badan, penggunaan alas kaki yang tidak sesuai, kurangnya pendidikan klien, pengontrolan glukosa darah dan perawatan kaki (Diani, 2013).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan perawatan kaki a) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan dan perawatan yang di perolehnya semakin membaik. Beberapa penelitian menjelaskan hubungan usia dengan perawatan kaki. Penelitian desalu et al. (2011) mengatakan usia diatas 50 tahun pengetahuan perawatan kaki masih kurang meskipun hubungan ini tidak signifikan secara statistik.


(37)

b) Jenis kelamin

Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain melakukan pekerjaan sehari-hari,dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa di mungkinkan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas wanita sering kali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderung bertindak atas pertimbangan rasional. Penelitian hasnian dan seikh (2009) Gender menunjukkan ada hubungan statistik yang signifikan dengan pengetahuan dan perawatan kaki.

c) Pendidikan

Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah. Seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti berpengetahuan rendah. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak di peroleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.pengetahuan seseorng tentang suatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negativ. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap dan tindakan seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang di ketahui akan mnumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut (Diani, 2013).

Penelitian hasnian dan sheikh (2009) peran pendidikan menunjukkan hubungan statistik yang signifikan dengan


(38)

pengetahuan tentang perawatn kaki. Menurut Desalu et al. (2011) klien yang memiliki pendidikan rendah secara signifikan memiliki pengetahuan yang rendah tentang perawatan kaki. Pengetahuan tentang perawatan kaki yang tepat secara positif dipengaruhi oleh pendidikan klien sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi pada kaki. Bijoy et al. (2012) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa pendidikan secara statistik menunjukkan hubungan yang sangat signifikan dengan pengetahuan klien tentang perawatan kaki.

d) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan faktor penentu penting dari kesehatan. Jenis pekerjaan seseorang dan kondisi kerja yang di lakukan akan mempengaruhi kesehataan seseorang. Penelitian Soemardini et al. (2008) tentang penyuluhan perawatan kaki terhadap tingkat pemahaman penderita diabetes melitus mengatakan bahwa faktor pekerjaan tidak ada hubungan yang signifikan dengan pemahaman penderita diabetes melitus. Penderita diabetes melitus yang bekerja dengan menggunakan sepatu sangat beresiko terjadinya ulkus kaki apabila tidak memperhatikan bentuk dan jenis sepatu yang digunakan. menghindari penggunaan sepatu pada bagian jari kakinya yang sempit, sepatu hak tinggi, sol keras, dan tali antara jari kaki. Sepatu harus nyaman, sepatu harus sesuai dengan bentuk kaki dan terbuat dari bahan yang lembut.


(39)

e) Lama Menderita Diabetes

Klien yang mengalami diabetes lebih lama, memiliki perawatan kesehatan diri yang lebih tinggi dibandingkan klien yang memiliki lama diabetes melitus lebih pendek (Bai, Chiou & Chang, 2009). Klien yang mengalami diabetes yang lama dapat mempelajari perilaku berdasarkan pengalaman yang diperolehnya selama menjalani penyakit tersebut sehingga klien dapat memahami tentang hal-hal terbaik yang harus dilakukannya tentang perawatan kaki dalam kehidupannya sehari-hari dan melakukan kegiatan tersebut secara konsisten dan penuh rasa tanggung jawab.

f) Penghasilan

Status sosial ekonomi rendah secara signifikan memiliki pengetahuan yang rendah tentang perawatan kaki (Desalu. 2011). Penelitian Bijoy et al. (2012) status sosial ekonomi rendah dan status sosial ekonomi tinggi menunjukkan hubungan statistik yang signifikan dengan pengetahuan tentang perawatan kaki.

g) Penyuluhan perawatn kaki

Penyuluhan diperlukan bagi penderita diabetes melitus karena penyakit diabetes melitus berhubungan dengan perilaku seseorang untuk berubah. Penyuluhan yang di berikan kepada penderita adalah program edukasi diabetes melitus tentang perawatan kaki yang merupakan pendidikan dan pelatihan tentang pengetahuan perawatan kaki penderita diabetes melitus.


(40)

Penyuluhan bertujuan untuk menunjang perubahan perilaku, meningkatkan pemahaman penderita akan perawatan kaki yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal dan penyesuaian keadaan psikologis. Edukasi diabetes yang dilakukan secara adekuat akan meningkatkan kemampuan penderita diabetes melitus untuk melakukan perawatan kesehatan diri secara konsisten sehingga akan tercapai pengontrolan kadar glukosa darah secara optimal dan komplikasi diabetes melitus dapat diminimalkan (Basuki. 2009).

3. Penatalaksanaan Perawatan Kaki

Menurut Waspadji (2009) penatalaksanaan perawatan kaki dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

a) Pencegahan Primer (pencegahan terjadinya kaki diabetik dan terjadinya ulkus). Pencegahan primer dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan mengenai terjadinya kaki diabetik. Penyuluhan harus dilakukan pada setiap kesempatan pertemuan dengan klien.penyuluhan dilakukan oleh semua pihak terkait dengan pengelolaan diabetes melitus, meliputi perawat, ahli gizi, ahli perawatan kaki dan dokter. Periksalah kaki klien selanjutnya berikan penyuluhan bagaimana cara pencegahan dan perawatan kaki, sepatu atau alas kaki bagi klien diabetes, latihan kaki untuk memperbaiki vaskularisasi.


(41)

b) Pencegahan Sekunder (pencegahan dan pengelolaan ulkus atau ganggren diabetik yang sudah terjadi). Pencegahan sekunder, upaya-upaya yang termasuk dalam pencegahan sekunder yaitu: Mechanical control (pressure control), wound control, microbiological control. Pencegahan ini dilakukan khususnya pada klien diabetes melitus dengan masalah kaki komplikasi yaitu kombinasi insenstivitas, iskemia dan atau deformitas.

c) Pencegahan tersier (pencegahan agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi penyulit). Pencegahan tersier, upaya yang dilakukan untuk mencegah lebih lanjut terjadinya kecacatan kalau penyakit sudah terjadi seperti amputasi tungkai bawah. Pengelolaan konservatif dangan medikamentosa, debridemen, mengatasi infeksi. Pedoman dasar untuk perawatan kaki dan pemilihan alas kaki yang dikembangkan oleh National Institutes of

Health dan American Diabetes Association untuk mencegah

terjadinya cidera (Heitzman, 2010), yaitu: 1) Kaki Bersih, Kering dan Lembut

Mencuci kaki dan antara jari-jari kaki dengan air hangat (tidak panas) dan sabun dan dikeringkan dengan kain lembut. Lotion dapat digunakan pada atas atau bawah kaki dan bukan antara jari-jari kaki. Bedak antara jari-jari kaki untuk menjaga kulit tetap kering.


(42)

2) Perawatan Kulit

Klien diabetes melitus harus menggunakan alas kaki, baik didalam ruangan maupun diluar ruangan. Mengenakan pakaian hangat, pada musim dingin menggunakan kaos kaki katun untuk mlindungi kulit dari cuaca dingin dan basah. Kaos kaki tidak memiliki lubang atau bersambung, memiliki jahitan tebal, atau memiliki ban elastis yang menyebabkan cedera pada kulit. Kaos kaki harus diganti setiap hari untuk mencegah kelembaban dari keringat yang bisa menyebabkan iritasi kulit.

3) Perawatan kuku

Kuku harus dipotong lurus untuk menhindari lesi pada kuku. Klien yang mengalami kesulitan melihat kaki mereka, mencapai jari-jari kaki mereka, atau memiliki kuku kaki menebal harus dibantu oleh orang lain atau perawat kesehatan untuk memotong kuku kaki. Menghilangkan kalus untuk mengurangi tekanan dibawah tulang dan dapat membantu membebaskan beban tekanan setempat untuk mengurangi kemungkinan pembentukan ulkus.

4) Sepatu

Waktu yang tepat klien untuk membeli sepatu yakni sore hari ketika kaki membesar.kaki harus diukur setiap membeli sepatu baru karena struktur berubah. Kedua bagian sepatu kiri dan kanan, harus dicoba sebelum membeli. Hindari penggunaan


(43)

sepatu yang pada bagian jari kakinya yang sempit, sepatu hak tinggi, sol keras, dan tali antara jari kaki. Sepatu harus nyaman, sepatu harus sesuai dengan bentuk kaki dan terbuat dari bahan yang lembut dengan tempat tumit kaki, bantalan dan fleksibilitas pada bola kaki, kotak jari kaki yang mendalam dan luas, dan dukungan lengkungan yang baik. Sepatu harus diperiksa setiap hari untuk melihat adanya benda asing, dan daerah kasar. Mengubah sepatu beberapa kali sehari untuk memfariasikan tekanan pada kaki. Tekanan sepatu yang terlalu ketat atau terlalu longgar dapat menyebabkan iritasi mekanis. Sepatu harus disimpan pada udara kering pada malam hari untuk mencegah penumpukan air, yang dapat menyebabkan iritasi kulit lebih lanjut.

Adapun menurut Smeltzer et al. (2010) tipe atau cara melakukan perawatan kaki adalah :

a) Memelihara kadar glukosa darah dalam batas normal bersama tim kesehatan yang memberikan perawatan diabetes.

b) Lakukan pemeriksaan kaki setiap hari dengan mengamati adanya luka, lecet, bintik kemerahan dan pembengkakan, gunakan kaca untuk memeriksa bagian dasar kaki, dan periksa adanya perubahan suhu.

c) Mencuci kaki setiap hari, mencuci dengan air hangat, keringkan dengan lembut terutama diantara jari kaki, kaki jangan


(44)

digosok-gosok, dan tidak memeriksa suhu air dengan kaki, gunakan termometer atau siku.

d) Menjaga kulit agar tetap halus dan lembut dengan memberikan pelembab diatas dan dibawah kaki, tetapi tidak diantara jari kaki. e) Menggunakan batu apung untuk melembutkan kapalan (callus). f) Memotong kuku kaki setiap minggu atau ketika diperlukan :

memotong kuku jari kaki lurus dan bagian tepi kuku dihaluskan. g) Menggunakan sepatu dan kaos kaki setiap waktu, tidak berjalan

tanpa alas kaki, memakai sepatu yang nyaman, cocok serta dapat melindungi kaki, selalu memeriksa bagian dalam sepatu sebelum dipakai pastikan permukaannya lembut dan tidak terdapat objek atau benda kecil.

h) Lindungi kaki dari panas atau dingin, memakai sepatu pada area yang panas, memakai kaos kaki pada waktu malam jika kaki dingin.

i) Mempertahankan aliran darah ke kaki, meninggikan kaki ketika duduk, gerakan jari dan sendi kaki keatas dan kebawah selama 5 menit, selama 2 atau 3 kali sehari. Jangan meyilangkan kaki dalam jangka waktu yang lama, dan tidak merokok.

j) Memeriksa kaki bersama dengan petugas kesehatan untuk menemukan kemungkinan adanya masalah yang serius, segera beri tahu pemberi pelayanan kesehatan jika luka, lecet, atau bengkak tidak mulai sembuh setelah satu hari. Ikuti saran pemberi pelayanan


(45)

kesehatan mengenai perawatan kaki, tidak melakukan pengobatan sendiri untuk mengobati masalah kaki.

D. Kerangka konsep

Keterangan :

: Variable yang diteliti : Variable yang tidak diteliti : Hasil yang diteliti

Pengetahuan perawatan kaki DM

Variabel counfounding  Usia

 Jenis kelamin  Pendidikan

 Lama diabetes melitus  Pengasilan

 Pekerjaan

 Penyuluhan perawatan kaki

Kurang Sedang Baik Diabetes

melitus (DM)


(46)

31

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen yaitu descriptive

analytic dengan pendekatan cross sectional, dimana waktu pengukuran

observasi data variabel dependen hanya satu kali dalam satu waktu untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul (Nursalam, 2013).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM yang sudah terdiagnosa dan berobat di Puskesmas Kasihan I Bantul. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Kasihan I Bantul, jumlah pasien DM dilaporkan sebanyak 276 Orang pada tahun 2014-2015. 2. Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

cluster sampling. Besar sampel dalam penelitian sebanyak 15% dari

populasi karena di dalam masyarakat tidak mempunyai kelas atau strata sehingga 15% sudah dapat mewakili populasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 orang. Peneliti menambahkan jumlah sampel 10% dari jumlah yang sebenarnya yakni daerah Kasihan 4 responden untuk mengantisipasi kesalahan dalam pengambilan data sehingga sampel


(47)

menjadi 45 orang (Arikunto, 2013). Sampel diambil dari wilayah dengan penderita DM terbanyak agar dapat mewakili populasi yang ada. sampel diambil dari Desa Bangunjiwo yang didalamnya ada Bibis 10 responden, Tirto 8 responden dan Desa Tamantirto yang didalamnya ada Ngebel 9 responden, Kembaran 12 responden dan Kasihan 6 responden.

Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan mempunyai kriteria eksklusi yaitu sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Klien diabetes melitus yang pernah atau tanpa komplikasi ulkus diabetik.

2. Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent. 3. Mampu membaca dan menulis

4. Berkomunikasi dengan baik sehingga dapat diberikan penjelasan mengenai pelaksanaan danpenelitian

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengisi kuesioner tidak lengkap.

2. Membatalkan menjadi responden. C. Lokasi dan waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul : Bibis, Tirto, Ngebel, Kembaran dan Kasihan.


(48)

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016. D. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu dan didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2013). Variabel pada penelitian ini adalah gambaran tingkat pengetauan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes melitus.

E. Definisi Operasional

Tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes adalah tingkat kemampuan orang dengan diabetes melitus dalam menggunakan pengetahuan tentang frekuensi pemeriksaan kaki, apa saja yang diperiksa pada kaki, perawatan kuku kaki, tindakan yang dilakukan jika terdapat masalah-masalah kaki, jenis kaos kaki dan sepatu, serta kondisi-kondisi harus dilakukan konsultasi dengan dokter/ahli Keperawatan kaki. Pengetahuan diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti. Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala data ordinal yaitu mengkategorikan hasil pengukuran berupa prosentasi jawaban yang benar dari seluruh pertanyaan yaitu kategori baik 76-100%, sedang 56-76% dan kurang ≤56% (Arikunto 2012)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data untuk mempermudah hasil penelitian dan


(49)

hasilnya lebih baik sehingga data dapat lebih mudah untuk diolah (Saryono, 2011). Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner berupa daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik, ada dalam bentuk cheklist sehingga responden tinggal mengisi dan memberi

cheklist pada pilihan yang sesuai. Kuesioner pada penelitian ini diadopsi dari

penelitian Diani yang sudah valid dengan hasil uji reliabilitas pengetahuan di peroleh r alpha cronbach’s 0,963 (r alpha>0,361) dengan judul Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki Klien diabetes melitus Tipe-2 di Kalimantan Selatan. Data yang dikumpulkan yaitu :

a. Kuesioner tentang karakteristik responden

Kuesioner ini berisi identitas data responden yang terdiri dari inisial, usia, jenis kelamin, lama menderita diabetes, pendidikan, pekerjaan dan riwayat mendapatkan penyuluhan tentang perawatan kaki DM. Data di kuesioner ini digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden.

b. Kuesioner tentang pengetahuan orang dengan diabetes tentang perawatan kaki.

Kuesioner ini berisi beberapa pertanyaan mengenai perawatan kaki untuk penderita diabetes. Jenis pertanyaan pada kuesinoner ini berupa pertanyaan tertutup dengan jawaban benar dan salah. Penderita diabetes akan mendapatkan 64 pertanyaan terkait gambaran pengetahauan dalam merawat kaki penderita diabetes. Jawaban pada lembar kuesioner jika salah diberi nilai (0), apabila benar diberi nilai (1) dan kemudian di


(50)

jumlahkan. Skala yang digunakan pada variabel ini adalah skala ordinal. Rentang nilai yang mungkin diperoleh adalah antara 0-64 dengan kategori baik (76-100%), sedang (56-75%) dan kurang (≤56%).

Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner pengetahuan penderita diabetes dalam melakukan perawatan kaki

Aspek Butir soal Jumlah

frekuensi pemeriksaan kaki, 1 5

apa saja yang diperiksa pada kaki, 1 5

perawatan kuku kaki, 2 8

tindakan yang dilakukan jika terdapat masalah-masalah kaki

4 18

jenis kaos kaki dan sepatu, 3 12

kondisi-kondisi yang harus dilakukan konsultasi dengan dokter/ahli keperawatan kaki.

3 16

G. Jalannya penelitian 1. Tahap Persiapan

Penelitian diawali dengan pembuatan proposal penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti akan meneliti tentang gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul yakni Desa Tamantirto (Ngebel, Kembaran, Kasihan) dan Desa bangunjiwo (Bibis,Tirto). Peneliti terlebih dahulu membawa surat izin studi pendahuluan Karya Tulis Ilmiah yang dibuat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk meminta izin kepada kepala Puskesmas untuk melakukan studi pendahuluan dan mengetahui jumlah populasi penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul.


(51)

Peneliti kemudian membuat surat izin penelitian dan mengajukan etik penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Setelah etik keluar dengan nomor 196/EP-FKIK-UMY/Vl/2016 Peneliti kemudian membuat surat izin penelitian pada pemerintah daerah tempat penelitian, yang dimulai dari Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA). Peneliti mendapatkan ijin dari BAPPEDA dengan nomor ijin penelitian 070/Reg/3287/S1/2016 dan BAPPEDA juga memberikan surat tembusan ke wiliyah tujuan peneliti. 2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dimulai dengan peneliti meminta izin kepada kepala desa Tamantirto dan Bangunjiwo, setelah itu peneliti berkunjung ke dukuh tiap wilayah untuk meminta izin dan mencari alamat responden.Peneliti berkunjung ke rumah responden kemudian menjelaskan maksud kedatangan dan melakukan wawancara singkat, jika responden memenuhi kriteria inklusi peneliti meminta kesediaan responden untuk mengisi kuesioner.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, karena peneliti mendapatkan langsung dari subjek penelitian. Peneliti mengumpulkan data dengan cara membagikan kuesioner yang dimasukan kedalam amplop terbuka bersama dengan surat permohonan untuk menjadi responden, serta informed consent. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner pada responden, termasuk penjelasan tiap item soal, responden dapat mengajukan pertanyaan apabila ada hal yang kurang jelas. Amplop


(52)

berfungsi untuk menjaga kerahasian dan keaslian data responden. Peneliti meminta pada responden mengisi kuesioner dengan jujur karena hasil kuesioner tidak diketahui oleh siapapun karena tidak mencantumkan nama dan hasil penelitian hanya diketahui oleh pihak-pihak tertentu yang berkepentingan. Setelah semua kuesioner terkumpul, peneliti mengecek kelengkapan dan mengolah data-data yang sudah diisi oleh para responden dan mengalisa data menggunakan analisis univarite dan tidak melakukan analisis bivariate karena penelitian ini bersifat deskriptif. Selanjutnya, data dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu pengetahuan baik, jika prosentase skor jawaban 76%-100%, Pengetahuan sedang, jika skor jawaban 56%-75% dan pengetahuan kurang, jika skor jawaban ≤56%. Tahap akhir peneliti menyusun laporan yang meliputi hasil penelitian, pembahasan dan perumusan kesimpulan.

H. Pengolahan Data

Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah. Langkah pertama yakni mengedit dengan memeriksa kelengkapan jawaban responden dengan memeriksa kelengkapan data, kejelasan penulisan jawaban dan kebenaran jawaban responden yang telah terkumpul. Kuesioner yang tidak jelas atau tidak lengkap akan peneliti tanyakan kembali kepada responden.

Langkah kedua peneliti melakukan pemberian tanda pada jawaban berupa angka, hal ini dimaksudkan agar lebih mudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data yang diberi nilai sesuai dengan ketentuan penilaian


(53)

pada definisi operasional. Langkah ketiga peneliti mulai mengolah data dari hasil pengkodean dengan bantuan aplikasi komputer untuk pengolahan data statistik. Kemudian langkah keempat Peneliti memeriksa kembali data yang telah dimasukkan. Setelah dipastikan tidak ada kesalahan, maka dilanjutkan dengan tahap akhir yakni penyajian data. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel berupa prosentase kemudian dijelaskan dengan keterangan dalam bentuk narasi.

I. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariate dan tidak melakukan analisis bivariate karena penelitian ini bersifat deskriptif. Variabel dalam penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan perawatan kaki DM dalam melakukan perawatan kaki DM. Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan profil responden dan karakteristik data disajikan dalam bentuk tabel dan presentase. Data diprosentasekan dengan menggunakan rumus:

P = hasil presentase

F = hasil pencapaian atau skor total responden n = hasil pencapaian maksimal responden

Selanjutnya, data dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu:

a. Pengetahuan baik, jika prosentase skor jawaban 76%-100% b. Pengetahuan sedang, jika skor jawaban 56%-75%


(54)

Penelitian ini juga akan membandingkan karakteristik responden berdasarkan rentang usia, jenis kelamin, status pekerjaan, pendidikan dan lama menderita dengan menggunakan crosstab.

J. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Etika penelitian diproses dan didapatkan dari Komisi Etik dan Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat permohonan dan persetujuan dari instansi, badan atau lembaga yang terkait untuk melaksanakan penelitian. Masalah etik yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden penelitian. Tujuan pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.

2. Kerahasiaan nama (Anonymity)

Anonymity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak

perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, tetapi dalam bentuk kode pada masing-masing lembar tersebut.


(55)

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan harus dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian


(56)

41

Puskesmas Kasihan I merupakan satu dari dua puluh tujuh puskesmas yang ada di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas Kasihan I terletak di Jalan Bibis, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, kurang lebih berjarak 5 km dari ibukota kecamatan. Secara administrative Puskesmas Kasihan I memiliki 2 wilayah kerja, yaitu Desa Bangunjiwo dan Tamantirto.

Puskesmas Kasihan I memiliki program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) untuk pasien DM. Prolanis adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup yang optimal. Kegiatan dalam program ini seperti pemeriksaan rutin terhadap pasien DM, senam dan pemberian pendidikan kesehatan tentang diabetes serta cara melakukan perawatan kaki diabetes. Puskesmas Kasihan I mulai mengadakan kegiatan ini pada bulan November 2015 dan rencananya dilaksanakan satu kali dalam sebulan, tetapi saat ini program PROLANIS belum berjalan dengan optimal setiap bulannya.

1. Karakteristik Responden a. Usia

Pada penelitian ini, responden penelitian berdasarkan usia dibagi kedalam 4 golongan yaitu responden berusia 36-45 tahun, responden


(57)

berusia 46-55 tahun, responden berusia 56-65 tahun dan responden berusia ≥ 65 tahun. Berikut sajian data responden berdasarkan usia : Tabel 4.1 Deskripsi responden berdasarkan usia

No Usia Frekuensi (f) Persentase (%)

1 36 - 45 tahun 11 24.4

2 46 - 55 tahun 14 31.1

3 56 - 65 tahun 17 37.8

4 > 65 tahun 3 6.7

Total 45 100.0

Sumber: olah data primer 2016

Berdasarkan penjelasan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang mayoritas menderita DM berusia antara 56 - 65 tahun sebanyak 17 orang (37,8%).

b. Jenis Kelamin.

Pada penelitian ini, responden penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin, dibagi kedalam 2 golongan yaitu responden pria dan responden wanita. Berikut sajian data responden berdasarkan jenis kelamin :

Tabel 4.2 Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Pria 17 37.8

2 Wanita 28 62.2

Total 45 100.0

Sumber: olah data primer 2016

Berdasarkan penjelasan tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden wanita yang menderita DM sebanyak 28 orang (62,2%). c. Tingkat Pendidikan

Pada penelitian ini, responden penelitian berdasarkan pendidikan dibagi kedalam 5 golongan yaitu responden dengan tingkat pendidikan


(58)

SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Berikut sajian data responden berdasarkan tingkat pendidikan :

Tabel 4.3 Deskripsi responden berdasarkan tingkat tendidikan No Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 SD 20 44.4

2 SMP 6 13.3

3 SMA 16 35.6

4 PT 3 6.7

Total 45 100.0

Sumber: olah data primer 2016

Berdasarkan penjelasan tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang menderita DM memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 20 orang (44,4%).

d. Pekerjaan

Pada penelitian ini, responden penelitian berdasarkan pekerjaan dibagi kedalam 2 golongan yaitu responden tidak bekerja dan responden bekerja. Berikut sajian data responden berdasarkan pekerjaan:

Tabel 4.4 Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Tidak Bekerja 30 66. 7

2 Bekerja 15 33.3

Total 45 100.0

Sumber: olah data primer 2016

Berdasarkan penjelasan tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden penderita DM yang tidak bekerja sebanyak 30 orang (66,7%).


(1)

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan jumlah responden yang mempunyai pengetahuan sedang didominasi oleh responden yang tidak bekerja sebanyak 23 orang dan bekerja sebanyak 8 orang. Menurut peneliti pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Orang yang bekerja sering berinteraksi dengan orang lain sehingga lebih banyak mendapatkan pengetahuan bila dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja karena jarangnya terjadi interaksi dengan orang lain sehingga pengetahuan yang didapatkan juga lebih sedikit. Menurut Ratnawati (2009) pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik.

Nasihah dan Sifia (2013) menyatakan bahwa mereka yang tidak bekerja tingkat pengetahuannya sedang yaitu sebesar 65%, hal ini karena saat seseorang bekerja dia akan lebih mudah mendapatkan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuannya. Hal ini sejalan disampaikan dalam penelitian Melati (2012) menyatakan bahwa pengetahuan responden yang tidak bekerja berada dalam kategori sedang.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ifada (2010) yang menyatakan bahwa status pekerjaan tidak mempengaruhi pengetahuan seseorang karena masih ada faktor lain yang berpengaruh terhadap pengetahuan. Penelitian Soemardini et al. (2008) tentang penyuluhan perawatan kaki terhadap tingkat pemahaman penderita diabetes melitus mengatakan bahwa faktor

pekerjaan tidak ada hubungan yang signifikan dengan pemahaman penderita diabetes melitus.

e. Lama Menderita Diabetes Melitus Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan jumlah responden yang mempunyai pengetahuan sedang didominasi rentang lama menderita 1-10 tahun sebanyak 14 orang dan rentang lama menderita 11-20 tahun sebanyak 17 orang. Menurut peneliti seseorang lama menderita diabetes melitus merupakan pengalaman bagi penderita. Responden yang mengalami diabetes yang lama dapat mempelajari perilaku berdasarkan pengalaman yang diperolehnya selama menjalani penyakit tersebut sehingga responden dapat memahami tentang hal-hal terbaik yang harus dilakukannya tentang perawatan kaki dalam kehidupannya sehari-hari dan melakukan kegiatan tersebut secara konsisten dan penuh rasa tanggung jawab.

John locke (1993) menyatakan bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman pancaindra. Menurut Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1991) pengalaman adalah pengetahuan atau keahlian yang didapat dari pengamatan langsung atau partisipasi dalam suatu peristiwa dan aktivitas nyata. Hal ini sejalan dengan penelitian Bai, Chiou & Chang (2009) orang yang mengalami diabetes lebih lama, memiliki perawatan kesehatan diri yang lebih tinggi dibandingkan klien yang memiliki lama diabetes melitus lebih pendek

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat di simpulkan sebagai berikut :


(2)

1. Pengetahuan responden tentang perawatan kaki diabetes mellitus dapat diketegorikan sedang.

2. Mayoritas responden berusia 56-65 tahun, berjenis kelamin perempuan, lebih banyak responden yang tidak mempunyai pekerjaan, pendidikan terbanyak yaitu SD dan lama menderita yaitu 11-20 tahun.

SARAN

1. Bagi Puskesmas

Kepada petugas kesehatan di wilayah kerja puskesmas Kasihan 1 Bantul (Dokter, Perawat dan Apoteker dan lain-lain) agar mengaktifkan PROLANIS dan lebih aktif dalam memberikan informasi mengenai cara melakukan perawatan kaki diabetes melitus kepada masyarakat.

2. Bagi Responden

Masyarakat disarankan untuk lebih berperan aktif dan mencari informasi lebih dalam lagi tentang perawatan kaki diabetes.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan melakukan penelitian dengan metode kualitatif terkait perawatan kaki DM

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Z. (2011). Analisis Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis. Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia.

Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta : Balitbang Kemenkes RI Bai, Y. L., Chiou, C. P, & Chang, Y. Y.

(2009). Self-Care behavior and related factor in older people with type 2 Diabetes. Journal Clinical Nursing, 18(23), 3308-3315.

Basuki, E. (2009). Teknik Penyuluhan Diabetes Melitus dalam Soegondo, S.,Soewondo, P., & Subekti, I (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Bijoy C.V., Feba B., Vikas R.C., Dhandapani C., Gheeta K., Vijayakumar A. (2012). Knowledge Assessment and Patient Counsling on Diabetic Foot Care. Indian Journal of Pharmacy Practice, 5(2), 11-15.

Black, J.M. & Hawks, J.H. (2009). Medical-Surgical Nursing : Clinical Management for Positive Outcome. (8th ed.). St. Louis, Missouri : Saunders Elsevier. Creatore, et al. 2010. Age and Sex Related

Prevalence of Diabetes Mellitus among Immigrants to Ontario, Canada. CMAJ

Desalu, O.O., Salawu, F.K, Jimoh, A.K., Adekoya, A.O., Busari, A.O.,& Olokaba, A.B. (2011). Diabetic Foot Care : Self Reported Knowledge and Practice among Patients Attending Three Tertiary Hospital in Nigeria. Ghana Medical Journal, 45(2), 60-65. Departemen Kesehatan RI, 2009. Sistem

Kesehatan Nasional. Jakarta. Depkes RI, 2008. Pedoman Pengendalian


(3)

Metabolik. Direktorat Pengendalian Penyakit tidak Menular. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Departemen KesehatanRepublik Indonesia

Denney, Nancy W. & David Quadagno. 1986. Human Sexuality. Michigan: Mosby-Year Book.

Diani, N. (2013). Pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di kalimantan selatan. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia.

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (2014). Prevalensi Penderita Diabetes melitus di Yogyakarta. Indonesia

Ekore, R.I., Ajayi, I.O., Arije, A., & Ekore, J.O. (2010). Attitude; Diabetic Foot Care; Knowledge; Type 2 Diabetes Mellitus. African Journal of Primary Health Care & Family Medicine. 2(1), 1-3.

Gultom, Y, T. (2012). Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus tentang Managemen Diabetes Melitus di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Diakses pada 24

Oktober 2015 dari

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2

0314370-S43834-Tingkat%20pengetahuan.pdf Heitzman,J. (2010). Foot Care for Patient

With Diabetes.

26(3),250-263.Diunduh Dari

http://www.nursingcenter.com/Inc/ Journalarticle?Article_ID=1047440 .

Hasnian, S. & Sheikh, H.S. (2009). Knowledge and Practices Regarding Foot Care in Diabetic Patients Visiting Diabetic Vlinic in Jinnah Hospital Lahore. Journal Pakistan Medical Association. 59(10),659-687.

H.R, Hasdianah. (2012). Mengenal diabetes mellitus. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ifada, I. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Masyarakat Mengenai Pelayanan Kesehatan Mata. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Diakses 6 Juli 2016 dari

https://core.ac.uk/download/files/3 79/11722406.pdf.

John Locke, Two Treatises of Government, New Edition, London: Everyman, 1993

Kekenusa, J, S., Budi, T, R., dan Gloria, W. (2013). Analisis Hubungan antara Umur dan Riwayat Keluarga Menderita DM dengan Kejadian DM Tipe 2 pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. DR. R.D Kandou Manado.Manado: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Diakses pada 4

Desember 2015 dari

http://fkm.unsrat.ac.id/wp- content/uploads/2013/08/GLORIA-WUWUNGAN-091511080.pdf. Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. (2014). Penyakit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta. Kristinato, A., Anton, D, S., Anthony, W.,

Caroline., Astari, K., Farha, I., Budi, W. (2012). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Perempuan Usia Reproduksi


(4)

terhadap Asuhan Antenatal, dan Faktor-Faktor yang Berhubungan. Artikel Penelitian. Rumah Sakit Pusat

Nasional Cipto Mangunkusumo.

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Diakses 6 Juli 2016 dari http://indonesia.digitaljournals.org/ind ex.php/idnmed/article/viewFile/1218/1 18

Kurniawan., Indra., (2010). Diabetes mellitus tipe 2 pada lanjut usia. Lestari, L., Reni, Z., dan Larasati, T, A.

(2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan. Medical Journal of Lampung University. Vol. 2 No. 4. Diakses pada 8 Juni

2016 dari

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/in dex.php/majority/article/download/ 66/65

Lewis, S.L., Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., L., & Camera, I.M. (2011). Medical Surgical Nursing: Assesment and Management of Clinical Problem. 8Th ed., St., Louis: Mosby, Inc.

Levine, J.P. (2008). Type 2 Diabetes Among Women: Linical

Considerations fof

Pharmacological Management to Achieve Glycemic Control and Reduce Cardiovascular Risk. Journal of Women’s Health, 17(2), 249-260.

Melati. (2012). Pengetahuan Wanita Menikah yang Bekerja dan Tidak Bekerja tentang Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Grogol Depok. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu. Depok:

Universitas Indonesia. Diakses pada 12 Juli 2016 dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2 0311718-S43362

Pengetahuan%20Wanita.pdf. Monalisa, T. & Gultom, Y. (2009).

Perawatan kaki diabetes dalam Soegondo, S., Soewondo, p.,& Subekti, I, (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Nasihah, M., dan Sifia, L, B. (2013).

Hubungan antara Pengetahuan dan Pendidikan dengan Pelaksanaan Deteksi Dini Kanker Servik Melalui IVA. Jurnal Midpro edisi 2. Universitas Islam Lamongan. Diakses pada 11 Juni 2016 dari http://journal.unisla.ac.id/pdf/1961 2014/4.%20Hubungan%20antara% 20pengetahuan%20dan%20pendidi kan%20dengan%20pelaksanaan%2 0deteksi%20dini%20kanker%20ser vik.pdf

Ndraha, S. (2014). Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini. Medicinus, Vol. 27 (2).

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat : Ilmu & Seni. Edisi Revisi 2011. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2013). Metologi Penelitian

Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Pusat data dan Informasi kementrian Kesehatan RI.(2014). Situasi dan Analisis Diabetes . Jakarta Selatan.


(5)

Phitri, H.E., & Widiyaningsih. (2013). Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di RSUD AM. Parikesit Kalimantan Timur. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Vol. 1, No. 1. Diakses 6 November

2015 dari

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php /JKMB/article/view/941/993. Ramachandran, A., Snehalatha, C., Shetty,

A.S., & Naditha, A. (2012). Trends wis Prevalence of Diabetes in Asian Countries. World Jurnal of Diabetes. Vol. 3, Issue 6. India. Diakses 27 Oktober 2015 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/a rticles/PMC3382707/

Riyanto, B. A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Rochmah, W. (2006). Dabetes Melituspada Usia Lanjut dalam Sudoyo, A.W., Setyohdi, B., Alwi,. I., Simadibrata, M., & Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (4thed). Jakart: Balai Penerbit FKUI.

Tiara., Sukawana., Suidrayasa. (2012). Efektifitas perawatan luka kaki diabetic menggunakan balutan modern di RSUP Sanglah Denpasar dan Klinik Dhalia Care. Undarti, Z., Lilis, M., dan Anik, S.

(2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. Vol. 1, No. 1. Diakses pada 11 Desember

2015 dari

http://www.jurnal.usahidsolo.ac.id/ index.php/Jiki/article/download/24 4/201

Waspadji, S. (2009). Diabetes Mellitus,

Penyakit Kronik dan

Pencegahannya dalamSoegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes MellituS Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

World Helth Organization. (2003). Section III : Disease-Specific Reviews,

Adherence to Long-Term Therapies : Evidence for Action.

Diunduh dari

http://www.who.int/chp/knoledge/p ublicantion/adherence_section3.pdf .

World Health Organization. (2015). Diabetes Programme about World Diabetes Day 2015. Diakses 15

November 2015 dari

http://www.who.int/diabetes/wdd_ 2015/en/.

www.idf.org/diabetesatlas. Edisi 6

Saryono. (2011) Metodologi Penelitian Keperawatan. Purwokerto : UPT Universitas Jendral Soediman. Septiyanti., Danamik., Arneliwati. (2013).

Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap perawatan luka diabetes mellitus menggunakan teknik Moist Wound Healing. Sihombing, D. (2012). Gambaran

Perawatan Kaki Dan Sensasi Sensorik Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di

Politeknik DM RSUD.

UniversitasPadjadjaran, Bandung. Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L.,&

Cheever, K.H. (2010). Brunner & Suddarth’s: Textbook of Medical -Surgical Nursing (12th ed.).


(6)

Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

Suyono, S. (2009). Kecendrungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes dalam Soegondo, S., Soewondo, p., & Scubekti, I.(Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Suyono, S (2009). Patofisiologi Diabetes Melitus dalam Soegondo, S., Soewondo, p., & Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Somemardini, Nurudin, M., &Debora, O. (2008). Perbandingan Penyuluhan Perawatan Kaki Dengandan Tanpa Demonstrasi Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Diabetes Mellitus Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.

Soegondo, S. (2009). Prinsip Penanganan Diabetes, Insulin dan Obat Hipolikemik Oral dalam Soegondo, S., Soewondo, P.,& Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Tomey, Marriner A., Alligoods, & Raile M. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. St.louis, Missouri.-Mosby Elsevier.


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Mellitus Di Rsup H. Adam Malik, Medan

1 79 67

Pengaruh Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dan Obat Antidiabetes Oral Terhadap Hasil Terapi di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

1 45 99

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL

3 36 120

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWODADI I KABUPATEN GROBOGAN.

0 0 10

DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN PERAWATAN KAKI DI POLIKLINIK DIABETES MELITUS RSUD KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 2

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENGELOLAAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS ipi111620

0 0 22

GAMBARAN PERAWATAN PENDERITA DIABETES MELITUS SECARA MANDIRI OLEH KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTUL I KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2009 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 26

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN KAKI DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KAKI DIABETIK PADA KLIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN KAKI DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN K

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWATAN DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOJATI

0 0 18

TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATAN KAKI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN ULKUS KAKI DIABETIK DI PUSKESMAS JATILAWANG

0 0 15