Keadaan Jemaat GKS Nggongi

26 pada bulan mei sampai dengan oktober dengan kecepatan dapat mencapai 06-10 Knot apabila ditunjang angin permukaan. c. Penduduk Penduduk Nggongi tidak lagi memiliki bentuk pemerintahan kerajaan, akan tetapi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap rajanya masih cukup tinggi. Menurut sejarah, di daerah ini dahulu berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Karera. Jumlah Penduduk Nggongi adalah ± 7.000 jiwa. Laki-laki berjumlah ± 3000 orang sedangkan perempuan berjumlah ± 4000 orang. Masyarakat Nggongi masih memiliki strata sosial yang sangat tinggi. Rata-rata penduduknya berpendidikan maksimal SD. Bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa Sumba. Di Nggongi terdapat beberapa denominasi Gereja lain, antara lain: Gereja bebas Hosen, Gereja Bethel Indonesia, Gereja Bethel Taber Nakel, Gereja Sidang Jemaat Allah Lembah Damai dan Gereja Reformasi.

d. Keadaan Jemaat GKS Nggongi

 Jumlah Jemaat Berdasarkan data jemaat yang ditulis oleh sekretaris Gereja, tercatat bahwa GKS Nggongi mempunyai 1 Pendeta, 1 vicaris, 105 Majelis jemaat 73 penatua dan 32 diaken dan 2 Guru injil, memiliki 6 cabang, 2 Pos PI serta seratus tujuh puluh sembilan 179 KK Kepala Keluarga 3 . Jumlah jemaat GKS Nggongi ialah 2000 jiwa, dengan memiliki 770 KK.  Keadaan Ekonomi Melalui wawancara dengan salah satu anggota Gereja GKS Nggongi bapak ketua RT STA, diketahui perekonomian masyarakat atau jemaat yang ada di GKS 3 E S, Sekretaris GKS Nggongi Senin 14 agustus, Pukul 16:00. Nggongi 27 Nggongi dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya. Mata pencaharian jemaat GKS Nggongi pada umumnya adalah bertani baik di ladang, kebun maupun di sawah. Selain bertani sebagian jemaat juga berternak dan sedangkan yang lain terdiri dari nelayan, wiraswasta, guru SD maupun SMP, Pegawai, dan tenaga Medis. Dengan keadaan alam yang baik membuat jemaat bisa bertahan disaat musim paceklik.  Keadaan Sosial Budaya Jemaat GKS Nggongi adalah jemaat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan kekerabatan. Selain itu juga strata sosial antara golongan raja dan golongan hamba masih sangat terasa. Sehingga dalam menjalani suatu hubungan dalam kemasyarakatan ada jarak antara golongan raja dan golongan hamba. Akan tetapi karena keadaan sosial jemaat GKS Nggongi merupakan bagian dari masyarakat Sumba yang hidup secara teratur dan bersatu didalam suatu kelompok, sehingga setiap anggotanya saling mengenal satu dengan yang lain, saling mendukung dan menolong. Dapat disimpulkan bahwa keadaan sosial budaya jemaat GKS Nggongi yang masih menjunjung tinggi nilai budaya dan kekerabatan, tidaklah menjadi suatu masalah yang menghambat pelayanan Gereja, sebaliknya nilai-nilai budaya itu menjadi motivasi bagi pelayanan Gereja untuk mempersatukan umat sebagai tubuh Kristus.

3.2 Faktor-faktor yang menyebabkan warga jemaat GKS Nggongi pindah Gereja.