Analisis Pola Konsumsi Penduduk Kota Bandar Lampung (Studi Komparatif Masyarakat Pra Sejahtera Dengan Masyarakat Sejahtera)

(1)

Analisis Pola Konsumsi Penduduk Kota Bandar Lampung (Studi Komparatif Masyarakat Pra Sejahtera Dengan Masyarakat Sejahtera)

Oleh Genio Takinanda

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga di Kelurahan Kebon Jeruk dan Kelurahan Perumnas Way Kandis, dalam proses mendapatkan sampel penelitian dilakukan penyebaran kuisioner sebanyak 109 kuisioner untuk masing-masing kelurahan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan pola konsumsi

masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera yang diukur dari konsumsi pangan dan non pangan, yaitu terdiri dari konsumsi makanan, konsumsi pakaian, keperluan rumah tangga, kesehatan, kebersihan, pendidikan, perumahan, rekreasi dan tabungan.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa masyarakat pra sejahtera memiliki konsumsi yang lebih besar dari masyarakat sejahtera dalam hal konsumsi

makanan dan transportasi. Sedangkan untuk konsumsi pakaian, keperluan rumah tangga, kesehatan, kebersihan, pendidikan, perumahan, rekreasi dan tabungan, masyarakat sejahtera memiliki konsumsi yang lebih tinggi di bandingkan dengan masyarakat pra sejahtera. Berdasarkan dari hasil penelitian dengan menggunakan alat analisis uji beda terbukti bahwa terdapat perbedaan besarnya pengeluaran rata-rata per bulan untuk keluarga di masing-masing kelurahan meskipun mempunyai mata pencaharian yang sama.

Kata Kunci : Pola Konsumsi, Masyarakat Pra Sejahtera Dengan Masyarakat Sejahtera dan Studi Komparatif, paired sample t-test.


(2)

Analysis of Consumption Pattern residents of Bandar Lampung (Comparative Study of prosperous Society and Welfare Society)

By

Genio Takinanda ABSTRACT

This study aimed to compare the consumption patterns of prosperous Society with a Welfare Society in Bandar Lampung. The population in this study was

households in the Kebon Jeruk Village and Perumnas Way Kandis Village, in the process of obtaining a sample study conducted questionnaires a total of 109 questionnaires for each village. The results showed that there were differences in the consumption of Alcoholic Beverages and Tobacco for Welfare Society do not have the expenses for Alcoholic Beverages and Tobacco, whereas for the

prosperous Society of 5.20% for alcoholic beverages and 12.6% for tobacco consumption.

The results showed that there were differences in the consumption of Alcoholic Beverages and Tobacco for Welfare Society do not have the expenses for Alcoholic Beverages and Tobacco, whereas for the prosperous Society of 5.20% for alcoholic beverages and 12.6% for tobacco consumption, this is different from a Welfare Society that have a portion of the savings that each have a goal to save, with the largest portion owned by Cost savings for Hajj. The result using the analysis of paired sample t-test showed that there was a significant difference from the pattern of consumption of Kebon Jeruk Village with consumption patterns Perumnas Way Kandis Village. So the hypothesis which says there are differences in consumption patterns with prosperous Society and Welfare Society in Bandar Lampung accepted.

Keywords: Consumption, People With Pre Prosperous Welfare Society and Comparative Studies.


(3)

ANALISIS POLA KONSUMSI PENDUDUK KOTA BANDAR LAMPUNG

(Studi Komparatif Masyarakat Pra Sejahtera Dengan Masyarakat Sejahtera)

Oleh:

GENIO TAKINANDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sukarame, Kecamatan Way Halim, Bandar Lampung pada tanggal 11 Mei 1993, sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara buah hati pasangan Bapak Yadi Lustiadi dan Rusnilawaty.

Penulis memulai pendidikan pada Tahun 1998 di Taman Kanak-kanak (TK) Al-Kautsar, Rajabasa, Bandar Lampung, kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di SD Al-Kautsar Rajabasa, Bandar Lampung dan diselesaikan pada Tahun 2005. Kemudian, penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Rawa Laut diselesaikan pada Tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 2011.

Pada Tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis melalui jalur Mandiri dan menjalani aktivitas sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan. Penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa

Ekonomi Pembangunan (HIMEPA) masabakti 2012/2013 dan 2013/2014. Penulis juga aktif di ekstra kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).


(8)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, skripsi ini ku persembahkan kepada :

Papi mami tercinta, Yadi Lustiadi dan Rusnilawaty terimakasih atas doa, dukungan, dan semangat yang tak henti diberikan untuk kelancaran skripsi ini.

Kepada kakak perempuanku tercinta Novita Dini Asih (alm) yang selalu ku ingat semua nasihatnya dan adikku tersayang Vina Rahmalia Anjani, kalian merupakan

penyemangat hidupku.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan saran, motivasi, dan juga doa yang menambahkan semangat dalam penyelesaian skripsi

ini.

Almamater tercinta jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.


(9)

MOTO

“Sesungguhnya semua urusan (perintah) apabila Allah menghendaki segala sesuatunya, Allah hanya berkata : “Jadiah”, maka Jadilah”

(Q.S. Yaa Siin: 82)

“Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan” (Q.S. Al Maidah: 48)

“Sukses adalah suatu perjalanan yang dibentuk dari rasa semangat dan penuh tanggung jawab, karena masa depan adalah milik mereka yang menyiapkan hari

ini”


(10)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam penulisan Skripsi penulis akan menyampaikan hasil penelitian yang berjudul “ANALISIS POLA KONSUMSI PENDUDUK KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi Komparatif Masyarakat Pra Sejahtera Dengan Masyarakat Sejahtera)” . adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.EP selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. 4. Bapak Dr. Toto Gunarto,S.E., M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah

memberikan ilmu, saran serta kritik dalam proses skripsi hingga akhir. 5. Ibu Emi Maimunah,S.E., M.Siselaku dosen penguji yang telah meluangkan

waktu dan memberikan kritik serta saran. Serta telah hadir pada seminar usul, seminar hasil dan ujian komprehensif.

6. Bapak Imam Awaluddin, S.E.,M.E selaku dosen pembimbing akademik. 7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas


(11)

8. Papi dan Mami tersayang, dan adik, terimakasih atas segalanya yang telah diberikan sehingga saya bisa menyelesaikan studi ini.

9. Yang terkasih Fitriyana yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam bentuk apapun selama beberapa tahun ini.

10.Teman-teman sedari dulu : Ridho, Pram, Koko, Enny, Dinda, Dwi

11.Teman-teman seperjuangan dan Clan TD : Borju, Arga, Sofyan, Panji, Udin, Ikram, Edo, Nanang, Indret, DJ Thariq, Yoga, Ruhan, Ridel, Richard, Iduy, Diono, Allan, Amri, Ayah, dan Devin.

12.Teman-teman satu bimbingan :Gita, Dewi Sartika, Anisa, Gondol, Aming, Yoga, Indah, Ari, Windy, Nurul

13.Teman-teman EP11, EP 12, dan EP 13: Fadil, Nizon, AnggiWahyu, AnggieArif, Ade, Hamid, SultonHabib, Yessi, Agil, Devi, Irma, Ocha, Arnes, Indah F, Dian Ayu, Lena, Ninut, Iin,Putri, Cella, Duwi, DewiKicik, Gella, Aming, Gondol, Windy, Zalalia, Ayu, Cahya, Indah,Rahma,Asty, Eny, Ayuni, Glady, Trimul, Enci, Anton, Suci, Suci, Mega, EP Kemiling, Yaser, Adib, Oji, Acong, Gentri, Julian, Gio, Indra, Aufar, Mau, Mia, Deffa, Firdha, Selvi, Jepri, Ketut, Mute, Renica, Meri, Ulung, KiayHandiki, Boy, Yahya, Sekar, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

14.Abang dan Mba 2010 dan 2009 : MbaNurul, MbaMeri, MbaAtin, Mba Lena, MbaAjeng, MbaEci, Mba Dania, Mba Hana, Bang Bukit, Bang Bangun, Bang Dimas, Bang Dede, Bang Eki, Bang Dani, Bang Rendy, Bang Bolang, Bang Dolok, danmasihbanyaklagi yang tidakbisadisebutkansatupersatu.


(12)

15.Teman-teman Sohib SMA 9: Aga, Amad, Kepenk, Nawan, Jawa, Ableh, Andre, Rio burung, Rendy kumis, Fadli, Nick, Irul.

16.Untuk Ayuk dan Mba Mie yang telah sudi menyediakan segelas kopi hangat dan sebungkus nasi uduk. Dan untuk MangJum yang telah banyak memberikan wejangan tentang cinta untuk saya.

17.Teman-teman pengurus HIMEPA periode 2012/2013 dan 2013/2014.

18.Teman-teman Kelompok 3 KKN Sendang Agung : Bang Riski, Diki, Imam, Bang Ade, Harry, Hanny, Kemale, Muflika, Kikin, Nika, dan KakIntan..

Bandar Lampung, 10 Agustus 2015 Penulis


(13)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I . PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Kegunaan Penelitian... 12

E. Kerangka Pemikiran ... 12

F. Hipotesis ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Pengertian Konsumsi ... 14

B. Teori Konsumsi ... 15

C. Fungsi Konsumsi ... 20

D. Pola Konsumsi ... 23

E. Masyarakat Pra Sejahtera dan Sejahtera ... 26

F. Penelitian Terdahulu ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis dan Sumber Data ... 33

B. Definisi Operasional Variabel ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Metode Penentuan Besaran Sampel ... 35


(14)

i

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40 A. Deskripsi Objek Penelitian ... 40 B. Pola Konsumsi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera

di Kota Bandar Lampung ... 44 C. Perbedaan Pola Konsumsi dan Pendapatan Masyarakat

Pra Sejahtera Dengan Masyarakat Sejahtera Di Bandar Lampung .. 55

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 60 A. Simpulan ... 60 B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan di Indonesia

Tahun 2000-2013 ... 2

2. Indikator Konsumsi Terpilih Indonesia Tahun 2011-2013 ... 4

3. Distribusi Pembagian Pengeluaran per Kapita dan Indeks Gini ... 7

4. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten dan Kota ... Provinsi Lampung ... 9

5. Jumlah Keluarga Sejahtera Dan Pra Sejahtera Menurut Kecamatan Di Kota Bandar Lampung ... 10

6. Jumlah Keluarga Sejahtera Dan Pra Sejahtera Menurut Kelurahan Di Kecamatan Tanjung Senang dan Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung ... 11

7. Daftar Penelitian Terdahulu ... 29

8. Nama Variabel, Simbol, Periode Waktu, Satuan Pengukuran Data ... 33

9. Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga ... 34

10.Perhitungan Sampel ... 35

11.Usia Kepala Rumah Tangga Sampel Penelitian... 39

12.Jumlah Anggota Keluarga Kelurahan Sampel Penelitian ... 40

13.Pendidikan Kepala Rumah Tangga Sampel Penelitian ... 40

14.Pekerjaan Kepala Rumah Tangga Sampel Penelitian ... 41

15.Pengeluaran rata-rata per bulan Kepala Rumah Tangga ... 42

16.Konsumsi Makanan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 43

17.Konsumsi Makanan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 44

18.Konsumsi Pakaian Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 44

19.Konsumsi Pakaian Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 45


(16)

Tabel Halaman

21.Konsumsi Keperluan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 46

22.Konsumsi kebersihan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 47

23.Konsumsi Kebersihan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 47

24.Konsumsi Pendidikan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 48

25.Konsumsi Pendidikan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 48

26.Konsumsi Perumahan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 49

27.Konsumsi Perumahan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 49

28.Konsumsi Transportasi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 50

29.Konsumsi Transportasi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 50

30.Konsumsi Rekreasi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 51

31.Konsumsi Rekreasi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 51

32.Konsumsi Tabungan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 52

33.Konsumsi Tabungan Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 52

34.Rangkuman Konsumsi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera ... 53

35.Hasil Uji Normalitas ... 55

36.Hasil Uji Beda Pendapatan... 55


(17)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

1.Daftar Pertanyaan Responden 2.Rangkuman Jawaban Responden

a. Kelurahan Perumnas Way Kandis b. Kelurahan Kebon Jeruk


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 15

2. Kurva Ketimpangan Regional ... 34

3. Perkembangan Variabel Ekspor ... 51

4. Perkembangan Variabel Impor ... 52

5. Perkembangan PDB ... 53


(19)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I . PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Kegunaan Penelitian... 12

E. Kerangka Pemikiran ... 12

F. Hipotesis ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Pengertian Konsumsi ... 14

B. Teori Konsumsi ... 15

C. Fungsi Konsumsi ... 20

D. Pola Konsumsi ... 23

E. Masyarakat Pra Sejahtera dan Sejahtera ... 26

F. Penelitian Terdahulu ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis dan Sumber Data ... 33

B. Definisi Operasional Variabel ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Metode Penentuan Besaran Sampel ... 35


(20)

i

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40 A. Deskripsi Objek Penelitian ... 40 B. Pola Konsumsi Masyarakat Pra sejahtera dan Sejahtera

di Kota Bandar Lampung ... 44 C. Perbedaan Pola Konsumsi dan Pendapatan Masyarakat

Pra Sejahtera Dengan Masyarakat Sejahtera Di Bandar Lampung .. 55

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 60 A. Simpulan ... 60 B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA


(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan ekonomi yang menyebabkan barang dan jasa yang dalam masyarakat bertambah dari satu periode ke periode yang lain serta kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah dalam makroekonomi untuk jangka panjang. Selain itu, pertumbuhan ekonomipun dipengaruhi oleh bertambahnya investasi, teknologi yang berkembang, dan meningkatnya kesempatan kerja. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. (www.bps.go.id.2013).

PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar

harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan


(22)

2

struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (www.bps.go.id.2013). Berikut akan ditampilkan tabel yang memperlihatkan PDB Indonesia selama 14 tahun (2000-2013):

Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan di Indonesia Tahun 2000-2013 (Milyar Rupiah)

Tahun PDB Pertumbuhan (%)

2000 1,389,769.9

2001 1,646,322.0 15.58

2002 1,821,833.4 9.63

2003 2,013,674.6 9.53

2004 2,295,826.2 12.29

2005 2,774,281.1 17.25

2006 3,339,216.8 16.92

2007 3,950,893.2 15.48

2008 4,948,688.4 20.16

2009 5,606,203.4 11.73

2010 6,446,851.9 13.04

2011 7,419,187.1 13.11

2012 8,229,439.4 9.85

2013 9,083,972.2 9.41

rata-rata 13.38

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

Dijelaskan dalam Tabel 1 adalah bagaimana perkembangan PDB Indonesia dalam kurun waktu 2000 sampai 2013. Dimana data ini menggambarkan bagaimana pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto Indonesia yang selalu mengalami perubahan yang positif, walaupun terjadi fluktuasi yang tidak terlalu besar perubahannya. Selain pertumbuhan ekonomi, pola pengeluaran konsumsi juga dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pengertian konsumsi dalam ilmu ekonomi lebih luas dari pada pengertian konsumsi dalam percakapan sehari-hari, dalam percakapan sehari-hari


(23)

3

konsumsi hanya dimaksudkan sebagai hal yang berkaitan dengan makanan dan minuman. Dalam ilmu ekonomi, semua barang dan jasa yang digunakan oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhannya disebut pengeluaran konsumsi. Dikonsumsi artinya digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Untuk memperoleh berbagai kebutuhan tersebut seseorang memerlukan pengeluaran untuk konsumsi, dari semua pengeluaran yang dilakukan tersebut sekurang-kurangnya dapat memenuhi tingkat kebutuhan minimum yang diperlukan (Pusposari, 2012).

Berbagai jenis barang dan jasa diproduksi dan ditawarkan kepada masyarakat untuk digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Munculnya kegiatan produksi disebabkan karena adanya kegiatan konsumsi. Sebaliknya, kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi. Karenanya, keputusan rumah tangga dalam berkonsumsi sangat mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup ini disebut konsumsi rumah tangga (Nababan, 2013).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi yang merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan.Konsumsi rumah tangga menurut BPS (2013) dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan. Konsumsi rumah tangga ini


(24)

4

tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja tidak termasuk konsumsi atau pengeluaran untuk keperluan usaha atau yang diberikan kepada pihak lain. Pengeluaran untuk konsumsi makanan dihitung selama seminggu yang lalu sedangkan konsumsi non makanan dihitung sebulan yang lalu (BPS, 2013 : 26). Perkembangan konsumsi

masyarakat Indonesia tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Indikator Konsumsi Terpilih, Indonesia Tahun 2011-2013 Indikator Terpilih

2011 2012 2013

Maret September Maret September Maret September

Rata-rata Pendapatan per Kapita

- Persentase untuk makanan 49,45 48,46 51,08 47,71 50,66 47,19 - Persentase untuk bukan

makanan 50,55 51,54 48,92 52,29 49,34 52,81

Distribusi pendapatan

- 40 % penduduk

pendapatan terendah 16,85* 17,67* 16,98* 16,88* 16,87* 17,25* - 40 % penduduk

pendapatan menengah 34,73* 35,89* 34,41* 34,18* 34,09* 34,25* - 20 % penduduk

pendapatan tertinggi 48,42* 46,45* 48,61* 48,94* 49,04* 48,50*

Rata-rata konsumsi kalori per kapita sehari

- Tanpa makanan jadi 1647,67 1586,82 1587,09 1599,63 1550,85 1540,04 - Dengan makanan jadi 1952,01 1852,84 1852,64 1865,30 1842,75 1 828,41

Rata-rata konsumsi Protein per kapita sehari

- Tanpa makanan jadi 47,25 45,41 45,21 46,15 44,33 43,82 - Dengan makanan jadi 56,25 53,12 53,14 54,14 53,08 52,44 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional , Modul Konsumsi 1999, 2002 dan 2005. 2015

* Dihitung dengan menggunakan data individu bukan data kelompok pengeluaran seperti pada tahun sebelumnya.

Terlihat pada Tabel 2, bahwa pengeluaran untuk bukan makanan dan makanan setiap tahunnya selalu berfluktuatif, bahkan untuk Tahun 2013 terjadi kenaikan dan penurunan yang cukup berimbang, hal ini menunjukan bahwa setiap orang selalu berhubungan dengan konsumsi, apakah itu untuk memenuhi kebutuhan


(25)

5

akan makan, pakaian, hiburan atau untuk kebutuhan yang lain. Pengeluaran masyarakat untuk makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya tersebut dinamakan dengan pembelanjaan atau konsumsi. Pengeluaran konsumsi melekat pada setiap orang mulai dari lahir sampai dengan akhir hidupnya, artinya setiap orang sepanjang hidupnya melakukan kegiatan konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan konsumsi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

Perbedaan antara masyarakat yang sudah mapan dan yang belum mapan antara negara maju dan negara berkembang bukan hanya terletak dalam atau

dicerminkan oleh perbandingan relatif besar kecilnya pendapatan, akan tetapi juga dalam pola konsumsi itu sendiri. Pola konsumsi masyarakat yang belum mapan biasanya lebih didominasi oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok atau primer. Sedangkan pengeluaran konsumsi masyarakat yang sudah mapan

cenderung lebih banyak teralokasikan ke kebutuhan sekunder atau bahkan tersier (Pusposari, 2012).

Pola konsumsi sering digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat pula dikatakan membaik apabila pendapatan meningkat dan sebagian pendapatan tersebut digunakan untuk mengkonsumsi non makanan, begitupun sebaliknya (Siregar, 2009).

Pergeseran pola pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dari makanan ke non makanan dapat dijadikan indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan anggapan bahwa setelah kebutuhan makanan telah terpenuhi, kelebihan


(26)

6

motif konsumsi atau pola konsumsi suatu kelompok masyarakat sangat ditentukan pada pendapatan. Atau secara umum dapat dikatakan tingkat pendapatan yang berbeda-beda menyebabkan keanekaragaman taraf konsumsi suatu masyarakat atau individu (Pusposari, 2012).

Kebutuhan hidup manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhaan hayatinya saja akan tetapi menyangkut kebutuhan lainya seperti kebutuhan pakaian, rumah, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Adanya pertumbuhan ekonomi yang tidak disertai dengan proses pemerataan akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan antar keluarga. Di satu pihak kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja,

melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup (BKKBN, 1994).

Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antaramasyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (2006), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat

gradual. Masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan berlawanan. Berikut adalah Persentase


(27)

7

Perkembangan Distribusi Pengeluaran perkotaan dan perdesaan Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2013.

Tabel 3. Distribusi Pengeluaran per Kapita dan Indeks Gini, perkotaan dan perdesaan Indonesia Tahun 2010-2013

Daerah Tahun

40% Berpengeluaran Rendah 40% Berpengeluaran Sedang 20% Berpengeluaran Tinggi Indeks Gini Kota

2010 17,57 36,99 45,44 0,38

2011 16,10 34,79 49,11 0,42

2012 16,00 34,53 49,48 0,42

2013 15,40 34,83 49,77 0,43

Desa

2010 20,98 38,78 40,24 0,32

2011 19,96 37,46 42,58 0,34

2012 20,60 37,57 41,82 0,33

2013 21,03 37,96 41,00 0,32

Sumber: Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Triwulan I, BPS, 2015

Tabel 3, memperlihatkan bahwa setiap tahunnya terdapat perbedaan pengeluaran baik didesa maupun di kota, 40% masyarakat berpengeluaran rendah di perdesaan mempunyai pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan di perkotaan, begitu juga dengan 40% masyarakat berpengeluaran sedang, tetapi untuk 20% berpengeluaran tinggi distribusi pengeluaran perkapita di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, dan setiap tahunnya indeks gini semakin meningkat di perkotaan, tetapi di perdesaan setiap tahunnya indeks gini di perdesaan semakin menurun, hal ini menunjukan bahwa kemerataan didesa semakin merata dan sebaliknya di perkotaan kemerataan pendapatan semakin timpang.

Seperti dilansir detikfinance.com, (1/7/2013), Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengeluaran per kapita per bulan masyarakat miskin mengalami

kenaikan dari Rp 259.520 pada bulan September 2012 menjadi Rp 271.626 pada bulan Maret 2013. Konsumsi terbesar adalah untuk makanan yang juga naik dari


(28)

8

Rp 190.758 pada bulan September 2012 menjadi Rp 199.691 di bulan Maret 2013.Terdapat komoditas terbesar yang dikeluarkan para masyarakat miskin. Pertama, beras di mana masyarakat kota mengeluarkan 25,86% penghasilannya untuk memberli pangan pokok ini, sementara masyarakat desa mengeluarkan 33,97%. Kedua, rokok kretek filter. (http://finance.detik.com)

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan pola konsumsi keluarga sejahtera dengan keluarga pra sejahtera di Kota Bandar Lampung, dipilihnya Kota Bandar Lampung sebagai objek penelitian ini karena selain penulis berdomisili di Bandar Lampung, juga karena menurut Berita Resmi Statistik No. 09/01/Th. XVII, 2 Januari 2014 kota Bandar Lampung menempati posisi 43 dari 82 kota di Indonesia dalam masalah nilai konsumsi rumah tangga, selain hal tersebut berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung tahun 2009-2029

menetapkan daerah-daerah yang dijadikan kawasan kerjasama antar daerah kabupaten atau kota sebagai pengembangan kawasan. Kawasan kerjasama yang dilihat dari potensi dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi upaya

pemerataan pembangunan dalam suatu daerah. Berdasarkan RTRW tersebut, Bandar Lampung ditetapkan sebagai daerah pusat pertumbuhan. Indikator PDRB per kapita digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. PDRB perkapita kabupaten/kota Provinsi Lampung digambarkan sebagai berikut:


(29)

9

Tabel 4. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 (Rp)

No Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011 2012

1 Lampung Barat 1,253,282 1,427,754 1,509,472 1,578,014 1,682,894 2 Tanggamus 1,947,707 2,218,851 2,345,519 2,493,930 2,667,036 3 Lampung Selatan 3,612,129 4,114,980 4,350,044 4,612,550 4,906,268 4 Lampung Timur 3,616,348 4,119,786 4,328,221 4,195,197 4,811,393 5 Lampung Tengah 4,874,432 5,553,010 5,883,047 6,587,165 7,006,637 6 Lampung Utara 2,816,427 3,208,506 3,368,213 3,557,987 3,781,781 7 Way Kanan 1,176,454 1,340,230 1,409,576 1,487,011 1,570,458 8 Tulang Bawang 1,869,365 2,129,602 2,261,365 2,385,679 2,548,776 9 Pesawaran 1,383,250 1,575,815 1,668,928 1,775,910 1,887,427 10 Bandar Lampung 5,399,408 6,151,069 6,540,521 6,967,851 7,423,369

11 Metro 466,289 531,202 562,509 598,519 634,245

12

Tulang Bawang

Barat 934,535 1,064,633 1,127,310 1,199,022 1,277,649

13 Mesuji 1,036,542 1,180,841 1,250,762 1,327,385 1,405,713

14 Pringsewu 1,108,613 1,262,945 1,350,744 1,446,602 1,538,923

LAMPUNG 4,817,185 5,028,805 5,281,731 5,555,227 5,814,771

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2015

Berdasarkan tabel 4 diatas terlihat bahwa Kota Bandar Lampung dari Tahun 2008 sampai dengan 2012 mempunyai PDRB per Kapita paling tinggi dibandingkan daerah tingkat II lainnya di Provinsi Lampung, semakin besar PDRB per kapita bisa

dikatakan semakin tinggi tingkat kesejahteraan penduduk pada wilayah tersebut, sebaliknya semakin rendah PDRB perkapita berarti kesejahteraan penduduk semakin rendah.

Berdasarkan uraian pada latar belakang, nampak terdapat perbedaan distribusi pengeluaran masyarakat perdesaan dan perkotaan, juga terdapat berita yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pemilihan kebutuhan untuk dikonsumsi masyarakat miskin dan sejahtera. Berikut jumlah keluarga sejahtera dan Pra sejahtera menurut kecamatan di Kota Bandar Lampung:


(30)

10

Tabel 5. Jumlah Keluarga Sejahtera Dan Pra Sejahtera Menurut Kecamatan Di Kota Bandar Lampung

No Kecamatan

Jumlah Keluarga Pra

Sejahtera Persentase

Jumlah Keluarga

Sejahtera Persentase

Jumlah Keluarga 1 Telukbetung Barat 2,512 32.86% 5,133 67.14% 7,645 2

Tanjungkarang

Timur 4,273 39.16% 6,639 60.84% 10,912

3 Telukbetung Selatan 3,494 37.15% 5,912 62.85% 9,406

4 Bumi Waras 4,123 32.06% 8,739 67.94% 12,862

5 Panjang 4,868 29.67% 11,540 70.33% 16,408

6

Tanjung Karang

Timur 2,383 26.52% 6,601 73.48% 8,984

7 Kedamaian 2,816 22.89% 9,488 77.11% 12,304

8 Telukbetung Utara 2,690 23.27% 8,868 76.73% 11,558 9 Tanjung Karang Pusat 2,983 23.61% 9,653 76.39% 12,636

10 Enggal 1,233 18.97% 5,266 81.03% 6,499

11 Tanjung Karang Barat 4,388 34.26% 8,419 65.74% 12,807

12 Kemiling 3,057 15.36% 16,846 84.64% 19,903

13 Langkapura 2,399 29.78% 5,656 70.22% 8,055

14 Kedaton 2,616 24.09% 8,243 75.91% 10,859

15 Rajabasa 1,566 14.64% 9,134 85.36% 10,700

16 Tanjung Senang 1,156 11.68% 8,743 88.32% 9,899 17 Labuhan Ratu 1,873 17.75% 8,678 82.25% 10,551

18 Sukarame 2,676 20.17% 10,590 79.83% 13,266

19 Sukabumi 4,397 31.46% 9,579 68.54% 13,976

20 Way Halim 4,206 28.68% 10,459 71.32% 14,665

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2015

Berdasarkan Tabel 5 terlihat persentase jumlah keluarga sejahtera terbesar dimiliki oleh Kecamatan Tanjung Senang dengan persentase sebesar 88,32% atau 8734 keluarga dari 9899 keluarga yang ada, sedangkan jumlah keluarga pra sejahtera terbesar dimiliki oleh Kecamatan Tanjung Karang Timur dengan persentase keluarga pra sejahtera sebesar 39,16% atau sebesar 4273 keluarga dari 10912 keluarga yang ada di kecamatan tersebut. Berikut akan ditampilkan data kelurahan dari kecamatan tersebut.


(31)

11

Tabel 6. Jumlah Keluarga Sejahtera Dan Pra Sejahtera Menurut Kelurahan Di Kecamatan Tanjung Senang dan Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung

Kelurahan

Jumlah Keluarga Pra

Sejahtera Persentase

Jumlah Keluarga

Sejahtera Persentase

Jumlah Keluarga

Labuhan Dalan 309 24.52% 951 75.48% 1,260

Tanjung Senang 265 9.26% 2,596 90.74% 2,861

Way Kandis 251 20.66% 964 79.34% 1,215

Perumnas Way

Kandis 82 4.80% 1,627 95.20% 1,709

Pematang Wangi 0 0

Kelurahan

Jumlah Keluarga Pra

Sejahtera Persentase

Jumlah Keluarga

Sejahtera Persentase

Jumlah Keluarga

Kota Baru 719 27.58% 1,888 72.42% 2,607

Tanjung Agung 576 25.25% 1,705 74.75% 2,281

Kebon Jeruk 537 44.68% 665 55.32% 1,202

Sawah Lama 315 23.65% 1,017 76.35% 1,332

Sawah Brebes 561 30.96% 1,251 69.04% 1,812

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2015

Berdasarkan data tersebut penulis memilih kelurahan Perumnas Way Kandis Kecamatan Tanjung Senang mewakili keluarga sejahtera dan Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Tanjung Karang Timur di Kota Bandar Lampung sebagai objek penelitian yang mewakili keluarga pra sejahtera. Atas dasar inilah penulis tertarik untuk membandingkan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera

(Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Tanjung Karang Timur) dengan

masyarakat sejahtera (Kelurahan Perumnas Way Kandis Kecamatan Tanjung Senang) di Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung.


(32)

12

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dijelaskan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dijelaskan tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual (intellectual exercise) yang diharapkan dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin yang digeluti.

2. Bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan dan pengembangannya ilmu khususnya tentang pengetahuan pendapatan dan konsumsi.

3. Sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bandar Lampung.

E. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian dari latar belakang penulisan, maka kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut:

Pola Konsumsi Masyarakat Sejahtera Pola Konsumsi

Masyarakat Pra Sejahtera


(33)

13

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual. Masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan berlawanan. Pola konsumsi sering digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat pula dikatakan membaik apabila pendapatan meningkat dan sebagian pendapatan tersebut digunakan untuk mengkonsumsi non makanan, begitupun sebaliknya. Atas dasar inilah penulis tertarik untuk membandingkan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung.

F. Hipotesis

Hipotesis yang dapat diajukan sesuai kerangka pemikiran adalah “terdapat perbedaan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Konsumsi

Konsumsi merupakan sebuah kata yang berasal dari BahasaInggris yaitu ”Consumption”. Konsumsi artinya pemenuhan akanmakanan dan minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang lebihluas yaitu seluruh pembelian barang dan jasa akhir yang sudah siapdikonsumsi oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan. Menurut T Gilarso (2003:89), konsumsimerupakan titikpangkal dan tujuan akhir seluruh kegiatan ekonomi masyarakat.

Kata konsumsi dalam Kamus Besar Ekonomi diartikan sebagaitindakan manusia baik secara langsung atau tak langsung untukmenghabiskan atau mengurangi kegunaan (utility) suatu benda padapemuasan terakhir dari kebutuhannya (Sigit dan Sujana, 2007:115).

Mankiw (2007:11), mendefiniskan konsumsi sebagaipembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga.Barang mencakuppembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama, kendaraandan perlengkapan dan barang tidak tahan lama seperti makanan danpakaian. Jasa mencakup barang yang tidak berwujud konkrit, termasuk pendidikan.


(35)

15

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa konsumsi dapatdidefinisikan sebagai kegiatan pembelian barang dan jasa untukmemenuhi kebutuhan akan makanan dan minuman rumah tanggakonsumen.

B. Teori Konsumsi

1. Teori Konsumsi dari John Maynard Keynes

Keynes mengedepankan variabel utama dalam analisinyayaitu konsumsi

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan C= f(Y).Keynes mengajukan 3 asumsi pokok secara makro dalam teorinya yaitu:

- Kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) ialah jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu.

- Keynes menyatakan bahwa kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik.

- Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. (Mankiw, 2007:425-426)

Fungsi konsumsi Keynes secara makro menunjukkanhubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluarankonsumsi pada tingkat harga

konstan.Pendapatanyang adamerupakan pendapatan nasional yang terjadi atau current nationalincome.Variabel pendapatan nasional dalam fungsi


(36)

16

dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dansebagainya(Soediyono, 2000).

Sehingga secara garis besar terori konsumsi Keynesmenyatakan bahwa, (besar-kecil) konsumsi masyarakat sangatdipengaruhi oleh besarnya

pendapatan.Sedangkan unsur tabungantidak terlalu berdampak terhadap perubahan jumlah barang dan jasayang dikonsumsi masyarakat.

2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (MiltonFriedman)

Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksihasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi.Dalam hal ini Adam Smith

sependapatdengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapaidari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensidengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yangmelakukan pekerjaan tersebut. Menurut Smith suatu negara akan mengekspor barangtertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secaramutlak lebih murah dari pada negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlakdalam produksi barang tersebut. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smithmerupakan kemampuan suatu negara untuk

menghasilkan suatu barang dan jasa perunit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuannegara-negara lain.

Teori ini disampaikan oleh Milton Friedman. Menurut teoriini pendapatan masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitupendapatan permanen


(37)

17

(permanent income) dan pendapatansementara (transitory income) dengan definisi sebagai berikut:

- Pendapatan permanen ialah pendapatan yang orang harapkan untuk terus bertahan di masa depan (Mankiw, 2003:443).

- Pendapatan sementara ialah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. (Guritno dan Algifari, 1998: 72).

Selain itu, Friedman juga membagi pengeluaran konsumsimenjadi 2 yaitu: Pengeluaran konsumsi permanen (konsumsi yangdirencanakan)

Pengeluaran konsumsi sementara (konsumsi yang tidakdirencanakan)

Friedman beranggapan bahwa tidak terdapat korelasi antarapendapatan/konsumsi sementara dengan pendapatan/konsumsipermanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatansementara. Kecenderungan mengkonsumsi dari pendapatan sementara sama dengan nol, artinya jika konsumen menerimapendapatan

sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhikonsumsi. Jika konsumen menerima pendapatan sementara yangnegatif maka tidak akan mengurangi konsumsi (Goeritno danAlgifari, 1998:72).

Mankiw (2003:444) menyatakan, jika pendapatan sekarangsecara temporer naik di atas pendapatan permanen, kecenderunganuntuk mengkonsumsi rata-rata secara temporer akan turun. Bilapendapatan sekarang turun secara temporer di bawah pendapatanpermanen, kecederungan mengkonsumsi rata-rata secara temporerakan naik.


(38)

18

Kesimpulannya, teori konsumsi dari Milton Friedmanberpikiran bahwapendapatan permanen akan mempengaruhibesarnya jumlah

kecenderunganmengkonsumsi rata-ratamasyarakat. Kecederungan mengkonsumsi tersebut bisa sajamengarah pada jenis makanan atau non makanan bergantung padabesar-kecilnya jumlah pendapatan yang diterima oleh masyarakat.

3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Daur/Siklus Hidup

Teori konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidupdisampaikan dikemukaan oleh Franco Modigliani. Modiglianimenyatakan bahwa faktor sosial ekonomi seseorang sangatmempengaruhi pola konsumsi seseorang tersebut (Guritno dan Algifari, 1998:66).

Teori ini membagi pola konsumsi seseorang menjadi 3bagian berdasarkan umur seseorang:

- Orang cenderung menerima pendapatan yang rendah pada usia muda, rasio tabungan berfluktuasi seiring dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving)

- Pada usia menengah pendapatan seseorang cenderung tinggi, menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka dan rendah pada usia tua.

- Pada kategori usia tua, orang cenderung akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah. Kemudian orang sudah tidak mampu lagi menghasilkan pendapatan sendiri, sehingga bila ia tidak memiliki tabungan maka ia akan mengalami kecenderungan dissaving.


(39)

19

Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi dantabungan secara

sistematis yang terjadi selama kehidupanseseorang menjadikan konsumen mampu menggerakkanpendapatannya ketika dalam kondisi tinggi ke kondisi yang

rendah(Mankiw, 2003:439).

Sehingga teori konsumsi dengan Hipotesis Daur Hidup dariFranco Modigliani berkesimpulann bahwa, konsumsi seseorangsangat dipengaruhi oleh kekayaan atau besarnya pendapatan yangdiperoleh. Kecenderungan mengkonsumsi nilainya berdasarkanpada umur, selera dan tingkat bunga yang dimiliki oleh konsumen itu sendiri.

4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

Teori konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan relative disampaikan oleh James Dusenberry.Ia menyatakan bahwapengeluaran konsumsi masyarakat ditentukan oleh tingginyapendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Jika pendapatan bertambah maka konsumsi akan bertambah, dengan proporsitertentu. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi,dengan mengurangi besarnya tabungan.

Jika pendapatan berkurang, konsumen akan mengurangipengeluaran konsumsinya, dengan proprosi penurunan yang lebihrendah dibandingkan proporsi kenaikan pengeluaran konsumsi jikapenghasilan naik (Guritno dan Algifari, 1998:71). Kondisi initerjadi sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capaitercapai kembali. Bertambahnya pendapatan menyebabkan


(40)

20

bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkanpertambahan tabungan tidak terlalu besar (Soediyono, 2000).

Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsiyaitu:

- Konsumsi seseorang akan tergantung dari penghasilan saat ini dan penghasilan tertinggi tahun sebelumnya. (Ratchet Effect)

- Perilaku konsumsi seseorang akan tergantung pula dengan perilaku konsumsi lingkungannya. (Demonstration Effect) (Guritno dan Algifari, 1998:72)

Sehingga berdasarkan uraian mengenai teori konsumsiberdasarkan hipotesis relatif, dapat disimpulkan bahwa terdapatkaitan erat antara pendapatan dengan pengeluaran konsumsimasyarakat. Konsumsi masyarakat akan meningkat selaras denganpeningkatan pendapatan, dimana besarnya peningkatan konsumsidalam proprosi tertentu.

C. Fungsi Konsumsi

Fungsi konsumsi ialah besarnya jumlah konsumsi yangdilakukan oleh masyarakat sehubungan dengan tingkatpendapatannya.Fungsi konsumsi menunjukkan

hubungan antaratingkat konsumsi dengan pendapatan (Ahmad


(41)

21

Fungsi konsumsi merupakan suatu kurva yangmenggambarkan sifat hubungan antara tingkat konsumsi rumahtangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatandisposabel) perekonomian tersebut

(Wardayadi.http://wardayadi.wordpress.com/materi-ajar/kelas-x/konsumsi-dantabungan-dan-investasi/, Tabungan dan Investasi).

Konsep konsumsi Keynes, didasarkan pada hipotesis bahwaterdapat hubungan empiris yang stabil antara konsumsi denganpendapatan. Bila jumlah pendapatan meningkat, maka konsumsisecara relatif akan meningkat, tapi dengan proporsi yang lebih kecildaripada kenaikan pendapatan itu sendiri. Hal ini dikarenakan hasratkonsumsi yaitu kecenderungan konsumsi marginal atau konsumsitambahan akan menurun, jika pendapatan meningkat.

Keynes beranggapan bahwa tidak seorangpun yang akanmengkonsumsikan seluruh kenaikan pendapatannya, tapi ia jugamenganggap bahwa semakin kaya seseorang tersebut maka akansemakin berkurang konsumsinya. Anggapan mengenai berkurangnyakecenderungan mengkonsumsi secara marginal ialah bagian pentingdalam teori keynes.Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan:

C = a+bY

Dimana:

a = Konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0 b = Kecenderungan konsumsi marginal

C = Tingkat konsumsi


(42)

22

Terdapat dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antarapendapatan disposibel dengan konsumsi dan pendapatan diposibeldengan tabungan yaitu kosep kecondongan mengkonsumsi dankecondongan menabung.Hubungan tersebut dideskripsikan menjadikecenderungan mengkonsumsi, dimana kecenderunganmengkonsumsi dibedakan menjadi kecenderungan mengkonsumsimarginal dan kencenderungan mengkonsumsi rata-rata.

Kecenderungan mengkonsumsi marginal dinyatakan sebagaiMPC (Marginal propensity to Consume) yang artinya perbandinganantara pertambahan konsumsi (C) yang dilakukan denganpertambahan pendapatan disposibel (Yd) yang diperoleh. Nilai MPCdihitung dengan menggunakan rumus:

MPC = �

�� (Sadono Sukirno, 2007: 94-101)

Selanjutnya kecenderungan konsumsi rata-rata dinyatakandengan APC (Average Propensity to Consume), yaitu perbandingandiantara tingkat pengeluaran

konsumsi (C) dengan tingkat pendapatandisposibel pada kegiatan konsumsi terseut dilakukan (Yd). BesarnyaAPC dihitung dengan menggunakan formula:

APC = �

�� (Sadono Sukirno, 2007: 94-101)

Di sisi yang lain, kecondongan menabung dapat dibedakanmenjadi dua yaitu kencondongan menabung marginal dankecondongan menabung rata-rata. Kecondongan menabung marginaldapat dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) yangdiartikan sebagai suatu perbandingan di antara


(43)

23

pertambahan tabungan(ΔS) dengan pertambahan pendapatan disposabel (ΔYd). Nilai MPSdapat dihitung dengan menggunakan formula:

MPS = �

�� (Sadono Sukirno, 2007: 94-101)

Kemudian kecondongan menabung rata-rata dinyatakandengan APS (Average Propensity to Save), yang mana menunjukanperbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan disposebel(Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan

menggunakan formula:(Sadono Sukirno, 2007: 94-101)

APS = � ��

D. Pola Konsumsi

1. Pengertian Pola Konsumsi

Pola konsumsi ialah kebutuhan manusia baik dalambentuk benda maupun jasa yang dialokasikan selain untuk kepentingan pribadi juga keluarga yang didasarkan pada tata hubungan dan tanggung jawab yang dimiliki yang sifatnya terrelisasi sebagai kebutuhan primer dan sekunder. (Singarimbun, 1978: 3)

Pola konsumsi merupakan susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu.Sedangkan menurut Lie Goan Hong (2004) dalam Yulia (2010:23), dijelaskan bahwa pola konsumsi ialah berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan


(44)

24

yang dimakan setiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat.

Pola konsumsi juga dapat diartikan sebagai tanggapan aktif manusia terhadap lingkungan alam maupun lingkungan sosial yang berkaitan erat dengan kehidupan kebudayaan masyarakat, dimana tanggapan aktif yang ada bisa dalam bentuk

pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder (Moehadi,dkk, 1981, dalam Siregar (2009:19)).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka pola konsumsi dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi sifat kecenderungan pengeluaran keluarga yang dipergunakan untuk kebutuhan primer maupun sekunder, pangan dan non pangan, yang merupakan tanggapan manusia terhadap lingkungan dan berkaitan dengan kehidupan kebudayan masyarakat yang menjadi ciri khas dari kelompok masyarakat tersebut.

2. Standar Pola Konsumsi

Standar hidup ialah pedoman mengenai apa yang dipandang sebagai taraf hidup yang layak, wajar atau pantas, dan karena itu dikejar oleh perorangan atau keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Gilarso, 2003:112). Taraf hidup yang harus dipenuhi atau dicapai oleh masyarakat mengarah pada jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi.Berdasarkan laporan UNDP tahun 2010, Indeks

Pembangunan Manusia di Indonesia dilihat dari dimensi standar hidup layak yang menggunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat Indonesia,


(45)

25

yakni mencapai Rp. 624,4 ribu. Data konsumsi pangan penduduk Indonesia menurut BPS tahun 2010 dan 2011 menyebutkan, di kalangan masyarakat miskin makanan memiliki peran yang lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan bukan makanan lainnya), yaitu masing-masing sebesar 73,50 persen pada Maret 2010 dan sebesar 73,52

persen pada Maret 2011. Jenis bahan makanan yang memiliki persentase besar dalam kebutuhan masyarakat miskin adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, mie instan, tempe, bawang merah, daging ayam ras ,dan tahu. Untuk komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan, dan angkutan.

Kegiatan masyarakat dalam mengkonsumsi bahan-bahan makanan tentunya harus memenuhi standar protein yang diberlakukan oleh pemerintah. Makanan yang dikonsumsi harus memiliki kadar gizi yang memadai dan mampu menunjang kesehatan masyarakat. BPS pada tahun 2011 melaporkan, bahwa Rata-rata Konsumsi Protein (gram) per Kapita per Hari Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2011 menunjukkan bahwa, rata-rata konsumsi protein masyarakat di wilayah perkotaan 57,22% dan diwilayah pedesaaan 55,28%. Meskipun data

menunjukkan bahwa hanya kecil perbedaan rata-rata konsumsi protein antara masyarakat diperkotaan dan pedesaan, namun tetap saja ada kecenderungan mengkonsumsi masyarakat perkotaan memiliki persentase yang lebih unggul dibandingkan masyarakat di daerah pedesaan.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah. Kecenderungan mengkonsumsi masyarakat khususnya masyarakat


(46)

26

pedesaan yang masih rendah menjadikan standar hidup masyarakat bisa saja dikategorikan masih lemah. Pola konsumsi masyarakat berbeda antara lapisan yang satu dengan lapisan yang lainnya. Ada kecenderungan umum, bila semakin rendah kelas pengeluaran masyarakat maka alokasi pengeluarannya akan semakin

didominasi oleh konsumsi pangan.

Semakin tinggi kelas pengeluaran, maka makin besar proporsi belanja untuk konsumsi bukan makanan.

E. Masyarakat Pra Sejahtera dan Sejahtera

Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas, 2001:1011). Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. (BKKBN,1994:5)

Keluarga sejahtera adalah dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu memenuhikebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan yang maha esa,memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.Dalam rencana pembangunan


(47)

27

nasional memberikan petujuk bahwa pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada terwujudnya keluarga sebagai wahana persmian nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga serta membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan.UU No.10/1992 pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa pembangunan keluarga ,kemandirian keluarga.

Indikator Keluarga Sejahterapada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa.Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga

sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Keluarga pra sejahtera

Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.Melaksanakan ibadah menurut agama oleh

masing-masinganggota keluarga. Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari.Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di


(48)

28

rumah, bekerja, sekolah atau berpergian.Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke

sasaran kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi belum terpenuhi yaitu:

1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

2. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur. 3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru

pertahun

4. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah 5. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat

6. Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.

7. Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin. 8. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini


(49)

29

9. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

3. Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk

menabung dan memperoleh informasi.Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:

1. Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.

2. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga. 3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini

dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga. 4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.

5. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan. 6. Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah. 7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi

daerah.

4. Keluarga Sejahtera III

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan


(50)

30

sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

F. Penelitian Terdahulu

Tabel 7. Daftar Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Alat Analisis

Hasil Penelitian 1 Khairani

Siregar (2009) Analisis determinan konsumsi masyarakat Di indonesia Konsumsi Masyarakat sebagai variabel terikat dan Pendapatan Nasional, Uang Kuasi, Suku Bunga Deposito serta Inflasi sebagai variabel bebas regresi linear berganda Pendapatan Nasional, SukuBunga Deposito, dan Inflasi mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap

Konsumsi Masyarakat di Indonesia, sedangkan variabel Uang Kuasi memiliki

multikolinearitas yang tinggi dengan variabel Pendapatan Nasional sehingga tidak

diikutsertakan ke dalam model penelitian.


(51)

31

2 Septia S.M. Nababan (2013) Pendapatan Dan JumlahTanggung an Pengaruhnya Terhadap Pola Konsumsi Pns Dosen Dan Tenaga Kependididkan Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan anggota keluarga, pola konsumsi

regresi linear berganda

tingkat pendapatan dan jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap pola konsumsi pns di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT

3 Fitria Pusposari (2012) Analisis Pola Konsumsi Pangan Masyarakat di ProvinsiMaluku Pola permintaan sumber karbohidrat, pendapatan dan harga komoditas baik harga sendiri maupunharga silang analisis modelAl most Ideal Demand System

Pola permintaan sumber karbohidrat di Provinsi Maluku secara

umumdipengaruhi oleh pendapatan dan harga komoditas baik harga sendiri maupunharga silang dan secara spesifik untuk masing-masing komoditas

dipengaruhifaktor sosial demografi yang berbeda-beda. Komoditas yang bersifat substitusiterhadap beras dalam penelitian ini adalah komoditas sagu dan pangan lokal lain. 4 Masriyant

i (2007) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kondisi kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan Tingkat pendidikan kepala rumah tangga, jumlah tanggungan, jumlah anggota rumah tangga yang bekerja, tingkat pendapatan rumah tangga dan tingkat pengeluaran Analisis fungsi diskrimin an Variabel tingkat

pendidikan kepala rumah tangga, jumlah

tanggungan, tingkat pendapatan rumah tangga dan tingkat pengeluaran cukup berarti

menerangkan perbedaan kondisi rumah tangga miskin di perkotaan dan perdesaan.


(52)

32

5 GM Djoko Hanantijo (2013)

Konsumsi Nasional Sebagai

Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Analisis Kualitatif

Nilai

pengeluarankonsumsi rumah tangga menjadi sumberpertumbuhan dansekaligus penyumbang terbesar

dalampenggunaan GDPIndonesia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesiatermasuk tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam.


(53)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Berikut adalah metode pengumpulan data dalam penelitian ini:

a. Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan angket/ kuisioner yang berisi daftar pertanyaan dengan opsi jawaban semi tertutup.

b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung terhadap informan untuk melengkapi data primer. Dalam penelitian ini informan yang di wawancarai antara lain :

- Kepala Keluarga yang menjadi responden - Camat


(54)

34

c. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap objek, peristiwa, gejala, proses kegiatan yang berlangsung di objek penelitian.

d. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajaridan mengutip dokumen tertulis yang terdapat di kantor kecamatan, kantor desa, maupun sumber-sumber lainnya.

B. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik simpulan (Sugiyono, 2009). Variabel-variabel yang dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yang berbeda kelompok.

Tabel 7. Nama Variabel, Simbol Variabel, Ukuran, dan Sumber Data No. Nama Variabel Simbol

Variabel

Satuan Pengukuran

Sumber Data 1 Pola Konsumsi

Masyarakat Desa

KMD Nominal / Interval Primer

2 Pola Konsumsi Masyarakat Kota

KMK Nominal / Interval Primer

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pra sejahtera Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Tanjung Karang Timur dan keluarga sejahtera kelurahan Perumnas Way Kandis Kecamatan Tanjung Senang di Kota Bandar Lampung.


(55)

35

Sampel yang diambil adalah keluarga pra sejahtera Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Tanjung Karang Timur dan keluarga sejahtera kelurahan Perumnas Way Kandis Kecamatan Tanjung Senang di Kota Bandar Lampung. Berikut adalah tabel yang menunjukan jumlah penduduk dan rumah tangga Kelurahan Kedaung dan Kelurahan Durian Payung.

Tabel 8. Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga

Kelurahan

Luas Derah (Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah Rumah Tangga

Kebon Jeruk 2,22 5,784 1202

Perumnas Way Kandis 1,87 7,497 1709

Jumlah 2911

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2015

Tabel 7. menunjukan jumlah rumah tangga yang terdapat pada Kelurahan Kebon Jeruk berjumlah 1202 dan Kelurahan Perumnas Way Kandis berjumlah 1709 rumah tangga, dengan jumlah Populasi 2911 Rumah Tangga.

D. Metode Penentuan Besaran Sampel

Penentuan jumlah sample dilakukan dengan mengestimasikan proporsi (Nazir, 2005) dengan rumus berikut:

N

D p

p

p Np n      1 1 1 Dimana : 4 2 B D

(estimasi terhadap mean) Keterangan

n = besarnya sampel p = proporsi yang diduga N = besarnya populasi D = Standar Deviasi


(56)

36

Dalam penelitian ini, Bound of error yang digunakan adalah 0,1 pada tingkat kepercayaan 90%. Dalam survey ini peneliti tidak mengetahui p, biasanya p ini diketahui dari hasil survey sebelumnya. Jika ini juga tidak ada maka p dianggap 0,0 5 (Nazir, 2005:344).

Tabel 9. Perhitungan Sampel

Daerah Sampel N P N.P

Kebon Jeruk 1202 0.05 60.1

Perumnas Way Kandis 1709 0.05 85.45

2911 145.55

Sumber: Hasil Perhitungan, 2015

Berdasarkan rumus tersebut maka besarnya sampel adalah : n = 2911.145.55 0,5

2911.0,025 +(14.55.0,5)

n = 21184 .8 80.05

n = 264,63

Besarnya sampel masing-masing daerah adalah:

n1 = 1202

2911x246,43 = 109,27

Kelurahan Kebon Jeruk mempunyai sampel 109 Rumah Tangga

n2 = 1709

2911x246,43 = 155,36

Kelurahan Perumnas Way Kandis mempunyai sampel 155 Rumah Tangga

Dikarenakan dalam penelitian ini memakai alat analisis paired sampel t test yang mengharuskan jumlah kelompok mempunyai sampel yang sama, maka penulis


(57)

37

mengambil 109 rumah tangga untuk setiap kelurahan yang dijadikan objek penelitian.

E. Metode Pengolahan Data

1. Editing adalah proses pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data yang diantaranya kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan

kelengkapan isian kuesioner, sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti.

2. Entry data yaitu memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas dengan menggunakan sistem atau program SPSS for Windows versi 17.0. F. Metode Analisis

Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode analisis deskriptif-kuantitatif dengan menggunakan teori-teori dan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Model analisis yang digunakan untuk meneliti perbedaan pola konsumsi masyarakat perdesaan dengan masyarakat perkotaan di Bandar

Lampung adalah analisis uji beda atau yang lebih dikenal dengan paired sample t-test.

Penggunaan paired sample t-test untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi masyarakat perdesaan dengan masyarakat perkotaan di Bandar Lampung, dengan data primer yang didapat melalui penyebaran kuesioner,. Berikut beberapa persyaratan sebelum dilakukan uji beda dalam penelitian ini.


(58)

38

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model penelitian variabel

terdistribusi secara normal normal atau tidak. Model yang baik adalah model yang memiliki distribusi nilai residual normal atau mendekati normal (Ghozali, 2009). Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan pengujian One-Sample Kolmogorov Smirnov test.

2. Paired Sample T-test

Paired-Samples T Test merupakan prosedur yang digunakan untuk

membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group. Artinya pula analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel berpasangan. Paired-Sample T Test adalah analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh, maka perbedaan rata-rata adalah nol. Sampel berpasangan merupakan subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda. Rumus perhitungannya adalah (Nachrowi, 2006):

dimana :

x1 = Rata-rata sampel 1

x2 = Rata-rata sampel 2

S1 = Simpangan baku sampel 1

S2 = Simpangan baku sampel 2

S11 = Varians sampel 2


(59)

39

r = korelasi antar dua sampel

Analisis Uji Beda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara 2 objek yang dibandingkan pada 1 variabel yang sama, Untuk memudahkan perhitungan, maka seluruh perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 18.0 for windows sehingga tidak diperlukan melakukan perbandingan antara hasil penelitian dengan tabel statistik karena dari out put komputer dapat diketahui besarnya nilai P diakhir semua teknik statistik yang diuji, dengan uji signifikansi sebagai berikut:

- Jika signifikansi (2 tailed) pada tabel paired sample test > 0.05 maka tidak terdapat perbedaan antar variabel

- Jika signifikansi (2 tailed) pada tabel paired sample test < 0.05 maka terdapat perbedaan antar variabel


(60)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga di Kelurahan Kebon Jeruk dan Kelurahan Perumnas Way Kandis, dalam proses mendapatkan sampel penelitian dilakukan penyebaran kuesioner sebanyak 109 kuesioner untuk masing-masing kelurahan, berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Nilai signifikan uji beda pendapatan dan pola konsumsi Kelurahan Kebon Keruk dengan pendapatan dan pola konsumsi Kelurahan Perumnas Way Kandis yang berada di bawah 0,05 > 0,000, sehingga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari pola konsumsi Kelurahan Kebon Jeruk dengan pola konsumsi Kelurahan Perumnas Way Kandis, sehingga hipotesis yang berbunyi terdapat perbedaan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung diterima.

Dapat terlihat dari tabel 34 bahwa terdapat perbedaan pola konsumsi mulai dari konsumsi makanan, konsumsi masyarkat Kelurahan Kebon Jeruk lebih besar dari Kelurahan Perumnas Way Kandis yaitu sebesar 34,55% dengan 64,58%.


(61)

60

Way Kandis lebih besar yaitu sebesar 5,59 %, sedangkan Kelurahan Kebon Jeruk hanya sebesar 0.52%. Setelah itu dapat dilihat dari konsumsi keperluan rumah tangga Kelurahan Perumnas Way Kandis lebih besar dibandingkan dengan Kelurahan Kebon Jeruk yaitu antara 12,03% dan 5,84%. Terlihat perbedaan juga dari konsumsi kesehatan/kebersihan yang memiliki perbandingan antara

Kelurahan Perumnas Way Kandis dan Kelurahan Kebon Jeruk yaitu sebesar 4,80 % dan 2,02%, lalu diihat dari konsumsi masyarakat dalam dunia pendidikan yang memiliki perbandingan yang tidak jauh antara dua Kelurahan tersebut yaitu sebesar 6,96% dan 7,76%. Konsumsi selanjutnya adalah perumahan, Kelurahan Kelurahan Kebon Jeruk lebih besar dibandingkan dengan Kelurahan Kebon Jeruk yaitu antara 1,49% dan 0,00%, lanjut dilihat dari konsumsi transportasi disini masyarakat Kelurahan Kebon Jeruk memiliki pengeluaran yang lebih besar dibanding Kelurahan Perumnas Way Kandis yaitu sebesar 5,62% dan 19,04%, lanjut kembali dapat dilihat konsmumsi utuuk keperluan rekreasi perbandingan yang terjadi adalah 7,19% untuk Kelurahan Perumnas Way Kandis sedangkan Kelurahan Kebon Jeruk hanya sebesar 0,24%. Terakhir dapat dilihat dari konsumsi Tabungan untuk masyarakat Kelurahan Perumnas Way Kandis menduduki konsumsi yang lebih besar dibanding Kelurahan Kebon Jeruk yaitu perbandingan antara 21,73% dan 0,00%.

Berdasarkan dari hasil penelitian terbukti bahwa terdapat perbedaan besarnya pengeluaran rata-rata per bulan untuk keuarga masing-masing Kelurahan meskipun mempunyai mata pencaharian yang sama.


(62)

61

B. Saran

1. Pemerintah pusat hendaknya tidak menarik subsidi untuk Bahan bakar minyak karena dari hasil penelitian, masyarakat pra sesejahtera

mengeluarkan 5,62% dari total konsumsi untuk konsumsi transportasi, meskipun terlihat besar, tetapi pengeluaran ini lebih kecil dibandingkan konsumsi transportasi masyarakat pra sejahtera yang mengeluarkan

19,04% dari total konsumsi. Sehingga dalam hal ini dapat diketahui bahwa masyarakat pra sejahtera masih sangat sulit untuk mengatur pengeluaran konsumsi nya khususnya dalam hal bahan bakar minyak mereka masih mengeluarkan 20% pendapatan nya hanya untuk BBM saja, oleh karena itu penulis berharap pemerintah dapat memberikan subsidi yang lebih besar yang diberikan hanya untuk masyarakat Pra Sejahtera.

2. Pemerintah kota Bandar Lampung diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya menabung bagi masa depan keluarga, karena dengan menabung terpenuhinya hidup sederhana dengan cara membeli barang-barang yang dibutuhkan bukan hanya menghamburkan uang dengan percuma.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menambahkan variabel lain yang diduga menjadi pembeda masyarakat pra sejahtera dan sejahtera seperti aspek lingkungan dan tingkat pendidikan.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lia. 2007. Ekonomi Pembangunan, Graha Ilmu,Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin, 2010. Ekonomi Pembangunan, Ed. 5, Yogyakarta : STIE YKPN BPFE.

Baiquni, M. 2004. Membangun Pusat-Pusat di Pinggiran-Otonomi di Wilayah Kepulauan. Yogyakarta : Ide As dan PKPEK.

BKKBN, 1994. Pendataan Keluarga

(http://www.bkkbn.go.id/privince/yogya/MENU 04.htm).

Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE-UGM

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi IV. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gilarso, T. SJ ; 2003. Pengantar ilmu Ekonomi Mikro. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Gujarati, Damodar, 2003, Basic Econometric, (Fourth edition), USA, Mc Graw-Hill Internatonal.

Gujarati, Damodar. 2006. Basic Econometrics. McGraw-Hill

Hanantijo, GM Djoko.2013. Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Paper. Universitas Surakarta

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.

Koutsoyiannis, A.1985. Theory of Econometrics, Five Edition, MacMillan Publishers Ltd., Hongkong.

Laporan Perekonomian Indonesia Tahunan. berbagai edisi, BPS, Jakarta.

Mankiw, N. Gregory.2007.Makroekonomi”, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Masriyanti. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kondisi kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan. Skrispi.Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Nababan. Septia S.M. 2013. Pendapatan Dan Jumlah Tanggungan Pengaruhnya Terhadap Pola Konsumsi Pns Dosen Dan Tenaga Kependididkan Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 2130-2141.

Nachrowi D Nachrowi. 2006, Ekonometrika, untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Cetakan Pertama, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.


(64)

Nazir. Moh. 2005, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Purba, Viktor, 2002 Kontrak Jual Beli Barang Internasional (Konvensi Vienna 1980).” Tesis. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Pusposari. Fitria.2012. Analisis Pola Konsumsi Pangan Masyarakat di Provinsi Maluku. Tesis. Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan Dan Kebijakan Publik. Universitas Indonesia

Rahardja, Prathama.2004.Teori ekonomi makro: suatu pengantar”, Edisi kedua, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.

Sigit Winarno, Sujana Ismaya. (2007). Kamus Besar Ekonomi . Bandung: Pustaka Grafika.

Siregar, Khairani. 2009. Analisis determinan konsumsi masyarakat Di Indonesia.

Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan

Soedjono, D. (2000). Sosiologi Untuk Ilmu Hukum Bandung: Tarsito.

Soediyono. 2000. Ekonomi Makro; Analisa IS-LM dan Permintaan-Penawaran Agregatif. Yogyakarta : LIBERTY

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudibyo, Bambang dkk, 1995, Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Yogyakarta : Bagian Penerbitan Aditya Media.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukirno, Sadono, 2001. Ekonomi Pembangunan, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia, Bima Grafika.

Sukirno, Sadono, 2005. Mikroekonomi Teori Pengatar. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suparmoko, 2002, Pengantar Ekonomi Makro. UGM, Yogyakarta.

Umar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Teknik Menganilisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Yulia Fatma.2010. Pola Konsumsi dan Gaya Hidup Sebagai Faktor resiko Terjadinya Hipertensi Pada Nelayan Di Kabupaten Bintan, Provinsi kepualauan Riau Tahun 2009. Tesis. Yogyakarta: UGM


(65)

www.bps.go.id.2013 http://finance.detik.com

Survei Sosial Ekonomi Nasional , Modul Konsumsi 1999, 2002 dan 2005. 2015 www.fiskal.depkeu.go.id

http://www. Philstar.com

http://www.oecd.org/site/seao/Pocket%20Edition%20SAEO2014.pdf http://en.wikipedia.org/wiki/Enhanced_oil_recovery

http://bisnis.liputan6.com/read/681010/


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga di Kelurahan Kebon Jeruk dan Kelurahan Perumnas Way Kandis, dalam proses mendapatkan sampel penelitian dilakukan penyebaran kuesioner sebanyak 109 kuesioner untuk masing-masing kelurahan, berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Nilai signifikan uji beda pendapatan dan pola konsumsi Kelurahan Kebon Keruk dengan pendapatan dan pola konsumsi Kelurahan Perumnas Way Kandis yang berada di bawah 0,05 > 0,000, sehingga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari pola konsumsi Kelurahan Kebon Jeruk dengan pola konsumsi Kelurahan Perumnas Way Kandis, sehingga hipotesis yang berbunyi terdapat perbedaan pola konsumsi masyarakat pra sejahtera dengan masyarakat sejahtera di Bandar Lampung diterima.

Dapat terlihat dari tabel 34 bahwa terdapat perbedaan pola konsumsi mulai dari konsumsi makanan, konsumsi masyarkat Kelurahan Kebon Jeruk lebih besar dari Kelurahan Perumnas Way Kandis yaitu sebesar 34,55% dengan 64,58%.


(2)

60

Way Kandis lebih besar yaitu sebesar 5,59 %, sedangkan Kelurahan Kebon Jeruk hanya sebesar 0.52%. Setelah itu dapat dilihat dari konsumsi keperluan rumah tangga Kelurahan Perumnas Way Kandis lebih besar dibandingkan dengan Kelurahan Kebon Jeruk yaitu antara 12,03% dan 5,84%. Terlihat perbedaan juga dari konsumsi kesehatan/kebersihan yang memiliki perbandingan antara

Kelurahan Perumnas Way Kandis dan Kelurahan Kebon Jeruk yaitu sebesar 4,80 % dan 2,02%, lalu diihat dari konsumsi masyarakat dalam dunia pendidikan yang memiliki perbandingan yang tidak jauh antara dua Kelurahan tersebut yaitu sebesar 6,96% dan 7,76%. Konsumsi selanjutnya adalah perumahan, Kelurahan Kelurahan Kebon Jeruk lebih besar dibandingkan dengan Kelurahan Kebon Jeruk yaitu antara 1,49% dan 0,00%, lanjut dilihat dari konsumsi transportasi disini masyarakat Kelurahan Kebon Jeruk memiliki pengeluaran yang lebih besar dibanding Kelurahan Perumnas Way Kandis yaitu sebesar 5,62% dan 19,04%, lanjut kembali dapat dilihat konsmumsi utuuk keperluan rekreasi perbandingan yang terjadi adalah 7,19% untuk Kelurahan Perumnas Way Kandis sedangkan Kelurahan Kebon Jeruk hanya sebesar 0,24%. Terakhir dapat dilihat dari konsumsi Tabungan untuk masyarakat Kelurahan Perumnas Way Kandis menduduki konsumsi yang lebih besar dibanding Kelurahan Kebon Jeruk yaitu perbandingan antara 21,73% dan 0,00%.

Berdasarkan dari hasil penelitian terbukti bahwa terdapat perbedaan besarnya pengeluaran rata-rata per bulan untuk keuarga masing-masing Kelurahan meskipun mempunyai mata pencaharian yang sama.


(3)

61

B. Saran

1. Pemerintah pusat hendaknya tidak menarik subsidi untuk Bahan bakar minyak karena dari hasil penelitian, masyarakat pra sesejahtera

mengeluarkan 5,62% dari total konsumsi untuk konsumsi transportasi, meskipun terlihat besar, tetapi pengeluaran ini lebih kecil dibandingkan konsumsi transportasi masyarakat pra sejahtera yang mengeluarkan

19,04% dari total konsumsi. Sehingga dalam hal ini dapat diketahui bahwa masyarakat pra sejahtera masih sangat sulit untuk mengatur pengeluaran konsumsi nya khususnya dalam hal bahan bakar minyak mereka masih mengeluarkan 20% pendapatan nya hanya untuk BBM saja, oleh karena itu penulis berharap pemerintah dapat memberikan subsidi yang lebih besar yang diberikan hanya untuk masyarakat Pra Sejahtera.

2. Pemerintah kota Bandar Lampung diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya menabung bagi masa depan keluarga, karena dengan menabung terpenuhinya hidup sederhana dengan cara membeli barang-barang yang dibutuhkan bukan hanya menghamburkan uang dengan percuma.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menambahkan variabel lain yang diduga menjadi pembeda masyarakat pra sejahtera dan sejahtera seperti aspek lingkungan dan tingkat pendidikan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lia. 2007. Ekonomi Pembangunan, Graha Ilmu,Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin, 2010. Ekonomi Pembangunan, Ed. 5, Yogyakarta : STIE YKPN BPFE.

Baiquni, M. 2004. Membangun Pusat-Pusat di Pinggiran-Otonomi di Wilayah Kepulauan. Yogyakarta : Ide As dan PKPEK.

BKKBN, 1994. Pendataan Keluarga

(http://www.bkkbn.go.id/privince/yogya/MENU 04.htm).

Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE-UGM

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi IV. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gilarso, T. SJ ; 2003. Pengantar ilmu Ekonomi Mikro. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Gujarati, Damodar, 2003, Basic Econometric, (Fourth edition), USA, Mc Graw-Hill Internatonal.

Gujarati, Damodar. 2006. Basic Econometrics. McGraw-Hill

Hanantijo, GM Djoko.2013. Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Paper. Universitas Surakarta

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.

Koutsoyiannis, A.1985. Theory of Econometrics, Five Edition, MacMillan Publishers Ltd., Hongkong.

Laporan Perekonomian Indonesia Tahunan. berbagai edisi, BPS, Jakarta. Mankiw, N. Gregory.2007.Makroekonomi”, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Masriyanti. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kondisi kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan. Skrispi.Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Nababan. Septia S.M. 2013. Pendapatan Dan Jumlah Tanggungan Pengaruhnya Terhadap Pola Konsumsi Pns Dosen Dan Tenaga Kependididkan Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 2130-2141.

Nachrowi D Nachrowi. 2006, Ekonometrika, untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Cetakan Pertama, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.


(5)

Nazir. Moh. 2005, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Purba, Viktor, 2002 Kontrak Jual Beli Barang Internasional (Konvensi Vienna 1980).” Tesis. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Pusposari. Fitria.2012. Analisis Pola Konsumsi Pangan Masyarakat di Provinsi Maluku. Tesis. Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan Dan Kebijakan Publik. Universitas Indonesia

Rahardja, Prathama.2004.Teori ekonomi makro: suatu pengantar”, Edisi kedua, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.

Sigit Winarno, Sujana Ismaya. (2007). Kamus Besar Ekonomi . Bandung: Pustaka Grafika.

Siregar, Khairani. 2009. Analisis determinan konsumsi masyarakat Di Indonesia. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan

Soedjono, D. (2000). Sosiologi Untuk Ilmu Hukum Bandung: Tarsito.

Soediyono. 2000. Ekonomi Makro; Analisa IS-LM dan Permintaan-Penawaran Agregatif. Yogyakarta : LIBERTY

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudibyo, Bambang dkk, 1995, Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Yogyakarta : Bagian Penerbitan Aditya Media.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukirno, Sadono, 2001. Ekonomi Pembangunan, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia, Bima Grafika.

Sukirno, Sadono, 2005. Mikroekonomi Teori Pengatar. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suparmoko, 2002, Pengantar Ekonomi Makro. UGM, Yogyakarta.

Umar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Teknik Menganilisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Yulia Fatma.2010. Pola Konsumsi dan Gaya Hidup Sebagai Faktor resiko Terjadinya Hipertensi Pada Nelayan Di Kabupaten Bintan, Provinsi kepualauan Riau Tahun 2009. Tesis. Yogyakarta: UGM


(6)

www.bps.go.id.2013 http://finance.detik.com

Survei Sosial Ekonomi Nasional , Modul Konsumsi 1999, 2002 dan 2005. 2015 www.fiskal.depkeu.go.id

http://www. Philstar.com

http://www.oecd.org/site/seao/Pocket%20Edition%20SAEO2014.pdf http://en.wikipedia.org/wiki/Enhanced_oil_recovery

http://bisnis.liputan6.com/read/681010/