PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN NKEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)
Oleh
ERWIN GUNAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DAN NKEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)
Erwin Gunawan
Universitas Lampung

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh corporate social
responsibility terhadap nilai perusahaan dan pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan
nilai Tobin’s Q.
Pengumpulan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2009 sampai 2011. Sebanyak 30 perusahaan manufaktur digunakan sebagai
sampel. Metode analisis dari penelitian ini menggunakan regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan corporate social
responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Kata Kunci: corporate social responsibility, kepemilikan manajerial, dan nilai
perusahaan


PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DAN NKEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)
Erwin Gunawan
Universitas Lampung

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of corporate social
responsibility on firm value and managerial ownership effect on firm value. The
value of the company in this study proxied by the value of Tobin's Q.
The collection of samples in this study using purposive sampling method to
the companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 to 2011. A total of
30 manufacturing companies are used as a sample. The method of analysis of this
study using multiple regression.
The results of this study indicate that the disclosure of corporate social
responsibility have a significant effect on firm value. While no significant effect of

managerial ownership on firm value.
Keywords: corporate social responsibility, managerial ownership, and firm value

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN
MOTTO
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah ...........................................................

4

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................

4

1.4. Manfaat Penelitian...........................................................

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori................................................................

6


2.1.1. Teori Stakeholder ..................................................

6

2.1.2. Agency Theory ......................................................

7

2.1.3. Corporate Social Responsibility (CSR) atau
Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan .................
2.1.4. Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial ...........

9
11

2.1.5. Kepemilikan Manajerial ........ ................................

13


2.1.6. Nilai Perusahaan ...................................................

15

2.2. Penelitian Terdahulu........................................................

17

2.3. Model Penelitian .............................................................

18

2.4. Pengembangan Hipotesis .................................................

19

2.4.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap
Nilai Perusahaan ....................................................

19


2.4.2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai
Perusahaan.............................................................

20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel ......................................................

22

3.2. Jenis dan Sumber Data ....................................................

23

3.3. Operasional Variabel Penelitian.......................................

23

3.3.1. Variabel Independen ..............................................


23

3.3.1.1. Corporate Social Responsibility (CSR) .....

23

3.3.1.2. Kepemilikan Manajerial .............................

25

3.3.2. Variabel Dependen ................................................

25

3.4. Metode Analisis Data ......................................................

26

3.4.1. Uji Asumsi Klasik ................................................


26

3.4.1.1. Uji Normalitas .........................................

26

3.4.1.2. Uji Multikolonieritas ...............................

27

3.4.1.3. Uji Heteroskedastisitas ............................

27

3.4.2. Statistik Deskriptif ...............................................

27

3.4.3. Analisis Regresi ...................................................


28

3.5. Pengujian Hipotesis..........................................................

28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ............................

30

4.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik........................................

37

4.2.1. Uji Normalitas .......................................................

37


4.2.2. Uji Multikolonieritas..............................................

39

4.2.3. Uji Heteroskedastisitas...........................................

40

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ................................................

41

4.4. Pembahasan ....................................................................

45

4.4.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR)
Terhadap Nilai Perusahaan ....................................

45

4.4.2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai
Perusahaan.............................................................

45

BAB V KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan .....................................................................

47

5.2. Keterbatasan Penelitian ...................................................

48

5.3. Saran ...............................................................................

48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan akuntansi yang terlihat pada perusahaan yang berkembang saat ini
lebih banyak berorientasi pada pelaporan keuangan yang ditujukan untuk
membuat investor tertarik menanamkan modal. Hal ini membuat banyak
perusahaan hanya fokus untuk membuat laporan keuangan yang mencerminkan
laba dan asset yang baik. Untuk memenuhi penyusunan laporan keuangan yang
mencerminkan laba dan asset yang baik, tidak jarang perusahaan melakukan
eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam yang ada sehingga pada
akhirnya alam yang menjadi korban bagi tujuan perusahaan untuk mendapatkan
nilai yang baik di mata investor.
Akibat dari eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam dan lingkungan
yang dilakukan oleh perusahaan secara terus menerus, maka dampak negatif
seperti kerusakan pada lingkungan dan kesenjangan sosial akan terjadi. Jika hal
ini dibiarkan terus menerus maka pada akhirnya perekonomian Indonesia akan
hancur seiring dengan hancurnya alam dan lingkungan akibat perbuatan
perusahaan yang tidak bertanggung jawab. Namun tidak semua perusahaan
berdiam diri melihat eksploitasi berlebihan terhadap alam dan lingkungan,

2

beberapa perusahaan sudah memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya terhadap
alam dan lingkungan. Tanggung jawab perusahaan terhadap alam dan lingkungan
ini dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR).
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup Corporate Social Responsibility (CSR)
bukan sekedar trend sosial saja, namun merupakan sinergi dari upaya yang
berkelanjutan untuk menginformasi program-program sosial demi menciptakan
ekonomi yang lebih ramah lingkungan dengan melibatkan para pelaku
pembangunan untuk bekerjasama dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan hidup merupakan masalah yang tidak
dapat diatasi oleh sepihak atau satu organisasi saja, melainkan membutuhkan
kontribusi dari berbagai pihak, baik pemerintah, dunia usaha, maupun kelompok
atau organisasi masyarakat yang peduli terhadap lingkungan hidup. Hal ini karena
permasalahan lingkungan hidup berkaitan dengan persoalan-persoalan lain seperti
kemiskinan, good corporate governance, ekonomi, dan sosial.
Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarela/komitmen
yang dilakukan perusahaan di dalam mempertanggungjawabkan kegiatan
perusahaannya, melainkan bersifat wajib/menjadi kewajiban bagi beberapa
perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal ini diatur dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang
disahkan pada 20 Juli 2007 (Kusumadilaga, 2010). Perusahaan yang menerapkan
Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki tujuan menarik loyalitas
konsumen sebanyak-banyaknya yang pada akhirnya akan meningkatkan laba dan
nilai perusahaan di mata investor.

3

Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan.
Semakin meningkatnya nilai perusahaan maka akan semakin baik untuk
perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan juga memberikan kemakmuran kepada
pemegang saham, dengan demikian pemegang saham akan meningkatkan
investasinya bagi perusahaan. Meningkatnya nilai perusahaan sangat dipengaruhi
oleh struktur kepemilikan. Menurut Permanassari (2010), dua aspek yang perlu
dipertimbangkan ialah (1) konsentrasi kepemilikan perusahaan oleh pihak luar
(outsider ownership concentration) dan (2) kepemilikan perusahaan oleh
manajemen (management ownership).
Konflik antara manajer dan pemegang saham atau yang sering disebut dengan
masalah keagenan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan
yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut sehingga timbul
biaya keagenan (agency cost). Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency
cost, diantaranya dengan adanya kepemilikan saham oleh manajemen dan
kepemilikan saham oleh institusional (Permanasari, 2010). Dalam penelitian ini,
hanya kepemilikan saham oleh manajemen saja yang akan digunakan untuk
mengurangi agency cost. Hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan
akan diperkuat oleh kepemilikan manajerial karena semakin besar proporsi
kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat
untuk kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah dirinya
sendiri (Gray et al. 1998 dalam Rahayu, 2010). Dengan kepemilikan saham oleh
manajerial, manajemen dalam perusahaan akan termotivasi untuk meningkatkan
nilai perusahaan untuk pemegang saham dan dirinya sendiri.

4

Menurut Morck et al., dan Mc Connel dalam Permanasari (2010), secara empiris
mengeksporasi hubungan antara struktur kepemilikan dan nilai perusahaan yang
diproksi dengan nilai Tobin’s Q menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan
mempengaruhi nilai perusahaan. Begitu pula Jensen and Meckling (1976)
menunjukan struktur kepemilikan mempengaruhi nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini, Corporate Social Responsibility (CSR) dan kepemilikan
manajerial dijadikan variabel independen yang langsung mempengaruhi nilai
perusahaan karena tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan dan
kepemilikan saham oleh manajerial akan meningkatkan nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini berjudul “ Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Kepemilikan
Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan.”
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan ?
2. Apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan.
2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap nilai perusahaan.

5

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi perusahaan, agar perusahaan dapat mengetahui dan menerapkan
tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat dan lingkungan, serta memiliki
pandangan bahwa kepemilikan manajerial mempengaruhi nilai perusahaan.
2. Bagi investor, agar mempunyai bahan pertimbangan lain untuk menilai
perusahaan sebelum melakukan investasi.
3. Bagi masyarakat, agar masyarakat mengetahui hak-hak yang seharusnya
diperoleh dari perusahaan yang memakai sumber daya alam dan lingkungan
dalam kelangsungan usaha.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Stakeholder
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an,
yang secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya sebagai kumpulan
kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai,
pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta
komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara
berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value)
secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha.
(Freeman et al. 2002 dalam Kusumadilaga, 2010).
Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan
memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stakeholder), namun
lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan
sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk
kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau
klaim terhadap perusahaan (Untung, 2008 dalam Kusumadilaga,2010).

7

Menurut The Clarkson Centre for Business Ethics (1999) stakeholder perusahaan
dibagi kedalam dua bentuk besar yaitu primary stakeholders dan secondary
stakeholders. Primary stakeholders merupakan pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung risiko seperti
misalnya investor, kreditor,karyawan, komunitas lokal namun disisi lain
pemerintah juga termasuk kedalam golongan primary stakeholders walaupun
tidak secara langsung mempunyai hubungan secara ekonomi namun hubungan
diantara keduanya lebih bersifat non-kontraktual. Bentuk yang kedua adalah
secondary stakeholders dimana sifat hubungan keduanya saling mempengaruhi
namun kelangsungan hidup perusahaan secara ekonomi tidak ditentukan oleh
stakeholder jenis ini. Contoh secondary stakeholders adalah media dan kelompok
kepentingan seperti lembaga sosial masyarakat, serikat buruh, dan sebagainya.
Perkembangan teori stakeholders membawa perubahan terhadap indikator
kesusuksesan perusahaan.
2.1.2 Agency Theory
Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul
ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Permanasari,
2010). inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan
(principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer). Kepemilikan diwakili oleh
investor yang mendelegasikan kewenangan kepada agen dalam hal ini manajer
untuk mengelola kekayaan investor. Investor mempunyai harapan bahwa dengan

8

mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut, mereka akan memperoleh
keuntungan dengan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran investor
(Darmawati et al. 2005 dalam Rahayu, 2010).
Prinsip utama dalam teori keagenan adalah hubungan antara pihak principal yaitu
dalam hal ini investor dan pihak agent yaitu manajer terikat dalam suatu kontak
kerja. Dalam teori keagenan, kepentingan individu yang sangat diutamakan oleh
kedua pihak, baik investor maupun manajer. Hubungan keagenan akan menjadi
masalah jika tujuan principal dan agent berbeda. Principal atau pemilik modal
hanya menginginkan nilai return dan nilai tambah dari investasinya dalam arti
menambah kekayaan dan kemakmuran bagi pemilik modal. Sedangkan agent atau
manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan dan kemakmuran bagi
para manajer. Hal ini yang menyebabkan terjadinya konflik antara pemilik modal
dengan manajer.
Manajer sebagai pihak yang diberi wewenang atas kegiatan perusahaan dan
berkewajiban menyediakan laporan keuangan akan cenderung untuk melaporkan
sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya dan mengorbankan kepentingan
pemegang saham (Permanasari, 2010). Dalam hal ini manajer sebagai pengelola
perusahaan pasti lebih banyak tahu informasi perusahaan baik internal maupun
eksternal dibandingkan pihak pemilik modal. Hal ini yang menyebabkan
terkadang atau sering laporan keuangan yang diterima pemilik modal tidak sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya sehingga memicu terjadinya konflik antara
pemilik modal dengan manajer.

9

Menurut Eisenhardt dikutip oleh Ujiyantho dan Pramuka (2008) dalam
Permanasari (2010), ada tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang
teori agensi yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self
interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk
averse).
Menurut Jensen dan Meckling dalam Siti Muyassaroh (2008), adanya masalah
keagenan memunculkan biaya agensi yang terdiri dari:
1. The monitoring expenditure by the principle, yaitu biaya pengawasan yang
dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengawasi perilaku dari agen dalam
mengelola perusahaan.
2. The bounding expenditure by the agent (bounding cost), yaitu biaya yang
dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak bertindak yang
merugikan prinsipal.
3. The Residual Loss, yaitu penurunan tingkat utilitas prinsipal maupun agen
karena adanya hubungan agensi.
2.1.3 Corporate Social Responsibility (CSR) atau Pertanggungjawaban Sosial
Perusahaan
Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya
dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi
di bidang hukum (Darwin, 2004 dalam Anggraini, 2006).

10

Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD),
Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan
didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan
serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun
masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang
bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.
Menurut Carroll dikutip dari Dwi Kartini (2009), konsep CSR memuat
komponen-komponen sebagai berikut:
1. Economic responsibilities
Tanggung jawab sosial perusahaan yang utama dalah tanggung jawab
ekonomi karena lembaga bisnis terdiri dari aktivitas ekonomi yang
menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara menguntungkan.
2. Legal responsibilities
Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan mentaati hukum dan peraturan
yang berlaku yang pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga
legislatif.
3. Ethical responsibilities
Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis yaitu
menunjukan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara
perorangan maupun kelembagaan untuk menilai suatu isu di mana penilaian
ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu
masyarakat.

11

4. Discretionary responsibilities
Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat
bagi mereka.
Menurut Daniri (2007) dalam Kusumadilaga (2010), CSR lahir dari desakan
masyarakat atas perilaku perusahaan yang biasanya selalu fokus untuk
memaksimalkan laba, menyejahterakan para pemegang saham, dan mengabaikan
tanggung jawab sosial seperti perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya
alam, dan lain sebagainya. Hal ini juga diatur oleh Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, sehingga CSR tidak lagi bersifat
sukarela/komitmen tetapi menjadi wajib bagi perusahaan untuk menerapkannya.
CSR sekarang bukan dianggap sebagai cost melainkan strategi perusahaan untuk
menarik dan menjaga loyalitas konsumen atau masyarakat.
2.1.4 Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan
Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai corporate social
reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas
tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam
masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan (Gray et al. 1987).
Pengungkapan sosial adalah pengungkapan informasi tentang aktivitas perusahaan
yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan. Pengungkapan sosial
dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain laporan tahunan, laporan
sementara, prospektus, pengumuman kepada bursa efek atau melalui media massa
(Kusumadilaga, 2010).

12

Hendriksen (dalam Rika dan Ishlahuddin, 2008 dalam Permanasari, 2010),
mendefinisikan pengungkapan (disclosure) sebagai penyajian informasi yang
dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien.
Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan
informasi wajib dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pada peraturan atau
standar tertentu, dan ada yang bersifat sukarela (voluntary) yang merupakan
pengungkapan informasi tambahan dari perusahaan.
Zuhroh dan Putu (2003) dalam Permanasari (2010) menyebutkan tema-tema yang
termasuk dalam wacana Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial adalah:
1.

Kemasyarakatan
Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan,
misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni serta
pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.

2.

Ketenagakerjaan
Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam
perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi : rekruitmen, program
pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi dan lainnya.

3.

Produk dan Konsumen
Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain
pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan,
kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya.

4.

Lingkungan Hidup
Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi
pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan

13

perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan
konversi sumber daya alam.
Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat
voluntary (sukarela), unaudit (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi
oleh peraturan tertentu). Pengungkapan sosial yang digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan standar GRI (Global Reporting Initiative). Global
Reporting Iniative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah
mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka
laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan
perbaikan dan penerapan di seluruh dunia. Indikator-indikator GRI yang
digunakan adalah:
1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator)
2. Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator)
3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator)
4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights performance indicator)
5. Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator)
6. Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance indicator)
2.1.5 Kepemilikan Manajerial
Menurut Barnhart dan Rosenstein (1998) dalam Lastanti (2004) dalam Rahayu
(2010), mekanisme CG dibagi menjadi dua, yaitu internal mechanism (mekanisme
internal), seperti komposisi dewan direksi/komisaris, kepemilikan manajerial, dan
kompensasi eksekutif. Mekanisme yang kedua yaitu external mechanism
(mekanisme eksternal), seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing.

14

Mekanisme Corporate Governance yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan
saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Semakin tinggi kepemilikan
manajerial, maka pihak manajemen akan berusaha semaksimal mungkin dalam
memperoleh laba. Hal ini disebabkan karena pihak manajemen akan memperoleh
laba jika perusahaaan memperoleh laba.
Jansen dan Meckling (1976) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan
bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan
kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Ross et al. 1999 dalam Siallagan
dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manjemen
dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha untuk
meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk
kepentingannya sendiri.
Shliefer dan Vishny (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa
kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif
untuk memonitor. Menurut Jensen dan Meckling (1976), ketika kepemilikan
saham oleh manajemen rendah maka ada kecenderungan akan terjadinya perilaku
opportunistic manajer yang meningkat juga. Dengan adanya kepemilikan
manajemen terhadap saham perusahaan maka dipandang dapat menyelaraskan
potensi perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham lainnya
sehingga permasalahan antara agen dan prinsipal diasumsikan akan hilang apabila
seorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham (Permanasari, 2010).

15

2.1.6 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, karena
nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga
saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai
perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para
professional. Para professional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris
(Nurlela dan Islahuddin, 2008).
Menurut Christiawan dan Tarigan (2007) dalam Rahayu (2010), terdapat beberapa
konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain:
1. Nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar
perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga
ditulis jelas dalam surat saham kolektif.
2. Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawarmenawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham
perusahaan dijual di pasar saham.
3.

Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu
perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar
harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis
yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.

4.

Nilai buku, adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep
akuntansi.

16

5.

Nilai likuidasi itu adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para
pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung berdasarkan neraca performa
yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan likuidasi.

Ada beberapa konsep dasar penilaian yaitu: nilai ditentukan untuk suatu waktu
atau periode tertentu; nilai harus ditentukan pada harga yang wajar; penilaian
tidak dipengaruhi oleh kelompok pembeli tertentu (Kusumadilaga, 2010). Secara
umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian
perusahaan, di antaranya adalah: a) pendekatan laba antara lain metode rasio
tingkat laba atau price earning ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba; b)
pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas; c) pendekatan dividen
antara lain metode pertumbuhan dividen; d) pendekatan aktiva antara lain metode
penilaian aktiva; e) pendekatan harga saham; f) pendekatan economic value
added.
Nilai perusahaan digunakan sebagai tolak ukur kekayaan suatu perusahaan atau
keberhasilan dalam mengelola perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dilihat
dari harga saham perusahaan itu sendiri. Suatu perusahaan juga dikatakan
memiliki nilai yang baik jika memiliki tata kelola dan kinerja perusahaan yang
baik juga.
Jadi semakin tinggi nilai perusahaan maka perusahaan menunjukkan prospek
pertumbuhan yang baik. Artinya, nilai pasar asset lebih besar daripada nilai buku
asset. Hal ini yang mempengaruhi pandangan investor untuk menanamkan modal
di perusahaan tersebut.

17

2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian empiris terdahulu tentang CSR, GCG, nilai perusahaan, dan
profitabilitas antara lain:
1. Yuniasih dan Wirakusuma (2007) dalam Rahayu (2010) meneliti pengaruh
kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan mempertimbangkan CSR
dan corporate governance sebagai variabel moderasi. Kinerja keuangan
diproksikan dengan ROA, sedangkan corporate governance diproksikan
dengan kepemilikan manajerial. Hasilnya mengindikasikan bahwa ROA
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, pengungkapan CSR dapat
memoderasi hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan, akan tetapi
kepemilkan manajerial tidak dapat memoderasi hubungan antara ROA dengan
nilai perusahaan.loparan tahunan.
2. Nurlela dan Islahuddin (2008) dalam Kusumadilaga (2010) meneliti tentang
pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan
dengan kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating, dengan
mengambil sampel perusahaan-perusahaan sektor non keuangan yang terdaftar
di BEJ untuk tahun 2005. Berdasarkan Indonesian Capital Market Directory
perusahaan yang terdaftar di BEJ selama tahun 2005 berjumlah 340
perusahaan, setelah diolah ternyata hanya menggunakan 41 perusahaan di
dalam penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate Social
Responsibility, prosentase kepemilikan, serta interaksi antara Corporate Social
Responsibility dengan prosentase kepemilikan manajemen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

18

3. Kusumadilaga (2010) meneliti tentang pengaruh Corporate Social
Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variable
moderating. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Corporate Social
Responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, profitabilitas
sebagai variable moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan Corporate
Social Responsibility dan nilai perusahaan, serta terdapat perbedaan luas
pengungkapan CSR periode sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
4. Permanasari (2010) meneliti tentang pengaruh kepemilikan manajemen,
kepemilikan institusional, dan CSR terhadap nilai perusahaan. Hasil dari
penelitian ini adalah kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan CSR berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan.
2.3 Model Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka peneliti memiliki kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Corporate Social Responsibility (GRI)

Nilai Perusahaan (Tobin’s Q)
Kepemilikan Manajerial
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

19

2.4Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan
Perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility pasti ingin berhasil
dalam pelaksanaannya. Komitmen bersama dari segala unsur yang ada dalam
perusahaan itu sendiri yang akan menentukan keberhasilan perusahaan mencapai
tujuannya. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan.
Untuk mencapai tujuan ini perusahaan harus memiliki keseimbangan antara
dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Survei yang dilakukan BoothHarris Trust Monitor pada tahun 2001 dalam Sutopoyudo (2009) dalam
menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang
mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif. Banyak manfaat yang diperoleh
perusahaan dengan pelaksanan corporate social responsibility, antara lain produk
semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor (Kusumadilaga,
2010).
Dalam hal ini, perusahaan yang menerapkan banyak kegiatan CSR akan
mendapatkan citra yang baik dari masyarakat maupun konsumen. Dengan
demikian produk perusahaan semakin banyak diminati oleh masyarakat maupun
konsumen. Perusahaan juga akan diminati oleh investor, karena memiliki citra
yang baik dalam masyarakat sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Pengaruh
pelaksanaan CSR dalam nilai perusahaan akan dilihat dari dari harga saham dan
laba yang akan diperoleh oleh perusahaan. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh
secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan memperhatikan dimensi
ekonomi, sosial dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan

20

keseimbangan antara kepentingan-kepentingan ekonomi, lingkungan dan
masyarakat (Kusumadilaga, 2010). Dimensi-dimensi tersebut terdapat dalam
pelaporan Corporate Social Responsibility. Hasil dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Kusumadilaga (2010) menyatakan bahwa Corporate Social
Responsibility (CSR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis yang digunakan sebagai berikut :
H₁: Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
2.4.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan
Perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance atau tata kelola
perusahaan pasti memiliki tujuan untuk menjadi perusahaan yang pengelolaannya
terorganisir dengan baik. Tujuannya dari GCG adalah mengurangi atau mencegah
dari perbuatan-perbuatan atau perilaku-perilaku yang tidak etis dan dapat
menghancurkan perusahaan. Hal ini juga akan mengacu kepada peningkatan nilai
perusahaan. Mekanisme yang yang digunakan dalam Good Corporate
Governance adalah kepemilikan manajerial. Menurut Wahyudi dan Pawestri
(2006) dalam Rahayu (2010), kepentingan pemegang saham, debtholders, dan
manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah (agency
problem). Hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan akan diperkuat
oleh kepemilikan manajerial karena semakin besar proporsi kepemilikan
manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk

21

kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah dirinya sendiri
(Gray et al. 1998 dalam Rahayu, 2010). Penerapan kepemilikan manajerial dalam
perusahaan diharapkan akan meningkatkan harga saham, dengan demikian nilai
perusahaan akan meningkat.
Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis yang digunakan sebagai berikut:
H₂: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI, dengan alasan : perusahaan-perusahaan manufaktur lebih banyak
mempunyai pengaruh/dampak terhadap lingkungan di sekitarnya sebagai akibat
dari aktivitas yang dilakukan perusahaan.
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive Sampling.
Adapun kriteria sampel yang akan digunakan yaitu:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk tahun 2009 sampai 2011.
2. Menyediakan laporan tahunan lengkap selama tahun 2009 sampai 2011.
3. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variable-variabel yang digunakan
dalam penelitian.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian periode 2009-2011
Kriteria Sampel
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk tahun 20092011
Tidak tersedia laporan tahunan lengkap selama tahun 2009-2011
Tersedia laporan tahunan lengkap selama tahun 2009-2011
Data yang tidak memiliki kepemilikan manajerial
Sampel penelitian
Data sekunder yang diolah, 2013

Jumlah
Perusahaan
115
(32)
83
(53)
30

23

3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
laporan tahunan perusahaan periode tahun 2009-2011. Data yang digunakan
merupakan data yang dapat diperoleh dari annual report dan Indonesian Capital
Market Directory yang didapat melalui pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) dari
website www.idx.co.id.
3.3 Operasional Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel yang lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Corporate Social Responsibility dan kepemilikan manajerial.
3.3.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)
Pengungkapan CSR yang digunakan adalah standar GRI (Global Reporting
Initiative). Terdapat tiga fokus utama dalam penilaian, yaitu:
1. Ekonomi
Dimensi ekonomi menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak pada
kondisi ekonomi dari stakeholder dan sistem ekonomi pada tingkat lokal,
nasional, dan tingkat global. Indikator ekonomi terkait dengan arus modal di
antara berbagai pemangku kepentingan dan dampak ekonomi utama dari
organisasi seluruh masyarakat.

24

2. Lingkungan
Dimensi lingkungan menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak pada
kehidupan di dalam sistem alam, termasuk ekosistem, tanah, udara, dan air.
Indikator kinerja lingkungan terkait dengan input (bahan, energi, air) dan
output (emisi/gas, limbah sungai, limbah kering/sampah).
3. Sosial
Dimensi sosial menyangkut keberlanjutan sebuah organisasi telah berdampak
di dalam sistem sosial yang beroperasi. Indikator kinerja sosial GRI
mengidentifikasi kunci aspek kinerja yang meliputi praktek perburuhan/tenaga
kerja, hak asasi manusia, masyarakat/sosial, dan tanggung jawab produk.
Penghitungan CSR dilakukan dengan menggunakan variable dummy yaitu :
Score 0: Jika perusahaan tidak mengungkapkan item pada daftar pertanyaan.
Score 1: Jika perusahaan mengungkapkan item pada daftar pertanyaan.
Pengukuran kemudian dilakukan berdasarkan indeks pengungkapan masingmasing perusahaan yang dihitung melalui jumlah item yang sesungguhnya
diungkapkan perusahaan dengan jumlah semua item yang mungkin diungkapkan
(Bambang Suripto, 1999), yang dinotasikan dalam rumus sebagai berikut:


CSD = 

Keterangan:

CSD = indeks pengungkapan perusahaan
n = jumlah item pengungkapan yang dipenuhi
k = jumlah semua item pengungkapan

25

3.3.1.2 Kepemilikan Manajerial
Pengukuran kepemilikan manajerial menggunakan rumus :
Kepemilikan
Manajerial

= % kepemilikan saham oleh manajer, direktur, komisaris

(KM)

Jumlah saham beredar

3.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai
perusahaan. Pengukuran nilai perusahaan menggunakan Tobin’s Q. Alat ukur
Tobin’s Q ini telah digunakan oleh Kusumadilaga, Rahayu dan Permanasari
(2010). Tobin’s Q diukur dengan rumus:
Q = ( EMV + D)
( EBV + D)
Keterangan:


Q = Nilai Perusahaan



EMV ( Nilai Pasar Ekuitas) = P (Closing Price) x Qshares (Jumlah saham
yang beredar)



D ( Debt ) = Nilai buku dari total hutang



EBV = Nilai buku dari total aktiva

26

3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan
atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini juga
dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang digunakan
tidak terdapat multikolonieritas dan heteroskedastisitas serta untuk memastikan
bahwa data yang dihasilkan berdistribusi normal (Ghozali, 2006 dalam
Kusumadilaga, 2010).
3.4.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2007 dalam
Rahayu, 2010). Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan :
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
2.

Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi

27

Uji normalitas menggunakan grafik dapat menyesatkan, maka uji grafik harus
dilengkapi dengan uji statistik yang lain. Uji statistik lain yang dapat digunakan
untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesi :
H₀: Data residual berdistribusi normal
Ha: Data residual tidak berdistribusi normal
3.4.1.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2005 dalam Rahayu,
2010). Untuk menguji multikolinearitas dengan cara melihat nilai VIF (Variance
Inflation Factor) masing-masing variabel independen, jika nilai VIF < 10, maka
dapat disimpulkan data bebas dari gejala multikolinearitas.
3.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Tujuan uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya ( Ghozali, 2007 dalam Rahayu, 2010). Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas, yaitu jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap.
3.4.2

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR), nilai perusahaan dan profitabilitas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian

28

ini adalah nilai minimum, nilai maximum, mean, dan standar deviasi
(Kusumadilaga, 2010).
3.4.3

Analisis Regresi

Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis
statistik yaitu:
1. Analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis)
Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + e
Keterangan:
Y= Nilai Perusahaan
α =Konstanta
β₁ - β2=Koefisien Regresi
X₁=Corporate Social Responsibility (CSR)
X2=Kepemilikan Manajerial
E=Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
3.5 Pengujian Hipotesis
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel
dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk
mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel
dependen berdasarkan nilai variabel yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam
Ghozali, 2006 dalam Kusumadilaga, 2010). Pengujian statistik yang dilakukan
adalah:

29

1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F digunakan untuk menguji tingkat pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara bersama-sama. Dalam uji F kesimpulan yang
diambil adalah dengan melihat signifikansi (α) dengan ketentuan:
α > 5%: H0 diterima
α < 5%: H0 ditolak
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pada uji statistik t, nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel,
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Bila t hitung > t tabel atau probabilitas < tingkat signifikansi (Sig < 0,05),
maka Ha diterima dan Ho ditolak, variabel independen berpengaruh
terhadap variable dependen.
b. Bila t hitung < t tabel atau probabilitas > tingkat signifikansi (Sig > 0,05),
maka Ha ditolak dan Ho diterima, variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variable dependen.

BAB V
SIMPULAN

5.1 Simpulan
Penelitian ini menguji Corporate Social Responsibility (CSR) dan kepemilikan
manajerial terhadap nilai perusahaan dengan 90 sampel perusahaan dari tahun
2009 – 2011. Dari dua hipotesis yang diajukan, satu hipotesis diterima dan satu
hipotesis ditolak. Berikut simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini:
1. Variabel Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hasil ini membuktikan bahwa semakin tinggi
Corporate Social Responsibility (CSR) akan meningkatkan nilai perusahaan.
Hal ini disebabkan karena CSR membawa citra baik di mata konsumen dan
investor, semakin tinggi CSR yang dilakukan maka semakin banyak
konsumen dan investor yang tertarik menginvestasikan sahamnya.
2. Variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil ini membuktikan bahwa rendahnya kepemilikan saham oleh manajemen
mengakibatkan pihak manajemen belum merasa ikut memiliki perusahaan
sehingga tidak dapat memaksimalkan utilitas yang ada dalam perusahaan

48

5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik
lagi, diantaranya adalah:
1. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel saja dari Good Corporate
Governance (GCG), yaitu kepemilikan manajerial.
2. Terdapat keterbatasan dalam meneliti Corporate Social Responsibility (CSR)
Hal ini dikarenakan sulitnya memperoleh data dari annual report dan
sustainability report yang dipublikasikan di situs internet, serta tidak semua
perusahaan menggunakan Global Reporting Initiative (GRI) untuk mengukur
CSR.
3. Perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini hanya 30
perusahaan tiap tahunnya dalam periode 2009 – 2011.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan dan
keterbatasan pada penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui
hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu:
1. Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan sampel yang lebih luas lagi
agar hasil yang didapat memiliki cakupan yang luas juga.
2. Untuk mengukur CSR disarankan untuk mencari sampel yang menggunakan
proksi GRI atau proksi lainnya yang seragam. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah mengukur CSR dalam perusahaan.

49

3. Disarankan untuk menambah variabel Good Corporate Governance (GCG)
dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi, Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta. Penerbit: Salemba Empat.
Anggraini, Fr. R. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.
Dwi Kartini. 2009. Corporate Social Responsibility, Transformasi Konsep
Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia. Bandung: PT
Refika Aditama.
Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responbility Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Muyassaroh, Siti. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan
Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan pada Perusahaan yang Go
Public di BEI. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Permanasari, Wien Ika. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan
Institusional, dan Corporate Social Responbility Terhadap Nilai
Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Rahayu, Sri. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Pengungkapan Corporate Social Responbility dan Good
Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi IX. Padang.
Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate
Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan
Usaha. Jakarta: Penerbit Lembaga Kajian Pasar Modal dan Keuangan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Sutopoyudo. 2009. Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)
terhadap Profitabilitas Perusahaan. Sutopoyudo’s Weblog at
http://www.wordpress.com.

Referensi Website:
http://www.hukumonline.com
http://www.google.com
http://www.idx.co.id
http://www.globalreporting.org
http://irwanirawan.com

Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilkan asing terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013

0 89 119

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Csr), Firm Size, Dan Struktur Modal Terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013)

0 85 100

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 38 84

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 38 122

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 68 88

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 103

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72

Pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap profitabilitas dana reputasi perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia)

0 14 133

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bu

0 2 11

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indone

0 3 19