Bentuk – Bentuk Musyawarah MUSYAWARAH DALAM SURAT ALI IMRON 159 MENURUT PERSPEKTIF PARA MUFASSIR.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id persis sama pada awal perkembangan Islam. Misalnya kita tidak bisa temukan contoh dan model lembaga parlemen di masa itu,yang memang belum ada di dunia sebelum modern. 48 Meskipun di Mekah juga terdapat lembaga musyawarah, misalnya yang diselenggarakan di rumah Quraisy Ibn Kilab, yang disebut Dar al-Nadwah, beranggota para pemuka kabilah yang disebut mala ‟ . Kegiatan Tasyawwur ini juga biasa dilakukan di antara orang-orang yang berpengaruh. Ini merupakan Tradisi unik di kalangan suku-suku Badui dan golongan elite plutokrat. Mereka tidak saja bermusyawarah dalam memecahkan suatu masalah bersama, tetapi mereka juga memiliki kebiasaan memilih pemimpin. 49 Menurut Asghar Ali Engineer seorang penulis modern dari India, seperti dikutip Dawam Rahardjo, beliau menamakan tradisi itu sebagai tribal democracy, atau demokrasi kesukuan. 50 Gambaran di atas memberi kesan, bahwa sesungguhnya al- Qur‟an melegitimasi tradisi yang sudah ada dan dianggap baik. Hanya saja diberi makna baru, seperti halnya lembaga musyawarah dan pranata musyawarah ini, diangkat dan dikukuhkan oleh wahyu. Karena itu, Syura adalah lembaga dan pranata yang bukan saja sunnah Nabi, tetapi merupakan perintah Allah dan al- Qur‟an. Sementara itu redaksi perintah dalam surah Ali Imran ayat 159 secara tegas menunjukkan bahwa perintah musyawarah itu ditujukan kepada nabi Muhammad Saw. Hal ini mudajh dipahami dengan melihat redaksi perintahnya yang berbentuk tunggal. 48 Ibid, 444 49 Ibid, 445 50 Ibid, 446 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Akan tetapi, para pakar al- Qur‟an menurut Quraish Shihab, sepakat bahwa perintah Musyawarah ditujukan kepada semua orang. Bila Nabi Saw. saja diperintahkan oleh Al- Qur‟an untuk bermusyawarah, padahal beliau orang ma‟ sum, apalagi manusia-manusia selain beliau. 51 Hal lain yang penting dikemukakan sekitar musyawarah dalam al- Qur‟an adalah hukum bermusyawarah, al-Fakhr al-Razi dalam menafisrkan surah Ali-Imran 159 di atas, berpendapat bahwa perintah itu secara lahiriah adalah bermakna wajib. Karena itu menurutnya, firman Allah “Dan bermusyawarahlah dengan mereka, berarti wajib. Artinya, perintah menunjukkan atas kewajiban selama tidak ada indikasi yang mengubah wajib menjadi sunnah. 52 Ibn Atiyyah berkata bahwa musyawarah termasuk salah satu kaedah syari‟at dan ketetapan hukum. Pemimpin yang tidak bermusyawarah dengan ahli ilmu dan agama, maka ia wajib diberhentikan. Tidak ada yang menyalahi hal itu. Dengan demikian, musyawarah termasuk salah satu ketetapan hukum yang tidak boleh ditinggalkan. 53 Al-Jassas bahkan membantah pendapat yang mengatakan bahwa musyawarah itu tidak wajib. Dia menolak jika dikatakan perintah musyawarah itu hanya untuk menyenangkan hati para sahabat dan memuliakan kedudukan mereka, sebagaimana yang diyakini sebagian fuqaha. Sebab, jika para sahabat yang dimintai pendapat sudah tahu bahwa walaupun mereka mengerahkan segala pikiran dalam mengeluarkan usulan pada masalah yang dimusyawarahkan itu, tetap usulan mereka tidak akan dipakai dan 51 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, kesan dan keserasian al- Qur‟an, Vol. II Cet. I; Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000, 475 52 Al-Fakhr al-Razi, Tafsir al-Kabir, Juz IX, 67. 53 Al- Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi, Juz IV, 49. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id diterima. Maka, pastilah tidak menyenangkan hati mereka dan ini berarti pula para sahabat tidak dimuliakan kedudukan mereka. Dan secara tidak langsung sebagai informasi bahwa pendapat mereka tidak akan diterima dan tidak mungkin direalisasikan. Dengan demikian penafsiran tersebut sangat tidak tepat. Kendati demikian, walaupun mayoritas ulama fiqh berpendapat bahwa musyawarah itu wajib, namun ada sebagian yang berpendapat bahwa perintah musyawarah itu perintahnya bersifat sunnah, bukan wajib. 54 Dari aspek ini, bermusyawarah dapat dianggap sebagai suatu unsur dari berbagai unsur kepribadian yang penuh dengan keimanan yang sesungguhnya, disamping kesucian hati penuh iman, tawakkal, dan penyucian anggota badan dari dosa dan perbuatan keji. Juga sikap pendekatan diri kepada Allah dengan mendirikan shalat dan menjalin ukhuwah dengan jalan musyawarah, demikian halnya dengan berinfak di jalan Allah. Surah al-Syura 42: 38 ini turun sebagai pujian kepada muslim Madinah yang bersedia membela Nabi Saw. dan menyepakati hal tersebut melalui musyawarah yang mereka laksanakan di rumah Abu Ayyub al-Ansari. Namun demikian, ayat ini berlaku umum, mencakup setiap kelompok masyarakat yang hendak melaksanakan musyawarah. 55 54 Al-Jassas, Ahkam al- Qur‟an, Juz II, 330. 55 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, kesan dan keserasian al- Qur‟an, Vol. II Cet. I; Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000, 471 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB III PENAFSIRAN PARA MUFASSIR TENTANG AYAT-AYAT MUSYAWARAH

A. Penafsiran Surat Ali Imron Ayat 159

Dalam Al- Qur‟an banyak sekali terdapat ayat yang berkenaan dengan demokrasi akan tetapi karena terfokusnya penelitian ini maka, akan dijelaskan secara khusus satu ayat demokrasi yaitu dalam surat Ali Imron ayat 159. 1. Qs. Ali-Imran :159. ِم ٍةََْْر اَمِبَف َُ ْرِفْغَ تْساَو ْمُهْ َع ُفْعاَف َكِلْوَح ْنِم اوَّفْ نا ِبَّْقْلا َظيَِّغ اَّف َتُْك ْوَلَو ْمَُ َتِْل ِّلا َن ْم َيِّّكَوَ تُمْلا بُِ َّلا نِإ ِّلا ىََّع ْلكَوَ تَ ف َتْمَزَع اَذِإَف ِرْمأا ِِ ْمُْرِواَشَو 56 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Seekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma‟afkanlah mereka, mohonkanalah ampun bagi meeka, dan bermusyawarahlah demokrasi dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkal kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya ”. 57 Firmannya ْمَُ َتِْل ِّلا َنِم ٍةََْْر اَمِبَف ۖ , “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. “ 56 Ali-Imran : 159 57 Departemen Agama RI, al- Qur‟an dan Terjemahnya Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur‟an, 1992, h. 789. 29 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Firman Allah menjadi salah satu bukti bahwa karunia yang berupa rahmat kepada rasul-Nya, yaitu bahwa Allah SWT. Sendiri yang mendidik dan membentuk kepribadian Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana sabda beliau : “Aku dididik oleh Tuhanku”, maka sungguh baik hasil pendidikannya kepribadian beliau dibentuk sehingga bukan hanya pengetahuan yang Allah limpahkan kepada beliau melalui wahyu-wahyu Al- Quran, tetapi kalbu beliau disinari, bahkan totalitas wujud beliau merupakan rahmat bagi seluruh alam. 58 Semua perlakuan baik Nabi Muhammad berkat rahmat yang diturunkan Allah kedalam hatinya, dan Allah menghususkan hal itu kepada Nabi-nya. Karena Allah telah membekalinya dengan akhlaq Al-Quran yang luhur disamping hikmah-hikmah-nya yang agung. 59 Dengan itu Allah memuji Nabi-nya didalam ayat Al- Qur‟an mengenai kebaikan akhlaknya surat Al-Qalam : 4 yang berbunyi : ٍميَِّع ٍقُُّخ ٰىََّعَل َكنِإَو 60 “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. 61 Abdullah bin umar berkata ; Sesungguhnya aku telah menemukan sifat-sifat rasulullah dalam kitab-kitab yang terdahulu, bahwa ia tidaklah kasar dalam sikapnya tidaklah keras dalam hatinya dan tidak pula berteriak dan bersuara ramai dalam pasar, 58 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur‟an Vol II Jakarta : Lentera Hati,2002, 242 59 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Vol IV, Bairut : Daar Al-Fikr,tt, 193 60 Al-Quran, 68: 4 61 Al- Qur‟an dan terjemahan, 68:4 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id tidak membalas keburukan dengan keburukan, hatinya luhur dan penuh kasih saying dan suka member maaf dan ampun. 62 Ayat diatas adalah sesuai dengan ayat : ٌميِحَر ٌفوُءَر َيِِمْؤُمْلاِب ْمُكْيََّع ٌصيِرَح ْمتَِع اَم ِْيََّع ٌزيِزَع ْمُكِسُفْ نَأ ْنِم ٌلوُسَر ْمُكَءاَج ْدَقَل 63 “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang- orang mu‟min”. 64 Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Umamah bahwa rasulullah SAW bersabda : ا اي بّق َ يّي نم ي مؤ ا نم نا ةماما اب 65 “Hai abu umamah, ada diantara orang-orang mukmin yang hatiku menjadi lemah lembut terhadapnya” 66 . Pada ayat diatas menurut DR. M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah, ada tiga sifat secara berurutan disebut dan diperintahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Untuk dilaksanakan sebelum bermusyawarah, penyebutan ketiga hal itu, walaupun dari segi konteks turunnya ayat, mempunyai makna tersendiri yang berkaitan dengan perang uhud, namun dari segi pelaksanaan dan esensi musyawarah. Ia menghiasi diri Nabi 62 Abu Al- Fida‟ Ismail Ibnu Kasir Al-Dimasyqi, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Vol II Ter. Salim Bahreisy Surabaya : PT. Bina Ilmu, 236 63 Al-Quran, 9 : 128 64 Al- Qur‟an dan terjemahan, 9:128 82 Abu Abdillah Bin Muhammad Bin Hambal Al-Marwazi, Musnad Imam Ahmad Bin Hambal. Vol V Bairut: Dar Al Kutub Al-Ilmiah, 1993, 315 66 Ibid.315 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Muhammad Saw dan setiap orang yang melakukan musyawarah, setelah itu disebut lagi atau sikap yang harus diambil setelah adanya hasil musyawarah itu bulat tekadnya. Pertama : Berlaku lemah lembut, tidak kasar dan tidak berhati keras, seorang yang melakukan musyawarah, apalagi yang berada dalam posisi pemimpin, yang pertama ia harus hindari adalah tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala, karena jika tidak, maka mitra musyawarah akan bertebaran pergi. Kedua : Memberi maaf dan membuka lembaran baru dalam bahasa ayat diatas مُهْ َع ُفْعاَف ْ maaf secara harfiah berarti manghapus, mamafkan adalah menghapus bekas luka hati akibat perlakuan pihak pihak lain yang dinilai tidak wajar sedangkan kecerahan fikirannya hanya hadir bersamaan dengan sinarnya kekeruhan hati, disisi lain, yang bermusyawarah harus mempersiapkan mentalnya untuk selalu bersedia member maaf, karena boleh jadi ketika melakukan musyawarah terjadi perbedaan pendapat atau ada pendapat yang menyinggung perasaan bahkan bisa jadi mengubah musyawarah menjadi pertengkaran. Untuk mencapai yang terbaik dari suatu hasil musyawarah, hubungan dengan Tuhan pun harus harmonis itu sebabnya hal ketiga harus mengiringi musyawarah adalah permohonan maghfirah dan ampunan Ilahi ْمَُ ْرِفْغَ تْساَو pesan terakhir ilahi dalam