Terorisme Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pesan Berita Televisi Metro Tv dalam Pemberitaan Kasus Pengeboman Gereja di Solo T1 362008019 BAB II

17 melalui papan pengumuman, selebaran, leaflet atau spanduk tentu pengertiannya bukan lagi berita. Itu adalah pengumuman atau pemberitahuan. Berita TV bukan hanya sekedar melaporkan fakta tulisan narasi, tetapi juga gambar visual, baik gambar diam, seperti foto, gambar peta, grafis, maupun film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita dan mampu memikat pemirsa. Bagi berita TV, gambar adalah primadona atau paling utama daripada narasi. Kalau gambar berita yang disiarkan mampu bercerita banyak, maka narasi hanya sebagai penunjang saja. Berita TV tanpa gambar tidak ubahnya dengan berita radio. Harahap, 2007: 4 Dari definisi tersebut, maka berita TV dapat kita bagi menjadi tiga jenis, yaitu berita fakta peristiwa, berita fakta pendapat, dan berita fakta peristiwa dan fakta pendapat. Berita fakta peristiwa adalah laporan tentang segala sesuatu peristiwa sebagaimana adanya, misalnya, kebakaran, bencana alam, dan kecelakaan. Berita ini disusun hanya berdasarkan pengamatan wartawan di tempat kejadian perkara TKP. Berita fakta pendapat adalah laporan tentang pernyataan pendapat manusia mengenai segala sesuatu yang tengah aktual, misalkan pendapat pakar mengenai implikasi kenaikan BBM, pendapat bergbagai kalangan masyarakat mengenai 100 hari Kabinet Susilo Bambang Yudhoyono SBY dan tanggapan SBY atas komentar kinerja kabinetnya. Berita ini disusun hanya berdasarkan tanggapan saja dan tidak ada peristiwanya. Kemudian berita fakta peristiwa dan fakta pendapat adalah laporan tentang segala sesuatu peristiwa yang terjadi dan pendapat manusia yang berkompeten mengenai fakta peristiwa tersebut. Harahap, 2007: 5

2.3. Terorisme

Menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia terorisme arti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan terutama tujuan politik; praktik tindakan terror. Terorisme adalah suatu tindakan yang didasari sistem nilai dan cara pandang dunia, sehingga untuk memahaminya memerlukan suatu kerangka dan metodologi pemikiran yang biasa digunakan dalam tradisi filsafat. 18 Berbagai pendapat pakar dana badan pelaksana yang menangani masalah terorisme, mengemukakan tentang perngertian terorisme secara beragam. Terror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan atau mengkondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat yang lebih luas, daripada hanya pada jatuhnya korban kekerasan. Publikasi media massa adalah salah satu tujuan dari aksi kekerasan dari suatu terror, sehingga pelaku merasa sukses jika kekerasan dalam terorisme serta akibatnya dipublikasikan secara luas di mass media. Dalam perkembangannya lalu muncul suatu konsep yang memberi pengertian, bahwa terorisme adalah cara atau teknik intimidasi dengan sasaran sistematik, demi suatu kepentingan politik tertentu. Hendropriyono, 2009: 25 Menurut Wittgenstein bahwa the language games tata permainan bahasa itu meliputi bahasa perintah untuk dipatuhi, bahasa lelucon atau komedi, bahasa pertanyaan, bahasa orang berterimakasih, bahasa berdoa, bahasa orang memaki, dan sejenisnya. Setiap ragam permainan bahasa itu mengandung aturan tertentu, yang mencerminkan cirri khas dari corak permainan bahasa yang bersangkutan. Sebagaimana lazimnya dalam sebuah permainan, orang yang terlibat dalam permainan catur misalnya, mempunyai aturan sendiri yang tidak sama dengan permainan sepak bola, begitu pula halnya yang terjadi dalam tata permainan bahasa, masing-masing mempunyai aturannya sendiri-sendiri. Sebagai suatu realitas kehidupan, Terorisme adalah ungkapan dari pemikiran atau perasaan para pelakunya sehingga merupakan suatu bahasa yang mempunyai aturan sendiri dan tidak tunduk kepada aturan lain yang berlaku umum atau universal. Hendropriyono, 2009: 36-37 Tujuan para pelaku terorisme dan motivasinya di masa lalu beragam, yaitu demi keuntungan ekonomi gold , memperoleh gengsi sosial glory , memaksakan ideology, penafsiran keyakinan atau eksploitasi agama, kebudayaan, hegemoni, kekuasaan, dominasi cultural, ataupun pemaksaan konsep filsafati. Hendropriyono, 2009: 37 19

2.4. Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Etika Jurnalisme Televisi (Analisa Wacana Kritis Pemberitaan Ledakan Sarinah Jakarta di Metro Tv)

0 25 123

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Ideologi Politik Jokowi di Media Massa (Studi Kasus Pemberitaan di Metro TV, TV One, dan Kompas TV) T1 362010009 BAB I

0 1 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Ideologi Politik Jokowi di Media Massa (Studi Kasus Pemberitaan di Metro TV, TV One, dan Kompas TV) T1 362010009 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pesan Berita Televisi Metro Tv dalam Pemberitaan Kasus Pengeboman Gereja di Solo T1 362008019 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pesan Berita Televisi Metro Tv dalam Pemberitaan Kasus Pengeboman Gereja di Solo T1 362008019 BAB IV

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pesan Berita Televisi Metro Tv dalam Pemberitaan Kasus Pengeboman Gereja di Solo T1 362008019 BAB V

0 0 77

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pesan Berita Televisi Metro Tv dalam Pemberitaan Kasus Pengeboman Gereja di Solo T1 362008019 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pesan Berita Televisi Metro Tv dalam Pemberitaan Kasus Pengeboman Gereja di Solo

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pembauran Budaya pada Acara Grebeg Sudiro dalam Pemberitaan Koran Lokal di Solo : Solopos dan Joglosemar T1 362007087 BAB II

0 0 11

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Video Dokumenter Kompas TV “Sianida di Kopi Mirna” T1 BAB II

0 1 10