Sifat Monoton Pengharapan dalam Nyanyian dan Musik

Minggu. Jemaat yang datang dengan membawa harapan bahwa segala kepenatan dan masalah yang ada akan dipulihkan melalui penguatan dalam nyanyian dan firman, pulang dengan perasaan yang sama. 7 Mengenai hal ini penulis berpendapat, anggota jemaat kurang menikmati ibadah atau ibadah yang diselenggarakan tidak mengena. Mengena maksudnya ada menginspirasi jemaat melalui nyanyian, musik atau Firman. 8

3.4. Sifat Monoton

Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah yang dilaksanakan di GKMI Pecangaan adalah liturgi yang monoton. 9 Sinode GKMI menyediakan lebih dari satu liturgi lihat lampiran yang dapat digunakan dan dikreasikan oleh gereja lokal 10 , tetapi GKMI Pecangaan hanya menggunakan satu liturgi dari Minggu I sampai Minggu V. Tidak adanya variasi liturgi yang digunakan membuat anggota jemaat merasa jenuh. Di samping itu, liturgi yang digunakan belum mewakili sebuah liturgi yang autentik atau kontekstual. Liturgi yang ada masih berdasarkan buku panduan liturgi yang diterbitkan oleh Sinode GKMI. Ketiadaan variasi tidak hanya terdapat pada liturgi, tetapi pada praktek musik gereja yang ada. Hampir setiap Minggu, ibadah hanya menggunakan iringan solo synthesizer meskipun tim musik telah terjadwal. Beberapa anggota jemaat mengungkapkan bahwa mereka sangat menikmati nyanyian yang diiringi oleh tim 7 Wawancara dengan Sdri. MY, anggota jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012, pukul 20.13 WIB. 8 Wawancara dengan Pdt. KS, Pendeta Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 WIB. 9 Wawancara dengan Sdri. MY, anggota jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012 pukul 20.13 WIB. 10 BPH Sinode GKMI, Tata Dasar dan Tata Laksana Sinode GKMI, Semarang: Sinode GKMI, 2001, 27. keroncong pada sebuah ibadah. 11 Ini menyatakan bahwa Jemaat membutuhkan suatu variasi penggunaan alat musik dalam sebuah ibadah, sehingga ibadah benar-benar inspiratif dan menyegarkan.

3.5. Pengharapan dalam Nyanyian dan Musik

Nyanyian jemaat sebagai ekspresi iman orang percaya menjadi bagian yang penting dalam ibadah Kristen. Melalui nyanyian, jemaat diberi kesempatan untuk mengekspresikan kerinduannya untuk memuji Tuhan, mengungkapkan syukur, dan merefleksikan pengalaman hidup, oleh karena itu pemilihan nyanyian untuk peribadatan tidak seharusnya dipandang sebelah mata, sama seperti yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Dalam hal pemilihan nyanyian untuk ibadah di GKMI Pecangaan, Pendeta Jemaat lebih mendominasi daripada Komisi Kesenian atau Tim Musik. 12 Pemilihan nyanyian dilandaskan pada tema ibadah. 13 Tetapi seorang anggota jemaat berpendapat, beberapa terjadi ketidakcocokan antara nyanyian dengan unsur liturgi, contohnya adalah nyanyian yang dipilih untuk mengiringi pemberian persembahan dirasa tidak mewakili ungkapan syukur. 14 Untuk hal ini penulis berpendapat bahwa nyanyian tematik merupakan ide yang baik untuk memperkuat pelayanan Firman, sehingga biasa dinyanyikan sebelum atau sesudah pelayan Firman. Tetapi menggunakan nyanyian tematik pada sebuah unsur liturgi yang tidak tepat akan mengganggu penghayatan jemaat terhadap unsur liturgi yang dilalui. 11 Wawancara dengan Ibu DPA, Ibu Y, Bapak W, Bapak S, Bapak AS, Bapak SH, Sdri. MY, Sdr. H, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 29 Juli 2012. 12 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 WIB. 13 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 WIB. 14 Wawancara dengan Sdri. MY, anggota jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012 pukul 20.13 WIB. Kondisi ini ditambah dengan musisi yang hanya dibekali pelatihan musik dan latihan mandiri atau otodidak. 15 Tim Musik yang kurang memahami nyanyian yang diiringi, cenderung menggunakan intuisi untuk menentukan irama. Di samping itu Tim Musik tidak melaksanakan tugasnya sesuai jadwal yang telah disusun. Menurut seorang musisi gerejawi, Tim Senior bertugas di Minggu I dan III sedangkan Tim Junior pada Minggu II dan IV. 16 Namun pada kenyataannya iringan untuk ibadah didominasi permainan solo synthesizer. Tim Musik yang seharusnya berada di bawah koordinasi Komisi Kesenian tidak dapat bertugas sesuai jadwal dengan alasan kesibukan pekerjaan. 17 Komisi Kesenian sendiri tidak dapat melaksanakan tugasnya karena ketua komisi yang sedang dalam masa penggembalaan. 18 Kondisi ini membuat jemaat merindukan pelayanan musik yang lebih baik di masa yang akan datang. Pelayanan musik yang dipersiapkan dengan benar, sehingga tidak terkesan sebagai musisi yang ditunjuk mendadak untuk mengiringi ibadah. Sebagian anggota jemaat menyatakan bahwa nyanyian menjadi satu bagian penting dalam ibadah untuk mengantar mereka dalam suasana peribadatan. 19 Nyanyian menjadi sarana mempersiapkan hati untuk menyambut kehadiran Allah dalam ibadah dan firmanNya yang disampaikan pengkhotbah. Nyanyian dalam ibadah juga membantu jemaat untuk merefleksikan hidup mereka melalui ajaran Kekristenan, maksudnya melalui nyanyian, mereka dapat melihat apakah hidup 15 Wawancara dengan PK, majelis dan musisi gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 WIB. 16 Wawancara dengan PK, majelis dan musisi gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 WIB. 17 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 WIB dan PK majelis dan musisi gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 WIB. 18 Wawancara dengan PK, majelis dan musisi gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 WIB. 19 Wawancara dengan Sdri. PNS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, 21 Juli 2012; Sdri. MY, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012; Bapak DE, Bapak AP, Ibu S, Anggota Jemaat dan Simpatisan GKMI Pecangaan, Minggu 29 Juli 2012. mereka telah sesuai dengan nilai-nilai Kekristenan atau sebaliknya. Melalui nyanyian mereka dibantu untuk menyatakan syukur dan mengakui perbuatan dosa mereka setelah beraktivitas enam hari lamanya. Nyanyian yang berpadu dengan musik pengiring menjadi satu kesatuan untuk membangun suasana beribadah yang diharapkan tiap unsur liturgi. Tetapi sayangnya, musisi gereja yang ada hanya menganggap bahwa nyanyian dan musik hanya menjadi pelengkap dalam sebuah ibadah, sehingga nyanyian dan musik tidak perlu dipandang sebagai bagian yang penting selain pelayanan Firman. GKMI Pecangaan menggunakan tiga buku nyanyian dalam peribadatan mereka, yaitu PPR 1, PPR 2, dan Pujian bagi Kristus. PPR 1 merupakan buku nyanyian jenis himne yang diterbitkan oleh Sinode Muria sejak tahun 1974 dan telah dicetak sebanyak sepuluh kali. Di tahun 2011, Sinode Muria menerbitkan PPR 1 yang terbaru dengan berbagai revisi dalam lirik dan notasinya, sehingga lebih mudah untuk dipelajari dan dipahami liriknya. PPR 2 menghadirkan himne dengan bentuk yang lebih kontemporer dan kontekstual karena struktur melodi yang lebih bernuansa pop dan etnik. PPR 2 diterbitkan oleh Sinode Muria tahun 1994 dan telah mengalami revisi sebanyak dua kali dengan harapan membantu mengakomodasi kebutuhan nyanyian bagi kaum muda akan lagu-lagu yang bersifat kekinian. Menyadari bahwa kehadiran PPR 1, PPR 2, dan PBK belum cukup memenuhi kebutuhan jemaat dalam memuji Tuhan, maka pada tahun 2009 dalam Rapat Majelis Pelaksana Lengkap MPL 20 diputuskan untuk membuat suatu buku nyanyian baru yang berisi lagu-lagu rohani kontemporer berjudul Pujian bagi Kristus PBK untuk 20 Rapat MPL merupakan rapat majelis jemaat bersama seluruh pengurus komisi dan perwakilan anggota kelompok di GKMI Pecangaan yang diselenggarakan tiga kali selama satu tahun. Rapat di bulan Januari biasa diselenggarakan untuk membicarakan program kerja komisi, kelompok dan gereja selama satu tahun. Di dalamnya akan diperoleh keputusan yang disepakati oleh seluruh anggota rapat. memenuhi kebutuhan tersebut. 21 Buku ini dicetak secara mandiri oleh GKMI Pecangaan dengan meminjam buku dari GKMI Jepara sebagai contoh. Di setiap Ibadah Minggu, GKMI Pecangaan memadukan PPR 1, PPR 2 dan PBK dalam memilih nyanyiannya, dengan harapan baik kaum muda maupun tua sama-sama mendapatkan bagian untuk bernyanyi. Itu pun belum cukup, sehingga tak jarang pendeta jemaat yang memilih nyanyian untuk ibadah memilih lagu kontemporer rohani yang ada di luar PBK sebagai nyanyian jemaat dengan dalih asal sesuai dengan tema. 22 Jemaat tidak memiliki keberatan atas pemilihan himne dan lagu kotemporer rohani sebagai nyanyian jemaat dalam peribadatan sejauh nyanyian itu dirasa sesuai dan tepat. Tepat maksudnya adalah dapat membangun ibadah menjadi lebih inspiratif, relevan dengan unsur liturgi atau sesuai dengan tema yang diangkat. Pengalaman yang banyak disampaikan adalah sebagian jemaat menyanyikan nyanyian yang dipilih selama ibadah tanpa penghayatan atau tanpa memahami makna dari nyanyian itu sendiri. 23 Mereka menyatakan bahwa mereka bernyanyi dengan sekedar bernyanyi, meskipun lirik atau syair dari nyanyian tersebut mudah dipahami. Mereka berusaha untuk menikmati nyanyian dan musik yang dipilih meskipun pada dasarnya mereka kurang memaknai apa yang sedang mereka nyanyikan. Dalam prakteknya, GKMI Pecangaan tak jarang menggunakan pemimpin pujian atau singers untuk membantu jemaat bernyanyi. Menurut sebagian jemaat, pemimpin pujian dan singers sangat membantu mereka untuk memandu dan 21 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 WIB. 22 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 WIB. 23 Wawancara dengan Sdri. PNS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012; Sdri. MY, Anggota GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012; Ibu LS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Jumat 27 Juli 2012; Bapak DE, Bapak AP, Ibu S, Anggota Jemaat dan Simpatisan GKMI Pecangaan, Minggu 29 Juli 2012. memotivasi jemaat untuk bernyanyi. 24 Tetapi bagi sebagian jemaat, kehadiran pemimpin pujian saja sudah lebih dari cukup tanpa perlu menggunakan singers , karena konteks GKMI Pecangaan yang bukan gereja kharismatik. 25 Demikian halnya dengan paduan suara, masih dipahami sebagai aspek musik gereja yang bertugas hanya untuk mempersembahkan pujian. Paduan suara atau grup vokal yang ada di GKMI Pecangaan hanya mendapatkan posisi sebagai pengisipelengkap dalam peribadatan. Belum ada kesadaran bahwa paduan suara merupakan salah satu komponen musik gereja yang bertugas membantu dan bernyanyi bersama-sama dengan jemaat. Mengenai praktek musik instrumen pengiring ibadah, sebagian jemaat senior mengaku terganggu dengan penggunaan band dalam ibadah. 26 Mereka menuturkan bahwa permainan drum yang kurang baik justru mengganggu kekhidmatan dalam beribadah. Kebisingan terjadi ketika drum dipukul keras dan suaranya yang dipantulkan oleh dinding gereja yang tinggi menghasilkan gema yang kurang enak didengar. Mereka merindukan pelayanan musik yang tidak terlalu kompleks tetapi benar-benar membantu dalam bernyanyi dan mempersembahkan suara terbaik mereka bagi Tuhan. Jemaat tidak merasa keberatan ketika nyanyian jemaat diiringi oleh musik irama tertentu, selama itu bisa membangun mereka dan tidak membuat mereka untuk berdiam diri. Kendala yang dialami GKMI Pecangaan adalah sulitnya mencari musisi atau sumber daya manusia SDM yang memiliki komitmen untuk melayani secara rutin 24 Wawancara dengan Pdt. KS, Pendeta Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012; Wawancara dengan Bapak PK, Musisi Gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012; Wawancara dengan Sdri. MY, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012; Wawancara dengan Sdr. A, Musisi Gerejawi GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012. 25 Wawancara dengan Sdri. PNS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012; Wawancara dengan Ibu DPA, Bapak DE, Bapak W, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan Minggu 29 Juli 2012. 26 Wawancara dengan Bapak W, Bapak H, Bapak S, Ibu W, Ibu S, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 29 Juli 2012. di GKMI Pecangaan. 27 Rata-rata kaum muda yang mau melayani sebagai musisi gereja hanya memilih instrumen gitar, bass dan drum dengan alasan instrumen yang praktis, yaitu mudah diperoleh dan dimainkan, sedangkan permainan synthesizer diserahkan kepada musisi senior. 28 Bagi mereka, instrumen seperti electone telah ketinggalan zaman dan terlalu sulit untuk dipelajari. Selain itu tim junior yang terdiri dari kaum muda itu lebih tertarik untuk mengiringi lagu-lagu kontemporer rohani daripada himne. Dengan alasan itu pula gereja menjual electone yang mereka miliki dan menggantikannya dengan synthesizer . 29 Pendeta Jemaat yang ada sendiri menuturkan bahwa kaum muda yang ada lebih memilih untuk melayani di tempat lain daripada di gereja asal mereka ketika mereka telah menempuh studi atau bekerja di luar kota. 30 Dalam kondisi yang demikian, jemaat mengharapkan bahwa pada suatu saat nanti musik gereja di GKMI Pecangaan akan berkembang lebih baik. Menemukan orang-orang dalam anggota jemaat yang berkomitmen untuk melayani di bidang Musik Gereja dengan kemampuan yang lebih baik pula. Musisi yang mengetahui bagaimana seharusnya memainkan setiap instrumen musik dengan tepat dan musisi yang terus mengembangkan potensi mereka. Lebih dari itu, harapan tentang musisi yang takut akan Tuhan lebih besar daripada harapan yang lain, mengingat proses penggembalaan kepada salah satu musisi sekaligus ketua komisi kesenian masih berjalan sampai saat ini. Jemaat berharap bahwa melalui nyanyian dan musik gereja mereka dibangun untuk beribadah lebih baik lagi, menjadi partisipan aktif dalam 27 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 WIB. 28 Wawancara dengan PK, musisi gereja di GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 WIB. 29 Wawancara dengan PK, majelis dan musisi gereja di GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 WIB. 30 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 WIB. ibadah, serta ibadah yang ada bersifat inspiratif bagi tiap jemaat dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

3.6. Penutup