PENGARUH SIKAP DAN MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SISKAMLING DI KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PENGARUH SIKAP DAN MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN

SISKAMLING DI KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KOTA

BANDAR LAMPUNG

Oleh ADITAMA

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh sikap dan motivasi masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05 Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung Tahun 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05 yang berjumlah 59 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik angket, yang ditunjang dengan wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : (1) terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya, (2) terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya, (3) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sikap dan motivasi masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung Tahun 2013


(2)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia dalam masyarakat tidak terlepas akan adanya interaksi

sosial antar sesamanya. Pada dasarnya manusia sesuai dengan fitrahnya

merupakan makhluk sosial yang tidak biasa hidup sendiri melainkan

membutuhkan pertolongan orang lain khususnya di bidang keamanan

lingkungan. Oleh sebab itu didalam kehidupan masyarakat diperlukan adanya

kerjasama dan sikap gotong royong seperti siskamling dalam menyelesaikan

segala permasalahan keamanan di lingkunganya. Karena di era globalisasi

sekarang ini telah banyak merubah pola fikir dan pola hidup manusia yang

bisa berdampak negatif , salah satunya adalah pola hidup masyarakat yang

berubah menjadi semakin konsumtif.

Perilaku konsumtif ini lah yang membuat manusia bersifat merasa tidak pernah

cukup akan harta benda yang telah ia miliki, sehingga ada kecenderungan

untuk memiliki harta benda milik orang lain dengan berbagai cara. Salah

satunya dengan mencuri, tentunya tanpa seizin pemilik harta benda tersebut.

Sehingga, apabila kegiatan, pencurian tersebut sudah terjadi. Maka, pemilik


(3)

mengalami kesulitan untuk mencari tahu siapa pelakunya. Untuk mengatasi hal

tersebut. Dalam lingkungan masyarakat sudah dibentuk suatu sistem keamanan

lingkungan. Siskamling, yang melibatkan unsur penduduk, untuk melakukan

pengawasan, terhadap kegiatan pencurian dilingkungannya. Karena

menjaga keamanan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama sebagai

warga negara yang baik.

Salah satu bagian terpenting dalam pemeliharaan keamanan lingkungan adalah

peran serta masyarakat. Dalam hal ini bentuk partisipasi masyarakat dalam

pemeliharaan lingkungan diwujudkan dalam bentuk Sistem Keamanan

Lingkungan. Siskamling dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan

moral dan disiplin warga. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat lepas

dari interaksinya dengan manusia lain. Dalam interaksinya dengan manusia

lain, maka tercipta suatu masyarakat dan suatu peradaban serta kebudayaan

manusia yang didalamnya terdapat nilai-nilai yang mendasari dan menuntun

tindakan-tindakan dalam hidup bermasyarakat.

Kegiatan siskamling adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara

bersama-sama dan bersifat suka rela agar masyarakat mendapatkan perlindungan serta

keamanan untuk masyarakat itu sendiri. Sistem keamanan lingkungan

merupakan bentuk-bentuk swakarsa, yang merupakan suatu kesatuan

komponen yang saling bergantung dan berhubungan, saling mempengaruhi

untuk mendapatkan hasil daya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan rasa


(4)

masyarakat madani yang adil, makmur dan beradab berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

Giat dan malasnya mengikuti kegiatan siskamling akan menentukan hasil yang

diperoleh dalam kegiatan siskamling tersebut. Adanya kegiatan siskamling

akan memberikan perlindungan dan keamanan bagi masyarakat, kegiatan

siskamling juga akan menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat.

Tapi kenyataan tersebut tidak berlaku di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05

Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung.

Aktivitas pelaksanaan kegiatan siskamling sangat rendah. Hal ini dapat dilihat

dari hasil pengamatan kegiatan masyarakat yang mengikuti kegiatan

siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu RT 05 Kecamatan Labuhan Ratu Raya

Bandar Lampung yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1 Aktivitas Masyarakat Dalam Kegiatan Siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05 Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun 2013.

No Hari /Tanggal dan Waktu Aktivitas Siskamling Jumlah KK Yang Mengikuti Kegiatan Siskamlin g

KK Yang Tidak Mengikuti Kegiatan

Siskamling Total jumlah Alasan

1 Senin, 11 Februari 2013 Jam 00 – 05.00

Berjaga di pos siskamling dan Membunyikan Kentongan Serta Melaksanaka Patroli di lingkungan RT 05

0KK 8KK - Kebanyakan warga beralasan bekerja, dan mementingka n keperluan pribadinya 8KK


(5)

Sumber: Observasi Langsung di RT 05 Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Raya Bandar Lampung Tahun 2013

Tabel 1.1 menjelaskan tentang pelaksanaan kegiatan siskamling dalam kurun

waktu satu minggu di RT 05 Kelurahan Labuhan Ratu Raya. Kegiatan yang 2 Selasa,

12 Februari 2013 Jam 00 – 05.00

Berjaga di pos siskamling dan Membunyikan Kentongan Serta Melaksanaka Patroli di lingkungan RT 05

3KK 5KK - Sebagian warga kurang menghirauka n atau enggan melakukan - kegiatan

siskamling

8KK

3 Rabu, 13 Februari 2013 Jam 00 – 05.00

Berjaga di pos siskamling dan Membunyikan Kentongan Serta Melaksanaka Patroli di lingkungan RT 05

2KK 6KK - Kebanyakan warga kurang termotivasi untuk mengikuti siskamling 8KK

4 Kamis, 14 Februari 2013 Jam 00 – 05.00

Berjaga di pos siskamling dan Membunyikan Kentongan Serta Melaksanaka Patroli di lingkungan RT 05

0KK 8KK - Kebanyakan warga yang kurang perduli terhadap kegiatan siskamling 8KK

5 Jumat, 15 Februari 2013 Jam 00 – 05.00

Berjaga di pos siskamling dan Membunyikan Kentongan Serta Melaksanaka Patroli di lingkungan RT 05

4KK 5KK - Kebanyakan warga yang lanjut usia sehingga enggan untuk melakkukan kegiatan siskamling 9KK

6 Sabtu, 16 Februari 2013 Jam 00 – 05.00

Berjaga di pos siskamling dan Membunyikan Kentongan Serta Melaksanaka Patroli di lingkungan RT 05

2KK 7KK - Kebanyakan warga kurang termotivasi untuk mengikuti siskamling 9KK

7 Minggu, 17 Februari 2013 Jam 00 – 05.00

Berjaga di pos siskamling dan Membunyikan Kentongan Serta Melaksanaka Patroli di lingkungan RT 05

2KK 7KK - Kebanyakan warga yang lanjut usia sehingga enggan untuk melakkukan kegiatan siskamling 9KK


(6)

di ikuti oleh 59 kepala keluarga RT 05 Kelurahan Labuhan Ratu Raya ini,

dilakukan setiap harinya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh

ketua RT. Kegiatan ini perharinya di ikuti oleh 8 sampai dengan 9 kepala

keluarga. Di dalam kegiatan ini aktivitas yang wajib dilakukan adalah berjaga

di pos siskamling yang telah disediakan, membunyikan kentongan serta

melakukan patroli di lingkungan RT 05 Kelurahan Labuhan Ratu Raya.

Partisipasi masyarakat di RT 05 Kelurahan Labuhan Ratu Raya sangatlah

rendah, ini dapat terlihat jelas dari data pada Tabel 1.1, bahwa lebih dari 50%

kepala keluarga tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan siskamling. Bahkan

pada hari senin dan kamis tidak ada satupun kepala keluarga yang ikut

berpartisipasi dalam kegiatan siskamling ini.

Perharinya kepala keluarga yang berpartisipasi dalam kegiatan siskamling ini

hanya 2 sampai 4 kepala keluarga saja, itu pun yang mereka lakukan hanya

menjaga pos siskamling diselingi sandau-gurau serta bermain kartu untuk

menghabiskan waktu jaga, sehingga aktivitas siskaling tidak sepenuhnya

terlaksana. Sebagian dari kepala keluarga yang tidak turut berpastisipasi

beralasan bahwa enggan untuk mengikuti kegiatan ini dan mereka kurang

memperdulikan kegiatan siskamling ini.

Sejalan dengan fakta atau kenyataan berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui

bahwa hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya partisipasi masyarakat

dalam melakukan kegiatan siskamling ini antara lain kurangnya sikap dan

motivasi masyarakat terhadap kegiatan siskamling, kesadaran berpartisipasi


(7)

masyarakat hanya mementingkan pekerjaan yang hanya menghasilkan materi

saja, sifat malas-malasan yang selalu diterepkan olehnya bisa menghambat

tujuan dari kegiatan siskamling.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh

pengaruh sikap dan motivasi masyarakat terhadap partisipasi dalam

pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05

Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung Tahun 2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka identifikasi masalah

adalah sebagai berikut :

1. Kesadaran masyarakat dalam mengikuti kegiatan siskamling

dilingkungan setempat.

2. Sikap dan motivasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan siskamling.

3. Tingkat kesadaran akan pentingnya kegiatan siskamling dalam

masyarakat.

4. Masyarakat hanya mementingkan pekerjaan yang hanya menghasilkan

materi saja.

5. Sifat malas-malasan yang selalu diterepkan oleh masyarakat.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu luas, maka masalah dibatasi

pada pembahasan variabel bebas yaitu sikap dan motivasi serta variabel


(8)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan

masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh sikap masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya?

2. Apakah terdapat pengaruh motivasi masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu

Raya?

3. Apakah terdapat pengaruh sikap dan motivasi masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan

Ratu Raya?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menguji :

1. Pengaruh sikap masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya.

2. Pengaruh motivasi masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya.

3. Pengaruh sikap dan motivasi masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya.


(9)

F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian tentang pengaruh sikap dan motivasi masyarakat terhadap

partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan

Ratu Raya RT 05 Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung Tahun

2013. Secara teoritis untuk mengembangkan konsep ilmu pendidikan

khususnya pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji tentang

pendidikan nilai-nilai Pencasila karena kegiatan siskamling merupakan

nilai Pancasila sila ke 3 yang harus selalu kita junjung tinggi.

b. Manfaat Praktis

Kegunaan penelitian bagi penulis adalah lebih mengetahui betapa

pentingnya kesadaran akan kegiatan siskamling yang dilaksanakan

khususnya di kelurahan Labuhan Ratu. Penelitian ini juga berguna untuk

masyarakat agar lebih meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya

kegiatan siskamling.

G.Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup pendidikan khususnya pendidikan

kewarganegaraan dengan wilayah kajian Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan yang membahas tentang pengaruh sikap dan motivasi


(10)

di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05 Kecamatan Labuhan Ratu Kota

Bandar Lampung Tahun 2013

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Pengaruh sikap dan motivasi masyarakat terhadap partisipasi dalam

pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05

Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung Tahun 2013.

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang

mengikuti kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05

Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung tahun 2013.

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05

Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung. Yang beralamat di

jalan Nusantara Gang Kemiri Labuhan Ratu Bandar Lampung.

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkan surat izin penelitian

pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung, peneliti memulai penelitian pendahuluan di

Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05 sampai dengan penelitian ini


(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Siskamling

a. Pengertian Siskamling

Menurut Tantowi, ( 2008:70 ) “ Siskamling adalah salah satu upaya dalam menciptakan suasana atau kondisi suatu lingkungan yang aman “. Aman dalam segala hal, seperti aman dalam pencurian, menjalankan agama, melakukan aktivitas sehari-hari, dan beberapa

aspek yaitu, ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya. Jika

ditelaah lebih jauh maka akan ditemukan pengertian siskamling

secara khusus yaitu merupakan suatu cara atau sistem perlindungan

masyarakat sebagai komponen khusus dimana keamanan lingkungan

yang didiami masyarakat terjamin.

Adapun yang dimaksud dengan komponen khusus adalah salah satu

bagian kegiatan untuk menjaga stabilitas nasional dari dalam, yaitu

untuk menghindari rongrongan dari dalam mesyarakat, seperti :

pencurian, perjudian, pemerkosaan dan lain – lain. Yang semua itu akan melemahkan mental masyarakat dan petahanan nasional secara


(12)

Siskamling merupakan sistem keamanan yang terbentuk dari

kesadaran masyarakat dan keamanan dan ketertibana lingkungannya.

Sebelum terbentuknya siskamling itu lebih dahulu diadakan

musyawarah antara warga desa dan aparatur desa. Dalam masyarakat

tersebut dibentuk kelompok – kelompok yang terdiri dari 5 atau 8 orang. Setiap kelompok diketuai oleh 1 orang yang tugasnya

melamporkan kepada kepala lingkungan atau koordinator bila terjadi

kekacauan serta bertanggung jawab atas anggotanya, sedangkan

menurut Hancock dan Matthews dalam Afila (2013:28) siskamling atau sistem keamanan lingkungan adalah “pendekatan kepada masyarakat dimana memberikan focus terhadap perbaikan kapasitas

kekuatan masyarakat dalam hal penanggulangan kejahatan dengan

pengembangan kontrol sosial secara informal”.

Adapun tujuan dan manfaat siskamling menurut Tantowi ( 2008:71)

yaitu sebagai berikut :

Tujuan Siskamling adalah :

1. Untuk memberi penyuluhan kesadaran hukum

2. Untuk menciptakan keamanan di dalam lingkungan itu

sendiri

Manfaat Siskamling, dapat dibagi dua yaitu :

1. Secara khusus, tercipta KAMTIBNAS dimana masyarakat

berada, tercipta suatu masyarakat yang dinamis dan kreatif,


(13)

pada setiap lingkungan, semakin memantapkan kesadaran

masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam

pertahanan dan keamanan, dan terciptanya suatu lingkungan

masyarakat yang berkesinambungan dalam arti adanya

keamanan yang stabil yang didukung oleh ketahanan

nasional.

2. Secara umum, secara langsung mendorong tetap kukunya

ketahanan nasioanal, adanya keyakinan akan kekuatan

sendiri, terciptanya keamanan masyarakat yang stabil,

mendorong terciptanya disiplin nasioanal, terbinanya

kekuatan sosial politik yang diarahkan agar berperan sebagai

stabilisator yang mantab dan dinamis.

Adapun kegiatan Siskamling juga diadakan melalui persetujuan

masyarakat dengan diketuai oleh Kepala desa dengan disaksikan

oleh aparatur negara. Dimana kegiatan tersebut dimulai dengan

pembentukan posko atau pos – pos keamanan pada setiap masing – masing lingkungan. Tidak lanjut dari pembentukan posko ini adalah

dalam bentuk :

1. Hansip ( Pertahanan Sipil ) pada masing – masing lingkungan yang kegiatannya menjaga keamanan dan ketertiban

masyarakat sekitar dengan maksud agar rakyat merasakan

keamanan lahir dan ketenangan batin bebas dari kecemasan


(14)

2. Ronda atau jaga malam dimana masing – masing warga mendapat giliran untuk ronda atau jaga malam.

3. Pembentukan seksi – seksi keamanan pada setiap lingkungan. 4. Pada setiap posko yang ada tersebut dibentuk juga Satpam atau

satuan pengamanan.

(a). Ronda Malam

Pada Kelurahan Labuhan Ratu Raya Khususnya RT 05 telah

tersedia pos ronda serta telah dibuat daftar jadwal ronda malam

dimana masing – masing warga mendapatkan giliran untuk ronda atau jaga malam.

Pos ronda atau pos kamling (pos keamanan lingkungan ) atau gardu

ronda di wilayah rukun tetangga di kota adalah contoh untuk

melihat dan mengurai arsitektur sebagai fenomena kontrol

kekuasaan atas ruang hidup masyarakat.

Kemunculan dan keberadaan pos ronda sebagai bagian dari sistem

keamanan lingkungan (siskamling), jelas bersifat politis dan

militeristik., munculnya kebijakan siskamling dilatarbelakangi

perpecahan dua kubu di tubuh Orde Baru yang militeristik pada

awal tahun 1980-an. Kebijakan itu menjadi representasi

penganjur/pendukung pedekatan jalur hukum, sedangkan pihak

yang lain, yaitu pendukung pendekatan ekstrayuridis ( di luar jalur hukum ) direpresentasikan oleh operasi “penembakan misterius” terhadap para gali dan preman.


(15)

Sebuah pos ronda harus didirikan di tempat strategis, misalnya area

gerbang masuk wilayah kampung, di persilangan antargang, atau di

tempat yang lebih leluasa agar bisa memandang semua arah, dan

bisa menguasai situasi, ketika gangguan keamanan lingkungan

datang. Menurut ketentuan, seperti disebutkan dalam buku

petunjuk siskamling, setiap wilayah rukun tetangga (RT) minimal

harus memiliki gardu ronda, bahkan idealnya setiap wilayah RT

mempunyai dua pos ronda.

(b). Keamanan Lingkungan

Siskamling merupakan bentuk lain partisipasi masyarakat dalam

menjaga keamanan kota, sistem keamanan yang terbentuk dari

kesadaran masyarakat dan keamanan dan ketertiban lingkungannya

, yang diadakan melalui persetujuan masyarakat dengan diketuai

oleh Kepala desa dengan disaksikan oleh aparatur negara.

Kegiatan tersebut dimulai dengan pembentukan posko atau pos – pos keamana pada setiap setiap masing – masing lingkungan. Tindak lanjut dari pembentukan posko ini adalah dalam bentuk pos – pos ronda. Siskamling dilakukan secara partisipatif oleh warga atas lingkungan sekeliling tempat tinggalnya. Kegiatan Siskamling

dilakukan secara bergilir setiap malam dengan mewakilkan salah

satu anggota rumah tangga untuk menjadi anggota keamanan.

Sebagai warga negara biasa yang juga bagian dari pertahanan dan


(16)

melaksanakan pertahanan dan keamanan. Artinya, mulai dalam

lingkungan keluarga di rumah, RT, RW, dan wajib juga untuk

mengamati lingkungan seperti melalui Siskamling. Sishankamrata

berupa Siskamling ini merupakan pertahanan dalam arti

kewaspadaan, kesiagaan dengan daya dan tenaga yang dimiliki

sendiri, dalam hal ini RT maupun RW.

(c). Penanganan Tindak Kejahatan

Kriminalitas merupakan ancaman nyata bagi terciptanya

masyarakat yang aman, tentram dan damai. Kembali meningkatkan

indeks kriminalitas maka harus diwaspadai dan diantisipasi oleh

aparat keamanan dalam meningkatkan kinerjanya agar dapat

memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat. Begitu pula

dengan warga masyarakat agar ikut serta dalam menjaga keamanan

lingkungannya, dengan demikian keamanan dapat terwujud.

Penanganan tindak kejahatan harus sesuai dengan ketentuan hukum

yang berlaku, penanganan tindak kejahatan tersebut diikuti oleh

perangkat hukum setempat, tidak dengan jalan main hakim sendiri

yang biasa dilakukan oleh warga. Apabila suatu kasus tindak

kejahatan tersebut ( seperti perjudian ) dapat diselesaikan oleh

pihak aparatur keamanan setempat dan warga, maka penyelesaian

tersebut cukup deselesaikan secara kekeluargaan saja. Jika suatu


(17)

pembunuhan, pencurian, penganiayaan, narkotika) maka perlu

kiranya diserahkan pada pihak Kepolisian setempat.

2. Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

Menurut Verhangen dalam Totok Mardikanto (2003:167) ”partisipasi merupakan bentuk keikutsertaan atau keterlibatan seseorang ( individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu”. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang

bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan

sebagai keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial

untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, diluar

pekerjaan atau profesinya sendiri.

Menurut Wazir (1999:29) “Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu”. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui

berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi,

perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama.

Sedangkan Isbandi Rukminto Adi (2007: 27) mendefinisikan:

Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang


(18)

alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh

dan berkembangnya partisipasi masyarakat. Sebab, kesempatan dan

kemampuan yang cukup, belum merupakan jaminan bagi tumbuh

dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak

memiliki kemauan untuk turut membangun. Sebaliknya, adanya

kemauan akan mendorong seseorang untuk meningkatkan

kemampuan dan aktif memburu serta memanfaatkan setiap

kesempatan.

Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam suatu

kegiatan keamanan, menunjukkan adanya kepercayaan dan

kesempatan yang diberikan kepada masyarakatnya untuk terlibat

secara aktif di dalam proses kegiatan tersebut. Artinya, tumbuh dan

berkembangnya partisipasi masyarakat, memberikan indikasi adanya

pengakuan bahwa masyarakat bukanlah sekedar obyek atau

penikmat hasil kegiatan masyarakat, melainkan subyek atau pelaku

kegiatan yang memiliki kemauan dan kemampuan yang dapat

diandalkan sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan

pemanfaatan hasil-hasil kegiatan.

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Diana Conyers (1991:

154-155) sebagai berikut:

pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan


(19)

sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah

meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang

terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program

pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan

keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang

lebih panjang. Lancar dan tidak lancarnya partipasi dalam proses

pembangunan harus didorong dengan keikutsertaan masyarakat, agar

berjalannya program keamanan, masyarakat harus dilibatkan dalam

proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih

mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa

memiliki terhadap proyek tersebut, sehingga masyarakat ikut

berperan dalam proses keamanan tersebut. Masyarakat juga akan

merasa bangga jika di wilayah mereka terasa aman dan nyaman serta

jauh dari tindak kejahatan.

Britha Mikkelsen (1999: 64) membagi partisipasi menjadi 6 (enam)

pengertian, Beberapa pengertian tentang partisipasi tersebut

diantaranya:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan;


(20)

2. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan; 3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam

perubahan yang ditentukannya sendiri;

4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu; 5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat

setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial; 6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan

diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

Kelima pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas, dapat

dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari

seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk

berkontribusi secara sukarela dalam program tertentu dan terlibat

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap

evaluasi demi tercapainya tujuan program tersebut.

b. Bentuk Dan Tipe Partisipasi Dalam Masyarakat

Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat

dalam benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi

buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan

keputusan, dan partisipasi representatif.

Berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan di atas, maka

bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu

bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki


(21)

tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang,

harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi

yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial,

pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.

Menurut Holil Soelaiman dalam Kiki Apriandi (2012:15)

menjelaskan bentuk-bentuk partisipasi dalam masyarakat antarala

lain adalah:

1. Partisipasi uang 2. Partisipasi harta benda 3. Partisipasi tenaga 4. Partisipasi keterampilan 5. Partisipasi buah pikiran 6. Partisipasi sosial

7. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan 8. Partisipasi representatif

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar

usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang

memerlukan bantuan. Partisipasi harta benda adalah partisipasi

dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat

kerja atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang

diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang

dapat menunjang keberhasilan suatu program. Partisipasi

keterampilan yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang

dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya,

dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang


(22)

Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa

sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk

menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan

program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan

pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang

diikutinya.

Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban,

misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga

sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi

orang lain untuk berpartisipasi. Partisipasi dalam proses

pengambilan keputusan pada masyarakat terlibat dalam setiap

diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang

terkait dengan kepentingan bersama. Partisipasi representatif

dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada

wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

Pada dasarnya, tidak ada jaminan bahwa suatu program akan

berkelanjutan melalui partisipasi semata. Keberhasilannya

tergantung sampai pada tipe macam apa partisipasi masyarakat

dalam proses penerapannya. Artinya, sampai sejauh mana

pemahaman masyarakat terhadap suatu program sehingga ia turut


(23)

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi

masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat

mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang

sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja

faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan

penghasilan.

Menurut Angell dalam Ross dalam Kiki Apriandi (2012:17),

mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi

oleh banyak faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam

berpartisipasi, yaitu:

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap

seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada.

Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan

keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih

mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada

mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan


(24)

perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan

tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah

bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan

perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.

Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup

seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan

bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat di pisahkan satu sama lain karena pekerjaan

seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan

diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan

mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang

untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan,

harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan

pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan

berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal

dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap

lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang


(25)

Menurut Holil Soelaiman dalam Kiki Apriandi (2012:19), unsur-unsur dasar partisipasi sosial yang juga dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah:

1. Kepercayaan diri masyarakat;

2. Solidaritas dan integritas sosial masyarakat;

3. Tanggungjawab sosial dan komitmen masyarakat;

4. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki

keadaan dan membangun atas kekuatan sendiri;

5. Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang diterima

dan diakui sebagai/menjadi milik masyarakat;

6. Kepentingan umum murni, setidak-tidaknya umum dalam

lingkungan masyarakat yang bersangkutan, dalam pengertian

bukan kepentingan umum yang semu karena penunggangan oleh

kepentingan perseorangan atau sebagian kecil dari masyarakat;

7. Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi usaha;

8. Musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan;

9. Kepekaan dan ketanggapan masyarakat terhadap masalah,

kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umum

masyarakat.

Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu

program juga dapat berasal dari unsur luar atau lingkungan. Menurut

Holil Soelaiman dalam Kiki Apriandi (2012:19) Ada 4 poin yang

dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari


(26)

1. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat,

antara warga masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem

sosial di dalam masyarakat dengan sistem di luarnya;

2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan

keluarga, pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan

bangsa yang menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan

berkembangnya partisipasi masyarakat;

3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta

proses dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang

memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial;

4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam

keluarga masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang

memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya

prakarsa, gagasan, perseorangan atau kelompok.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi adalah faktor

usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan serta

lamanya ia tinggal, di mana faktor-faktor tersebut sangat

berpengaruh seberapa besar keikutsertaan masyarakat dalam


(27)

3. Sikap

a. Pengertian Sikap

Definisi tentang sikap, diantara para ahli banyak terjadi perbedaan.

Terjadinya hal ini karena sudut pandang yang berbeda tentang sikap

itu sendiri. Studi mengenai sikap merupakan studi yang penting

dalam bidang psikologi sosial. Konsep tentang sikap sendiri telah

melahirkan berbagai macam pengertian diantara para ahli psikologis.

Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya

suatu tindakan. Konsep itu kemudian berkembang semakin luas dan

digunakan untuk menggambarkan adanya suatu niat yang khusus

atau umum.

Menurut Gerungan (2000: 149) “Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek itu, Sikap dapat diterjemahkan sebagai sikap kesediaan beraksi terhadap suatu objek”. Selanjutnya menurut Thurstone dan Back, Kurt W, sebagai berikut, “Sikap sebagai tingkat kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi.

Sikap yang berorientasi kepada respon adalah suatu bentuk perasaan,

yaitu perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak

mendukung sikap yang berorientasi kepada kesiapan respon

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara – cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang


(28)

menghendaki adanya respon. Menurut Sri utami dalam Eva rahmadani (2010:23) “Sedangkan sikap yang berorientasi kepada skema triadic merupakan kaitan (konstelasi) komponen – komponen kognitif, efektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami,

memeras dan berprilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya”.

Sedangkan Abu ahmadi, (2003: 153) “ Orang yang memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like) atau

memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan

memiliki sikap negatif terhadap objek psikologi bila tidak suka

(dislike) atau sikapnya unfavorableterhadap objek psikologi”.

Pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan

seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini,

perwujudan perilaku seseoranga akan ditandai dengan munculnya

kecenderungan – kecenderungan baru yang telah berubah terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya. Dalam kegiatan

sehari – hari sikap ini memang memegang peranan penting. Karena sikap ini akan terwujud dalam tingkah laku atau perbuatan seseorang

terhadap orang lain. Sikap juga akan ada kecenderungan

mempengaruhi seseorang dalam mencapai cita – citanya.

Pendapat ini selanjutnya dijabarkan oleh Azwar (2003: 23) bahwa

sikap memiliki 3 komponen yaitu :


(29)

Afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional, aspek emosional inilah yang biasanya berakar

paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan

aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh

yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang

komponen efektif disamakan dengan perasaan dimiliki

seseorang terhadap sesuatu.

b. Kognitif

Komponen kognitif merupakan reprensentasi apa yang

dipercayai oleh pemilik sikap.

c. Konatif

Komponen konatif adalah aspek kecenderungan

berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki

seseorang.

Sikap pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku

manusia, sebagai gejala atau kepribadian yang memancar keluar.

Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol

dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan, maka diperolehnya

informasi mengenai sikap seseorang adalah penting sekali. Sikap

dapat memberikan arah kepada tingkah atau perbuatan seseorang

tersebut untukmenyenangi dan menyukai sesuatu atau sebaliknya.

Berdasarkan pendapat–pendapat di atas yang sudah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa pengertian sikap adalah suatu bentuk


(30)

merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan

konatif yang saling bereaksi didalem memahami, merasakan dan

berperilaku terhadap suatu abjek. Dengan demikian dapat dikatakan

sikap adalah penjelmaan dari paradigma yang pada gilirannya akan

melahirkan nilai – nilai yang dianut seseorang. Dari sikaplah orang bisa menentukan kualitas nilai perilaku seseorang.

b. Ciri – Ciri Sikap

Agar dapat lebih memahami sikap ini perlu kiranya mengenali ciri – ciri sikap. Menurut Gerungan (2000: 152) mengemukakan ciri – ciri sikap sebagai berikut :

1. Attitude tidak dibawa sejak lahir, melaikan dibentuk atau

dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu, dalam

hubungannya dengan objeknya.

2. Attitude dapat berubah – ubah, karena itu attitude dapat dipelajari orang

3. Attitude itu tidak berdiri sendiri, melainkan mempunyai

hubungan tertentu terhadap objek. Dengan kata lain, attitude

itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenan

dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan

jelas.

4. Attitude dapat berkenan dengan suatu objek saja, juga


(31)

5. Attitude mempunyai segi – segi motivasi dan perasaan. Sifat inilah yang membeda – bedakan attitude dari kecakapan – kecakapan atau pengetahuan – pengetahuan yang dimiliki orang.

Karena sikap tidak dibawa sejak lahir, ini berarti seseorang pada

waktu dilahirkan belum memiliki sikap tertentu. Sikap tertentu

dalam proses perkembangan individu bersangkutan. Oleh karena itu

maka sikap dapat berubah – ubah dan dapat dipelajari. Sikap senantiasa terarah terhadap suatu objek, oleh karena itu sikap selalu

terbentuk dan dipelajari dalam hubungannya dengan objek. Begitu

juga seseorang terhadap suatu kegiatan. Karena hubungannya yang

terjadi antara dengan seseorang dengan objek, dapat mempengaruhi

sikap orang tersebut terhadap objek itu. Sikap mengandung perasaan,

ini menunjukkan sikap terhadap suatu objek disertai oleh perasaan

dengan intensitas tertentu.

c. Komponen – Komponen Sikap

Secara sederhana sikap dapat digambarkan sebagai kecenderungan

individu merespon suatu objek, akan tetapi sikap ini dibentuk oleh

komponen –komponen prilaku yang cukup kompleks. Menurut Rosernberg dan Hovland, dalam Abu ahmadi (2003: 165).

Menyatakan bahwa sikap itu merupakan predesposisi untuk perespon

sejumlah stimulasi dengan sejumlah tertentu. Ketiga respon atau


(32)

1. Komponen afektif, menunjukkan pada dimensi emosional

dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek.

Objek disini disarankan sebagai menyenangkan dan tidak

menyenangkan.

2. Komponen kognitif, berupa pengetahuan, kepercayaan atau

pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan

dengan objek.

3. Komponen behavioral atau konasi (pernyataan tentang

kecenderungan bertingkah laku), atau komponen konatif

melibatkan salah satu keinginan objek untuk bertindak

terhadap objek.

Ketiga komponen tersebut sangat erat hubungannya dengan

penelitian yang dimaksud. Melalui komponen kognitif akan timbul

kepercayaan yang datang dari apa yang kita lihat atau apa yang kita

alami. Berdasarkan apa yang telah kita lihat itu kemudian terbentuk

ide atau gagasan yang mengenai sifat atau karakteristik objek.

Melalui komponen afektif seseorang dapat memberikan evaluasi

yang dapat bersikap positif dan negatif dengan berdasarkan

emosional. Sedangkan melalui kognitif seseorang dapat melahirkan

tingkah laku dan sikap terhadap objek.

d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Sikap dapat terbentuk dengan adanya interaksi sosial yang dialami


(33)

sekedar kontak sosial dan hubungannya antara individu sebagai

anggota kelompok sosial menurut menurut Bimo Walgito (2003:121)

berkaitan dengan pembentukan atau pengubahan sikap, terdapat

beberapa faktor yang mengubah sikap, antara lain:

1. Faktor kekuatan atau Force.

Kekuatan atau force dapat memberikan situasi yang mampu mengubah sikap. Kekuatan ini dapat bermacam-macam bentuknya, misalnya kekuatan fisik, ekonomi dan yang berujud peraturan sejenisnya.

2. Berubahnya norma kelompok

Norma yang ada dalam kelompok menjadi norma dari orang yang bersangkutan yang tergabung dalam kelompok tersebut, sehingga akan membentuk sikap tertentu, setiap langkah yang dapat diambil untuk membentuk atau mengubah sikap dapat dengan cara mengubah norma kelompok.

3. Berubahnya membership group

Individu yang tergabung dalam berbagai macam kelompok yang ada dalam masyarakat, baik karena kepentingan bersama maupun karena alas an yang lain atau mampu mengubah norma yang ada dalam diri individu karena berubahnya

membership group.

4. Berubahnya reference group

Berubahnya reference group atau kelompok acuan dapat mengubah sikap seseorang, karena mereka mempunyai peranan penting dalam kehidupan individu.

5. Membentuk kelompok baru

Terbentuknya kelompok baru berarti membentuk norma yang baru pula, sehingga memungkinkan terbentuknya sikap. Dengan adanya norma-norma baru, masing-masing individu perlu mengadakan penyesuaian yang baik, agar tidak menimbulkan persoalan-persoalan dalam kehidupan.

Selajutnya faktor – faktor yang menyebabkan perubahan sikap dijabarkan oleh Abu Ahmadi (2003:179) yaitu :

1. Faktor intern: yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi


(34)

pilih seseorang untuk menerima atau mengolah pengaruh – pengaruh yang datang dari luar.

2. Faktor ekstern: yaitu faktor yang terdapat dari luar pribadi

manusia. Faktor yang berupa interaksi sosial di luar

kelompok.

Pengaruh komunikasi sepihak, seperti ceramah – ceramah, dan komunikasi yang menggunakan alat komunikasi massa, mempunyai

peranan besar pula dalam mengubah attitude baru.

e. Fungsi Sikap

Menurut Abu Ahmadi, (2003:179), fungsi sikap dapat dibagi

menjadi empat golongan, yaitu :

1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

2. Sikap berfungsi sebagai alat pengukur tingkah laku.

3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman – pengalaman.

4. Sikap berfungsi sebagai penyataan pribadi.

4. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi menurut Suryabrata dalam Djaali, (2006:101) “Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang


(35)

suatu tujuan.” Hal yang hampir serupa juga diungkapkan oleh Koeswara dalam Dimyati dan Mudjiono, (2006 : 80) bahwa : “dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,

menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku

individu.” Sedangkan menurut Sardiman (2007:102) mendefinisikan: Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.

Dari ketiga pakar yang mengungkapkan definisi motivasi di atas,

dapat dibuat kesimpulan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan

yang ada pada diri manusia yang mampu menghidupkan,

menggerakkan atau melakukan dan pada akhirnya individu akan

berprilaku sesuai dengan yang akan ia capai atau sesuai tujuannya.

b. Ciri-Ciri Motivasi

Segala sesuatu yang dilakukan individu tentunya di dorong oleh

motivasi yang menggerakkannya. Motivasi tidak dapat dilihat secara

nyata, namun individu yang memiliki motivasi memiliki ciri-ciri

tertentu dalam sikap dan perilakunya. Berikut ini ciri-ciri adanya

motivasi pada diri seseorang, menurut Sardiman (2010:83) adalah

sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).


(36)

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa(misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Berdasarkan ciri-ciri motivasi di atas maka seseorang yang tinggi

tingkat motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mudah

menyerah, giatzmembaca buku-buku untuk menambah

pengetahuannya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka

yang motivasinya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa,

perhatiannya tidak terfokus, suka meninggalkan sesuatu pekerjaan,

dan berakibat menjadi malas

Ciri-ciri motivasi di atas dapat menunjukkan seberapa besar

semangat yang dimiliki individu, motivasi merupakan faktor

pendorong yang berfungsi menimbulkan, mendasari, dan

mengarahkan dalam melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan

baik atau tidaknya dalam mencapai tujuan, sehingga semakin besar

motivasinya akan semakin besar kesuksesan dalam tercapainya suatu


(37)

c. Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan, dan pada pokoknya

motivasi ini dibagi menjadi dua jenis :

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik menurut Hamalik (2011:162) bahwa motivasi

yang tercakup di dalam situasi tertentu dan menemui kebutuhan

dan tujuan-tujuan individu. Motivasi ini disebut motivasi murni.

Motivasi yang sebenarnya timbul dalam individu tanpa

pengaruh dari luar. Sedangkan menurut Elliot, dkk. Dalam

Ghufron & Riswanti (2010:85) “motivasi instrinsik sebagai sesuatu dorongan yang ada didalam diri individu yang mana

individu tersebut merasa senang dan gembira setelah melakukan

serangkaian tugas”.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Campbell dan Campbell

dalam Ghufron & Riswanti, (2010:84) bahwa motivasi instrinsik

adalah penghargaan internal yang dirasakan seseorang jika

mengerjakan tugas.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

motivasi intrinsik ialah motivasi yang menjadi aktif tanpa perlu

dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ini timbul tanpa


(38)

timbul tanpa pengaruh dari luar, tapi timbul dari dalam diri

seseorang dengan sendirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik menurut Sardiman (2010:90) yaitu

motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang

dari luar. Sedangkan menurut Dimyat & Mudjiono (2006:91)

bahwa motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku

seseorang yang ada diluar perbuatan yang ia lakukan.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Hamalik (2011:163) motivasi

ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor–faktor dari luar situasi belajar, seperti angka, ijazah, medali

pertandingan, hukuman dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian motivasi ekstrinsik ini dapat disimpulkan

bahwa motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul dari luar diri

individu, dimana individu mendapat rangsangan dari luar untuk

melakukan sesuatu, seperti mengharapkan pujian, piala, ataupun

hadiah lainnya. Namun, motivasi eksrinsik ini juga sangat

bermanfaat, karena sifat manusia yang dinamis akan sangat

membutuhkan rangsangan dari luar dirinya untuk mendorong ia


(39)

d. Fungsi Motivasi

Motivasi mempunyai fungsi yang amat penting dalam belajar, karena

motivasi akan menentukan intensitas usaha yang dilakukan siswa.

Semakin tepatnya suatu motivasi yang kita berikan maka akan

semakin berhasil pula belajar siswa tersebut.

Berikut ini adalah fungsi motivasi belajar menurut Sardiman

(2010:85) :

1. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Uraian di atas mengemukakan bahwa fungsi motivasi sebagai motor

penggerak dari setiap kegiatan, memberikan arah untuk mencapai

tujuan dan menentukan hal-hal apa yang bisa diperbuat untuk

mencapai tujuan itu. Sedangkan fungsi motivasi belajar menurut

Hamalik (2011:161) adalah:

a. Mendorong timbulnya perilaku atau perbuatan tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

b. Sebagai penggerak artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Sebagai penggerak artinya menggerakkan tingkahlaku seseorang, kuat lemahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Motivasi mempunyai peran yang amat penting dalam belajar, dimana siswa akan lebih semangat apabila ia memiliki motivasi yang tinggi


(40)

tentunya ia akan memiliki dorongan, mentukan arah dan melakukan hal yang akan mengantarkan ia pada tujuannya. Berdasarkan pernyataan di atas, maka harus dilakukan suatu upaya agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

4. Masyarakat

a. Pengertian Masyarakat

Menurut Auguste Comte dalam Abdulsyani (2009:31) “mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok–kelompok makhluk hidup dengan realitas–realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri”.

Menurut Koentjaraningrat (2009:116) “masyarakat adalah sekumpulan manusia salin “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berintraksi”.

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah

sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar

interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam

kelompok tersebut. (wikipedia:2013).

Hal serupa diungkapkan oleh Paul B. Horon dan C. Hunt (1997:56) “masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri,


(41)

hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal disuatau

wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama sertamelakukan

sebagian besar kegiatan didalam kelompok atau kumpulan manusia

tersebut”. Sedangkan menurut AbdulSyani (2009:30) bahwa

masyarakat sebagai community.

Dapat dilihat dari dua sudut pandang antara lain:

Pertama, memandang community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah atau tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukan bagian dari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya kampung, dusun, Kedua, community dipandang sebagai unsur yang dinsmis, artinya menyangkut suatu proses yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan antar manusia, maka didalamnya terkandung unsur-unsur kepentingan, keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional.

Kedua ciri di atas berarti dapat diduga bahwa apabila suatu

masyarakat tidak memenuhi syarat tersebut, maka ia dapat disebut

masyarakat dalam arti society. Masyarakat dalam pengertian society

terdapat intraksi sosial, perubahan-perubahan sosial,

perhitungan-perhitungan rasional dan like interest, hubungan-hubungan manjadi

bersifat pamrih dan ekonomis.

Menurut Soerjono Soekanto (2007:149) “menyatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan

kebudayaan. Dengan demikian, tidak ada masyarakat yang

mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tampa


(42)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang

telah hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dan saling

membutuhkan satu sama lain, saling berintraksi antara satu dengan

yang lainnya, terjalin hubungan-hubungan yang harmonis dan tidak

lupa juga harus mempunyai aturan untuk mengatur diri mereka

sendiri.

B. Kerangka Pikir

1. Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap Partisipasi

Sikap masyarakat akan berpengaruh terhadap partisipasi karna sikap pada

awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan,

jika masyarakat sudah memiliki kecendrungan untuk bertindak maka akan

mempengaruhi partisipasi .

Sikap masyarakat terlihat dari beberapa indikator yaitu :

a. Pemahaman

b. Perasaan

c. Perbuatan

2. Pengaruh Motivasi Masyarakat Terhadap Partisipasi

Motivasi adalah motif seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu atau

juga dorongan untuk melakukan suatu aktivitas. Dalam hal ini motivasi


(43)

memiliki motif atau dorongan untuk mengikuti siskamling maka masyarakat

akan turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Motivasi masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu:

a. Interinsik

b. Ekstrinsik

Gambar 2.1

C. Hipotesis Masalah

Adapun dalam penelitian ini hipotesis alternaif sementara adalah sebagai

berikut:

1. Ada pengaruh sikap masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan

kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya.

Variabel Y Partisipasi Masyarakat

 Uang

 Tenaga

 Pikiran Variabel X2

Motivasi masyarakat

 Intrinsik

 Ekstrinsik Variabel X1

Sikap masyarakat

 Pemahaman

 Perasaan


(44)

2. Ada pengaruh motivasi masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan

kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya.

3. Ada pengaruh sikap dan motivasi masyarakat terhadap partisipasi dalam


(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan cara kerja yang digunakan untuk memahami, mengerti,

segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian agar tujuan yang

diharapkan dapat tercapai. Sesuai dengan sasaran penelitian, maka penelitian

ini menggunakan metode deskriptif yang menentukan tujuan untuk

menentukan tingkat pengaruh variabel-variabel dalam suatu populasi.

Menurut Nawawi (2001:63), “metode deskriptif merupakan suatu jenis penelitian yang berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan

gambaran suatu gejala sosial atau keadaan subyek atau obyek penelitian

berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya”.

Berdasarkan pendapat tersebut maka yang dimaksud dengan metode

penelitian deskriptif dalam penelitian ini adalah metode yang bertujuan untuk

memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara

mengumpulkan data, kemudian menganalisa data yang telah terkumpul dari

responden. Maka penggunaan metode deskriptif ini sangat cocok dalam

penelitian ini karena sasaran kaitan penelitian ini berupa pengaruh sikap dan


(46)

kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05 Kecamatan

Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun 2013.

B. Populasi

Menurut Basrowi dan Soeyono (2007:206) “populasi adalah keseluruhan subyek atau obyek yang menjadi sasaran penelitian”.

Berdasarkan pendapat di atas populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Kepala Keluarga RT 05 Kelurahan Labuhan Ratu Raya yang berjumlah 59

KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Jumlah Kepala Keluarga RT 05 Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun 2012

No RT Kepala Keluarga Jumlah

1 RT 05 59 kk 59 kk

Sumber : data primer RT 05 Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung 2013

Tabel 3.1 menjelaskan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah 59 KK.

Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian populasi karena

seluruh yang menjadi populasi menjadi sampel penelitian (total sampling).

Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2010:173) “Apabila

objek kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitian ini

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika objek dalam jumlah besar


(47)

C. Variabel Penelitian

Didalam penelitian ini terdapat dua kelompok variabel yaitu :

 Variabel Bebas (X).

Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap (X1) dan

motivasi warga masyarakat (X2).

 Variabel Terikat (Y).

Yang menjadi variabel terikat adalah partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan Siskamling (Y).

D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual dibuat agar dapat memberikan gambaran secara lebih

jelas tentang jenis-jenis variabel. Jenis-jenis variabel ini dapat dijelaskan

secara lebih lanjut.

Adapun definisi konseptual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau

sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi

secara sukarela dalam program keamanan lingkungan dan terlibat

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap

evaluasi.

b. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan


(48)

komponem kognitif, afektif, dan konatif yang saling bereaksi didalem

memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu abjek. Dengan

demikian dapat dikatakan sikap adalah penjelmaan dari paradigma

yang pada gilirannya akan melahirkan nilai – nilai yang dianut seseorang. Dari sikaplah orang bisa menentukan kualitas nilai perilaku

seseorang.

c. Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada pada diri manusia yang

mampu menghidupkan, menggerakkan atau melakukan dan pada

akhirnya individu akan berprilaku sesuai dengan yang akan ia capai

atau sesuai tujuannya.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu petunjuk tentang bagaimana

suatu variabel dapat diukur. Untuk memahami objek permasalahan

dalam penelitian ini secara jelas, maka diperlukan pendefinisian

variabel secara operasional. Untuk mempermudah pengukuran di

lapangan, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Partisipasi masyarakat adalah penilaian terhadap keterlibatan aktif

dari warga masyarakat yang diukur melalui indikator tenaga, uang

dan pikiran.

2. Sikap masyarakat adalah penilaian terhadap potensi untuk bereaksi

terhadap kegiatan siskamling yang diukur melalui indikator


(49)

3. Motivasi masyarakat adalah penilaian terhadap dorongan untuk

melakukan kegiatan siskamling yang di ukur melalui indikator

interinsik dan ekstrinsik.

E. Pengukuran Variabel

1. Variabel bebas

a. Sikap Masyarakat indikatornya dapat dilihat dari peran masyarakat

dalam kegiatan siskamling diukur malalui angket dengan skala 1-3

yaitu:

a). Setuju

b). Kurang setuju

c). Tidak setuju

b. Motivasi Masyarakat indikatornya dapat dilihat dari peran masyarakat

dalam kegiatan siskamling diukur malalui angket dengan skala 1-3

yaitu:

a). Selalu

b). Kadang-kadang

c). Tidak pernah

2. Variabel terikat

Kegiatan Siskamling indikatornya dapat dilihat dari upaya masyarakat

dalam mengikuti kegiatan Siskamling diukur melalui angket dengan

skala 1-3 yaitu:

a). Selalu


(50)

c). Tidak pernah

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Teknik Pokok

a. Angket/Kuesioner

Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan angket. Angket atau kuesioner yang berisi daftar

pertanyaan yang secara tertulis terdiri dari intem-intem pertanyaan

yang berkaitan dengan penelitian dan responden hanya menjawab

pertanyaan dari alternatif jawaban yang sudah ada, diberikan kepada

subjek penelitian untuk menjelaskan Pengaruh Sikap Dan Motivasi

Warga Masyarakat Terhadap Rendahnya Partisipasi Dalam

Pelaksanaan Kegiatan Siskamling Di Kelurahan Labuhan Ratu Raya

RT 05 Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun 2013,

angket ini dibuat dalam bentuk soal pilihan ganda yang bersifat

tertutup.

2. Teknik Penunjang

a. Wawancara

Wawancara ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung

kepada responden. Teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang


(51)

digunakan untuk memperoleh data dasar dalam membuat

pendahuluan, khususnya mengenai latar belakang masalah. Dengan

wawancara akan diketahui keadaan sebenarnya, permasalahnnya yang

ada di tempat peneliti tersebut. Wawancara dilakukan dengan

masyarakat RT 05 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan

Labuhan Ratu Bandar Lampung.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mendukung keterangan dan

fakta-fakta yang ada hubungannya dengan penelitian.

G. Uji Persyaratan Instrumen

Pelaksanaan penelitian di lapangan dengan membawa surat izin penelitian

dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

dengan No: 2480/UN.26/3/PL/2013. setelah mendapat surat pengantar dari

Dekan, selanjutnya penulis mengadakan penelitian, dalam pelaksanaan

penelitian ini penulis melalui beberapa tahap yaitu:

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini untuk menentukan validitas item soal dilakukan

kontrol langsung terhadap teori-teori yang dimahirkan

indikator-indikator yang dipakai. Validitas yang dipakai dalam penelitian ini

adalah logical validity dengan cara judmemt yaitu dengan


(52)

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Berdasarkan konsultasi tersebut

diadakan revisi atau perbaikan sesuai dengan keperluan. Adapun uji

validitas empiris dilakukan dengan cara menganalisis secara kuantitatif

hasil uji coba instrumen. Pengujian validitas dengan cara melakukan

korelasi antar skor item koesioner dan total skor koesioner.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan instrument yang cukup dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data, karena instrument

tersebut sudah cukup baik sehingga mampu menggunakan data yang

dapat dipercaya.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:221), suatu alat ukur dikatakan

reliabel apabila alat ukur tersebut menunjukkan hasil yang dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen itu baik.

Untuk menguji alat ukur tersebut dilakukan dengan tehnik belah dua

dan dengan cara sebagai berikut:

1. Uji coba dengan 10 orang diluar responden.

Tabel 3.2 Distribusi Hasil Uji Coba Angket pada 10 Responden di Luar Sampel Untuk Item Ganjil (X).

No .

Nomor Item Ganjil

Skor

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

1 3 2 2 2 3 2 2 1 3 3 23


(53)

No .

Nomor Item Ganjil

Skor

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

3 3 2 2 1 2 2 3 2 3 3 22

4 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 25

5 3 1 1 1 1 2 3 2 3 3 20

6 2 2 1 1 2 2 1 2 3 3 19

7 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 17

8 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 22

9 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 25

10 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 23

∑ X 218

Sumber: Analisis Data Uji Coba Angket Tahun 2013

Dari data tabel di atas diketahui ∑ X = 218 yang merupakan hasil penjumlahan hasil skor uji coba angket kepada 10 orang di luar responden

dengan indikator item ganjil. Hasil penjumlahan ini akan dipakai dalam

tabel kerja hasil uji coba angket antara item ganjil (X) dengan genap (Y)

untuk mengetahui besar reliabilitas kevalidan instrumen penelitian.

2. Mengelompokkan item ganjil dan item genap.

Tabel 3.3 Distribusi Hasil Uji Coba Angket pada 10 Responden di Luar Sampel Untuk Item Genap (Y).

No. Nomor Item Genap Skor

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

1 2 3 2 2 2 3 1 3 2 2 22

2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 21

3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 3 22

4 3 2 2 1 1 2 1 2 2 3 19

5 2 2 1 1 1 2 1 2 3 3 18

6 2 3 1 1 1 2 1 2 3 3 19

7 2 3 1 2 1 2 2 1 2 2 18

8 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

9 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 19

10 2 1 3 3 2 3 1 2 2 2 21

∑ Y 199


(54)

Dari data table di atas diketahui ∑ Y = 199 yang merupakan hasil penjumlahan hasil skor uji coba angket kepada 10 orang di luar responden

dengan indikator item genap. Hasil penjumlahan ini akan dipakai dalam

tabel kerja hasil uji coba angket antara item ganjil (X) dengan genap (Y)

untuk mengetahui besar reliabilitas kevalidan instrumen penelitian.

Tabel 3.4 Tabel Kerja Hasil Antara Item Ganjil (X) dengan Item Genap (Y)

No X Y XY

1 23 22 529 484 506

2 22 21 484 441 462

3 22 22 484 484 484

4 25 19 625 361 475

5 20 18 400 324 360

6 19 19 361 361 361

7 17 18 289 324 306

8 22 20 484 400 440

9 25 19 625 361 475

10 23 21 529 441 483

Jumlah 218 199 4810 3981 4352

Sumber: Analisis Data Primer Uji Angket Tahun 2013.

Data tabel di atas merupakan hasil dari penggabungan hasil skor uji coba

angket kepada 10 orang di luar responden dengan indikator item ganjil (X)

dengan genap (Y). Hasil keseluruhan dari tabel kerja uji coba angket

antara item ganjil (X) dengan genap (Y) akan dikorelasikan menggunakan

rumus Product Moment guna mengetahui besarnya koefisien Korelasi

instrumen penelitian.

3. Mengkorelasikan nomor pertanyaan x dan y dalam rumus Product


(55)

  

 

 

                   

n y Y n x x n y x xy rxy 2 2 2 2

  

 

 

                10 199 3981 10 218 4810 10 199 218 4352 2 2 xy r

4810 4752



3981 3960,1

2 , 4338 4352     xy r

 

58 20,9

8 , 13  xy r 2 , 1212 8 , 13  xy r 8 , 34 8 , 13  xy r

rxy 0,39

Selanjutnya untuk mencari reliabilitasnya alat ukur ini maka dilanjutkan dengan penggunakan rumus Spearman Brown agar diketahui seluruh item dengan langkah sebagai berikut:

 

gg gg xy r r r   1 2

39 , 0 1 39 , 0 2   xy r


(56)

39 , 1

78 , 0

xy r

0,56 xy

r

Dari hasil pengolahan data tersebut, kemudian penulis mengkorelasikan dengan kriteria reliabilitas sebagai berikut:

0,90 – 1,00 = reliabilitas tinggi 0,50 – 0,89 = reliabilitas sedang 0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah

Berdasarkan kriteria di atas maka angket yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas sedang, yaitu 0,56. Sehingga angket tersebut dapat dipergunakan dalam penelitian selanjutnya.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini, analisis data dilakukan setelah data terkumpul yaitu dengan

mengidentifikasikan data, menyeleksi, dan selanjutnya dilakukan klasifikasi

data, serta menyusun data. Adapun tekhniknya sebagai berikut:

1. Menentukan klasifikasi skor dengan menggunakan rumus interval, yaitu :

I =

K NR NT

Keterangan:

I : Interval

NT : Nilai Tinggi


(57)

K : Kategori

Sutrisno Hadi (1983: 12).

2. Kemudian untuk mengetahui tingkat presentase digunakan rumus sebagai

berikut :

P = x100% N

F

Keterangan:

P = Besarnya persentase

F = Jumlah alternatif seluruh item

N = Jumlah perkalian antar item dan responden.

3. Pengujian Hipotesis secara Sendiri-sendiri

Untuk menguji hipotesis pertama, kedua, ketiga, yaitu kreatifitas guru

mengajar dan minat belajar siswa terhadap hasil belajar digunakan statistik

t dengan model regresi linier sederhana, yaitu:

Ŷ= a + bX a =

2( )( )

� Ʃ 2( )2

b = � −( )( ) � Ʃ 2( )2

Keterangan:

Ŷ = Subyek dalam variabel yang diprediksikan a = Nilai intercept (konstanta) harga Y jika X = 0


(58)

b = Koefisien arah regresi penentu ramalan (prediksi) yang

menunjukkan nilai peningkatan atau penurunan variabel Y.

X = Subyek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu.

Setelah menguji hipotesis regresi linier sederhana dilanjutkan dengan uji

signifikan dengan rumus sebagai berikut:

t0 = ��

Keterangan :

t0 = Nilai teoritis observasi

b = Koefisien arah regresi

Sb = Standar deviasi

Kriteria penguji hipotesis yaitu:

Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan jika thitung < ttabel maka H0 diterima.

ttabel diperoleh dari daftar distribusi t dengan peluang (1- α) dan dk = n-2

(Sudjana, 2005)

4. Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan rumus regresi berganda,

hal ini dilakukan untuk mengetahui tentang pengaruh variabel-variabel

bebas secara besama-sama (simultan) terhadap variabel terikat (variabel

tak bebas) dengan prosedur analisis sebagai berikut :

4 4 3 3 2 2 1 1 0

ˆ a a X a X a X a X

Y     

Keterangan :


(59)

a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = 1,2,3,4 ialah koefisien-koefisien regresi, dan

X = 1,2,3,4 adalah harga-harga variabel bebas 1,2,3,4 yang disubtitusikan

ke dalam persamaan regresi di atas dalam rangka memprediksi nilai

variabel Y. ( Sudjana, 2005:347).

Selanjutnya untuk membedakan dengan korelasi antara dua variabel X dan Y,

yang telah dinyatakan dengan r, maka untuk mengukur derajat hubungan

antara tiga variabel atau lebih, akan digunakan simbol R, maka R ditentukan

oleh rumus :

2

2

i reg y JK R


(60)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis

data yang telah diuraikan mengenai pengaruh sikap dan motivasi masyarakat

terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara sikap masyarakat

terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling di

Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05 Kecamatan Labuhan Ratu Kota

Bandar Lampung Tahun 2013, ini berarti semakin mendukung sikap

masyarakat maka semakin tinggi partisipasinya, semakin buruk sikap

masyarakat maka semakin rendah partisipasinya.

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi masyarakat

terhadap partisipasi pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan

Labuhan Ratu Raya RT 05 Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar

Lampung Tahun 2013. Ini berarti semakin baik motivasi masyarakat

maka semakin tinggi partisipasinya, semakin buruk motivasi masyarakat


(1)

a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = 1,2,3,4 ialah koefisien-koefisien regresi, dan

X = 1,2,3,4 adalah harga-harga variabel bebas 1,2,3,4 yang disubtitusikan ke dalam persamaan regresi di atas dalam rangka memprediksi nilai variabel Y. ( Sudjana, 2005:347).

Selanjutnya untuk membedakan dengan korelasi antara dua variabel X dan Y, yang telah dinyatakan dengan r, maka untuk mengukur derajat hubungan antara tiga variabel atau lebih, akan digunakan simbol R, maka R ditentukan oleh rumus :

2

2

i reg

y JK R


(2)

88

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data yang telah diuraikan mengenai pengaruh sikap dan motivasi masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara sikap masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05 Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung Tahun 2013, ini berarti semakin mendukung sikap masyarakat maka semakin tinggi partisipasinya, semakin buruk sikap masyarakat maka semakin rendah partisipasinya.

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi masyarakat terhadap partisipasi pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05 Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung Tahun 2013. Ini berarti semakin baik motivasi masyarakat maka semakin tinggi partisipasinya, semakin buruk motivasi masyarakat maka semakin rendah partisipasinya


(3)

3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara sikap dan motivasi masyarakat terhadap partisipasi pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05 Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung Tahun 2013. Ini berarti semakin baik sikap dan motivasi masyarakat maka semakin baik partisipasinya dan sebaliknya, semakin buruk sikap dan motivasi masyarakat maka semakin buruk partisipasinya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai sikap dan motivasi masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan siskamling di Kelurahan Labuhan Ratu Raya RT 05 Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung Tahun 2013, maka penelitian ini mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Kepada Lurah Labuhan Ratu Raya diharapkan untuk lebih banyak memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya kegiatan siskamling khususnya masyarakat RT 05 Labuhan Ratu Raya.

2. Kepada ketua RT 05 diharapkan lebih banyak mengajak warganya untuk lebih mengiatkan siskamling, serta menjadi contoh untuk warganya.

3. Kepada seluruh kepala keluarga RT 05 diharapkan untuk berpartisipasi walaupun tidak dalam bentuk fisik, benda, dan uang dalam pelaksanaan


(4)

90

kegiatan siskamling sehingga semuanya dapat ambil andil dalam tercapainya keamanan serta kenyamanan dilingkungan RT 05.

4. Kepada seluruh masyarakat diharapkan untuk turut membantu dalam peaksanaan siskamling meskipun tidak mendapatkan giliran untuk berjaga karena keamanan bukan hanya tanggung jawab Polisi maupun warga yang siskamling saja akan tetapi tanggung jawab kita semua.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2009. Sosiologi Skematika Teori, Dan Penerapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Afila.Jodi, 2012. Sistem Keamanan Lingkungan Sebagai Salah Satu Model Neighborhood Watch Program. http://tinyurl.com/opothm3/2012/06/28 Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Belajar. (Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Amsia, Thontowi. 2008. Prespetif Kewarganegaraan Dalam Ketahanan Nasional. Lampung : KDT.

Apriandi, Kiki. 2012. Pengaruh Pandangan Materealistis Dan Sikap Individualis Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Kegiatan Gotong Royong Di Kelurahan Wayhalim Permai Rt 08 Kecamatan Sukarame Bandar Lampung Tahun 2012. Unila.Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (2003), Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia

Basrowi dan Soeyono. 2007. Metode Analisis Data Sosial. Kediri: CV Jenggala Pustaka Utama.

Dimyati Dan Mudjiono.2006. Belajar Dan Pembelajaran (Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Djaali, H. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara. Gerungan, W.A, 2000.Psiklogi Sosial. Bandung : Enrisco.

Ghufron, M. Dan Riswanti. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.


(6)

Hadi, Sutrisno. 1983. Metodologi Research. Djogjakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Isbandi Rukminto Adi. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset

Komunitas: Dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok : FISIP UI Press. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antopologi. (Revisi), Jakarta : Rineka

Cipta.

Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya-Upaya Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Rahmadani, Eva. 2010 . Hubungan Antara Kegiatan Ekstrakrikuler Tapak Suci Dengan Disiplin Siswa Kelas X Semester I Di Sma Muhammadiyah 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. Unila. Lampung

Ross, Murray G., And B.W. Lappin. 1967. Community Organization: Theory, Principles And Practice. Second Edition. Newyork: Harper & Row Publishers.

Sardiman, AM. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

_____________. 2010. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar.(Revisi) Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. (Revisi), Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sudjana.2005. Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi. Bandung : Tarsito.

Totok Mardikanto 2003, Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta : UNS PRESS.

Walgito Bimo, 2003. Pengantar Sikap. Bandung : Bina Cipta.

Wazir Ws, 1999. Panduan Penguatan Menejemen Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta : Sekretariat Bina Desa.

Wikipedia. 2013. Masyarakat.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN SIKAP ISTRI TENTANG MEROKOK DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP INTENSITAS MEROKOK KEPALA KELUARGA DI RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, DAN RT 13 KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

7 45 70

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP TINDAKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA WANITA USIA SUBUR DI POSYANDU KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN LABUHAN RATU KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

1 8 67

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP LESBIAN (Studi kasus di Kelurahan Sepang Jaya Bandar Lampung )

1 4 65

EFEKTIVITAS PROGRAM BINA LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT NELAYAN KELURAHAN KOTA KARANG RAYA BANDAR LAMPUNG

7 60 69

PENGARUH PEMEKARAN KELURAHAN TERHADAP KEPUASAN PELAYANAN KEPENDUDUKAN (Studi Pada Kelurahan Kota Sepang dan Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung)

2 51 107

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GOLPUT DALAM PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015(Studi Pada Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung)

1 18 119

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBERDAYAAN KESEHATAN WARGA KELURAHAN PERUMNAS WAY HALIM KOTA BANDAR LAMPUNG

3 26 130

Partisipasi dan Motivasi Komunitas Indorunners Pada Kegiatan Lari di Kota Bandar Lampung (Studi Deskriptif Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Eksistensi Komunitas Lari).

0 1 13

PELAKSANAAN FUNGSI FORUM KOORDINASI PIMPINAN DI KECAMATAN LABUHAN RATU KOTA BANDAR LAMPUNG

0 0 10

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK DALAM MENANAMKAN NILAI IBADAH SHALAT DI KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 107