3.7.6 Kegiatan Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang Instalhar dan Sisjang
Instalasi pemeliharaan dan sistem penunjang merupakan pelaksana fungsi pemeliharaan dan perbaikan terhadap alat produksi dan alat laboratorium sehingga
siap digunakan, penatalaksanaan limbah industri, menyiapkan fasilitas pendukung utility guna mendukung kegiatan produksi dan merencanakan kebutuhan suku
cadang untuk mendukung kegiatan pemeliharaan dan perbaikan. Seluruh kegiatan pemeliharaan dan perbaikan dilaporkan kepada Kalafi.
Fasilitas pendukung utility yang ada di Lafi Ditkesad adalah: pengolahan air baku farmasi, instalasi listrik, instalasi boiler steam, instalasi udara
bertekanan, Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL dan sistem pengaturan udara Air Handling System.
Penanggung jawab pengolahan fasilitas pendukung utility ini adalah Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang Kainstalhar dan Sisjang.
Fasilitas pendukung utility terdiri dari: 1. Listrik
Sumber listrik Lafi Ditkesad berasal dari PLN dengan daya sebesar 1000 kVA. Pada saat ini belum digunakan generator karena jarang terjadi
pemadaman listrik dari PLN. 2. Pengolahan Air
Sumber air bersih didapat dari suplai Perusahaan Daerah Air Minum PDAM yang kemudian diolah menjadi air baku farmasi melalui
instalasi pengolahan air. Air baku farmasi adalah air yang telah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku air untuk produksi steril
maupun non steril. Pemilihan PDAM sebagai sumber air oleh Lafi
Universitas Sumatera Utara
Ditkesad adalah karena lebih sedikit kandungan logamnya dibandingkan dengan air tanah.
a. Pengolahan Air Demineralisata Air yang berasal dari PDAM terlebih dahulu ditampung pada
tangki yang tertanam di dalam tanah ground tank kemudian dialirkan melalui pipa ke dalam suatu alat filtrasi. Air yang diolah menjadi air
demineralisata mengalami beberapa tahap: 1. Saringan Pasir sand filter
Menyaring secara fisik menggunakan pasir silika dan berfungsi untuk mengikat partikel-partikel yang terbawa oleh
air selama pengolahan air di PDAM. 2. Saringan Karbon carbon filter
Saringan karbon berfungsi untuk menyerap bau, rasa, warna, kontaminan organik dan unsur klor yang ditambahkan
pada pengolahan air di PDAM. 3. Resin Kation
Resin kation berfungsi untuk menghilangkan ion-ion positif pada air dan kemudian akan digantikan dengan ion hidrogen.
4. Resin Anion Resin anion berfungsi untuk menghilangkan ion-ion negatif
dan ditukar dengan ion hidroksida, sehingga menghasilkan air dengan kandungan Total Dissolved Solid TDS kurang dari 8
ppm dan silika kurang dari 0,1 ppm. Setelah mengalami
Universitas Sumatera Utara
beberapa tahap pemurnian, air demineralisata dialirkan ke ruang-ruang produksi dan laboratorium untuk digunakan.
b. Air Suling Instalasi air suling merupakan kelanjutan dari instalasi air
demineralisata yang dihubungkan dengan alat pemproses air suling, dengan alat ini dihasilkan air suling.
3. Boiler Steam Air baku untuk menghasilkan uap panas adalah air demineralisata
yang diberi tekanan melalui pompa air masuk ke filter kemudian ditampung di dalam tangki stainless steel untuk mensuplai steam. Air
dipanaskan melalui boiler hingga menjadi uap. Alat ini bekerja secara semi otomatis dengan alat-alat pengaman yang lengkap. Udara panas yang
dihasilkan dialirkan melalui pipa ke ruang-ruang produksi yang membutuhkannya.
4. Udara Bertekanan Udara bertekanan diperoleh dengan menggunakan alat kompresor
yang bekerja secara otomatis dengan alat pressure switch. Kompresor juga dilengkapi dengan air dryer, main line filter, mist separator dan micro
mist separator . Kompresor ini digunakan hanya pada peralatan yang
memerlukan udara bertekanan. 5. Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL
Limbah dari industri farmasi harus diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak
mencemari lingkungan di sekitar industri tersebut. Limbah Lafi Ditkesad
Universitas Sumatera Utara
berasal dari proses produksi dan proses pengujian yang terbagi atas limbah padat dan limbah cair.
Pada produksi Non-Betalaktam, pengolahan limbah padat dilakukan dengan menggunakan dust collector dimana limbah berupa debu
disedot dari ruang produksi dengan blower kemudian dikumpulkan dalam kantong penampung dan dibakar. Khusus untuk limbah dari proses
penyalutan tablet, terlebih dahulu diolah dengan air washer. Sedangkan limbah cair produksi Non-Betalaktam langsung dialirkan ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah IPAL. Pada produksi Betalaktam, pengolahan limbah terlebih dahulu
diolah melalui air washer, dimana limbah padat debu-debu disedot oleh blower
dari ruangan yang berdebu seperti ruangan strip, isi kapsul, cetak, coating
, campur dan ruang isi sirup kering, kemudian disemprot dengan air bertekanan 4 bar sehingga debu akan jatuh di bak penampungan. Air
dialirkan ke bak destruksi yang dilengkapi dengan dozing pump dan pH meter. Cairan ini didestruksi untuk memecah cincin Betalaktam dengan
menggunakan larutan NaOH 0,1N yang diteteskan secara otomatis sampai diperoleh pH 9, lalu kembali dinetralkan dengan pemberian HCl.
Sedangkan limbah cair produksi Betalaktam ditampung di bak untuk didestruksi terlebih dahulu. Selanjutnya, limbah hasil produksi Betalaktam
dialirkan ke IPAL untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Pengolahan limbah menggunakan cara fisika, kimia dan
mikrobiologi. Cara fisika dilakukan dengan cara mengendapkan kotoran pada bak sedimentasi. Cara kimia dilakukan dengan menambahkan
Universitas Sumatera Utara
koagulan PAC Poly Alumunium Chloride pada bak koagulan dan flokulan polimer anionik pada bak flokulasi. Cara mikrobiologi dilakukan
pada bak aerasi dengan cara mengembangbiakkan bakteri aerob di dalamnya agar dapat menghancurkan zat-zat organik. Untuk menjaga
pertumbuhan bakteri ditambahkan pupuk urea atau NPK sebagai nutrisi untuk bakteri. Tahapan pengolahan air limbah di IPAL meliputi beberapa
tahap sebagai berikut dapat dilihat pada lampiran 18, halaman 93: a. Bak Sedimentasi Awal
Air limbah yang masuk dari produksi Betalaktam dari bak destruksi maupun Non-Betalaktam, laboratorium akan ditampung
dan pengotornya diendapkan dalam bak ini. Dari bak ini air mengalir ke bak pengendapan Sedimentasi pertama.
b. Bak Sedimentasi Pertama Pada tahap ini terjadi pengendapan kembali, di dalam bak ini
terdapat sekat-sekat yang menghambat laju aliran air sehingga reaksi pengendapan berlangsung lama. Air limbah dari bak ini
mengalir ke bak ekualisasi. c. Bak Ekualisasi
Bak ini dilengkapi dengan pompa untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air kotor yang tidak merata, yaitu pada jam kerja dan di luar
jam kerja. Bak ini juga disertai dengan pengaduk untuk mengaduk bahan-bahan organik agar tidak mengendap.
Universitas Sumatera Utara
d. Bak Aerasi Aeration Tank Air limbah masuk ke dalam bak ini dengan menggunakan pompa
secara kontinyu. Di dalam bak ini terdapat bakteri aerob yang berguna untuk menghancurkan zat-zat organik. Bak ini dilengkapi
dengan aerator untuk memasukkan oksigen ke dalam air limbah. Selain itu di dalam bak ini terdapat pengaduk yang berfungsi untuk
mengaduk air limbah sehingga bakteri menyebar merata dan menjaga agar keseluruhan air limbah mengalami kontak langsung
dengan bakteri. Untuk menjaga pertumbuhan bakteri ditambahkan pupuk ureaNPK sebagai nutrisi untuk bakteri.
e. Bak Sedimentasi KeduaBak Clarifier
Air limbah dari bak aerasi mengalir ke dalam bak clarifier. Dalam bak ini hanya terjadi proses pengendapan. Bak berbentuk kerucut
di bagian bawah untuk menampung endapan. f. Bak
Koagulasi Air dari bak clarifier masuk ke dalam bak koagulasi. Di dalam bak
ini ditambahkan koagulan PAC Poly Aluminium Chloride dengan menggunakan dozing pump yang disertai dengan pengaduk.
Konsentrasi PAC yang diteteskan dalam larutan yaitu 50 kg PAC dalam 1000 L air. Bak koagulasi berfungsi sebagai bak penampung
koagulasi. g. Bak
Flokulasi Dari bak koagulasi air dialirkan ke bak flokulasi yang berfungsi
untuk mengendapkan endapan yang masih terbawa. Di dalam bak
Universitas Sumatera Utara
ini ditambahkan polimer anionik sebagai flokulan dengan konsentrasi 1 kg polianionik dalam 1000 L air. Pada bak flokulasi,
air yang sudah jernih mengalir ke bak kontrol melalui bidang yang miring ke satu arah untuk menahan endapan dan partikel-partikel
lain yang masih terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi. Melalui bidang miring ini, air jernih pada bak flokulasi mengalir ke
bak kontrol, sedangkan endapan yang masih terbawa akan mengendap dan masuk ke bak sedimentasi ketiga yang merupakan
bak pengendapan akhir. h. Bak Sedimentasi Ketiga Bak Pengendapan Akhir
1 Dari bak flokulasi, air yang masih mengandung endapan dialirkan ke dalam bak sedimentasi ketiga yang berbentuk
kerucut di bagian bawah bak. Pada bak ini diberi karung yang berfungsi sebagai penyaring untuk menampung endapan,
sedangkan air yang lebih jernih masuk ke dalam bak penampung cairan.
2 Bak Penampung Cairan Dari bak ini air yang kemungkinan masih mengandung
endapan dialirkan ke bak sedimentasi kedua untuk dilakukan pengolahan kembali sampai limbah tersebut benar-benar
bersih dari senyawa kimia yang berbahaya. i.
Bak Bidang Miring Bak bidang miring merupakan bagian dari bak flokulasi. Bak
bidang miring ini menahan endapan dan partikel-partikel lain yang
Universitas Sumatera Utara
masih terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi. Melalui bidang miring ini, air jernih pada bak flokulasi mengalir ke bak kontrol,
sedangkan endapan yang masih terbawa akan mengendap dan masuk ke bak sedimentasi ketiga bak pengendapan akhir.
j. Bak Kontrol
Air yang sudah jernih dialirkan ke bak kontrol yang berisi ikan sebagai kontrol biologi. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar
COD Chemical Oxygen Demand, BOD Biological Oxygen Demand
dan TDS Total Dissolve Solid dari air yang terdapat dalam bak kontrol ini, jika hasilnya memenuhi persyaratan maka
air dapat dibuang ke saluran pembuangan akhir. 6. Air Handling System AHS
Air Handling System AHS adalah sistem pengaturan udara yang
berfungsi mengkondisikan udara dalam ruangan produksi yang dilengkapi dengan sarana pengatur suhu dan kelembaban. Parameter ini dapat
mempengaruhi kualitas produk dari industri farmasi, selain itu juga terdapat parameter lainnya antara lain air change pertukaran udara,
tekanan udara, kontaminasi mikroba dan cemaran partikel. Tujuan dari sistem ini adalah untuk menyediakan aliran udara kering dan dingin yang
tepat untuk tiap-tiap ruangan produksi. Pada ruang Kelas D terdapat prefilter dan medium filter, sedangkan
pada ruang Kelas B dan C terdapat prefilter, medium filter dan HEPA filter, pada ruang Kelas A selain terdapat prefilter, medium filter dan
HEPA filter juga dilengkapi dengan LAF Laminar Air Flow. Pada ruang
Universitas Sumatera Utara
produksi tablet dan sirup kering tekanan udara ruangan akan lebih negatif dari tekanan udara pada ruang koridor. Sebaliknya, untuk ruang produksi
sirup cair tekanan udara akan lebih positif dibandingkan koridor. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi debu, karena aliran udara
bergerak dari tekanan yang tinggi ke yang lebih rendah. Pada ruang produksi Betalaktam, tekanan udara di dalam ruang produksi harus lebih
rendah daripada koridor supaya tidak terjadi pencemaran partikel Betalaktam ke daerah koridor yang dilewati personil.
Berikut pengendalian udara di beberapa ruang produksi Lafi Ditkesad:
a. Pengendalian udara di ruang Kelas C Ukuran partikel
: 0,5 μm maksimum 10.000feet
3
Relative humidity : 50-60
Filter :
Pre filter efisiensi 30-60
Medium filter efisiensi 80-95 HEPA filter efisiensi 99,995
Sirkulasi udara : 20 kali per jam
Asal udara : fresh air
b. Pengendalian udara di ruang Kelas B Ukuran partikel
: ≥ 0,5 μm maksimum 100feet
3
Relative humidity : 45-50
Filter : Pre filter
efisiensi 30-60 Medium
filter efisiensi 80-95
HEPA filter
efisiensi 99,995
Universitas Sumatera Utara
Sirkulasi udara : 20 kali per jam
Asal udara : fresh air 10 dan sirkulasi 90
c. Pengendalian udara di ruang Kelas A Ukuran partikel
: ≥ 0,5 μm maksimum 100feet
3
Relative humidity : 40
Filter :
Pre filter efisiensi 30-60
Medium filter efisiensi 80-95
HEPA filter
efisiensi 99,995 Laminar Air Flow
Sirkulasi udara : 120 kali per jam
Pengumpul debu dust collector adalah suatu pembersih yang bekerja dengan cara menghisap debu-debu yang terdapat pada ruang-ruang
produksi dan mencampur aliran udara yang berdebu dengan air di dalam air washer
Roto Klon. Hasil olahan air washer tersebut selanjutnya dibawa ke IPAL untuk diolah lebih lanjut, khusus untuk hasil olahan air
washer dari produksi Betalaktam terlebih dahulu melewati destruktor.
Cara kerja AHS: Sistem tata udara secara umum dapat dijelaskan secara singkat
sebagai berikut: Suplai udara dalam sistem tata udara berasal dari udara luar udara terbuka dikenal istilah fresh air. Volume fresh air yang masuk
ke sistem ditentukan oleh volume damper yang telah terpasang. Udara tersebut disaring pada saringan pertamaprefilter yang mampu menangkap
partikel yang berukuran ≥ 1 µm. Udara tersebut akan disaring kembali
untuk yang kedua kalinya oleh medium filter yang mampu menangkap
Universitas Sumatera Utara
partikel yang berukuran ≥ 0,5 µm. Selanjutnya oleh Cooling Coil udara
tersebut diatur suhunya sesuai dengan yang dikehendaki. Tahap selanjutnya udara akan melewati Heating Coil yang berfungsi untuk
mengatur kelembaban sesuai dengan yang dikehendaki. Udara yang sudah terkondisi tersebut akan dihembuskan oleh fan
coil ke kelas DE. Fan Coil berfungsi sebagai pengatur jumlah sirkulasi
udara air change yang dalam kerjanya dikombinasikan dengan sistem damper
. Udara bersih yang dihembuskan ke kelas DE 100 berasal dari fresh air
yang diproses. Suplai udara untuk ruang kelas A dan B merupakan udara recycle yang bersirkulasi terus-menerus melalui filter-
filter yang digunakan. Untuk mencukupi suplai oksigen di kelas A dan kelas B,
dimasukkan udara segar melalui damper yang dapat mencukupi suplai oksigen ± 20. Sistem ini dibuat dengan proses pengolahan seperti aliran
udara untuk kelas D kemudian langsung disalurkan melewati HEPA filter ke kelas A, B dan kelas C.
3.8 Tinjauan Khusus tentang Instalasi Penyimpanan Lafi Ditkesad 3.8.1 Bangunan dan Fasilitas