D. Bagi Hasil Penerimaan PBB
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No. 553KMK.032002 tentang pembagian hasil penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah
adalah Sebagai Berikut: 1. 90 dari hasil penerimaan PBB merupakan bagian dari penerimaan untuk
pemerintah Daerah tingkat I dan Pemerintah Daerah Tingkat II, dan harus dikurangi terlebih dahulu dengan biaya pemungutan. Berikut adalah pembagian hasil
penerimaan PBB: a. 16,2 untuk Pemerintah Daerah tingkat I atau Provinsi yang bersangkutan
b. 64,8 untuk Pemerintah Daerah tingkat II atau Kabupaten Kota yang bersangkutan.
c. 9 untuk biaya pemungutan untuk mendukung operasional pemungutan PBB, peningkatan kualitas SDM, komputerisasi perpajakan dan insentif atas prestasi
kerja karyawan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. 2. 10 dari hasil penerimaan PBB untuk pemerintah pusat dibagikan kepada seluruh
daerah kabupatenkota berdasarkan realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan, Alokasi pembagiannya adalah sebagai berikut:
a. 65 dibagikan secara merata kepada seluruh Daerah KabupatenKota. b. 35 dibagikan kepada Daerah KabupatenKota yang realisasi penerimaan PBB
dari sektor pedesaan dan perkotaan pada tahun anggaran sebelumnya telah mencapai atau melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
Sesuai dengan tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM yang penulis laksanakan di KPP Pratama Binjai, dalam menilai kepatuhan Wajib Pajak PBB, maka
dalam bab analisa dan evaluasi data ini penulis akan menyajikan data kedalam tabel 4.1 tentang jumlah Objek Paja dan Bangunan dalam empat tahun terakhir. Sehingga dapat
diketahui perkembangan dari tahun ke tahun. Berikut tabel tentang laporan Objek Pajak dan Bangunan yang terdaftar.
Tabel 4.1 Objek Pajak yang telah terdaftar di KPP Pratama untuk wilayah Kota Binjai.
Tahun Luas Ha
Jumlah Objek Pajak
Bumi Bangunan
2010 1.481.751.365
9.440.216 346.537
2009 1.302.660.405
8.836.559 303.863
2008 1.251.805.899
8.501.775 287.791
Sumber: KPP Pratama Binjai Tahun 2010
Tabel di atas menunjukan bahwa setiap tahunnya di KPP Pratama Binjai mengalami peningkatan dalam hal luas Bumi dan Bangunan sehingga dapat penulis
simpulkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat sebagai wajib pajak PBB di Kawasan KPP Pratama Binjai semakin meningkat.
Peningkatan Realisasi penerimaan sebagai wujud dari kepatuhan masyarakat di seputaran kawasan KPP Pratama Binjai juga dapat dilihat dari bertambahnya jumlah
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT. Berikut tabel SPPT Bumi dan Bangunan:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Jumlah SPPT PBB
Tahun Jumlah SPPT
2010 346.239
2009 303.743
2008 287.591
Sumber: KPP Pratama Binjai Tahun 2010
Pada bab ini penulis juga akan menganalisa tentang tata cara pembayaran di KPP Pratama Binjai, Faktor-faktor yang mempengaruhi WP PBB dalam membayar PBB di
Kota Binjai, dan Usaha-usaha yang dilakukan fiskus dalam meningkatkan kepatuhan WP PBB dalam membayar PBB di Lingkungan KPP Pratama Binjai.
A.Tata Cara Pembayaran PBB di KPP Pratama Binjai
Tata cara pembayaran di KPP Pratama Binjai atau pelaksanaan pembayaran PBB yang mempermudah WP PBB melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga
kepatuhan dan kesadaran WP PBB yang selama ini belum sepenuhnya berjalan dengan sempurna akan dapat diminimalisir dengan segala kemudahan yang bdiberikan.
Adapun tata cara pembayaran di KPP Pratama Binjai adalah sebagai berikut: 1. Dipungut kolektor atau petugas PBB kelurahandesa yang ditunjuk resmi .
Kolektor adalah petugas atau tenaga pemungut PBB yang ditunjuk resmi oleh fiskus untuk mempermudah pembayaran WP PBB.
Berdasarkan pengertian dari kolektor tersebut, kolektor mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:
a. mendatangi WP PBB untuk memungut PBB sesuai dengan SPPT.
Universitas Sumatera Utara
b. Sebagai bukti pembayaran kolektor memberikan Tanda Terima Sementara TTS. c. Memasukkan hasil pemungutan PBB dalam Daftar Penerimaan Harian Pajak Bumi
dan Bangunan DPH PBB. d. Menyetorkan hasil punguta PBB dengan menggunaka DPH dalam rangkap ke tempat
pembayaran yang telah ditentukan seperti Bank, Kantor Pos dan Giro. 2. Bank atau Kantor Posdan Giro atau tempat pembayaran yang tercantum pada SPPT.
WP PBB juga dapat menyetor langsung ke Bank tanpa menunggu Kolektor datang untuk memungut , dengan cara:
a. WP PBB mendatangi Bank Tempat Pembayaran BTP seperti : BNI, Bank Sumut,BCA, BRI, Bank Mandiri, Bank Bumi Putra.
b. Mengisi data yang tediri dari identitas wajib pajak, Nilai Objek Pajak NOP, nama kelurahan, jumlah PBB terutang, dan tahun pajak dengan tepat, lengkap dan
benar. c. Menerima Tanda Terima Pembayara PBB dari Bank.
3. Pembayaran melalui media elektronik seperti Anjungan Tunai Mandiri ATM, ataupu Internet Banking.
Selain dikutip langsung oleh kolektor dan datang ke Bank, WP PBB juga dapat melakukan pembayaran melalui ATM, dengan cara sebagai berikut:
a. WP PBB mendatangi Fasilitas perbankan elektronik dengan membawa data tentang Nomor Objek Pajak NOP dan tahun pajak.
b. Membuka menu pembayaran pajak. c. Mengisi elemen dari tampilan dengan data secara tepat, lengkap dan benar.
Universitas Sumatera Utara
d. Meneliti Identitas WP yang terdiri dari NOP, nama kelurahan, jumlah PBB terutang, dan tahun pajak yang muncul pada tampilan berupa ”Tanda Terima
Pembayaran PBB” yang dipersamakan dengan Surat Tanda Terima Sementara STTS.
e. Mengecek Tanda Terima Pembayaran PBB.
Keuntungan Pembayaran Pajak Buni dan Bangunan melalui media elektronik adalah sebagai berikut:
1. Melayai pembayara Pajak Bumi dan Bangunan untuk objek pajak di seluruh Indonesia.
2. Tidak Terkait pada hari dan jam Operasional Bank Pelayanan 24 jam. 3. Terhindar dari antrian pada saat pembayaran.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB di KPP Pratama Binjai.
Tingkat Kepatuhan masyarakat pada kawasan KPP Pratama Binjai sebagai WP PBB sudah cukup baik dilihat dari masyarakat yang datang langsung ke Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai untuk meminta SPOP untuk mendaftarkan objek pajaknya dan itu juga tidak terlepas dari kinerja dan kerjasama yang baik antara fiskus
dengan pihakinstansi terkait, sehingga penerimaan dari PBB sudah memenuhi target dari realisasi peneriman, walaupun masih ada sebagian kecil yang masih belum melaksanakan
kewajibannya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara dengan fiskus dan dari beberapa WP PBB faktor- faktor yang menyebabkan masyarakat patuh terhadap pembayaran PBB adalah sebagai
berikut: 1. Masyarakat sadar akan kewajiban sebagai warga Negara Indonesia yang baik dan
mereka sadar bahwa itu adalah bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah untuk lebih baik, maju dan berkembang.
2. Karena keadaan ekonomi masyarakat di ruang lingkup KPP Pratama Binjai sudah membaik dilihat dari matapencahariannya. Sehingga bersedia menyisihkan dana
untuk pembayaran atas tanah dan bangunan yang telah mereka kuasai dan meekan manfaatkan.
3. Tingkat pendidikan masyarakat di ruang lingkup KPP Pratama Binjai sudah membaik sehingga mudah untuk menerima pengetahuan tentang perpajakan seperti sanksi
Administrasi yang dibebankan kepada WPPBB jia tidak membayar PBB atau membayar PBB namum telah melewati jatuh tempopembayaran, kegunaan hasil
penerimaan PBB sebagian besar akan dikembalika untuk daerah yang bersangkutan guna untuk memenuhi kebutuhan daerah atau pembangunan daerah yang
bersangkutan. 4. Walaupun masih ada WP yang kompalin masalah terlalu tinggi pengenaan PBBnya
tetapi mereka tetap melaksanakan kewajiban perpajakannya karena menghindari adanya denda berupa bunga jika harus menunda-nunda pembayaran sampai lewat
jatuh tempo pembayaran PBB. Sedangkan Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat sebagian kecil sebagai WP PBB
tidak melaksanakan kewajibannya adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Masyarakat yang pada dasarnya tidak menyadari akan kewajiban sebagai Wajin Pajak PBB. Masyarakat menganggap pembangunan daerah bukan merupakan tanggung
jawab merekan dan mereka tidak menyadari bahwa fasilitas dan prasarana yang mereka manfaatkan adalah hasil dari penerimaan PBB sehingga masyarakat merasa
tidak perlu membayar PBB. 2. Masyarakat yang kurang mengerti akan kegunaan atau manfaat dari PBB karena WP
PBB merasa tidak ada wujud nyata yang diberikan pemerintah dari hasil penerimaan PBB.
3. Masyarakat yang dalam usahanya mengalami kerugian yang disebabkan letak usaha yang tidak memadai atau tidak strategis. Masyarakat merasa tidak ada keadilan jika
pembayaran pajaknya terlalu tinggi karena penetapan NJOP yang tinggi sementara tempat melakukan kegiatan usahanya tidak strategis dan sulit untuk dijangkau
konsumen luas. 4. Kondisi ekonomi, walaupun wajib pajak telah mendaftarkan objek pajaknya, tetapi
akibat alasan ekonomi mereka tidak dapat melunasi Pajak Bumi dan Bangunan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan wajib pajak tersebut
pendapatannya sangat rendah disamping penghasilan yang tidak tetap maka mau tidak mau mereka terpaksa menunggak pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan untuk
mengutamakan kebutuhan yang lebih penting antara lain kebutuhan pangan dan biaya pendidikan anak-anak mereka.
5 Karena keberatan masalah nilai ketetapan yang naik setiap tahunnya, sementara pihak fiskus mempunyai alasan tersendiri untuk menaikkan nilai suatu tanah dan bangunan
melalui pendekatan nilai pasar. Karena sejalan dengan perkembangan zaman harga
Universitas Sumatera Utara
suatu tanah dan bangunan naik sehingga fiskus harus menaikkan NJOP suatu tanah dan bangunan.
C.Usaha-Usaha Yang Dilakukan Fiskus Dalam Menigkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB di KPP Pratam Binjai
Dalam Rangka peningkatan realisasi penerimaan PBB dirasa perlu adanya usaha- usaha yang dilakukan fiskus seperti:
1. Penagihan aktif door to door yang dilakukan oleh petugas pajak untuk meningkatkan penerimaan PBB, karena akan mudah untuk kolektor atau petugas
pajak menjaring WP PBB, karena dengan begitu WP PBB tidak dapat menghindar karena sudah didatangi oleh kolektor atau petugas pajak.
2. Soaialisai PBB kepada pihak-pihak instansi terkait untuk diterapkan kepada masyarakat, sehingga dapat memberikan pengetahuan WP PBB secara luas baik
itu mengenai sanksi maupun manfaat dari hasil penerimaan PBB. 3. Memberikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP atau lampiran Surat
Pemberitahuan Objek Pajak LSPOP serta memberikan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP kepada WP PBB untuk pendaftaran objek pajaknya.
4. Melakukan pandataan ulang guna menetapkan Nilai Jual Objek Pajak NJOP suatu tanah dan bangunan sesuai dengan perkembangan daerah tersebut atau
melalui pendekatan nilai pasar atau harga jual suatu tanah dan bangunan. 5. Membantu petugas kantor kelurahanDesa atau kolektor jika mendapat masalah di
lapangan misalnya saja masyarakat yang masih tidak mau membayar PBB terhutangnya meskipun petugas kantor kelurahan sudah datang untuk menagh
Universitas Sumatera Utara
pembayaran PBB terhutangnya dan menerangkan sanksi yang harus dibayar beserta pokok pajaknya jika tidak membayar PBB.
6. Melakukan koordinasi, pengawasan, Kerjasama yang baik. Dalam hal meningkatkan kepatuhan WP PBB, fislusmelakukan pengawasan kepada
masyarakat untuk menghimbau pembayaran PBB melalui spanduk yang mengingatkan untuk membayar pajak sebelum jatuh tempo pembayaran yang
dipasang dijalan dan tempat-tempat umum. 7. Menindak tegas masyarakat yang tidak mau membayar PBB terhutangnya meski
sudah diberikan teguran dan surat paksa maka WP PBB tersebut akan ditindak lanjuti seperti dilaksanakannya penyitaan objek pajaknya, dan dari hasil penyitaan
tersebut akan di lelang. 8. Melaksanakan upaya pendekatan terhadap WP PBB agar masyarakat tidak
menghindari PBB dan tidak menganggap pajak beban, tetapi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi WP PBB untuk memajukan dan mengembangkan
pembangunan daerah yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan pembahasan di bab empat, maka sebagai akhir dari penulisan ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran
sebagai berikut:
A. Kesimpulan