Perancangan Belt

a. Perancangan Belt

Jenis belt yang umum digunakan adalah textile belt. Berat tiap meter rubberized textile belt π‘ž 𝑏 , dengan lebar belt B meter, jumlah lapisan i lapis (plies) dengan tebal 𝛿 𝑖 mm, dengan tebal cover atas dan

bawah adalah 𝛿 1 mm dan 𝛿 2 mm

ditentukan dari rumusan:

(2.1) Tebal satu lapis Ξ΄ tidak termasuk rubber skin coat adalah 1,25 mm untuk ordinary cotton belt , 1,9 mm untuk high strength belt,

π‘ž 𝑏 β‰ˆ 1,1 𝐡 (𝛿 1 +𝛿 2 +𝛿 3 ) kg/m

Sumber: Ach. Muhib Zainuri (2012) 2,0 mm untuk cotton duck fabric dan 0,9

sampai 1,4 mm untuk synthetic fabrics. Dari teori penggerak gesek (hukum Tabel 2. Rekomendasi Lapisan Belt

Euler) bahwa belt tidak akan slip jika: 𝑆 𝑑 ≀𝑆 𝑠𝑙 𝑒 ¡𝛼 Keterangan 𝑆 𝑑 = tegangan sisi pengencang (tigh

tension )

Sumber: Ach. Muhib Zainuri (2012) 𝑆 𝑠𝑙 = tegangan sisi pembalik (slack tension) Ξ± = sudut kontak belt dan pulley (dalam

radian) yang diperlukan ditentukan dari rumusan: e = bilangan logaritma dasar ( e =2,718) π‘˜π‘† π‘šπ‘Žπ‘₯ 𝑖 >

Sementara itu, jumlah lapisan belt (i)

Untuk belt yang disangga flat idler,

segitiga dasar b= 0,8 B dan sudut segitiga 𝐡 π‘‘π‘Ÿ =

Ο† 1 β‰ˆ 0,35 Ο†, dimana B adalah lebar belt, dan Ο† adalah sudut balik statik muatan

m (2.10) (static angle of the load purpose). Luas

potongan melintang muatan curah pada

flat belt adalah: π‘β„Ž Tabel 4. Rekomendasi Kecepatan Belt 0,8 𝐡 0,4 𝐡 𝐢

1 tan Ο†

(2.4) Kapasitas konveyor yang disangga flat idler ( 𝑄 𝑓 ): 𝑄 𝑓 = 3600 𝐹 1 𝑣𝛾 =

= 0,16 𝐡² 𝐢 1 tan (0,35 Ο†)

ton/jam (2.5) Maka lebar belt yang disangga flat idler ( 𝐡 𝑓 )

Sumber: Ach. Muhib Zainuri (2012) adalah:

Q f Tabel 5. Koefisien Tahanan Belt terhadap

B f =√

576 C 1 v Ξ³ tan (0,35 Ο†) Bantalan Roll Belt yang disangga trough idlers, luas

potongan melintang muatan (A):

𝐴 = 𝐴 1 + 𝐴 2 β‰ˆ 0,16 𝐡² 𝐢 1 tan Ο† 1

+ 0,0435 𝐡² = 𝐡² [0,16 𝐢 1 tan (0,35) + 0,0435 ]

(2.7) Kapasitas conveyor yang disangga troughed Sumber: Ach. Muhib Zainuri (2012) idler 𝑄 ( π‘‘π‘Ÿ ): 𝑄 π‘‘π‘Ÿ = 3600 𝐴 𝑣 𝛾

Tabel 6. Kecepatan Belt yang Disarankan = 𝐡 2 π‘‘π‘Ÿ 𝑣 𝛾 [576 𝐢 1 π‘‘π‘Žπ‘› (0,35 πœ‘) + 160 ]

= 160 𝐡 2 π‘‘π‘Ÿ 𝑣 𝛾 [3,6 C 1 tan (0,35) +

1 ] ton/jam (2.8) Maka lebar belt yang disangga troughed idler ( 𝐡 π‘‘π‘Ÿ ):

160 v Ξ³ (3,6 C 1 tan (0,35 Ο†) + 1)

Faktor koreksi C 1 adalah pada kemiringan conveyor Ξ²= 0 sampai 10ΒΊ, C 1 = 1,0; Ξ²=10ΒΊ sampai 15ΒΊ, C 1 =0,95; Ξ²=15ΒΊ sampai 20ΒΊ, C 1 =0,90; Ξ²β‰₯20ΒΊ, C 1 =0,85.

Jika Ο†=45ΒΊ, diperoleh: Sumber: Ach. Muhib Zainuri (2012)

12,7 𝛾𝑣𝐢 1 160𝛾𝑣 𝐢 1 Jika belt bergerak pada lintasan lurus (rectilinear section) terhadap idlers akan

menyebabkan losses karena gesekan belt dengan idlers, gesekan di dalam bearing

(roller atau ball bearing), dan bending pada dengan kapasitas pemindahan bahan kecil roller.

(hingga 25 mΒ³/jam). Idlers terdiri dari

Gaya tahanan pada bagian yang dibebani brackets, shell, shaft, bearing, seals , dan muatan:

supporting base. Jarak idler pada zone

pembebanan (loading zone) belt 𝑙 1 β‰ˆ 0,5 𝑙;

pada operasi balik (return run) 𝑙 2 β‰ˆ 2𝑙.

Tabel 7. Jarak Idler Maksimum (2.11)

Gaya tahanan pada bagian yang dibebani mutan (gerak balik):

Sumber: Ach. Muhib Zainuri (2012)

π‘ž, π‘ž 𝑏 , dan π‘ž 𝑝 : berat beban (q), belt ( π‘ž 𝑏 ), dan

Berat idler rotating parts tergantung

bagian

yang

berputar desain, ukuran dan merupakan fungsi

loaded ( π‘žβ€² 𝑝 ), idler strands lebar belt B. Umumnya, untuk lebar belt B ( π‘ž" 𝑝 ), kg/m.

meter, secara kasar berat idler rotating parts:

: sudut inklinasi conveyor 1. Untuk troughed idler:

(2.13) L

terhadap bidang horizontal

𝐺′ 𝑝 β‰ˆ 10 𝐡 + 7 kg

: panjang bagian lurus 2. Untuk flat idler:

(2.14) 𝐿 β„Žπ‘œπ‘Ÿ : panjang proyeksi mendatar Sehingga berat idler rotating parts per meter bagian garis lurus, m

(rectilinear section), m.

𝐺′ 𝑝 β‰ˆ 10 𝐡 + 3 kg

adalah:

H : beda elevasi bagian awal

dan akhir, m.

w’ : koefisien

kg/m (2.15)

terhadap roller bearing.

Perancangan Idler

Perancangan Daya Motor

Idler berfungsi

sebagai

untuk

Motor merupakan komponen yang

menyangga belt, bersama dengan sheet steel paling penting dalam belt conveyor. Tanpa runway atau kombinasi dengan solid wood adanya motor, maka belt conveyor tidak terutama untuk memindahkan muatan dapat berfungsi atau dijalankan. Dalam curah. Berdasarkan lokasi, idler dibedakan perancangan daya motor sebelumnya atas upper idler (untuk mencegah belt harus diketahui terlebih dahulu tentang slip/sobek karena membelok di puli) dan tegangan efektif akibat tarikan ( π‘Š π‘œ ) . lower idler (untuk menyangga belt/muatan). Dengan

Upper idler bisa jadi terdiri dari three roller, deflecting roller dan jumlah roller maka single roller .

tarikan belt:

untuk 1. Tarikan 𝑆 1 pada titik 1, dimana belt

Conveyor yang

dirancang

meninggalkan pulley penggerak = 𝑆 1 .

membawa muatan curah (bulk load)

umumnya menggunakan troughed idler 2. Tarikan 𝑆 2 pada titik 2:

dengan sisi roller di set pada sudut 20ΒΊ

hingga 35ΒΊ. Conveyor dengan flat idler

terutama digunakan untuk memindahkan 3. Tarikan 𝑆 3 pada titik 3, tahanan gesek

muatan satuan (unit load). Flat idler hanya

pulli (pada sprocket dan drum) berkisar

antara 5 hingga 7% sehingga:

digunakan jika belt conveyor dilengkapi

dengan saluran buang (discharge plough) 𝑆 3 = 1,07 . 𝑆 2 (2.17)

4. Tarikan pada titik 4, dihitung untuk

Mulai

dua kasus, yaitu

dengan

dipasangnya discharge plough (𝑆′ 4 ) dan

(2) material langsung dijatuhkan di

Studi Literatur

ujung tail pulley (𝑆" 4 ).

a. Untuk kasus 1:

b. Untuk kasus 2: 𝑆" 4 = 𝑆 3 + π‘Š" 3 ,4 (2.19) Jika pulley berfungsi roda gigi

Analisa Data

pengencang dan penggerak conveyor, maka besar tahanan 3 - 5% dari jumlah tegangan, sehingga: Pembuatan

Dasain Alat

π‘Š π‘‘π‘Ÿ β‰ˆ 0,03 (𝑆 4 +𝑆 1 ) (2.20) Tegangan efektif akibat tarikan ( π‘Š π‘œ )

π‘Š Penetuan dan

= 𝑆 4 βˆ’π‘† 1 βˆ’ π‘Š π‘‘π‘Ÿ Komponen Pemilihan (2.21) Daya motor penggerak (N)

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI EKS KARESIDENAN BESUKI TAHUN 2004-2012

13 284 6

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

ANALISIS PROSES PENYUSUNAN PLAN OF ACTION (POA) PADA TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007

6 120 23

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN OLEH OKNUM POLISI DALAM PUTUSAN NOMOR 136/PID.B/2012/PN.MR (PUTUSAN NOMOR 136/PID.B/2012/PN.MR)

3 64 17

ERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS DAN TABEL SITEPU PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

2 124 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107

kisi kisi un sma ma th 2012 2013

2 89 31

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58