Capaian Peradaban Islam di Nusantara

Kitab-kitab Tafsir al-Qur’an

Islam di Nusantara sebenarnya memiliki kemajuan intelektual yang luar biasa. Mereka adalah ulama Nusantara yang tidak hanya kesohor di Indonesia, tapi juga kesohor di dunia Islam lainnya. Ilmu mereka diakui bahkan beberapa kitab karangannya juga dijadikan rujukan utama oleh beberapa perguruan tinggi Islam di luar negeri.

Pada ulasan sebelumnya telah jelas diuraikan bagaimana kiprah ulama kita di kancah dunia Islam. Mereka banyak memperoleh transmisi ilmu dari ulama kelas dunia dan mampu mengajar kepada murid-muridnya yang juga banyak menjadi ulama terkemuka. Mereka laksana intan permata yang kini sulit dimunculkan lagi.

Salah satu khazanah ulama yang juga punya nilai penting bagi dunia Islam adalah tafsir al- Qur’an. Adanya pengenalan akan karya tafsir ulama Nusantara, baik klasik maupun kontemporer, akan menambah rasa bangga dan mendorong keterbukaan intelektual. Mengapa? Sebab memang banyak sekali karya tafsir al-Quran yang telah disusun ulama Nusantara.

Selain yang sudah disisipkan pada karya-karya ulama seperti ulasan sebelumnya, ada beberapa karya tafsir al-Qur’an lainnya yang perlu diketahui, antara lain: Tafsir al-Misbah karya Prof. Quraish Shihab, Tafsir al-Ibriz karya KH. Bisri Mustofa, Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, Tafsir al-Furqon karya Ahmad Hassan, Tafsir Tamsiyat al-Muslimin fi Tafsir Kalam Rabb al-’Alamin karya KH. Ahmad Sanusi, Tafsir al-Quran al-Karim karya KH. Mahmud Yunus, Tafsir al-Kitab al-Mubin karya KH. M. Ramli, Tafsir al-Qur’an Suci karya R.KH. Muhammad Adnan, Tafsir al-Qur’an al-Adzim karya H.A. Halim Hassan, H. Zainal Abbas dan Abdurrahman Haitami, Tafsir al-Nur karya T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Qur’an Indonesia karya Syeikh Ahmad Surkati, Tafsir Rahmat karya KH. Oemar Bakri, Tafsir al-Huda karya Drs. H. Bakri Syahid, Tafsir al-Iklil karya KH. Misbah Mustofa, Tafsir al-Munir karya KH. Daud Ismail Soppeng, Tafsir Jamiul Bayan karya KH. Muhammad bin Sulaiman Solo, Tafsir al-Mahmudy karya KH. Ahmad Hamid Wijaya 118 , juga ada karya tafsir ilmiah yang berjudul Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah atas Juz ‘Amma yang disusun para ahli di ITB, disunting oleh Ahmad Baiquni dan diterbitkan Mizan pada tahun 2014.

Kamus Bahasa Arab

118 Lihat http://generasisalaf.wordpress.com/2014/11/12/tafsir-tafsir-al-quran-karya-ulama-nusantara-indonesia/

Karya ulama Nusantara dalam bentuk kamus bahasa Arab juga banyak dihasilkan. Beberapa kamus bahasa Arab tersebut antara lain, Kamus Bahasa Arab karya Mahmud Yunus, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap karya KH. Ahmad Warsoen al-Munawwir, Kamus al-Bisri karya KH. Adib Bisri dan KH. Munawwir al-Fattah, dan lain-lainnya, yang tidak terekam oleh penulis.

Sastrawan Muslim di Nusantara

Tidak bisa dipungkiri sastrawan adalah seorang “produser” tulisan yang genuine. Walaupun banyak tulisannya yang dikarang atau mengikuti imajinasi pikiran, justru di situlah letak betapa karya para sastrawan sangatlah original. Setiap kalimatnya murni keluar dari daya intelektual dan imajinasi dirinya, sehingga banyak sekali hasil karya itu mampu menyihir para pembacanya. Banyak pula yang mampu menghasilkan karya yang bisa merubah kesadaran masyarakat, khususnya karya-karya yang nuansanya kritik diri dan kritik sosial.

Di Nusantara ini banyak sekali muncul sastrawan-sastrawan baik lama maupun kontemporer yang telah menghasilkan karya yang luar biasa. Mereka menulis puisi, cerpen, novel, prosa dalan lain-lainnya dengan corak yang beragam. Muslim di Nusantara juga memiliki andil yang sangat besar memunculkan sastrawan-sastrawan tingkat dunia. Beberapa karya sudah terangkum dalam bahasan tentang ulama nusantara.

Sastrawan-sastrawan muslim di Nusantara tersebut antara lain: 

Buya HAMKA Nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah, lahir di Maninjau Sumatera Barat pada 16 Februari 1908. 119 Membahas beliau, akan ditemukan sebuah kekaguman yang memang layak dipandang dari HAMKA. Beliau ini adalah sosok yang komplit, penguasaan ilmunya banyak, sehingga karya-karyanya juga banyak. Penguasaan ilmu tauhid, fiqih, tafsir, tasawuf dan bahkan sastra, sungguh sangat luar biasa. Sangat sulit menemukan kembali sosok yang bernama HAMKA ini.

Diantara banyak karya-karyanya antara lain, Dari Perbendaharaan Lama (sejarah), Sejarah Umat Islam (sejarah), Pelajaran Agama Islam, Tasawuf Moderen (tasawuf), Pribadi Hebat (motivasi), dan lain sebagainya yang masih banyak. Adapun karya-karya sastranya antara lain, Si Sabariah, Di Bawah Lindungan Kakbah (sudah difilm-kan), Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk (sudah difilmkan), Dijemput Mamaknya, Merantau ke Deli, Tuan Direktur 120 dan lain-lainnya.

 Taufik Ismail

119 Nadjamuddin Ramly & Hery Sucipto (ed.), Ensiklopedi Tokoh... hlm. 176 120 Lihat http://hajibuyahamka.blogspot.co.id/2009/07/daftar-karya-buya-hamka

Ia dilahirkan di Sumatera Barat pada 25 Juni 1935. Ia mempunyai gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah, sebagai gelar adat setempat. Sampai kini ia masih eksis berkarya di bidang kepenyairan. Diantara karya-karyanya antara lain berupa buku kumpulan puisi, Malu (aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Buku Tamu Musim Perjuangan, Sajak Ladang Jagung, Kenalkan Saya Hewan, 121 dan masih banyak lagi yang lainnya.

 Ahmad Tohari Ia kelahiran desa Tinggarjaya Kec. Jatilawang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah pada 13 Juni 1948. Salah seorang novelis dan cerpenis muslim yang karya-karyanya penuh kritik sosial. Namanya melejit di tahun 1980-an setelah menerbitkan tiga novelnya, Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jentera Bianglala. 122 Sampai sekarang masih eksis berkarya.

Diantara karya-karya lainnya yaitu, Orang-orang Proyek, Kubah, Lingkar Tanah Lingkar Air, di Kaki Bukit Cibalak, Belantik, Bekisar Merah, dan lain sebagainya. 

Emha Ainun Nadjib Dia dilahirkan di Menturo, Jombang pada 27 Mei 1953. Disamping sebagai sastrawan, Cak Nun (nama panggilannya) adalah seorang budayawan multitalenta: penyair, esais, pegiat sosial, pegiat teater, pemusik, cerpenis dan lain-lain. Sudah banyak sekali pentas teater yang sudah dihelatnya. Salah satu yang sangat kesohor adalah pentas teater kolosal yang berjudul “Lautan Jilbab”, sebuah pentas teater dengan jumlah penonton puluhan ribu. Peristiwa tersebut belum pernah terjadi di negeri ini.

Banyak sekali karya yang sudah Cak Nun buat, antara lain, Dari Pojok Sejarah, Seribu Masjid Satu Jumlahnya, Secangkir Kopi Jon Pakir, Markesot Bertutur, Merkesot Bertutur Lagi, Slilit Sang Kiai, Jejak Tinju Sang Kiai, dan masih banyak lagi yang lainnya. Rata-rata karya- karya Cak Nun penuh dengan kritik sosial, politik dan budaya populer.

Masih banyak lagi sastrawan-satrawan muslim Nusantara yang tidak dimuat di tulisan ini. Sebagian dari mereka antara lain, Habiburrahman el-Shirazi, Akhmad Fuadi, Helvi Tiana Rosa, Riri Reza, Sutarji Calzhoum Bahri, WS. Rendra, Gunawan Muhammad, dan lain sebagainya.

NGO (Non Goverment Organisation) Islam di Nusantara

Banyak sekali muncul NGO-NGO atau LSM-LSM yang ada di negeri ini. Mereka muncul dengan berbagai macam program, merupakan wujud nyata tentang free public sphere (keterbukaan urang publik) yang dinamakan juga civil society atau masyarakat madani. Munculnya para NGO tersebut tidak hanya hari-hari ini, bahkan sebelum masa

121 Lihat http://id.m.wikipedia.org/wiki/Taufiq_Ismail 122 Yudiono KS., Ahmad Tohari: Karya dan Dunianya (Jakarta: Grasindo, 2003) hlm. 148 121 Lihat http://id.m.wikipedia.org/wiki/Taufiq_Ismail 122 Yudiono KS., Ahmad Tohari: Karya dan Dunianya (Jakarta: Grasindo, 2003) hlm. 148

Islam di Nusantara juga mempunyai sejarah munculnya organisasi-organisai besar yang berpengaruh kuat di Republik ini. Mereka antara lain: 

Jami’at al-Khair Organisasi ini berdiri pada tanggal 07 Juni 1905 di Jakarta, didirikan oleh perkumpulan Arab yang merasakan kebijakan Belanda yang membelenggu. Organisasi ini bergerak di bidang sosial dan pendidikan. Perkumpulan ini membuka majlis ta’lim, mendirikan perpustkaan, percetakan dan lain-lainnya. 123

Diantara tokoh-tokoh nasional yang perrnah bergabung dengan Jami’at al-Khair antara lain, Raden Umar Said Tjokroaminoto, R. Jayanegara, RM. Wiriadimaja, R. Hasan Djajadiningrat dan KH. Ahmad Dahlan. 124

 Muhammadiyah Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Ia merupakan gerakan pembaruan Islam atau pula biasa disebuat gerakan Islam moderen atau gerakan reformasi, terbesar di Republik ini. Dengan semangat adaptip terhadap perkembangan baru atas perubahan zaman. 125

Muhammadiyah telah melahirkan banyak sekali tokoh-tokoh berkaliber nasional dan internasional. Mereka telah memberikan andil besar terhadap pembangunan nasional. Diantara tokoh-tokoh tersebut antara lain, KH. Ahmad Dahlan, Nyai Ahmad Dahlan, KH. Ibrahim, KH. Hisyam, H. Muhammad Sujak, Ki Bagoes Hadikusumo, Buya Haji Ahmad Rasyid Sutan Mansur, KH. Mas Mansur, Ir. Soekarno, KH. Ahmad Badawi, Muhammad Roem, Buya HAMKA, Mr. Kasman Singodimejo, KH. M. Faqih Usman, AR. Fachrudin, Soedirman, Djarnawi Hadikusumo, KH. Azhar Basyir, H. Lukman Harun, Ahmad Syafii Maarif, Amien Rais, Din Syamsudin, Bambang Sudibyo, dan lain-lainnya. Semua tokoh Muhammadiyah tersebut bisa dibaca di buku Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah: Pemikiran dan Kiprah dalam Panggung Sejarah Muhammadiyah.

Banyak juga jasa-jasa Muhammadiyah kepada bangsa. Dalam wujud konret jasa-jasa tersebut berbentuk Amal Usaha (data 2005) dengan perincian: Institusi Pendidikan Tingkat Rendah mulai TK sampai pesatren berjumlah 10.590 unit, Institusi Pendidikan Tinggi mulai politeknik sampai universitas berjumlah 190 unit, Layanan Kesehatan mulai pelatihan kesehatan sampai Rumah Sakit Umum berjumlah 306 unit, Layanan Publik (sosial) mulai institusi kesejahteraan sosial sampai rumah yatim piatu berjumlah 522 unit dan Usaha bisnis

123 Muhammad Syamsu, Ulama Pembawa... 282 124 Ibid hlm. 283 125 Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan... hlm. 18 123 Muhammad Syamsu, Ulama Pembawa... 282 124 Ibid hlm. 283 125 Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan... hlm. 18

wacana Islam Berkemajuan. 

Al-Irsyad Organisasi ini didirikan di Jakarta pada 11 Agustus 1915 oleh Syeikh Ahmad Surkati dan beberapa kolega Arabnya. Nama lengkap organisasi ini adalah Jam’iyah al-Islam wa al-Irsyad al-Arabiyah. Adapun pengurus al-Irsyad pertama kali antara lain, Salim bin Awad Balweel, Muhammad bin Abu Ubaid, Sain bin Salim Masyabi dan Saleh bin Ubaid Abdat. 127

Banyak lembaga-lembaga sekolah yang sudah didirikan al-Irsyad bagi bangsa ini. Organisasi ini masih eksis hingga hari ini. 

Persis Persatuan Islam (Persis) didirikan di Bandung pada permulaan tahun 1920-an. Menurut Deliar Noer, ide pembaruan di Bandung ini terasa agak telat melihat di daerah lain telah terlebih dahulu melakukannya. Diawali dari kenduri masyarakat yang digawangi Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus, di dalamnya dibicarakan tentang isu-isu kontemporer. Misalnya masalah agama dalam majalah al-Munir di Padang atau al-Manar di Mesir. Pertikaian antara al- Irsyad dan Jamiat al-Khair, dan lain-lainnya. 128

Tokoh yang paling kesohor adalah A. Hassan dan Mohammad Natsir. Keduanya sangat terpengaruh oleh majalah-majalah para pembaru seperi al Manar di Mesir dan al Imam di Singapura. Beberapa tahun setelah berdirinya Persis itu, A. Hassan menerbitan majalah resmi organisasi yang bernama al-Fatwa. 129 Diantara peradaban yang dibangun Persis untuk muslim Nusantara adalah lembaga-lembaga pendidikan dan pesantren.

 Nahdlatul Ulama NU didirikan di Surabaya pada 31 Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Abd Wahab Hasbbullah, KH. Bisri Sansuri, KH. Ridwan, KH. R. Asnawi, KH. R. Hambali, KH. Nawawi, KH. Nachrawi dan KH. Darumuntaha. Jabatan Rais Akbar pertama diserahkan kepada KH. Hasyim Asy’ari, sedang ketua Tanfidziyah diserahkan kepada Kiai Hasan Gipo. 130

Banyak sekali tokoh NU yang telah berjasa untuk bangsa, mereka antara lain KH. Hasyim Asy’ari di kala perang 10 November 1945 telah mencetuskan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945, KH. Abd. Wahab Hasbullah, KH. Wachid Hasyim, KH. Ali Yafi, KH. Achmad Siddiq, KH. Abdurrahman Wachid (Gus Dur) yang menjadi tokoh kaliber dunia, dan lain-lainnya.

126 Suaidi Asyari, Nalar Politik... hlm. 70-73 127 Muhammad Syamsu, Ulama Pembawa...hlm. 288 128 Deliar Noer, Gerakan Moderen... hlm. 96 129 Ibid 130 Aguk Irawan MN. Penakluk Badai... 267

Adapun jasa-jasa konkret NU kepada bangsa antara lain pendirian madrasah, pesantren, perguruan tinggi, serta beberapa rumah sakit yang menyebar ke seantero Nusantara. Juga menjadi induk bagi beberapa tarekat sufi seperti Qadiriyah, Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Tijaniyah, Sadziliyah, dan lain-lainnya. Yang terbaru dari NU adalah menyeruaknya wacana Islam Nusantara.

Produk Hukum Khas Indonesia

Perubahan hukum itu mengikuti perubahan waktu dan tempat adalah sebagai kaidah yang selama ini dipahami. Artinya, hukum itu bersifat adabtable dengan perubahan tersebut, yang pada intinya perubahan pada masyarakat. Bahkan hukum mampu menjadi alat perekayasa masyarakat (social engineering). Sebagaimana Iredell Jenkins yang dikutip Imam Mawardi, menyatakan bahwa dalam kaitan sejarah, hukum mempunyai 3 fase: conservative hukum berfungsi memproteksi dan memperkukuh sebuah tatanan yang sudah mapan; liberalizing hukum sebagai instrumen perubahan, untuk membentuk kembali tatanan sosial; dan constructive hukum melakukan sebuah peran positif dan kreatif di masyarakat. 131

Agaknya dasar analisis seperti itulah yang menjadi faktor dasar tentang kekhasan produk hukum di Indonesia. Sebuah produk hukum yang sangat dipengaruhi dinamisasi masyarakat. Lebih jauh MB. Hooker dalam bukunya Islam Mazhab Indonesia: Fatwa-fatwa dan Perubahan Sosial mencatatkan adanya produk-produk hukum yang khas Indonesia, dalam bentuk fatwa lembaga-lembaga tertentu, antara lain, fatwa dari Persatuan Islam (Persis) yang digagas Ahmad Hassan, 132 fatwa yang dikeluarkan Majlis Tarjih milik Muhammadiyah, 133 fatwa yang dikeluarkan NU dalam forum Bahtsul Matsail, 134 fatwa yang dikeluarkan MUI yang merupakan lembaga otoritatif milik pemerintah, 135 dan tidak kalah pentingnya disusunnya Kompilasi

Hukum Islam (KHI) sebagai upaya kodifikasi hukum 4 Imam Mazhab sesuai Instruksi Presiden No. 1/ 1991 tanggal 10 Juni 1991 dan ditindaklanjuti Keputusan Menteri Agama No. 154/ 1991 tanggal 22 Juni 1991. 136 KHI merupakan rujukan utama bagi institusi Pengadilan Agama di Indonesia.

Institusi Pendidikan Islam

131 Imam Mawardi, Rationale Sosial Politik Pembentukan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia dalam Dody S. Truna & Ismatu Ropi (peny.), Pranata Islam di Indonesia: Pergulatan Sosial, Politik, hukum dan Pendidikan (Ciputat: Logos, 2002) hlm. 101 132 MB. Hooker, Islam Mazhab Indonesia: Fatwa-fatwa dan Perubahan Sosial terjemah iding Rosyidin Hasan (Jakarta: Teraju, 2002) hlm. 78 133 Ibid hlm. 84 134 Ibid hlm. 87 135 Ibid hlm. 92 136 Imam Mawardi, Rationale Sosial... hlm. 99

Salah satu wujud konkret peradaban Islam di Nusantara adalah institusi pendidikan Islam yang sudah ada ketika bangsa ini belum merdeka. Para ulama sebagai pendiri telah banyak berjasa atas pendirian lembaga-lembaga tersebut yang terekam hingga kini. Banyak sekali lembaga pendidikan ini yang bahkan tidak ditemui di negara Islam lainnya.

Adapun beberapa institusi pendidikan tersebut antara lain: 

Meunasah, Dayah dan Rangkang Ketiga istitusi pendidikan Islam ini ada di Aceh Darussalam dan sudah hadir sejak lama. Meunasah adalah lembaga pendidikan Islam tingkat dasar. Ia tumbuh berasal dari madrasah. Yang diajarkan adalah ilmu dasar Islam dan kemampuan baca al-Qur-an. Dayah adalah lembaga pendidikan Islam tingkat menengah. Kata Dayah berasal dari kata zawiyah yang berarti bagian dari ruangan masjid yang digunakan untuk melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan yang berhubungan pada pengembangan spiritual agar dekat kepada Allah Swt. Ia dapat disejajarkan dengan madrasah tingkat Tsanawiyah.

Adapun Rangkang adalah pendidikan Islam tingkat tinggi. Seorang anak dapat ikut sekolah di Rangkang kalau ia sudah lulus mengikuti pendidikan di Dayah. Lulus dari Dayah diharapkan pengetahuan agama dasar sudah dikuasai sehingga ketika masuk Rangkang iapun sudah siap. Di dalam institusi Rangkang yang diajarkan adalah tafsir al-Qur’an, hadis, fiqih, kalam, tasawuf, filsafat dan lain sebagainya. 137

 Surau Dalam istilah Melayu-Indonesia Surau adalah kata yang digunakan di Asia Tenggara. Istilah ini banyak digunakan di Minangkabau, Sumatera Selatan, Semenanjung Malaysia, Sumatera Tengah dan Pattani (Thailand Selatan). Secara bahasa surau berarti tempat atau tempat penyembahan. Awalnya ia adalah tempat untuk penyembahan arwah leluhur. Biasanya dibangun di puncak bukit. 138

Keberadaan surau pertama kali didirikan oleh Raja Adityawarman pada tahun 1356 di kawasan Bukit Gombak, Minangkabau. Ia digunakan sebagai pusat peribadatan Hindu-Budha, juga sebagai tempat anak-anak muda mengenyam pendidikan agama. 139 Dengan datangnya Islam, fungsi surau kemudian mengalami proses Islamisasi. Proses itu membawa perubahan surau difungsikan sebagai tempat pengajaran agama bagi siapapun yang berminat. Sampai kemudian surau dijadikan pula sebagai pusat-pusat kegiatan tarekat. 140

 Pesantren

137 Abuddin Nata, Sejarah Sosial... hlm. 292-293 138 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Ciputat: Logos, 2000) hlm. 117 139 Ibid hlm. 118 140 Ibid hlm. 117 dan 119

Secara literal pesantren 141 berarti “tempat para santri”, merupakan institusi pendidikan Islam tradisional di Indonesia. Ia termasuk institusi pendidikan Islam yang paling lama dan

efektif melahirkan para intelektual Islam di Indonesia. Bahkan saking kuatnya pengaruh pesantren, oleh Gus Dur pesantren dikatakan sebagai “subkultur” dengan empat ciri utamanya: kiai, santri, teks klasik Islam dan proses belajar mengajar yang unik. 142

Menurut Zamakhsyari Dhofier, seperti dikuti Suaidi Asyari, unsur pesantren ada lima; model pendidikan, pondok asrama santri, masjid, santri, pengajaran kitab klasik dan kiai. Tanpa adanya lima unsur ini, sebuah institusi pendidikan Islam tidak bisa dikatakan sebagai pesantren. Memang lima unsur ini kerap ada di Nahdlatul Ulama, khususnya mengenai pengajaran kitab klasik, tetapi institusi-institusi pendidikan yang ada di ormas moderen seperti Muhammadiyah dan Persis juga bisa dikatakan sebagai pesantren. 143

 Madrasah Dalam sistem pendidikan nasional sekarang ini, “madrasah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang memprioritaskan masalah agama (Islam) sebagai mata pelajaran utama yang diajarkan” (Kesepakatan tiga Menteri: Mendagri., Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 1975). Mencakup seluruh tingkatan madrasah yang ada; MI, MTs dan MA. 144 Tidak ada data sejarah tentang kapan institusi ini didirikan. Namun diketahui semenjak 1897 di Sumatera Barat sudah ada sebuah madrasah yang bernama Madrasah Adabiyah Scholl yang didirikan oleh Abdullah Ahmad. Selain pelajaran agama, juga diajarkan pelaran umum; ilmu bumi, biologi, fisika, kimia, ekonomi, dan lain sebagainya. 145

Adapun secara keseluruhan Madrasah yang ada di Indonesia sampai pada tahun 2003 berjumlah 37.362 buah menyebar ke seantero Nusantara. 3.226 buah adalah madrasah negeri atau milik pemerintah. 146

 IAIN Salah satu bukti peradaban Islam di Indonesia adalah berdirinya perguruan tinggi Islam yang disebut Institut Agama Islam Negeri. IAIN merupakan perkembangan lebih lanjut dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang terletak di Yogyakarta dan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta, yang didirikan tanggal 1 Juni 1957. 147 Maka IAIN dalam segi usia sudah disebut established.

141 Di tahun 2011 menurut data Badan Litbang dan Diklat Kementerian agama jumlah pesantren ada 25000 dengan jumlah 3,65 juta santrinya. Lihat http://www.ristekdikti.go.id/saatnya-santri-membangun-indonesia/ 142 Suadi Asyari, Nalar Politik... 78 143 Ibid hlm. 78 144 Ibid hlm. 89 145 Abuddin Nata, Sejarah Sosial... 299 146 Suaidi Asyari, Nalar Politik... hlm. 91 147 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam... 161

Ia hadir sebagai respon zaman. Respon utama itu adalah bahwa hadirnya IAIN dalam rangka mewujudkan cita-cita Islam yaitu melahirkan para sarjana keIslaman. Berjalannya waktu, IAIN merekrut pula kemajuan zaman dengan adanya pendidikan yang berkiblat di Barat atau yang disebut sekuler. Oleh karenanya ada perpaduan antara pendidikan sekuler ala Barat yang menitikberatkan pada penguatan metodologi dengan islamic studies yang sudah lama dilakukan IAIN, yang menjadi semangat Peraturan Presiden No. 11 tahun 1960 tentang Pembentukan IAIN. 148

Di tahun 2000-an, beberapa IAIN telah mengalami beberapa perubahan, dengan membuka beberapa program studi umum. Misalnya bahasa Inggris, komunikasi, psikologi, sosiologi, ekonomi, politik, matematika, sains, teknik, bahkan kedokteran. Menurut Biyanto, ikhtiar tersebut sebagai bentuk diversifikasi prodi untuk merespon kompetisi antar perguruan tinggi yang semakin sengit. 149

Adanya perubahan tersebut memunculkan ketakutan jika kemudian yang diminati masyarakat adalah prodi-prodi umum itu, lalu bagaimana halnya dengan Islamic studies-nya. Apakah akan terjadi ketimpangan jumlah peminat, sehingga akan mematikan justru pada prodi ilmu agama? Biyanto kembali memberikan saran agar PTAI harus bersiap-siap dengan realitas itu semua. Salah satu cara yang strategis adalah melakukan rebranding (konsep yang dimassifkan Hermawan Kartajaya), 150 di mana PTAI harus berani memberikan bungkus dan trust yang baru, sehingga mampu meyakinkan masyarakat. Khususnya merespon banyak sekali problem kekinian dimana Islamic studies sebenarnya mampu menjawabnya.

Wujud Peradaban Islam Lainnya

Diantara wujud peradaban Islam di Nusantara yang masih ada sampai sekarang antara lain masjid, mushalla atau langgar, juga kuburan-kuburan lama seperti dijelaskan di awal. Tentu saja jumlah masjid tersebut semakin hari bertambah banyak. Bahkan banyak pula dalam satu desa jumlah masjidnya lebih dari satu. Yang perlu adanya pembenahan usaha revitalisasi masjid, seperti yang ditulis Nurcholish Madjid, dimana masjid tidak saja difungsikan sebagai tempat shalat, ia pula difungsikan sebagai penggugah etos baca bagi ummat dengan cara membuat perpustakaan. Di samping itu pula menjadikan masjid sebagai sarana kepedulian sosial. 151

Juga sebagai capaian peradaban Islam lainnya adalah bermunculannya generasi-generasi muda muslim yang menguasai sains. Salah satu wujud nyata adalah beberapa kali para pelajar

148 Ibid hlm. 161 149 Biyanto, Perlu Rebranding Perguruan Tinggi Agama Islam artikel di kolom Opini, Jawa Pos edisi 04 Februari 2015 150 Ibid 151 Nurcholish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam (Jakarta: Paramadina, 1997) hlm. 36-39 148 Ibid hlm. 161 149 Biyanto, Perlu Rebranding Perguruan Tinggi Agama Islam artikel di kolom Opini, Jawa Pos edisi 04 Februari 2015 150 Ibid 151 Nurcholish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam (Jakarta: Paramadina, 1997) hlm. 36-39

disematkan pada produk handphone terbaru.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24