2. Cara ilmiah Mutasi dengan cara ilmiah dilakukan:
a. Berdasarkan norma atau standar kriteria tertentu, seperti analisis
pekerjaan. b.
Berorientasi pada kebutuhan yang riilnyata. c.
Berorientasi pada formasi riil kepegawaian. d.
Berorientasi kepada tujuan yang beraneka ragam. f.
Berdasarkan objektivitas yang dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Endang 2010: 84 mutasi dalam suatu organisasi dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Horizontal rotasi kerjamutasi biasa, pemindahan karyawan dari satu posisi
jabatantempatpekerjaan yang lain yang setara tanpa diikuti dengan kenaikan atau penurunan jabatan.
2. Vertikal promosi dan demosi, a.
Promosi adalah pemindahan karyawan dari satu jabatan ke jabatan lain yang lebih tinggi disertai dengan wewenang, dan tanggung jawab yang
lebih besar. b.
Demosi, pemindahan karyawan dari satu jabatan ke jabatan lain yang lebih rendah dalam suatu organisasi, sehingga wewenang, tanggung jawab,
pendapatan, dan statusnya pun lebih rendah.
2.3.4 Dasar Mutasi Ada tiga dasarlandasan pelaksanaan mutasi karyawan menurut Hasibuan
2011: 103. Dasarlandasan yang dimaksud adalah:
1.
Merit system, adalah mutasi karyawan yang didasarkan atas landasan yang
bersifat ilmiah, objektif, dan hasil prestasi kerjanya. Merit system atau carrer system ini merupakan dasar mutasi yang baik karena:
a. Output dan produktivitas kerja meningkat.
b. Semangat kerja meningkat.
c. Jumlah kesalahan yang diperbuat menurun.
d. Absensi dan disiplin karyawan semakin baik.
e. Jumlah kecelakaan akan menurun.
2.
Seniority system, adalah mutasi yang didasarkan atas landasan masa kerja,
usia, dan pengalaman kerja dari karyawan bersangkutan. Sistem mutasi seperti ini tidak objektif karena kecakapan orang yang dimutasikan berdasarkan
senioritas belum tentu mampu memangku jabatan baru. 3.
Spoil system, adalah mutasi yang didasarkan atas landasan kekeluargaan.
Sistem mutasi seperti ini kurang baik karena didasarkan atas pertimbangan suka atau tidak suka like or dislike.
Menurut Manullang 2008: 276 dalam penerapan mutasi, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1.
Jabatan karyawan yang dipindahkan harus bersamaan isinya dengan jabatan yang ditinggalkan.
2. Metode melakukan pekerjaan harus sama antara yang satu dengan yang lain.
3. Pejabat yang dimutasikan harus mempunyai pengalaman yang memungkinkan
mengerti dasar-dasar pekerjaan baru. Dalam setiap pelaksanaan mutasi karyawan, perusahaan memilih dan
menetapkan terlebih dahulu dasar pertimbangan yang akan dijadikan pedoman untuk memilih karyawan mana yang akan dimutasikan, pada umumnya
perusahaan memilih dasar pertimbangan atau landasan yang berbeda dalam
menentukan pegawai yang akan dimutasikan. Dasar mutasi menurut Wahyudi 2003 :170
: 1.
Promosi Suatu promosi diartikan sebagai perubahan posisi atau jabatan atau pekerjaan
dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. 2.
Demosi Merupakan suatu bentuk mutasi vertikal yang berupa penurunan pangkat atau
jabatan atau pekerjaan ketingkat yang lebih rendah. 3.
Penangguhan kenaikan pangkat Memindahkan seorang tenaga kerja yang seharusnya menduduki pangkat atau
jabatan atau pekerjaan yang lebih tinggi ke posisi atau jabatan semula.
4. Pembebastugasan
Pembebastugasan atau lebih dikenal dengan Skorsing merupakan suatu bentuk mutasi vertikal yang dilakukan dengan pembebastugasan seseorang tenaga
kerja dari posisi atau jabatan atau pekerjaannya, tetapi masih memperoleh pendapatan secara penuh.
5. Temporary Transfer
Suatu bentuk mutasi horizontal yang dilakukan dengan memindahkan untuk sementara waktu seorang tenaga kerja pada jabatan tertentu sampai jabatan
tertentu sampai pejabat yang definitif menempati posnya 6.
Job Rotation Suatu job rotation perputaran jabatan merupakan suatu bentuk mutasi personal
yang dilakukan secara horizontal. Bentuk mutasi semacam ini biasanya dilakukan dengan tujuan antara lain untuk menambah pengetahuan seseorang
tenaga kerja dan menghindarkan terjadinya kejenuhan. Dalam job rotation ini, dikenal beberapa istilah, antara lain :
1. Mutasi tempat, merupakan pemindahan seseorang tenaga dari satu tempat atau
daerah kerja ke tempat atau daerah kerja yang lain tetapi masih dalam jabatan atau pekerjaan yang tingkat atau levelnya sama.
2. Mutasi Jabatan, merupakan pemindahan seseorang tenaga kerja dari suatu
jabatan ke jabatan lain pada tingkat atau level yang sama dan dalam lokasi yang sama pula
3. Rehabilitasi, merupakan suatu kebijaksanaan organisasi untuk menempatkan
kembali seorang tenaga kerja pada posisi atau jabatan atau pekerjaanya terdahulu, setelah tenaga kerja yang bersangkutan menyelesaikan suatu tugas
tertentu. 4.
Prodaction Transfer Suatu bentuk mutasi horizontal yang ditujukan untuk mengisi kekosongan
pekerja pada suatu posisi atau jabatan atau pekerjaan tertentu yang harus segera diisi agar kontinuitas produksi dan peningkatanya dapat terjamin.
5. Replacement Transfer
Suatu pergantian tenaga kerja dalam organisasi yang ditujukan untuk mempertahankan tenaga kerja yang berpengalaman dengan cara mengganti
pekerja-pekerja yang masih baru. Replecement Transfer biasanya dilakukan apabila suatu organisasi harus melakukan penciutan tenaga kerja.
6. Verselity transfer
Verselity transfer merupakan suatu bentuk mutasi horizontal yang bertujuan untuk menempatkan tenaga kerja yang memiliki kecakapan tertentu pada
jabatan-jabatan yang memang membutuhkan kecakapan tersebut. Suatu verselity transfer dapat pula diartikan sebagai pemindahan tenaga kerja yang
bertujuan untuk meningkatkan kecakapan yang dimilikinya. 7.
Personnel Transfer Suatu bentuk mutasi horizontal yang terjadi atas kehendak atau keinginan
tenaga kerja yang bersangkutan.
2.3.5 Tujuan dan Manfaat Mutasi Adapun tujuan dari mutasi menurut Hasibuan 2011: 102 adalah sebagai