K EPUTUSAN M ENTERI
K EPUTUSAN M ENTERI
Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan
prasarana pengairan, serta biaya pemeliharaan dan pelestarian
Menteri Pertambangan dan Energi
sumber air. Terhadap penggunaan air permukaan dan/atau sum-
Nomor 04 Tahun 1991 dan Nomor 76 Tahun 1991
ber air di atas permukaan tanah, termasuk air laut yang digunakan
tentang Penggunaan Air dan/atau Sumber Air
di darat untuk kegiatan usaha pertambangan maka Menteri
Untuk Kegiatan Usaha Pertambangan Termasuk
Pekerjaan Umum dapat membebaskan pembayaran iuran jasa
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
pemanfaatan air.
Pengawasan terhadap penggunaan air dan/atau sumber air yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan dilakukan Sebagai pelaksanaan lebih lanjut Pasal 22 Peraturan
Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi
oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Pertambangan dan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air,
Energi sesuai bidang tugas dan wewenangnya masing-masing. maka dianggap perlu menetapkan landasan kebijaksanaan peng- aturan mengenai segi teknis dan segi administratif penggunaan
Daftar Isi
air dan/atau sumber air untuk kegiatan usaha pertambangan Bab I Ketentuan Umum; Bab II Ruang Lingkup Penggunaan Air minyak dan gas bumi dan pengusaha sumber daya panas bumi
dan/atau Sumber Air; Bab III Izin Penggunaan Air Permukaan dalam Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
dan/atau Sumber Air di Atas Permukaan Tanah; Bab IV Izin Pertambangan dan Energi.
Penggunaan Air dan/atau Sumber Air Bawah Tanah; Bab V Pelaksanaan penggunaan air dan/atau sumber air untuk
Persyaratan Teknis Penggunaan Air dan/atau Sumber Air Untuk kegiatan usaha pertambangan harus tetap memperhatikan urutan
Kegiatan Usaha Pertambangan; Bab VI Iuran Jasa Pemanfaatan prioritas penggunaan air dan/atau sumber air sesuai keperluan
Air; Bab VII Pengawasan; Bab VIII Ketentuan Penutup. masyarakat pada setiap tempat dan keadaan. Izin penggunaan air permukaan dan/atau sumber air diatas permukaan tanah untuk kegiatan usaha pertambangan diberikan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Sedangkan izin penggunaan air
Keputusan Menteri Dalam Negeri
permukaan dan/atau sumber air bawah tanah untuk kegiatan
Nomor 690.31 - 285
usaha pertambangan diberikan oleh Menteri Pertambangan dan
tentang Pengesahan Peraturan Daerah Khusus
Energi.
Ibukota Jakarta Nomor 13 Tahun 1992
Penggunaan air permukaan dan/atau sumber air diatas per-
tentang Perusahaan Daerah Air Minum Daerah
mukaan tanah untuk kegiatan usaha pertambangan dikenakan
Khusus Ibukota Jakarta (PAM JAYA)
iuran jasa pemanfaatan air yang besarannya dihitung atas dasar pembebanan 4 (empat) unsur pokok yaitu biaya pemanfaatan air,
Mengesahkan Perda DKI Jakarta Nomor 13 Tahun 1992 ten- biaya pengembalian investasi, biaya eksploitasi dan pemeliharaan
tang PDAM DKI Jakarta (PAM JAYA) dengan perubahan :
Nomor urut 1 diubah menjadi 8 baru dan nomor 2 lama diubah
Keputusan Menteri Dalam Negeri
menjadi nomor 1 baru.
Nomor 690 - 229
Ditambahkan nomor 7, 8 dan 13 baru.
tentang Pengesahan Peraturan Daerah Khusus
Nomor urut 7, 8, 9, dan 10 diubah menjadi nomor 9, 10, 11,
Ibukota Jakarta Nomor 11 Tahun 1993
dan 12 baru.
tentang Pelayanan Air Minum di Wilayah Daerah
Pasal 6 diubah menjadi :
Khusus Ibukota Jakarta
"Tugas pokok PAM JAYA adalah melakukan segala usaha yang berhubungan langsung dengan penyediaan dan pendis-
Mengesahkan Perda DKI Jakarta Nomor 11 Tahun 1993 ten- tribusian air minum yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
tang Pelayanan Air Minum di Wilayah DKI Jakarta, dengan serta pelayanan yang baik bagi masyarakat dengan berpedo-
perubahan sebagai berikut :
man pada prinsip-prinsip ekonomi perusahaan."
1. Pasal 16 diubah menjadi :
Setelah Pasal 33 ditambahkan BAB X dan Pasal 34 baru
Pasal 16
sebagai berikut : (1)Besarnya tarip air minum ditetapkan dengan Keputusan Gu- Bab X Jenis dan Tarif : Pasal 34 Penetapan jenis, tarif dan
bernur Kepala DKI Jakarta.
perhitungan tarif air minum PAM JAYA ditetapkan dengan (2)Tarip air minum diberlakukan kepada pelanggan setelah Ke- berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
putusan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku.
mendapat pengesahan dari Mendagri.
Setelah Pasal 40 ditambahkan BAB XIV dan Pasal 41 baru (3)Tarip air minum diberlakukan melalui pengumuman Direksi sebagai berikut :
PAM Jaya.
Bab XIV Pengelolaan Barang : Pasal 41 Pelaksanaan penge-
2. Pasal 18 ditambahkan ayat (3) sebagai berikut : lolaan barang PAM JAYA berpedoman pada peraturan perun- (3)Meter air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) di atas dang-undangan yang berlaku. secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dilakukan peneraan.
3. Pasal 22 diubah menjadi :
Pasal 22
(1) Pengendalian atas pemakaian air dilakukan oleh PAM Jaya dengan memasang meter air untuk mendeteksi kubikasi air
yang didistribusikan. (2) Meter air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dipasang pada awal jaringan distribusi dan sektor distribusi.
Keputusan Menteri Negara
(c) Apabila belum ditemukan pedoman teknis, maka UKL dan
Lingkungan Hidup Republik Indonesia
UPL dibuat dengan berpedoman pada Pedoman Umum seba-
Nomor : Kep-12/MENLH/3/1994
gaimana dimaksud dalam ayat (1).
tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan
4. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan ini merupakan peraturan pelaksana dari
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis
Nomor 35 Tahun 1995
Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam penjelasan Pasal 2 ayat
tentang Program Kali Bersih
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan disebutkan bahwa dalam menun-
Pelaksanaan Prokasih berasaskan pelestarian fungsi ling- jang pembangunan yang berwawasan lingkungan, bagi rencana
kungan perairan sungai untuk menunjang pembangunan yang usaha atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi dengan AMDAL
berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan manusia. tetap diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan
Pelaksanaan Prokasih bertujuan untuk tercapainya kualitas air (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
sungai yang baik, terciptanya sistem kelembagaan yang mampu Dalam Keputusan Menteri ini ada beberapa hal yang ditetap-
melaksanakan pengendalian pencemaran air secara efektif dan kan, yaitu :
efisien serta terwujudnya kesadaran dan tanggung jawab
1. Rencana usaha atau kegiatan yang tidak ada dampak pen- masyarakat dalam pengendalian pencemaran air. tingnya, dan/atau secara teknologi sudah dapat dikelola
Sungai dan ruas sungai Prokasih ditetapkan oleh Gubernur dampak pentingnya diharuskan melakukan UKL dan UPL
berdasarkan pedoman pemilihan sungai dan ruas sungai Prokasih sesuai dengan yang ditetapkan didalam syarat-syarat per-
yang ditetapkan Bapedal dengan mempertimbangkan fungsi su- izinannya menurut peraturan yang berlaku.
ngai bagi masyarakat dan pembangunan serta memperhitungkan
2. UKL dan UPL sebagaimana dimaksud dalam diktum pertama tingkat kemampuan lembaga pelaksana di daerah yang perlu diatur melalui suatu pedoman umum.
bersangkutan.
3. (a) Pedoman Umum UKL dan UPL adalah sebagaimana Menteri bertanggung jawab dalam koordinasi kebijaksanaan dimaksud dalam Lampiran Keputusan Menteri ini.
Prokasih secara nasional. Sedangkan Kepala Bapedal bertang- (b) Pedoman Teknis UKL dan UPL ditetapkan oleh Menteri
gung jawab dalam koordinasi pelaksanaan pengendalian kegiatan atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen
Prokasih secara nasional.
dengan menggunakan Pedoman Umum sebagaimana Gubernur menyampaikan laporan Prokasih secara berkala dimaksud dalam ayat (1) sebagai rujukan.
kepada Menteri, Menteri Dalam Negeri dan Kepala Bapedal.
Menteri juga memberikan penghargaan kepada Pemerintah (Amdal) Kabupaten/Kota berkedudukan di Badan Pengendalian Daerah yang melaksanakan Prokasih dan perusahaan/kegiatan
Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota atau di instansi lain usaha yang melaksanakan pengendalian pencemaran dengan
yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat kinerja yang sangat baik.
Kabupaten/Kota.
Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan Prokasih di Susunan keanggotaan terdiri dari Ketua merangkap sebagai tingkat Pusat dibebankan kepada APBN dan/atau sumber dana
anggota, Sekretaris merangkap sebagai anggota, dan anggota- lainnya. Sedangkan di tingkat Daerah dibebankan kepada APBD
anggota lainnya. Tim Teknis terdiri atas para ahli dari instansi tek- dan/atau sumber dana lainnya.
nis yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkut- an dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
Kabupaten/Kota atau instansi lain yang ditugasi mengendalikan Bab I Ketentuan Umum; Bab II Azas, Tujuan dan Sasaran
Daftar Isi
dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota, serta ahli Prokasih; Bab III Pelaksanaan Prokasih; Bab IV Organisasi
lain dengan bidang ilmu yang terkait.
Pelaksanaan Prokasih; Bab V Pelaporan; Bab VI Pemberian Komisi Penilai Amdal Kabupaten/Kota bertugas menilai kerang- Penghargaan; Bab VII Pembiayaan; Bab VIII Penutup.
ka acuan, Amdal, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan ren- cana pemantauan lingkungan hidup. Dalam melaksanakan tugas- nya, Komisi Penilai dibantu oleh Tim teknis Komisi Penilai dan Sekretariat Komisi Penilai.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Biaya atas pelaksanaan kegiatan Komisi Penilai, Tim Teknis,
Nomor 41 Tahun 2000
dan Sekretariat Komisi Amdal dibebankan pada anggaran Badan
tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota atau
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
pada anggaran instansi yang ditugasi menangani pengendalian
Kabupaten/Kota
dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota.
Sebagai pelaksanaan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Daftar Isi
Propinsi sebagai Daerah Otonom, maka ditetapkan Pedoman Bab I Pembentukan Komisi Penilai; Bab II Susunan Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Ling-
Keanggotaan; Bab III Tugas dan Fungsi; Bab IV Pembiayaan; Bab kungan Hidup Kabupaten/Kota. Di dalam Peraturan Pemerintah
V Penutup.
Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup juga belum diatur mengenai Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Dalam Negeri
usaha-usaha lain yang sah menurut hukum, bantuan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2001
dan Pemerintah Daerah serta bantuan dari yayasan/lembaga luar
tentang Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan
negeri. Biaya pemberdayaan P3A, GP3A, dan IP3A dapat
Petani Pemakai Air (P3A)
bersumber dari APBN, APBD, dan sumber dana lain yang sah. Sedangkan kegiatan yang dilakukan oleh P3A, GP3A, dan IP3A
Yang mendasari ditetapkannya Keputusan ini adalah Undang- pada prinsipnya dibiayai sendiri oleh P3A, GP3A, dan IP3A. Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
Mengenai lembaga tradisional kepengurusan air yang sudah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
ada dan P3A yang sudah dibentuk pada saat berlakunya Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Peraturan
Keputusan Menteri ini tetap diakui keberadaannya dan diarahkan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
untuk senantiasa mendapat dukungan anggota secara Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom,
demokratis.
Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi, serta Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2001 tentang
Daftar Isi
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri. Bab I Ketentuan Umum; Bab II Asas dan Sifat; Bab III Wadah Perkumpulan Petani Pemakai Air merupakan himpunan
Pembentukan; Bab IV Tata Cara Pembentukan; Bab V Susunan bagi petani pemakai air yang bersifat sosial-ekonomi, budaya, dan
Organisasi; Bab VI Wewenang, Hak, dan Kewajiban; Bab VII berwawasan lingkungan. P3A dibentuk dari, oleh, dan untuk
Pemberdayaan; Bab VIII Wilayah Kerja; Bab IX Hubungan Kerja; petani pemakai air secara demokratis, yang pengurus dan
Bab X Sumber dana; Bab XI Ketentuan Peralihan; Bab XII anggotanya terdiri dari unsur petani pemakai air. P3A dalam satu
Ketentuan Penutup.
daerah pelayanan sekunder tertentu dapat bergabung sampai ter- bentuk Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A). GP3A dalam satu daerah irigasi tertentu dapat bergabung sampai terbentuk Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Pemberdayaan P3A, GP3A, dan IP3A dilaksanakan melalui
Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002
kegiatan motivasi, pelatihan, penyerahan kewenangan, fasilitasi,
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
bimbingan teknis, pendampingan, kerjasama pengelolaan dan
Air Minum
audit pengelolaan irigasi. Hubungan kerja antara P3A, GP3A, dan IP3A bersifat kerjasama, koordinatif, dan konsultatif yang selanjut-
Peraturan ini merupakan revisi dari Peraturan Menteri nya diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat Dan masing-masing menurut wilayah kerjanya.
Pengawasan Kualitas Air. Dengan ditetapkannya Keputusan ini, Dana P3A, GP3A, dan IP3A dapat bersumber dari iuran pen-
maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Men- gelolaan irigasi, sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat,
kes/Per/IX/1990 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Persyaratan kualitas air minum meliputi persyaratan bakterio-
Keputusan Menteri Permukiman dan
logis, kimiawi, radioaktif dan fisik. Menteri Kesehatan melakukan
Prasarana Wilayah
pembinaan teknis terhadap segala kegiatan yang berhubungan
Nomor 409/KPTS/2002
dengan penyelenggaraan persyaratan kualitas air minum.
tentang Pedoman Kerjasama Pemerintah dan
Dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air minum, Dinas
Badan Usaha Swasta dalam Penyelenggaraan
Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menentukan parameter kualitas
dan/atau Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi
air yang akan diperiksa sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah tangkapan air, instalasi pengolahan air dan jaringan perpi-
Merujuk pada Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1998 ten- paan. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melakukan peng-
tang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam awasan dapat mengikutsertakan instansi terkait, asosiasi pen-
Pembangunan dan/atau Pengelolaan Infrastruktur dan Pasal 13 gelolaan air minum, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi
Keputusan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan profesi yang terkait.
Nasional/Kepala Bappenas Nomor KEP.319/PET/10/1998 tentang Pembiayaan pemeriksanaan sampel air minum dibebankan
Pelaksanaan dan/atau Pengelolaan Infrastruktur, maka dipandang kepada pihak pengelola air minum, pemerintah maupun swasta
perlu untuk menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Kerjasama dan masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam Penyelenggaraan yang berlaku.
dan/atau Pengelolaan Air Minum dan/atau Sanitasi. Setiap pengelola penyediaan air minum yang melakukan per-
Pedoman Kerjasama Pemerintah dan Swasta (selanjutnya di- buatan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang
singkat KPS) dalam penyelenggaraan dan/atau pengelolaan air dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat dan
minum dan/atau sanitasi dimaksudkan sebagai acuan dalam merugikan kepentingan umum dapat dikenakan sanksi adminis-
mewujudkan penyelenggaraan fasilitas air minum atau sanitasi tratif dan/atau sanksi pidana berdasarkan peraturan yang berlaku.
melalui KPS. Penanggung jawab kegiatan investasi KPS adalah Bupati/Walikota/Gubernur untuk kerjasama yang berada atau
merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota/Propinsi Bab I Ketentuan Umum; Bab II Ruang Lingkup Dan
Daftar Isi
dan Pimpinan BUMN/BUMD atau badan lain yang telah menda- Persyaratan; Bab III Pembinaan Dan Pengawasan; Bab IV
patkan pelimpahan wewenang dari Menteri/Pimpinan Lembaga Pembiayaan; Bab V Sanksi; Bab VI Ketentuan Peralihan; Bab VII
Pemerintah Non Departemen, Gubernur, Walikota/Bupati. Ketentuan Penutup.
Kerjasama pemerintah dan swasta dalam penyelenggaraan dan/- atau pengelolaan air minum dan/atau sanitasi meliputi tahapan persiap- an, pengadaan, pengikatan, monitoring dan pengakhiran investasi. Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah bertanggungjawab atas pembinaan teknis dalam rangka pelaksanaan pedoman KPS dalam penyelenggaraan dan/atau pengelolaan air minum dan/atau sanitasi.
Daftar Isi kebisingan, getaran, radiasi, vektor penyakit, persyaratan kese-
Bab I Ketentuan Umum; Bab II Penyelenggaraan KPS; Bab III hatan lokasi, ruang dan bangunan, toilet dan instalasi. Kepala Pembinaan Teknis; Bab IV Ketentuan Lain; Bab V Ketentuan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan Penutup.
pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan ini. Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261/Menkes/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja dinyatakan tidak berlaku.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Didalam lampiran Keputusan ini juga disebutkan bahwa pim-
Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002
pinan satuan kerja/unit perkantoran bertanggungjawab terhadap
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran.
Perkantoran dan Industri
Untuk melaksanakan tugas tersebut Pimpinan perkantoran dapat menunjuk seorang petugas atau membentuk satuan kerja/unit
Keputusan ini dibuat berdasarkan pada beberapa peraturan organisasi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang perundangan lainnya, diantaranya Undang-Undang Nomor 23
kesehatan lingkungan kerja.
Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 23 Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran dapat memanfaatkan Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-
pihak ketiga untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
kerja. Pihak ketiga harus berbentuk Badan Hukum Usaha penye- Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
hatan lingkungan kerja perkantoran yang diakui. Adapun untuk Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Peraturan
biaya penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
menjadi tanggung jawab perkantoran.
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 29 Tahun 2003
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air, Keputusan Menteri
Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit
Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi
pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan, serta Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Keputusan ini merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari keten- Persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan
tuan Pasal 35 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun industri meliputi : persyaratan air, udara, limbah, pencahayaan,
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pence- maran Air.
Bupati/Walikota menetapkan syarat dan tata cara perizinan yang bersangkutan atau tahun sebelumnya. Dalam menetapkan pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada tanah di perke-
daya tampung beban pencemaran air pada sumber air digunakan bunan kelapa sawit di Kabupaten/Kota. Pengajuan permohonan
metode perhitungan yang telah teruji secara ilmiah, yaitu Metoda izin pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada tanah di
Neraca Massa dan Metoda Streeter-Phelps.
perkebunan kelapa sawit diajukan berdasarkan hasil kajian Apabila timbul kebutuhan untuk menggunakan metoda lain pemanfaatan air limbah industri minyak sawit yang dilakukan
yang juga berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No-
untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kapasitas mor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengajuan
daerah, maka dapat digunakan metode diluar metoda tersebut Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit Pada Tanah di
diatas.
Perkebunan Kelapa Sawit. Bupati/Walikota menerbitkan surat keputusan izin pemanfaatan air limbah industri minyak sawit selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak permohonan ijin diajukan oleh pemrakarsa.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Izin pemanfaatan limbah industri minyak sawit pada tanah di
Nomor 111 Tahun 2003
perkebunan kelapa sawit akan dicabut apabila ditemukan adanya
tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
pelanggaran terhadap persyaratan perizinan pemanfaatan selam-
Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan
bat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah evaluasi
Air Limbah ke Air atau Sumber Air
dilakukan. Peraturan ini merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 41 ayat (7) dan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Air.
Nomor 110 Tahun 2003
Setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang membuang air limbah
tentang Buku Pedoman Penetapan Daya Tampung
yang mengandung radioaktif ke air atau sumber air. Bupa-
Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air
ti/Walikota dilarang menerbitkan izin pembuangan air limbah ke air atau sumber air yang melanggar baku mutu air dan menimbulkan
Peraturan ini merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 23
pencemaran air.
ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Setiap usaha dan/atau kegiatan yang akan membuang air lim- Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
bah ke air atau sumber air wajib mendapat izin tertulis dari Bupati/Walikota menetapkan daya tampung beban pence-
Bupati/Walikota. Permohonan izin membuang air limbah ke air maran air pada sumber air. Daya tampung beban pencemaran air
atau sumber air wajib dilengkapi data dan informasi dengan meng- pada sumber air ditetapkan berdasarkan debit minimal pada tahun
gunakan formulir.
Bupati/Walikota wajib mencantumkan dalam izin pembuangan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
air limbah ke air atau sumber air seluruh kewajiban dan larangan
Nomor 113 Tahun 2003
bagi usaha dan/atau kegiatan sebagaimana tercantum dalam Per-
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
aturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
dan/atau Kesiapan Pertambangan Batu Bara
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan ini merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pertam-
Nomor 112 Tahun 2003
bangan batu bara ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
dengan ketentuan sama atau lebih dari ketentuan sebagaimana tersebut dalam lampiran Keputusan ini. Apabila hasil kajian
Peraturan ini merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 21 AMDAL atau hasil kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan (UPL) ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dari usaha dan/atau Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
kegiatan pertambangan batu bara mensyaratkan baku mutu air Baku mutu air limbah domestik berlaku bagi usaha dan/atau
limbah lebih ketat, maka diberlakukan baku mutu air limbah seba- kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restauran),
gaimana yang dipersyaratkan oleh AMDL atau UKL dan UPL. perkantoran, perniagaan dan apartemen. Baku mutu air limbah
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan pertam- domestik daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi.
bangan wajib melakukan pengolahan air limbah yang berasal dari Pengolahan air limbah domestik dapat dilakukan secara kolektif
kegiatan penambangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan melalui pengolahan limbah domestik terpadu.
pengolahan/pencucian, sehingga mutu air limbah yang dibuang ke Bupati/Walikota wajib mencantumkan persyaratan dalam hal
lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah yang telah dite- izin pembuangan air limbah domestik bagi usaha dan/atau
tapkan.
kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan pertam- apartemen dan asrama. Sedangkan Menteri meninjau kembali
bangan batu bara wajib mengelola air yang terkena dampak dari baku mutu air limbah domestik secara berkala sekurang-
kegiatan penambangan melalui kolam pengendapan (pond). kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun.
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan pertambangan batu bara wajib melakukan kajian lokasi titik penataan (point of compli- ance) air limbah dari kegiatan pertambangan.
Dalam hal terjadi perubahan lokasi usaha dan/atau kegiatan pertambangan dan/atau karena pertimbangan kondisi lingkungan tertentu, maka penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib Dalam hal terjadi perubahan lokasi usaha dan/atau kegiatan pertambangan dan/atau karena pertimbangan kondisi lingkungan tertentu, maka penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
dan penentuan kelas air, yakni melalui saran masukan yang dim- titik penataan (point of compliance) yang baru.
intakan dari masyarakat melalui dengar pendapat. Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan pertam-
Apabila mutu air lebih baik atau sama jika dibandingkan den- bangan wajib mentaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
gan kelas air, maka Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pasal 38 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Pemerintah Kabupaten/Kota wajib menyusun program pengelo- tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
laan air. Sedangkan jika mutu air lebih buruk atau dalam kondisi Air.
cemar, maka Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Bupati/Walikota wajib mencantumkan persyaratan dalam izin
Kabupaten/Kota mengumumkan sumber air tersebut tercemar dan pembuangan air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pertam-
menyusun program pemulihan pencemaran air. bangan yang diterbitkan. Dalam jangka waktu selambat-lambat- nya 1 (satu) tahun sejak ditetapkan Keputusan ini, baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pertambangan yang telah ditetapkan sebelumnya yang lebih longgar, wajib disesuaikan de-
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
ngan ketentuan dalam Keputusan ini.
Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Peraturan ini merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 14 ayat
Nomor 114 Tahun 2003
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
tentang Pedoman Pengkajian untuk
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Penentuan status mutu air dapat menggunakan Metode STORET (metoda ini merupakan salah satu metoda untuk menen- Peraturan ini merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 9 ayat
Menetapkan Kelas Air
tukan status mutu air yang umum digunakan) atau Metoda Indeks (4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pencemaran. Dengan metoda STORET dapat diketahui parame- Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
ter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabu-
air. Secara prinsip metoda STORET adalah membandingkan paten/Kota melakukan pengkajian mutu air saat ini untuk menen-
antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan tukan status air sebagai masukan bagi penyusunan program pen-
dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. gelolaan air atau program pemulihan pencemaran air.
Sedangkan Metode Indeks Pencemaran digunakan untuk menen- Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
tukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air Kabupaten/Kota dalam melakukan pengkajian mutu air, perlu
yang diizinkan.
mendapatkan informasi tentang kebutuhan air untuk 15 (lima Apabila timbul kebutuhan untuk menggunakan metoda lain mendapatkan informasi tentang kebutuhan air untuk 15 (lima Apabila timbul kebutuhan untuk menggunakan metoda lain
Propinsi, Kabupaten/Kota atau instansi lain yang terkait minimum daerah, maka dapat digunakan metoda di luar metoda tersebut
6 (enam) bulan sekali.
diatas.
Keputusan Menteri Kesehatan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Republik Indonesia
Nomor 128 Tahun 2003 Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
tentang Standar Pelayanan Minimal Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis
Peraturan ini dibuat sehubungan dengan Keputusan Menteri Peraturan ini mengacu kepada Keputusan Kepala Bapedal
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor 1747/Menkes Nomor Kep-03/Bapedal/09/1995 tentang Persyaratan Teknis
Kesos/SK/12/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, serta
Pelayanan Minimal Dalam Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perubahan
tidak sesuai lagi. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (4) butir Atas Keputusan Presiden Nomor 101 Tahun 2001 tentang
b Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Pemerintah mem- Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi,
punyai kewenangan untuk menetapkan pedoman standar dan Tata Kerja Menteri Negara.
pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota. Setiap usaha dan/atau kegiatan minyak dan gas bumi serta ke-
Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan giatan lain yang menghasilkan limbah minyak bumi wajib mela-
sesuai Standar Pelayanan Minimal yang berkaitan dengan kukan pengolahan limbahnya. Ketentuan perizinan pengelolaan
pelayanan kesehatan yang meliputi jenis pelayanan beserta limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi
indikator kinerja dan target tahun 2010 Standar Pelayanan secara biologis mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 18
Minimal Bidang Kesehatan Kab/Kota..
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Bupati/Walikota bertanggungjawab dalam penyelenggaraan Beracun dan format permohonan izin untuk pengolahan secara
pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal yang biologi.
dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Kab/Kota dan masyarakat. Hasil analisis terhadap proses pengolahan biologis dan
Penyelenggaraan tersebut secara operasional dikoordinasikan pemantauan terhadap bahan hasil pengolahan dilaporkan kepada
oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota. Sumber pembiayaan pelak- Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan tembusan kepada
sanaan pelayanan kesehatan seluruhnya dibebankan pada APBD.
Pemerintah dan Pemerintah Propinsi memfasilitasi penyeleng- dan/atau pihak yang diadukan terhadap kasus pencemaran garaan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan
dan/atau perusakan lingkungan hidup. Pejabat yang memberikan Minimal dan mekanisme kerjasama antar Daerah Kab/Kota.
tugas verifikasi dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah diterimanya, wajib segera mengambil keputusan diterima
Daftar Isi
atau ditolaknya usulan rekomendasi.
Bab I Ketentuan Umum; Bab II Standar Pelayanan Minimal Bi- Hasil verifikasi pengaduan kasus pencemaran dan/atau dang Kesehatan; Bab III Pengorganisasian; Bab IV Pelaksanaan;
perusakan lingkungan hidup dapat bersifat terbuka sepanjang Bab V Pembinaan; Bab VI Pengawasan; Bab VII Ketentuan Pe-
menurut sifat dan tujuannya memang terbuka untuk diketahui oleh nutup.
masyarakat.
Biaya untuk melakukan kegiatan pengelolaan pengaduan kasus pencemaran dan/atau perusakan lingkungan dalam Keputusan ini yang dilakukan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
dibebankan pada APBD, sedangkan Menteri Negara Lingkungan
Nomor 19 Tahun 2004
Hidup dibebankan pada APBN dan/atau sumber dana lain yang
tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus
tidak mengikat.
Pencemaran dan/atau Perusakan