17 2. Manfaat Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan
manfaat sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan dapat menambah informasi atau wawasan yang lebih konkrit bagi aparat penegak hukum dan pemerintah, khususnya dalam
menangani perusahaan asuransi dengan perusahaan reasuransi yang dicabut izin usaha yang terjadi di Indonesia dan hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, serta pengkajian hukum khususnya yang berkaitan dengan
Pencabutan Izin Usaha Perasuransian. b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pemikiran dan pertimbangan dalam menangani perlindungan hukum terhadap perusahaan
asuransi dengan perusahaan reasuransi yang dicabut izin usahanya, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi aparat penegak hukum dan pemerintah
khususnya dalam menangani Pencabutan Izin Usaha Perasuransian.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai “Perlindungan Hukum Terhadap Perusahaan Asuransi Dengan Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
18 Reasuransi Yang Dicabut Izin Usahanya”. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini
merupakan ide asli penulis, adapun tambahan ataupun kutipan dalam penulisan ini bersifat menambah penguraian penulis dalam skripsi ini. Dengan demikian
keaslian penulisan skripsi ini adalah ide penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.
E. Tinjauan Pustaka
Kata asuransi dalam bahasa Belanda disebut assurantie yang terdiri dari kata “assurandeur” yang berarti penanggung dan “geassurende” yang berarti
tertanggung. Kemdian dalam bahasa Perancis disebut “assurance” yang berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi. Sedangkan dalam bahasa latin disebut
“assecurare” yang berarti menyakinkan orang. Selanjutnya bahasa Inggris kata asuransi disebut “insurance” yang berarti menanggung sesuatu yang mungkin
atau tidak mungkin terjadi dan “assurance” yang berarti menaggung sesuatu yang pasti terjadi.
4
Apalagi dengan lahirnya UUP dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, maka secara perlahan dan
bertahap masyarakat Indonesia sudah mulai berminat untuk melakukan usaha Masalah asuransi di Indonesia mengenal dua istilah yakni pertanggungan
dan asuransi sendiri. Kedua istilah itu berasal dari bahasa Belanda, yakni verzekering dan asurantie. Dalam bahasa Inggris juga dikenal dua istilah, yakni
assurantie dan insurance.
4
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 292.
Universitas Sumatera Utara
19 asuransi baik asuransi terhadap harta kekayaan, benda-benda berharga, maupun
jiwanya untuk mengalihkan resiko mereka kepada perusahaan asuransi. Sejalan dengan hal tersebut, saat ini telah tumbuh cukup banyak perusahaan asuransi di
Indonesia dengan berbagai jenis usaha asuransi.
5
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang selanjutnya disebut KUHD dan UUP tidak membakukan salah satu istilah tersebut. Keduanya memakai rumusan
pertanggungan atau asuransi verzekering of asurantie. Istilah penanggung verzekering dan tertanggung verzekerde. Istilah asuransi melahirkan istilah
assurador atau assurandeur penanggung dan geassuraarde tertanggung.
6
Usaha perasuransian telah cukup lama hadir dalam perekonomian Indonesia dan ikut berperan dalam perjalanan sejarah bangsa berdampingan
dengan sektor kegiatan ekonomi lainnya.
7
Pasal 246 KUHD menyatakan asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
Usaha persuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non bank menjadi semakin penting peranannya, karena dari
kegiatan usahanya selain memberikan proteksi kepada masyarakat juga merupakan lembaga penghimpun dana yang bersumber dari penerimaan premi
asuransi dari masyarakat dimana dana ini dapat diinvestasikan pada sektor-sektor yang produktif dan aman serta diharapkan industri asuransi ini dapat semakin
meningkatkan pengerahan dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan.
5
K. Martono dan Budi Eka Tjahjono, Asuransi Transportasi Darat, Laut dan Udara Bandung: Penerbit CV. Mandar Maju, 2011, hlm. 2.
6
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, Cetakan Pertama Yogyakarta: Penerbit FH UII Press, 2006, hlm. 194.
7
Abdul R. Saliman, Hermansyah Ahmad Jalis, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori Contoh, Kasus Jakarta: Penerbit Prenada Media Group, 2005, hlm. 219.
Universitas Sumatera Utara
20 tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
tertentu. Berdasarkan definisi tersebut di atas maka dalam asuransi terkandung
empat unsur yaitu:
8
1. Pihak tertanggung insured yang berjanji untuk membayar uang premi
kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur; 2.
Pihak penanggung insurer yang berjanji akan membayar sejumlah uang santunan kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara
berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tentu;
3. Suatu peristiwa accident yang tak tertentu tidak diketahui
sebelumnya; dan 4.
Kepentingan interest yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tentu.
Menurut UUP Pasal 7, bentuk badan hukum yang diperbolehkan bagi perusahaan asuransi adalah :
1. Untuk perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan reasuransi, badan hukum
yang diperbolehkan perseroan terbatas atau koperasi. Dalam hal perusahaan itu milik negara, bentuk hukumnya adalah perseroan terbatas dan sering
disebut perusahaan perseroan persero. 2.
Untuk perusahaan asuransi jiwa, bisa berbentuk perseroan terbatas, atau koperasi, atau usaha bersama mutual.
3. Untuk perusahaan broker dan perusahaan adjuster, badan hukum yang
diperbolehkan perseroan terbatas atau koperasi.
8
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, Edisi Revisi Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, hlm. 87.
Universitas Sumatera Utara
21 4.
Bagi perusahaan konsultan aktuaria dan agen asuransi, boleh perseroan terbatas atau koperasi, atau perorangan.
Setiap usaha perasuransian dijalankan oleh perusahaan perasuransian. Perusahaan perasuransian meliputi perusahaan asuransi dan perusahaan penunjang
asuransi. Menurut UUP Pasal 4, perusahaan asuransi dikelompokkan menjadi 3 tiga jenis dengan lingkup kegiatannya sebagai berikut :
1. Perusahaan asuransi kerugian hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam
bidang asuransi kerugian, termasuk reasuransi. 2.
Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, dan usaha anuitas,
serta menjadi pendiri dan pengurus dana pensiun sesuai dengan peraturan perundangundangan dana pensiun yang berlaku.
3. Perusahaan reasuansi hanya dapat menyelenggarakan usaha asuransi ulang.
Berdasarkan ketentuan ini, setiap perusahaan asuransi hanya dapat menjalankan jenis usaha yang telah ditetapkan, tidak dimungkinkan adanya suatu
perusahaan asuransi yang sekaligus menjalankan usaha asuransi kerugian dan asuransi jiwa. Menurut ketentuan pasal 4 ini pengertian dana pensiun terbatas
pada dana pensiun lembaga keuangan. Perusahaan asuransi akan memberikan perlindungan ke tertanggung jika
terjadi berbagai resiko di masa mendatang. Pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang dipertanggungkan jika resiko itu benar-benar terjadi.
Nilai yang dipertanggungkan adalah besarnya dana yang telah disepakati antara pihak penanggung dan tertanggung dan dituangkan dalam perjanjian yang dikenal
Universitas Sumatera Utara
22 dengan polis asuransi. Perlindungan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat
dimana pun dan dalam kondisi apapun. Kerugian karena kehilangan, bencana alam, perang, huru hara, kebakaran, kecelakaan, dan berbagai peristiwa tidak
terduga lainnya dapat muncul secara tiba-tiba. Hal ini menyebabkan seseorang menderita kerugian keuangan yang besar dan bahkan sebagian orang tidak dapat
melanjutkan kegiatan lagi, sehingga juga menimbulkan kerugian bagi ahli warisnya. Dengan adanya mekanisme proteksi yang diberikan pihak asuransi,
resiko tersebut dapat diminimalisir sehingga mereka yang terkena resiko dapat terus menjalankan aktivitasnya seperti semula.
9
Untuk sebagian atau seluruh kerugian finansial yang terkait dengan peristiwa atau resiko yang tidak terduga. perlindungan ini dilaksanakan melalui
mekanisme penampungan dimana banyak orang - orang yang rentan terhadap
resiko tertentu bergabung bersama ke dalam sebuah penampungan resiko risk
pool. Setiap orang membayar sejumlah kecil uang, yang dikenal sebagai premi, kepada suatu penampungan, yang kemudian digunakan untuk memberi
kompensasi kepada individu yang malang yang benar-benar mengalami suatu kerugian. Asuransi mengurangi kerentanan dengan mengganti prospek kerugian
yang besar dengan kepastian melakukan pembayaran premi yang kecil dan berkala. Konsep penampungan resiko ini menjadikan asuransi sebuah cara yang
9
Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank Jakarta: Penerbit PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2006, hlm. 236.
Universitas Sumatera Utara
23 efisien untuk berlindung terhadap tipe resiko tertentu; hal ini juga menyebabkan
kerumitan dalam merancang dan menyediakan produk asuransi.
10
Perkembangan usaha perasuransian di dunia dewasa ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa betapa jauhnya berkembangan produk-produk
asuransi baik komersial maupun sosial yang ditawarkan kepada masyarakat. Dari usaha perasuransian secara konsisten berkembang untuk memenuhi kebutuhan
dan tuntutan pasar. Beberapa contoh antara lain, asuransi rumah tangga, asuransi kejahatan dan sosial. Dengan menggunakan referensi perkembangan usaha
perasuransian di Indonesia seyogyanya mampu untuk segera menyesuaikan diri dalam rangka memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar.
11
Putusan pailit dapat dicabut dalam hal harta pailit tidak cukup membayar biaya kepailitan termasuk imbalan jasa kurator. Pencabutan kepailitan dilakukan
Majelis Hakim yang memutus perkara pailit berdasarkan rekomendasi Hakim Pengawas karena kondisi kekayaan maupun kegiatan usaha dari debitur pailit
berada dalam keadaan sangat tidak mampu membayar tagihan - tagihan dari kreditur atau bahkan tidak mempunyai aset sama sekali. Rekomendasi yang
dikeluarkan Hakim Pengawas didasarkan pada laporan kurator yang menemukan bahwa harta pailit maupun usaha debitur pailit tidak akan mampu membayar
10
Craig F. Churchill, Dominic Liber, Michael J. Mccord James Roth, Memberdayakan
Asuransi bagi Lembaga Keuangan Mikro: Petunjuk Teknis untuk Mengembangkan dan Menawarkan Asuransi Mikro Jakarta: International Labour Organization, 2003, hlm. 9.
11
Mulyadi Nitisusastro, Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013, hlm.131.
Universitas Sumatera Utara
24 utang-utangnya. Bahkan imbalan jasa kurator pun tidak mencukupi dari hasil
penjualan harta debitur pailit.
12
Pemberian izin usaha perasuransian dilakukan dalam 2 dua tahap, yaitu tahap pertama pemberian persetujuan prinsip dan tahap kedua pemberian izin
usaha. Akan tetapi, persetujuan prinsip bagi agen asuransi dan konsultan aktuaria tidak diperlukan. Persetujuan prinsip berlaku untuk jangka waktu 1 satu tahun.
Apabila dalam jangka waktu 3 tiga bulan sejak tanggal izin usaha ditetapkan, perusahaan perasuransian yang bersangkutan tidak menjalankan kegiatan
usahanya, maka izin usaha perasuransian dapat dicabut. Pencabutan kepailitan yang sedemikian dapat dilakukan atas dasar
UUKPKPU Pasal 18 ayat 1 : “Dalam hal harta pailit tidak cukup membayar biaya kepailitan maka pengadilan atas usul Hakim Pengawas dan setelah
mendengar panitia kreditur sementara jika ada, serta setelah memanggil dengan sah atau mendengar debitur, dapat memutuskan pencabutan putusan pernyataan
pailit.”
13
Putusan pencabutan pernyataan pailit diumumkan oleh panitera pengadilan niaga dalam Berita Negara Republik Indonesia dan paling sedikit dua surat kabar
harian yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas. Terhadap putusan tersebut dapat diajukan upaya hukum kasasi danatau peninjauan kembali.
14
12
Syamsudin M. Sinaga, Hukum Kepailitan Indonesia, Jakarta: Penerbit PT. TataNusa, 2012, hlm. 128-129.
13
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian Pasal 9 dan 10.
14
Ibid
Universitas Sumatera Utara
25
F. Metode Penelitian