Kesejahteraan Anak Kerangka Pemikiran

d. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta e. Keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang. Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Selanjutnya, menurut Hamalik 2006: 155, memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Berdasarkan konsepsi yang dikemukakan pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.

2.5 Kesejahteraan Anak

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Hal ini diatur dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Dasar dari undang-undang itu mengacu kepada Pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Apabila ketentuan Pasal 34 UUD 1945 ini Universitas Sumatera Utara diberlakukan secara konsekuen, maka kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin. Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak, terutama terpenuhinya kebutuhan anak Pasal 1 angka 1 huruf b PP Nomor 2 Tahun 1988. Adapun usaha-usaha itu meliputi: pembinaan, pencegahan dan rehabilitasi. Pelaksananya adalah pemerintah dan masyarakat baik di dalam maupun di luar panti Pasal 11 ayat 3 PP Nomor 2 Tahun 1988. Pemerintah dalam hal ini memberikan pengarahan, bimbingan, bantuan dan pengawasan terhadap usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh masyarakat. Prinst, 1997: 83

2.6 Kerangka Pemikiran

Kemiskinan merupakan faktor utama yang menyebabkan anak bekerja. Suatu rumah tangga dikatakan sebagai rumah tangga miskin atau tidak, tentunya akan tergantung pada pendapatan rumah tangga tersebut, semakin kecil pendapatan dari suatu rumah tangga, maka kemungkinan anak dikerahkan sebagai pekerja akan semakin besar. Sebaliknya semakin besar pendapatan dari rumah tangga, maka kemungkinan adanya anak yang bekerja akan semakin kecil. Sekalipun kemiskinan merupakan faktor pendorong utama anak-anak terjun ke dunia kerja, tidak semua orang miskin membiarkan anak-anaknya terjun ke dunia kerja bahkan keluarga juga menyekolahkan anak-anaknya. Berarti ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi anak bekerja khususnya anak-anak yang bersekolah di SMP Darma Karya di Universitas Sumatera Utara Desa Amal Bakti Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Anak-anak tersebut cepat masuk ke pasar tenaga kerja karena dipengaruhi beberapa faktor seperti faktor ekonomi, sosial, budaya, dan psikososial. Dapat juga berasal dari penawaran sebuah pemilik usaha produksi batu bata yang membutuhkan pekerja yang mudah diatur yaitu anak-anak, ketika itu pula masyarakat Desa Amal Bakti Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang menyediakannya sehingga mengakibatkan anak-anak bekerja. Sebagian anak merasa harus membantu orang tua khususnya dalam bidang ekonomi, guna meningkatkan status sosial melalui bekerja dan mencapai prestasi tertentu di sekolah karena itu mereka memasuki dunia kerja sembari bersekolah, tetapi terkadang mereka memilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan umur mereka, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan maupun mengganggu proses dan waktu belajar mereka, seperti halnya pekerja batu bata yang menciptakan kondisi kelelahan dan berkurangnya waktu luang anak sehingga memberikan dampak negatif bagi anak yang mempengaruhi prestasi belajar anak di sekolah. Adapun dampak tersebut dilihat dari : 1. Dampak Negatif yaitu dampak yang berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar anak dilihat melalui kelelahan dan waktu luang. 2. Dampak Langsung yaitu dampak yang dirasakan langsung oleh anak yang bekerja dan berkaitan dengan dampak negatif. 3. Dampak tidak langsung yaitu dampak tidak langsung yang dirasakan oleh anak yang bekerja yaitu berkurangnya waktu bermain. Untuk lebih jelasnya, penulis menyajikan bagan alur pikir sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Bagan 2.1 Alur Pikir Anak Bekerja Anak Bekerja yang masih bersekolah berprofesi sebagai Pekerja Batu Bata Prestasi Belajar 1. Frekuensi kehadiran kelas 2. Frekuensi belajar 3. Kecerdasan Prestasi belajar Anak buruk Prestasi Belajar Anak Baik Universitas Sumatera Utara

2.7 Hipotesis