29
BAB II PROSEDUR PEMBERIAN HAK GUNA USAHA TERHADAP PERUSAHAAN
ASING DI INDONESIA SETELAH UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TELAH MEMBERIKAN KEPASTIAN HUKUM TERHADAP
PERUSAHAAN ASING DI INDONESIA
A. Tinjauan Umum tentang Penanaman Modal Di Indonesia dan Hak Guna Usaha
Sebelum penanaman
modal khususnya
penanaman modal
asing mengaplikasikan modalnya terlebih dahulu harus melalui beberapa prosedur dan tata
cara penanaman modal khususnya penanaman modal asing. Calon penanam modal yang akan mengadakan usaha dalam rangka penanaman modal asing harus
mempelajari daftar bidang-bidang usaha yang tertutup. Selanjutnya penanam modal khususnya penanam modal asing dapat mengajukan permohonan penanaman modal
kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dengan mengisi formulir yang telah ditetapkan oleh BKPM.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 12 UU No. 25 Tahun 2007 yang pada pokoknya menyatakan bahwa pemerintah telah menetapkan perincian bidang-
bidang usaha baik bidang usaha yang terbuka, bidang usaha yang tertutup, maupun bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Adapun Daftar Negatif
Investasi DNI yang harus diperhatikan bagi penanam modal khususnya penanam modal asing diatur dalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 jo Peraturan
Presiden No. 111 Tahun 2007 jo Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2007 Tentang
29
Universitas Sumatera Utara
30
Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan untuk ditanamkan investasi, baik oleh investor asing maupun investor domestik.
35
Bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan
sebagai kegiatan penanaman modal.
36
Didalam Pasal 12 ayat 2 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan daftar bidang usaha yang
tertutup bagi penanaman modal, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing, yang meliputi:
37
1. Produksi senjata 2. Mesiu
3. Alat peledak 4. Peralatan perang
5. Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan
Undang-undang. Tentang Penanaman Modal telah dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 36
Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dalam Lampiran I
Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 telah diatur secara rinci tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup.
35
Salim H. S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 54
36
Pasal 1 ayat 1 Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal
37
Salim H. S. dan Budi Sutrisno, Op, Cit, hal. 180
Universitas Sumatera Utara
31
Ada dua puluh daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing. Kedua puluh daftar bidang usaha yang tertutup untuk
investasi yaitu:
38
1. Budidaya ganja
2. Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I Convention on
International Trade in Endangered Spesies of wild Fauna and Flora CITES 3.
Pemanfaatan pengambilan
koralkarang dari
alam untuk
bahan bangunankapurkalsium dan souvenirperhiasan, serta koral hidup atau koral
mati recent death coral dari alam 4.
Industri minuman mengandung alkohol minuman keras, anggur dan minuman mengandung malt
5. Industri pembuat chlor alkali dengan proses merkuri
6. Industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan seperti:
1 Halon dan lainnya
2 Penta chlorophenol, dichloro diphenyl trichloro elhane DDT, dieldri,
chlordane, carbon tetra, chloride, methyl chloroform, methyl bromide, chloro fluoro carbon CFC 7 industri bahan kimia schedule I konvensi
senjata kimia sarin, soman, tabun mustard, levisite, ricine, saxitoxin, VX, dll
7. Penyediaan dan penyelenggaraan terminal darat
8. Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang
9. Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor
10. Penyelenggaraan pengujian berkala kendaraan bermotor
11. Telekomunikasisarana bantu navigasi pelayaran
12. Vassel Traffic Information System VTIS
13. Jasa pemandu lalu lintas udara
14. Manajemen dan Penyelenggaraan Stadion Monitoring Spektrum Frekuensi
Radio dan Orbit Satelit 15.
Museum pemerintah 16.
Peninggalan sejarah dan purbakala candi, keratin, prasasti, bangunan kuno, dsb
17. Pemukimanlingkungan adat
18. Monument
19. PerjudianKasino
38
Lampiran I Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010, tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
Universitas Sumatera Utara
32
Daftar bidang usaha yang tertutup dalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 ini jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan daftar bidang usaha yang dinyatakan
tertutup dalam Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2007, dimana pada Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2007 terdapat 23 bidang usaha yang dinyatakan tertutup. Hal
ini dikarenakan terdapat tiga bidang usaha yang dikeluarkan dari daftar bidang usaha yang tertutup, yakni:
1. Objek ziarah, seperti: tempat peribadahan, petilasan, dan makam
2. Lembaga penyiaran publik radio dan televisi;
3. Industri siklamat dan sakarin.
Bidang usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan non komersial seperti, penelitian dan pengembangan dan mendapat persetujuan dari
sektor yang bertanggung jawab atas pembinaan bidang usaha tersebut.
39
Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu,
yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah , dan Koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yanga
dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.
40
39
Salim H. S. dan Budi Sutrisno, Op. Cit. hal. 56
40
Pasal 2 ayat 1 Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
33
Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini telah ditentukan dalam Lampiran II Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang
Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman modal.
Adanya pengaturan dan penetapan bidang usaha bagi penanaman modal oleh pemerintah, tentunya harapan dari pemerintah untuk mengarahkan penanaman modal
sesuai dengan rencana pembangunan nasional maupun dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan bangsa Indonesia. Untuk itu penentuan bidang usaha bagi
penanaman modal khususnya penanaman modal asing sangat wajar dan sesuai dengan landasan dan dasar untuk mengundang penanaman modal khususnya
penanaman modal asing masuk ke Indonesia. Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal yang melakukan
penanaman modal berupa:
41
1. Melakukan peluasan usaha; atau
2. Melakukan penanaman modal baru
Adapun penanaman modal yang dilakukan tersebut harus memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
42
1. Menyerap banyak tenaga kerja
2. Termasuk skala prioritas tinggi
3. Termasuk pembangunan infranstruktur
4. Melakukan alih teknologi
5. Melakukan industri pionir
41
Undang Undang Nomor 25 tahun 2007. Pasal 18 ayat 2
42
Ibid, Pasal 18 ayat 3
Universitas Sumatera Utara
34
6. Berada didaerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain
yang dianggap perlu 7.
Menjaga kelestarian lingkungan hidup 8.
Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi 9.
Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi, atau industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di
dalam negeri.
Apabila salah satu kriteria itu telah di penuhi, maka dianggap cukup bagi pemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan kepada investor. Ada
sepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada investor, baik itu investor domestik maupun investor asing. Kesepuluh fasilitas itu, disajikan sebagai
berikut ini:
43
1. Fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan neto.
2. Pembebasan atau keringanan bea masuk impor barang modal yang belum bisa
diproduksi di dalam negeri. 3.
Pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan produksi tertentu.
4. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai PPN atas impor
barang modal. 5.
Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat. 6.
Keringanan PBB. Selain fasilitas tersebut di atas, Pemerintah juga memberikan kemudahan
pelayanan danatau
perizinan kepada
perusahaan penanaman
modal untuk
memperoleh:
44
1. Hak atas tanah
2. Fasilitas pelayanan keimigrasian, dan
3. Fasilitas perizinan impor
43
Ibid, Pasal 18 ayat 4
44
Ibid, Pasal 21
Universitas Sumatera Utara
35
Fasilitas-fasilitas yang dimaksud di atas hanya diberikan terhadap penanaman modal asing yang berbentuk Perseroan Terbatas PT.
Hak dan kewajiban penanam modal, khususnya penanam modal asing telah ditentukan dalam Pasal 8, Pasal 10, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 18 Undang-Undang
No. 25 Tahun 2007 tantang Penanaman Modal. Hak investor asing, disajikan berikut ini:
1. Mengalihkan asset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkannya
2. Melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing.
Hak transfer merupakan suatu perangsang untuk menarik penanam modal asing. Repatriasi pengiriman dengan bebas dalam bentuk valuta asing, tanpa ada
penundaan yang didasarkan pada perlakuan non diskriminasi, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak transfer dan repatrisiasi ini,
meliputi:
45
a. Modal
b. Keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan lainnya
c. Dana-dana yang diperlukan, untuk:
1. Pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah jadi atau barang
jadi: atau 2.
Penggantian barang modal dalam rangka untuk melindungi kelangsungan hidup penanaman modal
d. Tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal
e. Dana untuk pembayaran kembali pinjaman
f. Royalti atau biaya yang harus dibayar
g. Pendapatan dari perseorangan Warga Negara Asing yang bekerja dalam
perusahaan dan penanaman modal h.
Hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal i.
Kompensasi atas kerugian j.
Kompensasi atas pengambilalihan
45
Pasal 8 ayat 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
36
k. Pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis biaya yang harus
dibayar untuk jasa teknik dan manajemen pembayaran yang dilakukan dibawah kontrak proyek, dan pembayaran hak atas kekayaan intelektual; dan
l. Hasil penjualan asset sebagaimana dimaksud pada ayat 1
Kewajiban penanaman modal, khususnya investor asing telah ditentukan dalam Pasal 15 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Kewajiban
itu, meliputi: 1.
Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik Sistem tata kelola organisasi perusahaan yang baik ini menuntut dibangunnya
dan dijalankannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan GCG dalam proses manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip yang berlaku secara
universal ini diharapkan perusahaan dapat hidup secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para stakeholder-nya.
2. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan corporate sosial responsibility untuk selanjutnya disebut CSR mungkin masih kurang popular dikalangan pelaku
usaha nasional. Namun, tidak berlaku bagi pelaku usaha asing. Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela itu, sudah bisa dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan multinasional ratusan tahun yang lalu. Penjelasan Pasal 15 huruf b UU Penanaman Modal menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan
hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Pelaksanaan CSR yang baik dan benar sesuai dengan aturan hukum yang berlaku akan berimplikasi pada iklim penanaman modal yang kondusif. Untuk
bisa mewujudkan CSR setiap pelaku usaha investor baik dalam maupun asing yang melakukan kegiatan di wilayah RI wajib melaksanakan aturan dan tunduk
kepada hukum yang berlaku di Indonesia, sebaliknya pemerintah sebagai regulator wajib dan secara konsisten menerapkan aturan dan sanksi apabila ada
pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak melaksanakan CSR sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.
3. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal: Dalam penerapan prinsip akuntabilitas menurut Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal, setiap penanaman modal berkewajiban menerapkan prinsip akuntabilitas sebagai salah satu prinsip tata kelola
pemerintahan yang baik dengan membuat laporan kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman modal.
Universitas Sumatera Utara
37
Pelaksanaan prinsip akuntabilitas kaitannya dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, direksi dan komisaris mempunyai
tanggung jawab hukum yang sama dengan direksi atas laporan keuangan yang menyesatkan yang menyebabkan kerugian bagi pihak lainnya.
4. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal, dan Hal ini berarti bahwa sebelum perusahaan patungan didirikan harus didahului
dengan sosialisasi kepada masyarakat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. Dengan demikian perencanaan penanaman modal
ke depan merupakan perencanaan yang harus melibatkan semua stakeholder baik unsur Pemerintah, unsur swasta maupun Masyarakat.
5. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan
Undang-Undang tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif dan mengatur hal-hal yang
dinilai penting, antara lain yang terkait dengan cakupan undang-undang, kebijakan dasar penanaman modal, bentuk bahan usaha, perlakuan terhadap
penanaman modal, bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan
mengenai pengembangan penanaman
modal bagi usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang di dalamnya mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman modal, dan ketentuan yang
mengatur tentang penyelesaian sengketa.
Oleh karena hal tersebut di atas, agar tercipta pelaksanaan penanaman modal asing yang kondusif, maka segala aspek penanaman modal harus patuh pada
peraturan perundang-undangan yang ada. Di samping hak dan kewajiban itu harus ditaati oleh penanaman modal,
khususnya penanam modal asing, penanam modal juga mempunyai tanggung jawab lainnya. Tanggung jawab adalah suatu keadaan menanggung segala sesuatu yang
berkaitan dengan penanaman modal. Tanggung jawab itu telah ditentukan dalam Pasal 16 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Ada enam
tanggung jawab penanam modal, khususnya penanam modal asing, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
38
1. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 2. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam
modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan 3. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencagah praktik monopoli,
dan hal lain yang merugikan Negara. 4. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.
5. Menciptakan keselamatan, kesehataan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan
6. Mematuhi semua peraturan perundang-undangan. Hak guna usaha adalah untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh Negara
dalam jangka waktu tertentu. Tujuan penggunaan tanah yang dipunyai dengan Hak Guna Usaha dibebankan pada tanah yang dikuasai Negara.
Hak Guna Usaha termasuk hak atas tanah yang bukan bersumber pada hukum adat, melainkan atas tanah yang baru yang diadakan untuk memenuhi keperluan
masyarakat modren. Berhubungan jangka waktu itu paling lama, maka Hak Guna Usaha tidak dimungkinkan pemberian oleh pemilik tanah. Alasannya adalah pemilik
tanah akan terlalu lama terpisah dengan tanahnya. Lagi pula, pada tanah milik yang dikuasai oleh pihak lain itu berlaku kadaluarsa. Oleh karena itu, Hak Guna Usaha
hanya dimungkinkan atas tanah yang dikuasai Negara.
46
Sering sesuatu pemberian hak atas tanah hanya dilihat dari segi hukum administrasi saja atas tanah yang menurut ketentuan termasuk objek Undang-undang
No. 3 Tahun 1960 Jo. Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961, atau objek nasionalisasi UU No. 86 Tahun 1958 atau Peraturan Presidium Kabinet No. 5
46
Suardi, Hukum Agraria, Iblam, Jakarta, 2005, hal. 38
Universitas Sumatera Utara
39
Tahun 1965 jo. Peraturan Direktur Jenderal Agraria No. 3 Tahun 1968 atau Peraturan Presidium Kabinet No. 2 Tahun 1965 mengenai proyek tanah Perusahaan Negara,
penjualan rumah-rumah negeri Golongan III Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1977 dan lain sebagainya.
47
Demikian pula kebijaksanaan pemerintah dibidang landrefrom seperti dimulai dengan penghapusan tanah-tanah partikelir UU No. 1 Tahun 1958 dan pengaturan
batas pemilikan tanah pertanian UU No. 56 Tahun 1960 jo Peraturan Pemerintah No.223 Tahun 1961 dimana pertimbangan-pertimbangan pemberian haknya adalah
didasarkan pada prinsip prioritas, dimana penetuan hak terhadap prioritas hak atas ini adalah mutlak merupakan wewenang pemerintah dalam tindakannya dilapangan
hukum administrasi. Hasil tersebut sering disebut sebagai penetapan kebijaksanaan pemerintah
yang mempunyai nilai friess ermessen keputusan pemerintah dianggap paling baik sesuai dengan tujuan doelmatige dan berdasarkan hukum rechtmatige.
48
Kewenangan pemerintah tersebut jika dilihat dari aspek lain, selain aspek hukum yang justru lebih ditonjolkan yaitu aspek sosial ekonomi, misalnya suatu
tuntutan seorang pemilik tanah terhadap sekelompok warga masyarakat yang memiliki hak atas tanah sebagai hasil reditribusi
49
, yang apabila hanya segi hukumnya saja yang digunakan sebagai pertimbangan tentunya akibatnya akan
47
Husni Nasution, Perubahan Kebijakan Pemerintah Atas Jangka Waktu Hak Guna Usaha, Mkn, SPS USU, Medan, 2008, hlm. 8
48
Ibid, hlm. 9
49
Peraturan Pemerintah No 3 Tahun 1961
Universitas Sumatera Utara
40
menimbulkan hal-hal negatif terhadap warga masyarakat tersebut, yang tidak jarang akan menyebabkan krisis sosial dan mengganggu kewibawaan pemerintah.
Hak Guna Usaha dapat diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 lima hektar, Jika luas tanah 25 hektar atau lebih, harus menggunakan investasi modal yang
layak dan teknik perusahaan yang baik sesuai dengan perkembangan zaman Pasal 28 ayat 2 UUPA. Maksud ketentuan ini adalah agar Hak Guna Usaha dimanfaatkan
tidak hanya oleh perusahaan besar, melainkan juga oleh perusahaan yang tidak besar yang berusaha dibidang pertanian, perikanan atau peternakan.
Pasal 29 UUPA Memberikan batas waktu yaitu: 1 Hak guna-usaha diberikan untuk waktu paling lama 25 tahun.
2 Untuk perusahaan yang memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan hak guna-usaha untuk waktu paling lama 35 tahun.
3 Atas permintaan pemegang hak dan mengingat keadaan perusahaannya jangka waktu yang dimaksud dalam ayat 1 dan 2 Pasal ini dapat diperpanjang dengan
waktu yang paling lama 25 tahun. Menurut Pasal 5 PP No. 40 Tahun 1996 mengenai luasnya Hak Guna Usaha
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1.
Luas minimum tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha adalah lima hektar
2. Luas maksimum tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha kepada
perorangan adalah dua puluh lima hektar. 3.
Luas maksimum tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha kepada badan hukum ditetapkan oleh Menteri dengan memperhatikan pertimbangan dari
pejabat yang berwenang dibidang usaha yang bersangkutan, dengan mengingat luas yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu usaha yang paling berdaya guna di
bidang yang bersangkutan.
Dengan demikian dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa Pasal 5 dari Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 ini mengenai luas minimum tanah dan luas
Universitas Sumatera Utara
41
maksimumnya yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha, luas minimum itu adalah 5 hektar ayat 1 dan luas maksimum adalah 25 hektar ayat 2 untuk
perorangan. Ketentuan mengenai minimum dan maksimum ini adalah sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam Pasal 28 ayat 2 UUPA. Dinyatakan lebih lanjut bahwa
soal penentuan dari pada minimum dan maksimum yang akan diberikan dengan Hak Guna Usaha ini harus disesuaikan dengan investasi modal yang layak dan teknik
perusahan yang baik sesuai dengan investasi modal yang layak dan teknik perusahaan yang baik sesuai dengan perkembangan zaman ayat 2 Pasal 28 UUPA dan
dijelaskan pula dalam UUPA bahwa pemberian Hak Guna Usaha adalah dalam rangka penggunaan oleh perusahan pertanian, perikanan atau peternakan Pasal 28
ayat 1 UUPA. Ditegaskan lebih lanjut didalam Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1996 bahwa luas maksimum tanah yang diberikan dengan Hak Guna Usaha kepada
badan hukum ditetapkan oleh Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional dengan memperhatikan pertimbangan dari pejabat yang berwenang dibidang usaha
yang bersangkutan. Jadi inilah kiranya yang telah dirumuskan dalam UUPA sebagaimana harus memperhatikan juga perkembangan zaman dan investasi untuk
tipe perusahaan yang diperlukan. Selanjutnya mengenai jangka Waktu Hak Guna Usaha menurut Pasal 8 PP
No. 40 Tahun 1996 bahwa Hak Guna Usaha diberikan untuk jangka waktu paling lama 35 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 25 tahun.
Sesudah jangka waktu Hak Guna usaha dan perpanjangnya berakhir, kepada pemegang hak dapat diberikan pembaharuan Hak Guna Usaha di atas yang sama.
Universitas Sumatera Utara
42
Luas Hak Guna Usaha menurut Menteri Negara AgrariaKBPN Nomor 3 Tahun 1999 yaitu sesuai dengan Pasal 8 Bab III Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional propinsi memberi keputusan mengenai pemberian Hak Guna Usaha atas tanah yang luasnya tidak lebih dari 200 hektar. Menurut Pasal 14 KBPN
Nomor 3 Tahun 1999 diatas 200 hektar pemberian wewenang Hak Guna Usaha dari Kepala Badan Pertanahan Nasional. Selanjutnya hal ini diatur dalam PP No 40 Tahun
1996. Dengan kemudahannya karena dapat dimintakan sekaligus perpanjangan dan pembaruan haknya. Sehingga dimungkinkan Hak Guna Usaha itu 120 tahun.
50
Hak Guna Usaha terjadi karena penetapan pemerintah, sesuai dengan Pasal 31 UUPA. Selain itu, Hak Guna Usaha juga terjadi karena konversi
51
hak dari Hak Erfpacht untuk perusahaan kebun besar yang masih berlaku pada tanggal 24
september 1960 dan konversi Hak Milik Adat dan hak-hak lain yang sejenis dimana tanah yang dimaksud adalah tanah pertanian, tanah perikanan, atau tanah peternakan,
dimana yang memilikinya tidak memenuhi syarat umum yang dapat dimiliki tanah dengan hak milik yang ditetapkan dalam Pasal 21 UUPA.
52
Selanjutnya pengaturan subjek Hak Guna Usaha dapat dilihat pada Pasal 30 UUPA yang menyatakan sebagai berikut:
1. Yang dapat menggunakan Hak Guna Usaha adalah
a Warga Negara Indonesia;
50
Muhammad Yamin, Jawaban Singkat Pertanyaan Dalam Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003, hlm. 26
51
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961
52
Marihot P Siahaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Teori dan Praktek, Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm 137.
Universitas Sumatera Utara
43
b Badan hukum
yang yang didirikan
menurut hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia.
2. Orang atau badan hukum yang mempunyai Hak Guna Usaha dan tidak lagi
memenuhi syarat-syarat sebagai yang tersebut dalam ayat 1 Pasal ini dalam jangka waktu 1 Tahun wajib melepaskan atau mengalihkan itu kepada opihak
lain yang mermenuhi syarat. Ketentuan ini berlaku juga terhadap pihak yang memperoleh Hak Guna Usaha, jika ia tidak memenuhi syarat tersebut. Jika Hak
Guna Usaha yang bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut, maka hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan, bahwa
hak-hak pihak lain akan diindahkan, menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Ketentuan Pasal
30 UUPA
tersebut berhubungan
erat dengan
KewargaNegaraan seseorang, oleh karena Hak Guna Usaha ini hanya untuk warga Negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia dan tunduk kepada hukum Indonesia, jadi hanya badan hukum di Indonesia yang dapat mempunyai Hak Guna Usaha. Oleh karena
tanah yang di atasnya melekat Hak Guna Usaha yang jatuh kepada bukan warga Negara atau badan hukum Indonesia, maka jika tidak dialihkan dalam jangka satu
tahun sejak tidak dipenuhi syarat-syarat tentang pemilikan, maka haknya menjadi hapus.
53
Tanah yang diberikan Hak Guna usaha adalah tanah Negara. Tanah Negara berarti tanah diatas mana pihak lain tidak mempunyai suatu hak. Dapat juga tanah
yang bersangkutan ini adalah tanah Negara yang merupakan “kawasan hutan’ Pemberian Hak Guna Usaha dapat dilakukan setelah bersangkutan dikeluarkan dari
statusnya sebagai kawasan hutan. Di dalam penjelasan atas Peraturan pemerintah
53
Soedharyo Soimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, Edisi Kedua, 2001, hlm. 24
Universitas Sumatera Utara
44
nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah PP No.40 Tahun 1996 dinyatakan bahwa tanah Negara yang diberikan
dengan Hak Guna Usaha harus bebas dari kepentingan pihak lain. Apabila tanah Negara termasuk di dalam kawasan hutan, hal mana berarti bahwa tanah itu harus
dipergunakan untuk hutan sesuai peraturan yang berlaku. Maka menurut Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 ini, tanah tersebut harus terlebih dahulu dikeluarkan
dari statusnya sebagai kawasan hutan Pasal 4 ayat 2 PP No. 40 Tahun 1996.
54
Pada penjelasan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 dinyatakan bahwa tanah yang diberikan dengan Hak Guna Usaha harus bebas dari kepentingan pihak
lain. Apabila tanah Negara termasuk di dalam kawasan hutan, hal mana berarti bahwa tanah itu harus dipergunakan untuk kawasan hutan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Maka menurut Peraturan Pemerintah No 40 tahun 1996 tanah tersebut harus terlebih dahulu dikeluarkan dari statusnya sebagai kawasan hutan.
55
Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang No 41 Tahun 1999:
56
a Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh pemerintah
dengan didasarkan pada hasil penelitian terpadu. b
Perubahan peruntukan kawasan hutan yang berdampak bernilai, strategis, ditetapkan oleh pemerintah dengan persetujuan DPR.
54
Pasal 4 PP No 40 Tahun 1995
55
Pasal 4 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996
56
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
Universitas Sumatera Utara
45
Dalam rangka optimalisasi fungsi dan manfaat hutan dan kawasan hutan sesuai dengan amanat Pasal 19 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan
sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perubahan atas
Undang-Undang nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan menjadi Undang-Undang, dan sesuai dengan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakat, pada
prinsipnya kawasan hutan dapat diubah peruntukan atau fungsinya. Untuk menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat lingkungan, manfaat sosial budaya, dan manfaat
ekonomi, maka perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan secara lestari dan berkelanjutan dengan memperhatikan keberadaan kawasan hutan dengan luasan yang
cukup dan sebaran yang proposional.
57
B. Prosedur Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap Perusahaan Asing Di