45
Dalam rangka optimalisasi fungsi dan manfaat hutan dan kawasan hutan sesuai dengan amanat Pasal 19 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan
sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perubahan atas
Undang-Undang nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan menjadi Undang-Undang, dan sesuai dengan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakat, pada
prinsipnya kawasan hutan dapat diubah peruntukan atau fungsinya. Untuk menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat lingkungan, manfaat sosial budaya, dan manfaat
ekonomi, maka perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan secara lestari dan berkelanjutan dengan memperhatikan keberadaan kawasan hutan dengan luasan yang
cukup dan sebaran yang proposional.
57
B. Prosedur Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap Perusahaan Asing Di
Indonesia.
Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat, mempunyai hak menguasai terhadap bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya, wewenang yang disebut dalam Pasal 2 UUPA adalah merupakan wewenang pemerintah pusat, yang dapat didelegasikan pelaksanaannya
kepada pemerintah Daerah.
58
Pada dasarnya, tidak semua perusahaan penanaman modal dapat diberikan hak atas tanah, sesuai dengan jangka waktu, namun perusahaan penanaman modal yang
dapat diberikan hak atas tanah harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
57
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010
58
Chadidjah Dalimunte, Op. Cit. hal. 32
Universitas Sumatera Utara
46
dalam Pasal 22 ayat 2 Undang-Undang nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Ada lima persyaratan pemberian hak atas tanah yang dapat diberikan dan
diperpanjang untuk kegiatan penanaman modal, yaitu penanaman modal : 1.
Penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait dengan perubahan struktur perekonomian Indonesia yang lebih berdaya saing;
2. Penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang memerlukan
pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiataan penanaman modal yang dilakukan;
3. Penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas;
4. Penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah Negara;
5. Penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak
merugikan kepentingan umum. Pemberian fasilitas hak atas tanah ini, adalah dimaksudkan untuk memberikan
kemudahan kepada para investor untuk menanamkan investasinya di Indonesia.
59
Subjek Hak Guna usaha diatur dalam Pasal 30 UUPA, Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan
dan Hak Atas Tanah. Dalam kedudukan ketentuan itu ditentukan bahwa yang dapat mempunyai Hak Guna Usaha adalah Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum
yang didirikan menurut Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Kewajiban dan Hak Pemegang Hak Guna Usaha :
1 Membayar uang pemasukan kepada Negara;
2 Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan danatau peternakan
sesuai dengan peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya;
3 Mengusaha sendiri Hak Guna Usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan
usaha berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh instansi teknis; 4
Membangun dan memelihara prasarana lingkungan areal Hak Guna Usaha;
59
Salim HS dan Budi Sutrisno,Op. Cit. hlm. 315
Universitas Sumatera Utara
47
5 Memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan sumber daya alam dan
menjaga kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6 Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai penggunan Hak
Guna Usaha; 7
Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan hak Guna Usaha kepada Negara sesudah Hak Guna Usaha tersebut hapus;
8 Menyerahkan sertifikat Hak Guna Usaha yang telah dihapus kepada Kepala
Kantor Pertanahan; Jika tanah Hak Guna Usaha karena keadaan geografis atau lingkungan atau
sebab-sebab lainnya letaknya sedemikian rupa sehingga mengurung atau menutup pekarangan atau sebidang tanah lain dari lalu lintas umum atau jalan air, pemegang
Hak Guna Usaha wajib memberikan jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain bagi pekarangan atau bidang tanah yang terkurung.
60
Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional nomor 3 Tahun 1999 menetapkan 3 tiga macam hak, yaitu:
61
1. Pemberian hak secara individual
Pemberian hak secara individual adalah pemberian hak atas sebidang tanah kepada seorang atau sebuah badan hukum tertentu atau beberapa orang atau
badan hukum secara bersama sebagai penerima hak bersama, yang dilakukan dengan satu penetapan pemberian hak.
2. Pemberian hak secara kolektif
Pemberian hak secara kolektif adalah pemberian hak atas beberapa bidang tanah masing masing kepada seorang atau sebuah badan hukum atau
kepada beberapa orang atau badan hukum sebagai penerima hak bersama, yang dilakukan dengan satu penetapan pemberian hak.
3. Pemberian hak secara umum
Pemberian hak secara umum adalah pemberian hak atas bidang tanah yang memenuhi kriteria tertentu kepada penerima hak yang memenuhi kriteria
tertentu yang dilakukan dengan satu penetapan pemberian hak.
60
Pasal 12 sampai dengan Pasal 14 Peraturan pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
61
Urip santosa, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Surabaya : Kencana, 2010, hlm 213.
Universitas Sumatera Utara
48
Pasal 2 Peraturan Presiden nomor 10 Tahun 2006 menetapkan bahwa Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas Pemerintahan di bidang
pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral. Selanjutnya dalam Pasal 3 dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
Badan Pertanahan Nasional menyelenggarkan fungsi: 1
Perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan; 2
Perumusan kebijakan teknis dibidang pertanahan; 3
Koordinasi kebijakan, perencanaan, dan program dibidang pertanahan; 4
Pembina dan pelayanan administrasi umum dibidang pertanahan; 5
Penyelenggaran dan pelaksanaan surveiy, pengukuran dan pemetaan di bidang pertanahan;
6 Pelaksanan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum;
7 Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah;
8 Pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah-
wilayah khusus; 9
Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai danatau milik negaradaerah bekerja sama dengan departemen keuangan;
10 Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah; 11 Kerja sama dengan lembaga-lembaga lain;
12 Penyelenggaran dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan, dan program dibidang pertanahan;
13 Pemberdayaan masyarakat dibidang pertanahan; 14 Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara, dan konfilik dibidang
pertanahan; 15 Pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan;
16 Penelitian dan pengembangan dibidang pertanahan; 17 Pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia dibidang
pertanahan; 18 Pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;
19 Pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang pertanahan;
20 Pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang danatau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku; 21 Fungsi lain dibidang pertanahan sesuai peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.
Universitas Sumatera Utara
49
Dalam Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian dan pembatalan keputusan pemberian Hak atas
tanah Negara ditetapkan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi atau Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya dan diperbaharui
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 tahun 2013 Tentang Pelimpahan Kewenagan Pemberian Hak Atas Tanah Dan Kegiataan Pendaftaran
Tanah, dalam peraturan ini ditetapkan tentang wewenang pemberian hak yang dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah Nasional propinsi atau kepala kantor
pertanahan kabupatenkotamadya, baik mengenai Hak milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai.
Pada Pasal 9 Peraturan Kepala Badan Nasional Nomor 2 tahun 2013 menyatakan bahwa Kepala Kanwil BPN memberi keputusan mengenai pemberian
Hak Guna Usaha atas tanah yang luasnya tidak lebih dari 2.000.000 M
2
dua juta meter persegi.
Pada Pasal 2 Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang izin lokasi:
1 Setiap perusahaan yang telah memperoleh persetujuan penanaman modal wajib
mempunyai izin lokasi untuk memperoleh tanah yang diperlukan untuk melaksanakan rencana penanaman modal yang bersangkutan, kecuali dalam hal
sebagaimana dimaksud pada ayat 2.
2 Izin lokasi tidak diperlukan dan dianggap sudah sudah dipunyai oleh perusahaan
yang bersangkutan dalam hal: a. Tanah yang akan diperoleh merupakan pemasukan inberng dari pemegang
saham. b. Tanah yang diperoleh merupakan tanah yang sudah dikuasi oleh perusahaan
lain dalam rangka melanjutkan pelaksanaan sebagai atau seluruh rencana
Universitas Sumatera Utara
50
penanaman modal perusahaan lain tersebut, dan untuk itu telah diperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang,
c. Tanah akan diperoleh diperlukan dalam rangka melaksanakan usaha industri dalam suatu kawasan industri
d. Tanah yang akan diperoleh berasal dari otorita badan rencana pengembangan suatu kawasan sesuai dengan rencana tata ruang kawasan pengembangan
tersebut, e. Tanah yang akan diperoleh diperlukan untuk perluasan usaha yang sudah
berjalandan untuk perluasan itu telah diperoleh izin tanah tersebut berbatasan dengan lokasi usaha yang bersangkutan,
f. Tanah yang diperlukan untuk melaksanakan rencana penanaman modal tidak lebih dari 25 Ha dua puluh hektar untuk usaha pertanian atau tidak lebih dari
10.000m2 sepuluh ribu meter hektar untuk usaha bukan pertanian, atau g. Tanah yang akan dipergunakan untuk melaksanakan rencana penanaman
modal adalah tanah yang sudah dipunyai perusahaan yang bersangkutan, dengan ketentuan bahwa tanah-tanah tersebut terletak di lokasi ruang menurut
rencana tata ruang wilayah yang berlaku diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana penanaman modal yang bersangkutan.
3 Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat 2 perusahaan yang bersangkutan
memberitahukan rencana perolehan tanah dan atau penggunaan tanah yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan.
Tata cara pemberian izin lokasi diatur dalam Pasal 6 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 tahun 1999:
1 Izin lokasi diberikan berdasarkan pertimbangan mengenai aspek penguasaan
tanah yang teknis tata guna tanah yang meliputi keadaan hak serta penguasaan tanah yang bersangkutan, penilaian fisik wilayah, penggunaan tanah serta
kemampuan tanah.
2 Surat
keputusan pemberian
izin lokasi
ditanda tangani
oleh BupatiWalikotamadya atau, untuk daerah khusus ibukota jakarta setelah
diadakan rapat koordinasi antara instansi terkait, yang dipimpin oleh Gubenur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, atau oleh pejabat yang ditunjuk secara
tetap olehnya.
3 Bahan-bahan untuk keperluan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat
1 dan rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dipersiapkan oleh Kepala Kantor Pertanahan
4 Rapat koordinasi sebagimana dimaksud pada ayat 2 disertai konsultasi dengan
masyarakat pemegang hak atas tanah dalam lokasi yang dimohon. 5
Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat 4 meliputi empat aspek sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
51
a. Penyebarluasan informasi mengenai rencana penanaman modal yang akan dilaksanakan, ruang lingkup dampaknya dan rencana perolehan tanah serta
penyelesaian masalah yang berkenaan dengan perolehan tanah tersebut. b. Pemberian kesempatan kepada pemegang hak atas tanah untuk memperoleh
penjelasan tentang rencana penanaman modal dan mencari alternatif pemecahan masalah yang ditemui;
c. Pengumpulan informasi langsung dari masyarakat untuk memperoleh data sosial dan lingkungan yang diperlukan.
d. Peran serta masyarakat berupa usulan tentang alternatif bentuk dan besarnya ganti kerugian dalam perolehan tanah dalam pelaksanaan izin lokasi.
Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan Hak Guna Usaha adalah: a. Warga negara Indonesia.
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
Permohonan Hak Guna Usaha diajukan secara tertulis. Permohon Hak Guna Usaha memuat:
1 Keterangan mengenai pemohon: a.
Apabila perorangan : nama, umur, kewarganegaran, tempat tinggal dan pekerjaannya.
b. Apabila berbadan hukum: nama badan hukum, tempat kedudukan, akta
atau peraturan pendirian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
2 Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik: a.
Dasar penguasaannya, dapat berupa akta pelepasan kawasan hutan, akta pelepasan bekas tanah milik adat, dan surat bukti perolehan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
52
b. Letak, batas-batas, dan seluasnya jika ada surat ukur atau gambar situasi
sebutkan tanggal dan nomornya c.
Jenis usaha pertanian, perikanan, atau peternakan 3 Lain-lain :
a. Keterangan mengenai jumlah bidang, luas dan status tanah-tanah yang
dimiliki oleh pemohon, termasuk bidang tanah yang dimohon; b.
Keterangan lain yang dianggap perlu. Susunan dan tugas Pemeriksaan Tanah B diatur dalam Peraturan Menteri
Agraria Nomor 12 Tahun 1992 tentang Susunan dan Tugas panitia Pemeriksaan Tanah jo Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2007 Tentang Panitia Pemeriksa Tanah. Adapun susunan Panitia Pemeriksa BPanitia B, terdiri:
a Kepala Kantor Wilayah BPN Propinsi sebagai Ketua merangkap anggota.
b Kepala Bidang Penatagunaan Tanah dan Kepala Bidang Hak-Hak Atas Tanah
sebagai Anggota c
Bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan tujuan penggunaan tanah yang bersangkutan, sebagai anggota
d Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi atau pejabat yang
ditunjuk sepanjang tanah yang dimohon berbatasan dengan kawasan hutan, sebagai anggota
e Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten yang bersangkutan, sebagai anggota
f Kepala Seksi Pengurusan Hak Atas Tanah Badan Hukum Kanwil BPN Propinsi,
sebagai sekretaris merangkap anggota. Kewenangan Panitia Pemeriksa Tanah B adalah panitia yang bertugas
melakukan pemeriksaan tanah dalam rangka penyelesaian permohonan yang berhubungan dengan HGU.
Proses Sidang panitia B:
Universitas Sumatera Utara
53
Pemohon mendaftarkan permohonan HGU ke Kanwil BPN Propinsi dengan dilampiri dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. Akta Pendirian Perusahaan beserta Akta perubahannya;
2. Surat Ijin Usaha Perdagangan SIUP;
3. Tanda Daftar Perusahaan TDP;
4. Surat Keterangan Pengusaha Kena Pajak;
5. Nomor Pokok wajib Pajak NPWP;
6. Surat Kuasa bagi yang dikuasakan;
7. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah SKPT dari BPN Kabupaten;
8. Project Proposal yang diterbitkan oleh Disbun Propinsi;
9. Constatering Rapport yang diterbitkan oleh Disbun Propinsi;
10. Risalah Aspek Tata Guna Tanah yang diterbitkan oleh Kanwil BPN Propinsi; 11. Surat Ukur;
12. Membayar Biaya Sidang Panitia B pada Kanwil BPN Propinsi, setelah ada surat perincian biaya Sidang Panitia B dari Kanwil BPN Propinsi tidak termasuk
biaya akomodasi dan transport peserta Sidang Panitia B; 13. Pelaksanaan Sidang panitia B;
14. Resume hasil Sidang panitia B beserta dokumen huruf 1 sd 11 diteruskan ke Gubernur oleh Kanwil BPN Propinsi untuk mendapatkan Rekomendasi Gubernur
Permohonan Hak Guna Usaha dilampiri dengan: a.
Fotokopi indentitas pemohon atau akta pendirian perusahaan yang telah memperoleh pengesahan dan telah didaftarkan sebagai badan hukum;
Universitas Sumatera Utara
54
b. Rencana pengusahaan tanah jangka pendek dan jangka panjang;
c. Izin lokasi atau surat izin penunjukan penggunaan tanah atau surat izin
pencadangan tanah sesuai dengan rencana Tata Ruang Wilayah d.
Bukti pemilikan atau bukti perolehan tanah berupa pelepasan kawasan hutan dari instansi yang berwenang, akta pelepasan bekas tanah milik adat
atau surat-surat bukti perolehan tanah lainnya; e.
Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN atau Penanaman Modal Asing PMA atau surat persetujuan dari presiden bagi Penanaman
Modal Asing tertentu atau surat persetujuan prinsip dari Departemen Teknisi Bagi Non-Penanaman Modal Dalam Negeri atau Penanaman
Modal Asing. f.
Surat ukur apabila ada. Tahapan dalam permohonan pemberian hak guna usaha oleh perseorangan
atau badan hukum, yaitu:
62
1. Adanya permohonan pemberian hak guna usaha, Permohonan pemberian hak
guna usaha diajukan oleh pemohon kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi dengan tembusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupatenkota yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan.
62
Santoso Urip, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Jakarta: Kencana, 2010, hlm.226.
Universitas Sumatera Utara
55
2. Kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan, yaitu:
a. Setelah berkas permohonan diterima, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi:
1 Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik;
2 Mencatat dalam formulir isian;
3 Memberitahukan kepada pemohon untuk membayar biaya-biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan permohonan tersebut dengan rinciannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4 Memerintahkan kepada Kepala bidang terkait untuk melengkapi bahan-
bahan yang diperlukan. b. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi meneliti
kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik permohonan hak guna usaha dan memeriksa kelayakan permohonan tersebut dapat atau tidaknya
dikabulkan atau diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Dalam hal data yuridis dan data fisiknya
belum lengkap, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi memberitahukan kepada pemohon untuk melengkapinya.
c. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi memerintahkan kepada Panitia Pemeriksa Tanah B atau petugas yang ditunjuk untuk
melakukan pemeriksaan tanah, setelah Hasil pemeriksaan tanah oleh Panitia
Universitas Sumatera Utara
56
Pemeriksa Tanah B dituangkan dalam risalah pemeriksaan tanah dan hasil pemeriksaan tanah oleh petugas yang ditunjuk dituangkan dalam risalah
pemeriksaan tanah konstatering rapport sepanjang data yuridis dan data fisiknya telah cukup untuk mengambil keputusan.
d. Dalam hal tanah yang dimohonkan belum ada surat ukurnya, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi memerintahkan kepada Kepala
bidang pengukuran dan pendaftaran tanah untuk mempersiapkan surat ukur atau melakukan pengukuran.
e. Dalam hal keputusan pemberian hak guna usaha telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi, setelah
mempertimbangan pendapat panitia pemeriksaan Tanah B atau petugas yang ditunjuk, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi
menerbitkan keputusan pemberian hak guna usaha atas tanah yang di mohon atau keputusan penolakan yang disertai dengan alasan penolakannya.
f. Dalam hal keputusan pemberian hak guna usaha tidak dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi, Kepala Kantor
Wilayah Badan
Pertanahan Nasional
Provinsi yang
bersangkutan menyampaikan berkas permohonan tersebut kepada Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia, disertai pendapat dan pertimbangannya. 3.
Kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
57
a. Setelah menerima
berkas permohonan
yang disertai
pendapat dan
pertimbangan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi, Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia memerintahkan
kepada pejabat yang ditunjuk untuk: 1
Mencacat dalam formulir isian. 2
Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik, dan apabila belum lengkap segera meminta Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi yang bersangkutan untuk melengkapinya. b. Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia meneliti kelengkapan
dan kebenaran data yuridis dan data fisik atas tanah yang dimohon dengan memerhatikan pendapat dan pertimbangan Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional
Propinsi dan
selanjutnya memeriksa
kelayakan permohonan tersebut dapat atau tidaknya dikabulkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Setelah mempertimbangkan pendapat dan pertimbangan Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi, Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia menerbitkan keputusan pemberian hak guna
usaha atas tanah yang dimohon atau keputusan penolakan yang disertai alasan penolakannya.
C. Konsekwensi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21PUU-V2007,