Deskripsi Kota Surakarta

A. Deskripsi Kota Surakarta

1. Letak Geografi

Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan Kota Solo, secara astronomis terletak antara 110

dan

7 -7 Secara geografis wilayah kota Surakarta terletak diantara Gunung lawu disebelah timur dan Merapi sebelah barat dengan ketinggian ± 92 M diatas permukaan laut dan berada pada pertemuan Sungai Pepe, Jenes, dan Bengawan Solo. Posisi Kota Surakarta sangat strategis dijalur lalu lintas ekonomi perdagangan maupun kepariwisataan diantara Yogyakarta Solo

Semarang , Surabaya Bali. Batas wilayah administrasi Kota Surakarta meliputi:

Utara

= Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar

Timur

= Kabubaten Karanganyar

Selatan

= Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Barat

= Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Luas wilayah administratifnya 4.404,06 Ha sebagian besar telah menjadi lahan pemukiman seluas 2.672,21 ha dan sisanya brturut-turut untuk jasa 428,06 ha, ekonomi industri dan perdagangan 383,51 ha, ruang terbuka 248,29 ha, pertanian 210,83 ha dan lain-lain 461,16 ha. Kota Surakarta terbagi dalam lima kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, = Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Luas wilayah administratifnya 4.404,06 Ha sebagian besar telah menjadi lahan pemukiman seluas 2.672,21 ha dan sisanya brturut-turut untuk jasa 428,06 ha, ekonomi industri dan perdagangan 383,51 ha, ruang terbuka 248,29 ha, pertanian 210,83 ha dan lain-lain 461,16 ha. Kota Surakarta terbagi dalam lima kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan,

13 Kelurahan, Kecamatan Jebres 11 kelurahan, dan ke-51 kelurahan tersebut terdiri dari 592 RW, 2.645 RT dan 129.380 KK.

2. Kependudukan

Berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010 jumlah penduduk Kota Surakarta 500.642 jiwa, dimana jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki, yaitu 257.279 perempuan dan 243.363 laki-laki. Jumlah penduduk berdasarkan 5 kecamatan meliputi:

Kecamatan Banjarsari

= 157.438 jiwa (31,45%)

Kecamatan Jebres

= 138.624 jiwa (27,9%)

Kecamatan Laweyan

= 86.315 jiwa (17,42%)

Kecamatan Pasar Kliwon

= 74.145 jiwa (14,81%)

Kecamatan Serengan

= 44.120 jiwa (8,81%) Dengan luas wilayah yang hanya sebesar 44,03 membuat tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi, bahkan tertinggi di Jawa Tengah yaitu 11.370 jiwa/km². Hal tersebut menuntut pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi penduduk Kota Surakarta, belum lagi adanya kaum commuters yang jumlahnya tidak kalah banyak. Laju pertumbuhan Kota Surakarta selama periode tahun 2000-2010 mengalami = 44.120 jiwa (8,81%) Dengan luas wilayah yang hanya sebesar 44,03 membuat tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi, bahkan tertinggi di Jawa Tengah yaitu 11.370 jiwa/km². Hal tersebut menuntut pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi penduduk Kota Surakarta, belum lagi adanya kaum commuters yang jumlahnya tidak kalah banyak. Laju pertumbuhan Kota Surakarta selama periode tahun 2000-2010 mengalami

3. Potensi Wilayah

Kota Surakarta merupakan kota budaya di Jawa Tengah dengan mengusung slogan

yang menjadi trend setter kota atau kabupaten lain terutama di bidang ekonomi dan budaya. Meskipun luas wilayahnya tidak begitu besar dan Sumber Daya Alamnya (SDA) tidak melimpah namun Kota Surakarta mempunyai potensi yang luar biaasa. Dengan memanfaatkan semua kelebihan yang ada di dalamnya, Surakarta mampu menarik perhatian daerah lain bahkan mancanegara.

Keraton, Batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi simbol identitas Kota Surakarta. Eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran menjadikan Surakarta sebagai poros, sejarah, seni dan budaya yang memiliki nilai jual. Seni dan pembatikan Solo menjadi pusat batik di Indonesia. Apalagi setelah resmi dibuka Kampung Batik Laweyan menjadi ikon area penuh dengan wisata batik dari proses pembuatanya sampai penjualannya. Pariwisata dan perdagangan tidak bisa dipisahkan, keduanya saling meningkatkan sektor ekonomi.

Berbeda dengan kegiatan perdagangan, sektor pertanian kurang bisa diandalkan, kebutuhan pokok seperti beras, sayur sayuran dan bahan dasar protein harus bergantung dari daerah lain karena keterbatasan lahan.

dan restoran, angkutan, dan komunikasi serta jasa. Terdapat beberapa industri pengolahan yang didominasi oleh industri rumah tangga, kebanyakan industri bergerak dalam bidang pembuatan batik dan pakaian jadi yang hasilnya mencapai pasar internasional.