Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah
Pasal 13 UU No 23 Tahun 2009 tentang Administrasi Kependudukan telah mengamanatkan bahwa setiap warga negara wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) (Ayat 1), berlaku seumur hidup (Ayat 2), dan dicantumkan dalam setiap dokumen kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Ayat 3). Selain itu Undang- undang kependudukan nomor 23 tahun 2006 Pasal 63 menyatakan bahwa “Penduduk WNI dan orang asing yang memiliki izin tinggal tetap yang berumur
17 (tujuh belas) tahun ke atas atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki kartu tanda penduduk (KTP). Tidak hanya KTP saja yang wajib dimiliki oleh penduduk Indonesia, ada beberapa data kependudukan yang wajib dimiliki oleh penduduk Indonesia, antara lain adalah akta kelahiran, surat nikah, surat kematian, kartu keluarga dan lain-lain.
Menurut undang-undang di atas maka masyarakat di Kabupaten Pati diwajibkan untuk memiliki KTP. Dari data Dinas Catatan Sipil, Kabupaten Pati memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.190.993 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, 899.267 jiwa diwajibkan memiliki kartu tanda penduduk karena telah berumur 17 tahun ke atas, tetapi menurut Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati, hanya 498.485 jiwa yang telah memilik KTP. Prosentase penduduk yang memiliki KTP hanya sebesar 55,43%. Menurut hasil survei Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati pada tahun 2011, rendahnya jumlah penduduk yang memiliki KTP di indikasikan karena kurangnya kesadaran penduduk untuk mengurus kartu Menurut undang-undang di atas maka masyarakat di Kabupaten Pati diwajibkan untuk memiliki KTP. Dari data Dinas Catatan Sipil, Kabupaten Pati memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.190.993 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, 899.267 jiwa diwajibkan memiliki kartu tanda penduduk karena telah berumur 17 tahun ke atas, tetapi menurut Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati, hanya 498.485 jiwa yang telah memilik KTP. Prosentase penduduk yang memiliki KTP hanya sebesar 55,43%. Menurut hasil survei Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati pada tahun 2011, rendahnya jumlah penduduk yang memiliki KTP di indikasikan karena kurangnya kesadaran penduduk untuk mengurus kartu
Pemerintah Kabupaten Pati membuat solusi untuk menangani dua indikasi rendahnya jumlah penduduk yang memiliki KTP. Solusi kurangnya kesadaran penduduk untuk mengurus kartu penduduk adalah dengan melakukan sosialisasi pentingnya kartu kependudukan. Sosialisasi ini dilakukan oleh pengurus desa setempat langsung kepada warganya. Solusi untuk jarak yang jauh antara kantor kepala desa dengan kantor kecamatan adalah dengan membuat layanan mobile unit.
Mobile unit adalah layanan registrasi kependudukan yang berupa unit bergerak, dimana layanan ini akan mengunjungi beberapa lokasi desa dalam satu kecamatan yang dianggap potensial. Mobile unit dapat berupa kendaran roda dua maupun kendaran roda empat. Dengan mobile unit ini penduduk yang akan mengurus pembuatan maupun perpanjangan KTP tidak perlu lagi datang ke kantor kecamatan untuk mengurus pembuatan ataupun perpanjangan KTP, tetapi hanya perlu mendatangi mobile unit.
Hal yang diperlukan untuk memfasilitasi mobile unit ini adalah efesiensi pelayanan, yaitu lokasi penentuan desa yang akan dijadikan titik alternatif pemberhentian mobile unit, karena mobile unit tidak mungkin dapat melayani seluruh desa di Pati sehingga hanya ada beberapa lokasi saja yang akan dijadikan alternatif pemberhentian mobile unit. Alternatif lokasi pemberhentian mobile unit ini diharapkan sesedikit mungkin tetapi dapat mencakup semua titik demand.
Penentuan lokasi ini akan didasarkan oleh tiga kriteria, yaitu demand, jarak antar titik alternatif pemberhentian mobile unit dan kekuatan sinyal. Semakin banyak jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk ( demand ) maka lokasi tersebut semakin berpotensi dijadikan lokasi alternatif pemberhentian mobile unit . Kemudian jarak antara titik pemberhentian mobile unit dengan desa sekitar akan menjadi pertimbangan juga. Selain jumlah penduduk dan jarak, kekuatan sinyal di calon titik alternatif tersebut juga ikut mempengaruhi penentuan lokasi, dikarenakan mobile unit bersifat semi-online dan membutuhkan sinyal yang baik untuk pengiriman data. Ada tiga provider yang akan diukur kekuatan sinyalnya yaitu Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo. Pemilihan ketiga Penentuan lokasi ini akan didasarkan oleh tiga kriteria, yaitu demand, jarak antar titik alternatif pemberhentian mobile unit dan kekuatan sinyal. Semakin banyak jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk ( demand ) maka lokasi tersebut semakin berpotensi dijadikan lokasi alternatif pemberhentian mobile unit . Kemudian jarak antara titik pemberhentian mobile unit dengan desa sekitar akan menjadi pertimbangan juga. Selain jumlah penduduk dan jarak, kekuatan sinyal di calon titik alternatif tersebut juga ikut mempengaruhi penentuan lokasi, dikarenakan mobile unit bersifat semi-online dan membutuhkan sinyal yang baik untuk pengiriman data. Ada tiga provider yang akan diukur kekuatan sinyalnya yaitu Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo. Pemilihan ketiga
Penentuan lokasi ini menggunakan metode Set Covering Problem yang mengacu pada network model yang dikembangkan oleh Eko Liqquidanu untuk menentukan titik-titik lokasi fasilitas pelayanan dengan fungsi objektif biaya transportasi yang ditanggung oleh konsumen.