Penjelasan Flowchart

3.2 Penjelasan Flowchart

Pembuatan laporan Tugas Akhir dilakukan dalam beberapa tahapan yang digambarkan dalam flowchart berikut uraiannya secara singkat.

3.2.1 Tahap pengamatan

a. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, kemudian disusun sebuah rumusan masalah. Perumusan masalah dilakukan dengan menetapkan sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan masalahnya dengan teori yang didapat dari bangku kuliah maupun dari referensi. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana menetukan lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk berdasarkan jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk, jarak alternatif pemberhentian dengan desa sekitar dan kekuatan sinyal.

b. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dijadikan acuan dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitan ini adalah menentukan titik-titik kunjungan untuk tiap daerah yang memungkinkan dijadikan titik alternatif pemberhentian mobile unit.

c. Tinjauan Pustaka Tinjuan pustaka dilakukan untuk mencari rumusan-rumusan dan konsep teoritis dari berbagai literature yang dapat dipakai sebagai landasan untuk penelitian serta untuk mendapatkan dasar-dasar referensi yang kuat bagi peneliti dalam menerapkan suatu metode yang digunakannya. Sumber yang dipakai untuk studi pustaka berupa buku-buku, jurnal dan referensi lain tentang konsep Sistem Informasi Geografis (SIG), teori facility location dan laporan penelitan pada bidang yang sama.

3.2.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data

a. Pengumpulan Data Penelitian Tugas akhir ini dilakukan di Kabupaten Pati dalam kurun waktu bulan April hingga bulan September. Langkah awal yang dilakukan dalam a. Pengumpulan Data Penelitian Tugas akhir ini dilakukan di Kabupaten Pati dalam kurun waktu bulan April hingga bulan September. Langkah awal yang dilakukan dalam

1. Peta Digital Kabupaten Pati. Peta digital yang digunakan adalah Peta Umum Indonesia Basis Desa. Peta ini berupa Peta Indonesia dengan batas desa yang ada di seluruh Indonesia. Karena penelitian hanya di Kabupaten Pati, maka peta ini dipotong hingga hanya terdapat peta Kabupaten Pati saja. Peta digital Kabupaten Pati digunakan sebagai visualisasi penelitian. Peta ini didapat dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Peta ini menggunakan software ArcGis sebagai pengolahannya. Sedangkan untuk tingkat ketelitian peta ini mencapai hingga tingkat ketelitian wilayah desa. Sedangkan untuk revisi peta terakhir pada tahun 2009.

2. Data koordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan. Data ini diperoleh dengan studi lapangan, yaitu datang langsung ke lokasi kantor kepala desa dan kantor kecamatan lalu mencatat koordinat menggunakan GPS. Koordinat yang digunakan adalah koordinat lintang dan bujur. Data ini akan digunakan sebagai input dalam peta digital.

3. Data kekuatan sinyal tiap titik koordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan. Data Kekuatan Sinyal diperoleh dengan melakukan pengecekan dan pencatatan sinyal terhadap 3 provider jaringan telekomunikasi GSM yaitu Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo (XL) menggunakan Software MDMA ( Mobile Data Monitoring Application ) di tiap kantor kepala desa dan kantor kecamatan.

4. Data Kependudukan. Data kependudukan Kabupaten Pati diperoleh dari Kantor Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati. Data ini mencakup jumlah penduduk di tiap desa, jumlah penduduk yang wajib memiliki KTP, beserta jumlah penduduk yang memiliki KTP aktif. Data jumlah kependudukan yang digunakan adalah data periode bulan April hingga Juni.

b. Pengolahan Data Pengolahan data diperlukan untuk mencari solusi dari masalah yang sedang diteliti agar pengolahan data sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan data dilakukan terhadap seluruh data yang dibutuhkan. Langkah-langkah pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pemetaan data koordinat kantor kepala desa dan kecamatan. Melakukan plotting titik koordinat kantor kepala desa dan kecamatan yang ada kedalam peta digital Kabupaten Pati, Peta digital yang digunakan adalah peta digital Bakosurtanal dengan ketelitian wilayah hingga tingkat desa.

2. Pengolahan data kependudukan. Data penduduk diolah untuk menentukan selisih antara jumlah wajib KTP dengan jumlah KTP aktif. Sehingga akan diperoleh potensi atau demand untuk setiap desa. Dikarenakan titik kantor kecamatan memiliki demand yang sama pada desa utama untuk kecamatan tersebut, maka titik yang digunakan hanya titik kantor kepala desa sedangkan titik kantor kecamatan tersebut tidak digunakan. Pengurangan titik ini hanya dilakukan pada desa utama yang terdapat kantor kecamatan dan kantor kepala desa. Hal ini disebabkan calon titik alernatif diharuskan memiliki demand.

3. Pengolahan data from-to chart antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap desa. Data from-to chart adalah data antar titik alternatif dengan tiap desa dalam satu kecamatan. Data ini digunakan untuk memudahkan dalam pengumpulan data jarak antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap desa. Data ini mempertimbangkan apakah antar desa dapat dilalui dengan menarik garis lurus pada peta. Garis lurus tidak dapat digunakan apabila 3. Pengolahan data from-to chart antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap desa. Data from-to chart adalah data antar titik alternatif dengan tiap desa dalam satu kecamatan. Data ini digunakan untuk memudahkan dalam pengumpulan data jarak antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap desa. Data ini mempertimbangkan apakah antar desa dapat dilalui dengan menarik garis lurus pada peta. Garis lurus tidak dapat digunakan apabila

a.1) Garis lurus dapat digunakan apabila terdapat jalan yang

menghubungkan tiap desa.

a.2) Garis lurus tidak dapat digunakan apabila terdapat barrier antar desa

yang akan ditarik garis lurus.

a.3) Apabila terdapat desa yang tidak dapat ditarik garis lurus dikarenakan jalan yang berkelok, tetapi tidak terdapat barrier yang menghalangi maka akan dilakukan pengecekan jarak, yaitu jarak dengan menarik garis lurus dan jarak yang didapat dari Google Maps. Jika selisih jarak dengan menarik garis lurus dan jarak dari Google Maps tidak berbeda jauh maka dianggap dapat ditarik garis lurus.

a.4) Khusus Kecamatan Pati, Sukolilo dan Juwana tidak digunakan from- to chart dikarenakan seluruh desa dapat menggunakan Google Maps sebagai pengumpulan data jarak.

a.5) Selain menggunakan Google Maps dan Google Earth, penarikan garis lurus dipertimbangkan langsung oleh peneliti karena peneliti sudah melakukan survei langsung ke tiap desa.

4. Pengolahan data jarak antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap desa. Data jarak mengacu pada data from-to chart, apabila dalam data from-to chart dapat ditarik garis lurus maka akan dihitung jarak garis lurus tersebut dalam Google Earth. Apabila dalam data from-to chart tidak dapat ditarik garis lurus maka dalam data jarak akan berisi jarak yang unlimited ( 4. Pengolahan data jarak antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap desa. Data jarak mengacu pada data from-to chart, apabila dalam data from-to chart dapat ditarik garis lurus maka akan dihitung jarak garis lurus tersebut dalam Google Earth. Apabila dalam data from-to chart tidak dapat ditarik garis lurus maka dalam data jarak akan berisi jarak yang unlimited (

5. Menentukan titik alternatif lokasi terpilih dengan Set Covering Problem. Untuk memilih titik alternatif pemberhentian mobile unit, digunakan model yang dikemukakan oleh Eko Liquiddanu (2009) yaitu Set Covering Problem . Dikarenakan terdapat tiga provider yang digunakan dalam penentuan titik alternatif pemberhentian mobile unit, maka terdapat tiga perhitungan set covering untuk masing-masing provider. Data sinyal ini di gunakan dalam perhitungan set covering problem, untuk memudahkan perhitungan set covering problem setiap data sinyal akan diberikan nilai dengan ketentuan sebagai berikut:

 Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran 0 dBm hingga -65 dBm

diberikan nilai 1.  Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -66 dBm hingga -70

dBm diberikan nilai 1,1.  Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -71 dBm hingga -75

dBm diberikan nilai 1,2.  Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -76 dBm hingga -80

dBm diberikan nilai 1,3.  Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -81 dBm hingga -85

dBm diberikan nilai 1,4.  Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -86 dBm hingga -90

dBm diberikan nilai 1,5.  Kekuatan sinyal yang bernilai kurang dari -91 dBm diberikan nilai

99 Menurut pendapat ahli, sinyal dengan kekuatan sinyal -91 dBm sudah tidak layak lagi digunakan sebagai sarana pengiriman data digital. Sehingga desa dengan kekuatan sinyal kurang dari -91 dBm diberikan nilai

99 dalam perhitungan set covering problem. Pemberian nilai sinyal dalam perhitungan set covering problem digunakan hanya semata-mata untuk memudahkan dalam perhitungan set covering 99 dalam perhitungan set covering problem. Pemberian nilai sinyal dalam perhitungan set covering problem digunakan hanya semata-mata untuk memudahkan dalam perhitungan set covering

sinyal baik akan terpilih. Nilai kekuatan sinyal di simbolkan S i pada perhitungan set covering problem. Hasil dari set covering adalah minimasi jarak, minimasi jarak ini di konversi dalam bentuk rupiah agar lebih valid datanya. Konversi jarak ke rupiah di hitung dengan asumsi 1 liter bensin dapat menempuh 45km. Sehingga konversi rupiah yang digunakan adalah 100 rupaih per km orang. Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Fungsi tujuan: Minimasi =

Untuk i = titik-titik alternatif pemberhentian mobile unit.

dengan :

d ji = jarak yang ditempuh dari titik demand (j) menuju ke titik

alternatif pemberhentian mobile unit i. Y ji = demand j (mewakili titik desa) menuju titik alternatif

pemberhentian mobile unit i. Z i = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. S i = nilai kekuatan sinyal pada titik alternatif pemberhentian mobile

unit S i 1 = nilai kekuatan sinyal pada titik alternatif pemberhentian mobile

P = Konversi rupiah (100 rupiah per km orang)

i = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit. j

= menyatakan titik demand tiap desa.

b. Batasan

b.1) Batasan persamaan arus.

i ji i

(3.2) dengan :

Y ji = demand j (mewakili titik desa) menuju titik alternatif

pemberhentian mobile unit i. Z i = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. W 1 = jumlah total demand desa yang dilayani oleh titik alternatif

pemberhentian mobile unit i.

i = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit. j

= menyatakan titik demand tiap desa.

b.2) Batasan total demand yang menuju ke titik alternatif lebih besar dari dari rata-rata total demand di kecamatan tersebut.

Z M Y M i ji

(3.3) dengan:

Y ji = demand j (mewakili titik desa) menuju titik alternatif

pemberhentian mobile unit i. M = bilangan riil yang sangat besar. Z i = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak.

D = rata-rata total demand di kecamatan yang akan dihitung. i

= menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit. j

= menyatakan titik demand tiap desa.

b.3) Batasan titik alternatif mobile unit memiliki kapasitas demand diatas rata-rata total demand yang dilayani di kecamatan tersebut.

i i Z W D   (3.4) dengan : W i = jumlah total demand yang dilayani titik alternatif

pemberhentian mobile unit. Z i = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. i

= menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit.

D = rata-rata total demand di kecamatan yang akan dihitung.

b.4) Batasan skenario jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit yang akan digunakan. Jumlah titik jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit yang akan digunakan telah ditentukan di awal.

dengan: Z i = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak. L = jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit yang akan

digunakan.

i = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit.

b.5) Nonnegatif Constraints

 i W i (3.6)

b.6) Binary Constrains

1 , 0 (  i Z i (3.7)

3.2.3 Tahap Analisis

Membahas tentang penentuan titik lokasi pemberhentian mobile unit kartu penduduk beserta alasan yang mendasari pemilihan lokasi tersebut.

3.2.4 Kesimpulan dan Saran

Setelah laporan Tugas Akhir selesai dan dari masalah yang ada akan dapat di simpulkan dan dapat menjadi saran bagi Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati dalam menentukan lokasi pemberhentian mobile unit kartu penduduk.