ALASAN-PEMERINTAH-MEMBUANG KETUA

ALASAN-PEMERINTAH-MEMBUANG KETUA

H.M. MISBACH

D disiarkan segala tuduhan atas H aji Moehamad Misbach,

alam Gvts. Besluit tanggal 27 J uni 1924 No. 12

terkumpul dari pada surat-surat “amat rahasia” dari segala fihak adviseur pemerintah dalam perkara pembuangan tuan itu, yaitu pokroel jéndral dan adviseur Inlandschezaken , directeur Justitie dan resident Semarang. D aftar yang amat panjang itu kita petik di bawah ini: kata H . B.

Sekeluarnya dari penjara menjalani hukuman pers delict , maka H aji Misbach sebagai propagandist Sarekat-Ra’jat menerangkan dalam kumpulan partainya (Kommunist) di rumahnya untuk mendirikan afdeeling Sarekat-Ra’jat di bulan O ktober 1923, dan dalam kumpulan mendirikan perbuatan yang diberi nama informatie kantoor di Solo, demikian juga dalam kumpulan partai di Klaten di bulan Februari 1923, bahwa Sarekat-Ra’jat menghendaki revolusi, melawan penindas yang menimpa rakyat, dan seboleh-bolehnya akan mengganggu usaha pemerintah dan kapitalisten . Lagi pula ia telah menggerakkan gerakan rahasia, yaitu menurut kata-katanya berniat melakukan sabotase, melempar bom, membakar, merusakkan kawat, segala itu akan persediaan revolusi.

Segala itu ternyata dalam percakapannya di Solo tadi dan Klaten dalam bulan April 1923. Malah dalam pertengahan tahun 1923 di Surakarta didirikannya “perkumpulan sabotase” dan waktu mendirikan itu ia mengatakan, bahwa kapitalisten mesti menyerahkan hartanya kepada yang kaum miskin, tapi karena tak mungkin Pemerintah dengan réla hati sendirinya akan memperkenankan perubahan aturan dunia semacam itu, maka bermaksudlah perhimpunan

Jaman Bergerak di Hindia Belanda

sabotase akan mengikhtiarkan rubuh pemerintah dengan laku membakar dan menyerang diri orang. Segala ini dikuatkan dengan suatu karangannya dalam Islam Bergerak,

D ecember 1922 berkepala: “Pemandengan seorang Pradjoerid Islam-Bergerak.”

Untuk mencapai maksudnya itu maka dalam bulan Augustus 1923 ia bertemu di Madiun dengan Soemono dan D jojodihardjo. D i situ diperbincangkan pelemparan bom, yang sudah dapat sepakat antara Semarang dan dengan Surakarta. Menurut cerita dua orang kawan- kawannya lebih dulu ia telah memberi pengajaran membuat bakal letusan kepada Soemono. D alam tahun 1923 di Semarang ia kerap kali berhubungan dengan beberapa kawan-kawannya. D alam suatu pembicaraan antara kawan-kawannya ada seorang dari Solo mengatakan ia dapat menyediakan bom, karena H aji Misbach sudah memberi tahu siapa yang ada membuat bom.

Menurut keterangan dua orang kawan-kawannya itu dalam tahun 1923 Soemono melemparkan sebuah bom knal kwik ke suatu lokomotif. D an dekat 31 Augustus ia dengan seorang kawannya membuat bom semacam itu, untuk dilemparkan di tengah orang ramai dalam peramaian jubileum. D alam berbuat itu Soemono luka sampai mati kena bom meletus. Menurut cerita beberapa orang kawannya sebelum putus nyawanya Soemono ia mengatakan, bahwa kalau ditanya hendaklah diterangkan, bahwa Misbach yang menyuruh.

Setelah dalam bulan Mei 1923 ketika ada keramaian di J okja seorang kawan melempar bom ke tengah orang ramai, membunuh seorang perempuan penonton, terjadi pula perbuatan itu dalam pesta jubileum di Semarang

Artikel

sampai melukai 11 orang. D ekat-dekat waktu itu di daerah Surakarta kerap kali terjadi terbakaran beberapa bangsal.

Pada 22 O ctober 1923 polisi Klaten menangkap bakal letusan serta sumbu, maka ketika itu beberapa orang kawan-kawannya menerangkan, benda itu dapat dari seorang kawan yang ditujukkan oleh kantor informatie Misbach, sedang kawan itu mengatakan asalnya barang- barang itu dari H aji Misbach. D alam bulan O ctober itu juga di Surakarta di waktu pasar malam terjadi pula pelemparan bom.

Segala perbuatan jahat itu berhenti semenjak H aji Misbach serta beberapa kawannya ditahan dalam bulan O ktober 1923.

Maka ternyatalah H aji Moehamad Misbach menjalankan suatu gerakan, yang mesti mengalangkabutkan orang yang berdekatan dengan dia dan membahayai nyawa dan keamanan sesama manusia oleh bala bencana yang menguatiri.

Lain daripada itu dibangkit pula tuduhan yang lama-lama, yaitu bahwa lebih dulupun ia sudah membangunkan kekalutan dan menyebabkan rakyat yang berdekatan dengan dia bertarungan dengan undang-undang hukuman.

Ia tak segan-segan, kata Gvts. Besl . itu:

a. menghasut rakyat melawan perintah memperbaiki rumah untuk pencegahan pest di Surakarta, dilakukannya dalam vergadering rakyat Kartasura, pada 31 Maret 1918 disuruhnya rakyat jangan mau mengembalikan voorschot perbaikan rumah itu;

Jaman Bergerak di Hindia Belanda

b. menghasut rakyat dengan mau-mau menjalankan kewajiban kerja, yaitu dalam bulan Maret dan April 1919 di onderneming Tegalgondo kepunyaan Z. H . Susuhunan Surakarta. Kemudian pula dalam bulan Mei 1920 dalam kumpulan di rumah H aji Sirat di Ampik, afdeeling Kebumen ia mengatakan melawan kewajiban menyerahkan padi.

c. menghasut melawan pembesar dan lain sambil mengajak- ajak dengan kiasan akan memerdekakan J awa (dengan kekerasan dari tindasan dan isapan pertuanan asing (pidato di desa Tarukan, D elanggu) Februari 1920, di kampung Keprabon, Solo (Maret 1920). D alam kumpulan (di desa Sawahan April 1920) ia mencaci dan menghina- hinakan aturan pemerintah, seperti pembelian padi, monopoli garam, denda, tambahan polisi dan keadaan rumah-rumah kurungan di depan 2100 orang.

d. mendidik kerevolutionairan kepada ambtenaar , polisi dan legiun zelfbestuurder di Surakarta, sehingga mereka tak boleh dipercaja lagi dalam jabatannya;

Istimewa ditimbang perbuatannya membangun mupakat akan berbuat kejahatan dan melakukan bencana, yaitu:

a. dalam kumpulan rahasia tg. 19 Maret 1920 dengan D r. Tjipto dan Partowinoto di kantor Panggugah , ia menyorong voorstel mendirikan vak-vereeniging rahasia dengan maksud hendak merusakkan tertib keamanan. Buat permulaan, […], dirubuhkan kantor pos, gedong resident , J avasche Bank, kepatihan dan rumah assistant-resident dengan dinamit. D alam keributan itu dibunuh resident , rijksbestuurder dan assistant-resident.

D alam ia terkurung di Klaten dalam bulan Mei 1920 dibuatnya propaganda bagi suatu kongsi penjahat, yang

Artikel

maksudnya akan merampok dan mengécu serta membakar bangsal dan kebun tebu. Seorang temannya dalam bui disuruhnya memimpin perkumpulan itu kalau sudah keluar.

H awa panas pada golongan sebagian rakyat di Solo lenyap ketika ia ditahan karena spreekdelict di Tarukan dalam bulan Mei 1920.

H ukuman penjara 2 tahun rupanya belum cukup akan membunuh nafsunya.

H aji Misbach tidak mempertahankan diri, tak mau menjawab pertanyaan resident Semarang dan tak mau membuat surat perlawanan.

Begitulah dakwa-dakwa yang dijatuhkan pada ketua kita

H . M. Misbach yang sampai bisa membuang ketua kita itu. Semua keterangan-keterangan itu tentu saja dari spion-

spion pemerintah. Kita rakyat apakah percaya dan membenarkan hal itu? Menilik bagaimana jalan spion-spion dan wakil pemerintah

mengurus perkara yang penting-penting sebagai perkaranya H . M. Misbach dan kawan-kawannya seperti verslag dalam Panggugah , Sinar-Hindia dan dalam Medan- Moeslimin yang sudah-sudah, yalah mereka ada yang sebagai orang yang ingin pangkat, ingin bayar, ingin uang, ingin . . . dan takut karena ancaman, maka rakyat tentu tidak bisa mudah percaya.

Jaman Bergerak di Hindia Belanda

Waktu H .M. Misbach ditarik oleh sesuatu wakil pemerintah pada dekat putusan pembuangan itu, ketua Misbach minta tempo di luar kira-kira 14 hari, kalau dikabulkan sanggup menyaksikan dustanya dakwaan- dakwaan yang dijatuhkan oleh pemerintah kepadanya yang sekarang untuk alasan membuang padanya. Akan tetapi permintaan yang perlu dan penting itu tidak dikabulkan oleh wakil Pemerintah.

Sebab itu, maka rakyat mudah sekali mengira-irakan akan benar dan dustanya semua dakwaan-dakwaan itu, bukan?

Ya, apa boleh buat. H anya saja kita yakin yang pembuangan pada pemimpin-pemimpin rakyat itu tidak mengamankan negeri, sebab yang mengamankan negeri itu hilangnya rupa-rupa tindasan, perasan, hinaan dan lain- lain sebagainya yang menyusahkan penghidupan rakyat dan pergaulan hidup.

Semua itu bisa hilang dengan betul-betul apabila kapitalisme sudah lenyap dari luar bumi.

“Selamatlah ketua kita dengan anak bininya dalam pembuangan.”

Begitulah kita ucapkan.

Wassalam