c. Sarana Sastra
Sarana pengucapan sastra, sarana kesastraan
literary device
adalah teknik yang dipergunakan oleh pengarang untuk memilih dan menyusun detil-detil cerita peristiwa dan kejadian menjadi pola yang
bermakna. Tujuan penggunaan sarana sastra adalah untuk memungkinkan
pembaca melihat
fakta sebagaimana
dilihat pengarang, menafsirkan makna fakta sebagaimana ditafsirkan
pengarang, dan merasakan pengalaman seperti yang dirasakan pengarang. Macam sarana kesastraan yang dimaksud antara lain
berupa sudut pandang penceritaan, gaya bahasa dan nada, simbolisme, dan ironi.
Setiap novel akan memiliki tiga unsur pokok, sekaligus merupakan unsur terpenting, yaitu tokoh utama, konflik utama, dan
tema utama. Ketiga unsur tersebut berkaitan erat dan membentuk satu kesatuan yang padu, kesatuan organisme cerita. Ketiga unsur inilah
yang terutama membentuk dan menunjukkan sosok cerita dalam sebuah karya fiksi. Kesatuan organis
organic unity
menunjuk pada pengertian bahwa setiap bagian subkonflik, bersifat menopang,
memperjelas, dan mempertegas eksistensi ketiga unsur utama cerita tersebut Nurgiyantoro, 2007:25-26.
2. Pendekatan Strukturalisme
Secara etimologis struktur berasal dari kata
structural
bahasa latin, yang berarti bentuk atau bangunan. Strukturalisme adalah
paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri dengan mekanisme antarhubungannya, hubungan unsur yang satu dengan yang
lainnya dan hubungan antara unsur dengan totalitasnya. Strukturalisme sering digunakan oleh peneliti untuk menganalisis seluruh karya sastra
yang menuntut agar kita harus memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Struktur yang membangun
sebuah karya sastra sebagai unsur estetika dalam dunia karya sastra antara lain alur, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan
amanat Ratna, 2009:19-24. Pendekatan strukturalisme dipelopori oleh kaum formalis
Rusia dan strukturalisme praha. Sebuah karya sastra menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara kohesif
oleh berbagai unsur pembangunnya Nurgiyantoro, 2007:36. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:36 struktur
karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara
bersama membentuk kebulatan yang indah. Struktur adalah bagian yang menjadikan sebuah karya sastra menjadi indah.
Menurut Nurgiyanto 2007:37 bahwa langkah-langkah dalam
menerapkan teori strukturalisme karya sastra adalah sebagai berikut:
a. mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang membangun karya
sastra secara lengkap dan jelas meliputi tema, latar, tokoh dan alur;
b. menggali unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga
diketahui bagaimana tema,latar, tokoh dan alur; c.
mendeskripsikan fungsi masing-masing unsur sehingga diketahui bagaimana tema, latar, tokoh dan alur.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur
sastra. Karya sastra merupakan suatu struktur otonom yang dapat dipahami sebagai suatu satuan yang bulat dengan unsur-unsur
pembangunnya yang saling berjalinan. Masing-masing unsur dalam karya sastra mempunyai kepaduan yang utuh yang tidak terpisahkan
satu dengan lainnya sehingga membentuk satu kesatuan yang padu.
3. Pendekatan Sosiologi Sastra