commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu mengkomunikasikan diri dengan lingkungannya. Dalam hal ini kemampuan berbicara merupakan
komponen utama yang mendominasi bentuk sosialisasi tersebut, sulit mengembangkan kemampuan berbicara sehingga menjadi kendala dalam
berkomunikasi lisan. Padahal anak tunarungu sebagai kelompok kecil dalam masyarakat dengan segala keterbatasannya dituntut untuk
mengkomunikasikan diri dengan lingkungan masyarakat. Anak tunarungu seperti anak normal lainnya mempunyai kesempatan
yang sama dalam memperoleh pendidikan . Hak memperoleh pendidikan ini berlaku bagi setiap warga negara termasuk anak tunarungu sebagaimana
tercantu dalam pasal 31 ayat 1 UUD 1945 Yang berbunyi : “ Tiap- tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran “. Hak untuk memperoleh
pendidikan tertuang pula dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5 ayat 2 yang berbunyi :” Warga negara
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus “. lebih lanjut lagi disebutkan dalam
pasal 3 ayat 4 bahwa “ warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak mendapatkan pendidikan khusus “.
Perkembangan bahasa anak tunarungu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : faktor dari guru dan orang tua yang berkomunikasi
dengan anak tunarungu menggunakan bahasa isyarat, serta antar sesama anak tunarungu yang berkomunikasi tanpa menggunakan bahasa lisan. Hal inilah
yang menyebabkan anak tunarungu kurang termotivasi untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara lisan padahal anak tunarungu yang alat
bicaranya masih bagus dan ketunarunguannya tergolong ringan dapat diupayakan untuk dapat berkomunikasi secara lisan; sedangkan anak
tunarungu yang ketunarunguannya tergolong berat bisa menggunakan bahasa
commit to user
isyarat yang sudah dibakukan seperti yang tetulis dalam Kamus Isyarat Bahasa Indonesia.. Namun demikian guru tetap mengkondisikan anak agar
selalu berkomunikasi secara lisan. Anak tuna rungu yang ada di SLB Manunggal Slawi khususnya siswa kelas III yang menjadi obyek penelitian
ini lebih banyak menggunakan bahasa isyarat daripada menggunakan oral dalam berkomunikasi dengan sesama tunarungu maupun dengan guru . Hal
inilah yang menyebabkan anak tunarungu menjadi malas berbicara dan mengungkapkan pikirannya secara lisan .
Dalam melihat kondisi tersebut diatas , penulis ingin mengadakan penelitian kemampuan komunikasi secara lisan anak tunarungu untuk
mempersiapkan dan membekali anak agar bisa berkembang secara optimal dengan sisa pendengaran yang dimiliki agar mampu beradaptasi dengan
lingkungannya terutama dalam berkomunikasi.secara lisan.
B. Perumusan Masalah