commit to user
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Anak Tunarungu a. Pengertian anak tunarungu
Anak tunarungu
akan mengalami
hambatan dalam
perkembangan bahasa . Kehilangan kemampuan mendengar mengakibatkan ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya
dalam kehidupan secara komplek dan baik . Banyak pengertian yang disampaikan oleh para ahli mengenai anak tunarungu anatara lain :
“Tunarungu adalah istilah yang menggambarkan keadaan kemampua dengar yang kurang atau tidak berfungsi secara optimal sehingga
tidak mungkin diandalkan untuk belajar bahasa dan wicara tanpa dibantu dengan metode dan peralatan khusus”. Dudung Abdurahman
1986 : 3 . Tunarungu sendiri menunjukkan pada keadaan atau kondisi
tidak berfungsinya organ pendengaran secara normal, sehingga secara pedagogis diperlukan adanya pelayanan pendidikan dan bimbingan
secara khusus. Ketunarunguan merupakan hambatan pendengaran dimana alat pendengarannya mengalami gangguan, dan gangguan ini
bisa mengenai pada organ pendengaran baik secara sebagian ataupun secara menyeluruh.
Selain itu menurut Mufti Salim 1984 : 8 Anak tunarungu ialah : “ anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau ketidak fungsian sebagian atau seluruh alat pendengaran sehinggan dia
mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa “. Istilah tunarungu sendiri menunjukkan pada gangguan fungsi pendengaran
commit to user
dalam rentangan dan taraf ringan sampai gangguan berat dan dari masing- masing derajat gangguan pendengaran anak tunarungu
memiliki konskwensi tersendiri dalam masalah bahasa dan ucapannya.
Sedangkan menurut Andreas Dwijo Sumarto 1988 “ anak tunarungu diartikan sebagai anak yang kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan tidak dapat menangkap berbagai perangsang yang baik melalui pendengaran “. Ketunarunguan anak bisa disebabkan
sejak masih dalam kandungan maupun setelah anak lahir, sehingga untuk melatih pendengarannya perlu diberikan rangsangan berupa
latihan BKPBI Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama . Berdasarkan batasan diatas tentang pengertian tunarungu ,
maka dapat disimpulkan bahwa : tunarungu adalah seseorang yang mengalami kehilangan atau kekurangan kemampuan mendengar
baik sebagian ataupun seluruhnya dalam kehidupan secara kompleks dan baik dalam perkembangan bahasa, oleh karenanya secara
pedagogis membutuhkan bimbingan , latihan rangsangan pendengaran dan pendidikan khusus dengan dibantu metode
pengajaran yang khusus pula. b. Sebab- sebab anak tunarungu
Brown seperti dikutip oleh Heward Orlansky dalam Prof. Dr Bambang suhendro 1994 : 71 memberi contoh penyebab
kerusakan pendengaran yaitu : 1. materna rubella campak pada saat ibu mengandung muda
terkena penyakit campak sehingga dapat menyebabkan rusaknya pendengaran anak
2. faktor keturunan dari adanya beberapa anggota keluarga yang mengalami kerusakan pendengaran
3. ada komplikasi pada saat dalam kandungan kelahiran prematur , berat badan bayi kurang, bayi lahir biru.
commit to user
4. meningitis radang otak sehingga ada semacam bakteri yang dapat merusak sensitivitas alat dengar di bagian dalam telinga.
5. kecelakaan trauma atau penyakit. Sebab-sebab ketunarunguan menurut waktu kejadian atau faktor-faktornya
dijelaskan oleh Slamet Riyadi, dkk 1984 : 28- 31 yaitu : 1. Sebelum lahir prenatal
a. karena keturunan Semenjak anak dilahirkan sudah menderita kelainan pendengaran .
Ternyata setelah diselidiki keluarga dari nenek moyangnya ada yang menderita kelainan pendengaran.
b. karena penyakit Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit cacar air, campak,
penyakit kotor dll. c. karena keracunan atau infeksi
Ibu yang sedang mengandung menderita keracunan darah yang berakibat plasenta rusak, pengaruhnya dapat mengganggu
perkembangan pendengaran, anak yang lahir dapat menjadi tuli atau kurang pendengaran.
d. karena sebab lain kegagalan dalam menggugurkan kandungan dengan meminum pil
atau obat-obat terlalu banyak. Bila anak lahir dapat menderita kelainan pendengaran.
2. Pada saat dilahirkan natal a. karena pinggul ibu sempit
Seorang ibu yang pinggulnya terlalu sempit, sehingga bayi yang dilahirkan mengalami kesulitan dan mengakibatkan kerusakan bagian
kepala otak bayi
commit to user
b. dengan pertolongan tang tangverlossing Bayi dilahirkan dengan bantuan alat tang akan berakibat kerusakan
pada susunan syaraf pendengaran, sehingga anak menjadi tuli. c. karena lahir prematur
Anak lahir sebelum waktunya, sehingga belum mempunyai daya tahan yang kuat dan mudah terserang penyakit atau anak akan
menderita kekurangan darah . d. karena proses lahir terlalu lama
Pada waktu melahirkan prosesnya terlalu lama maka akan mengakibatkan anak bayi kekurangan oksigen sehingga merusak
jaringan otak. 3. Pada saat sesudah lahir post natal
a. karena infeksi Infeksi atau luka-luka pada alat pendengaran misalnya mengalami
kecelakaan, liang telinga tersumbat serumen yang mengeras. b. karena penyakit
Penyakit panas yang sangat tinggi dapat mempengaruhi fungsi pendengaran, misalnya malaria tropika, typhus, radang paru-paru,
influensa. c. karena Otitis Media kopokan
Penyakit Otitis Media disebabkan karena peradangan di liang gendang yang biasa ditimbulkan oleh adanya selaput lendir di tekak
dan tenggorokan . Otitis Media sangat berbahaya karena merusak kerja selaput lendir untuk selamanya sehingga orang menjadi tuli.
d. karena trauma 1. Bantuan benda-benda keras pada kepala yang mengakibatkan
dasar tengkorak retak atau gegar cocklea. 2. Trauma alustis , misalnya :
a. gendang pendengaran yang pecah akibat bunyi ledakan yang dahsyat.
commit to user
b. kepekaan telinga akibat bekerja di pabrik yang menggunakan mesin-mesin yang bersuara keras dan bising.
3. Telinga tertusuk atau kemasukan benda tajam yang mengakibatkan kerusakan pada gendang pendengaran maupun
tulang-tulang pendengaran. Menurut Rochmat Wahab 1993 : 8 ,menerangkan bahwa sebab-
sebab ketunarunguan antara lain: 1. Sebab ketunarunguan yang terjadi sebelum kelahiran .
Sewaktu ibu mengandung mengalami keracunan sehingga perkembangan pendengaran anak mengalami kecacatan .
2. Sebab trauma dan kondisi sewaktu lahir natal. Bisa terjadi karena pengalaman trauma pada saat melahirkan ,
seperti penekanan forcep, perdarahan terlalu banyak sehingga mengakibatkan cidera pada sistem syaraf pendengaran dan
kecacatan lainnya. 3. Sebab – sebab ketunarunguan setelah lahir .
Ini dapat terjadi karena terkena penyakit atau kecelakaan yang sering banyak menyebabkan kecacatan pendengaran.
Berdasarkan beberapa
pendapat tentang
penyebab ketunarunguan, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab
tunarungu yaitu 1. Saat ibu mengandung antara lain karena keturunan, karena penyakit atau penyebab lain. 2. Saat bayi
dilahirkan antara lain karena pinggul ibu sempit, karena terkena benda tang , lahir prematur dan proses kelahiran yang lama .3.
Saat sesudah lahir antara lain karena kecelakaan, penyakit, infeksi dan terkena benda tajam.
c. Karakteristik anak tunarungu Sutjihati Soemantri 1996 : 76- 80 mengemukakan bahwa
anak tunarungu memiliki karakteristik sebagai berikut :
commit to user
1. Perkembangan bicara dan bahasa Perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa dalam
berkomunikasi pada anak tunarungu terutama yang tergolong tuli tentu tidak mungkin untuk sampai pada penguasaan bahasa
sepenuhnya melalui indera pendengarannya melainkan harus melalui penglihatannya dan memanfaatkan sisa pendengaran yang
masih ada. Oleh sebab itu komunikasi bagi anak tunarungu menggunakan segala aspek yang ada pada anak tunarungu
tersebut a. Perkembangan Kognitif
Pada umumnya inteligensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak normal, tetapi secara fungsional
perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas komunikasi lingkungan sosialnya. Hal inilah yang sangat
menentukan kemampuan berbahasa , perolehan informasi dan daya abstraksi anak yang menghambat proses pencapaian
pengetahuan yang lebih luas. Dengan demikian perkembangan inteligensi secara fungsional terhambat.
b. Perkembangan Emosi Pada umumnya emosi anak tunarungu selalu bergolak
kemiskinannya dalam memperoleh informasi akibat dari rendahnya akses informasi dan perilaku lingkungan sekitarnya
yang tidak mendukung. Misalnya mereka akan tampak bingung, resah, gelisah bila ditegur orang yang belum
dikenalnya. c. Perkembangan Sosial
Karena ketidak mampuan masyarakat sekitarnya untuk berinteraksi dengan anak tunarungu dan bahkan pada
umumnya masyarakat menganggap anak tunarungu sebagai individu yang memiliki kekurangan dan menilainya sebagai
seseorang yang kurang mampu berkarya, maka hal tersebut
commit to user
benar- benar besar pengaruhnya terhadap besarnya hambatan perkembangan fungsi sosialnya.
d. Perkembangan Kepribadian Pertemuan antara faktor dalam anak tunarungu yaitu
ketidakmampuan menerima rangsang pendengaran dengan faktor luar yaitu sikap negatif dari masyarakat sekitarnya,
mengakibatkan mereka berada dalam kemiskinan berbahasa, ketidak tetapan emosi dan keterbatasaninteligensi, maka
akibatnya hal ini sangat menghambat perkembangan kepribadianya.
Menurut Emon Sastra Winata 1997 : 19 menyebutkan bahwa dalam segi bahasa anak tunarungu memiliki ciri khas sebagai
berikut : a. Miskin bahasa b. Sulit mengartikan bahasa kiasan dan ungkapan. c. Sulit mengartikan kata- kata abstrak dan d.Kurang
menguasai irama dan gaya bahasa. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak
tunarungu antara lain bahwa anak tunarungu pada umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak masalah,
mereka mereka lebih miskin dalam fantasi . d. Klasifikasi anak tunarungu
Pada umumnya anak tunarungu diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu mereka yang disebut tuli dan mereka yang kurang
dengar. Anak tuli adalah anak yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar sehingga mengalami hambatan pada proses
penerimaan informsi bahasa melalui pendengaran, baik memakai atau tidak memakai alat bantu dengar. Sedang anak yang kurang dengar
ada;lah anak yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, sehingga masih mempunyai sisa pendengaran dan
commit to user
pemakaian alat bantu mendengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses penerimaan informasi bahasa melalui pendengaran.
Samuel A. Kirk dalam Setia Adi Purwanta dkk 1995 : 10 mengklasifikasikan anak tunarungu menurut kemampuan
pendengarannya sebagai berikut :
No Tingkat
Pendengaran Kemampuan yang dimiliki
1 27- 40 db
Mempunyai kesulitan mendengar bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya
dan memerlukan terapi bicara tergolong tunarungu ringan
2. 41- 55 db
Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, butuh alat bantu dengar, dan terapi
bicara tergolong tunarungu sedang 3.
56- 70 db Hanya bisa mendengar suara dari jarak dekat, masih
mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara, dan menggunakan alat bantu mendengar
dengan cara khusus tergolong tunarungu agak berat 4
71- 90 db Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat,
kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yang intensif, butuh alat bantu
dengar dan latihan bicara yang khusus tergolong tunarungu berat
5. 91 db ke atas
Mungkin sadar adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak tergantung pada penglihatan daripada
pendengaran untuk proses menerima informasi yang bersangkutan dianggap tuli tergolong tunarungu berat
sekali
commit to user
Menurut Mufti Salim 1984 : 12-14 , mengklasifikasikan anak tunarungu disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan pendidikan,
yaitu : 1. Mereka yang kehilangan pendengaran antara 40 – 60 db.
Gejala umum ialah kurang mampu menangkap percakapan sehingga timbul salah paham. Ucapannya sering tidakdimengerti
dan susunan bahasanya terbatas. 2. Mereka yang kehilangan pendengaran 61 – 75 db.
Gejala umum ialah : hanya mendengar suara dalam jarak dekat . Spontanitas bahasa tidak dapat berkembang dan dapat
membedakan vokal, tetapi konsonan tidak dapat dibedakan. 3. Mereka yang kehilangan pendengaran 75 db tuli sampai dengan
tanta reaksi terhadap bunyi tuli total . Menurut Emon Sastra Winata 1997 : 12 mengklasifikasikan
ketunarunguan menjadi empat kategori yaitu : 1. Ketunarunguan pada taraf 15 – 25 db, yaitu ketunarunguan taraf
ringan . Anak tunarungu ini masih dapat belajar bersama- sama dengan anak normal dengan memakai alat bantu mendengar.
2. Ketunarunguan taraf 26 – 50 db, yaitu ketunarunguan taraf sedang Anak tunarungu ini memerlukan program pendidikan khusus ,
dengan latihan bicara, membaca ujaran dan latihan mendengar dengan bantuan alat bantu dengar.
3. Ketunarunguan taraf 51 – 75 db, yaitu ketunarunguan pada taraf berat . Anak tunarungu ini dalam pelajarannya harus diutamakan
dalam pelajaran bahasa . 4. Ketunarunguan taraf 75 db keatas , yaitu ketunarunguan pada taraf
sangat berat . Menurut Chomariatin yang dikutip Sundari 1965 : 33- 34
mengklasifikasikan tunarungu ke dalam lima golongan yaitu : 1. Tunarungu minimal 20 – 30 db , mereka dapat belajar bicara
dan bahasa melalui indera pendengaran.
commit to user
2. Tunarungu ringan 31 – 40 db , mereka mengalami kesulitandalam menangkap , mengikuti percakapan kelompok
melalui indera pendengaran . 3. Tunarungu sedang 41 – 60 db., mereka mempunyai cukup
pendengaran untuk belajar bicara dan bahasa apabila bunyi bicara diperkeras dan dibantu dengan indera penglihatan.
4. Tunarungu berat 61 – 75 db , mereka mempunyai sedikit sisa pendengaran yang dapat dimanfaatkan dalam pendengaran,
bahasa dan bicara tidak dapat berkembang secara spontan meskipun dibantu alat pendengaran .
5. Tunarungu terberat atau tuli sama sekali 75 db lebih , mereka tidak dapat bicara dan bahasa melalui indera pendengaran
walaupun dibantu alat dengar . Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa ketunarunguan dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu tunarungu ringan, tunarungu sedang,
tunarungu berat dan tunarungu sangat berat. Mereka perlu bantuan alat dengar agar dapat menerima pesan melalui bunyi
atau suara 2. Komunikasi lisan
a. Pengertian komunikasi lisan Hambatan ketunaan yang disandang anak-anak tunarungu
adalah bahasa komunikasi yang sangat terbatas miskin bahasa . Oleh karena itu anak yang memiliki problema bahasa umumnya tidak
dapat mengirim dan menerima pesan-pesan dari seseorang. Anak- anak demikian memiliki pengetahuan tentang diri dan lingkungannya,
tetapi tidak dapat membicarakannya dan memahami makna pembicaraan orang lain dengan baik. Oleh karena itu proses
pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu sangat diperlukan agar mereka mampu berkomunikasi.
commit to user
Menurut S. Bernard Rosenblatt dalam bukunya Comunication in Business, 1983 Kemahiran Komunikasi Guru. httpwebcache.
googleusercontent.com . “ Komunikasi sebagai pertukaran ide, pendapat, maklumat perhubungan dan sebagainya yang mempunyai
tujuan dan dipersembahkan secara pribadi atau tidak pribadi melalui simbol atau isyarat yang bertujuan untuk mencapai maklumat
organisasi“. Komunikasi ini sendiri merupakan proses pertukaran ide untuk persamaan satu bentuk komunikasi lisan alat utama
komunikasi lisan adalah bahasa, oleh karena itu anak tunarungu harus diajarkan bahasa sebaik- baiknya agar bisa menyampaikan gagasan,
pikiran atau perasaannya . Santosa berpendapat 1983 1984: 40 bahwa “ Kemampuan
komunikasi pada anak tunarungu dapat dilihat dari kemampuan berpikirnya, kemampuan mengartikan perasaan orang lain,
kemampuan ikut menghayati kenyataan yang sedang berjalan dan kemampuan mengekspresikan pendapat dan perasaannya lewat
bahasa “. Kaidah- kaidah bahasa disusun menjadi suatu kalimat sesuai dengan aturan bahasa yang benar dan dituturkan melalui alat bicara
sebagai pengantar bunyi, sehingga buah pikiran, perasaan dan pesan yang ingin disampaikan dapat terungkap, kegiatan ini dinamakan
bahasa lisan atau berbicara . Peristiwa penyampaian ide, pikiran, perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sebagai maksud tersebut dipahami orang lain merupakan peristiwa berbicara atau berkomunikasi lisan .
Menurut Saefudin Azwar 2002 : 22 bahwa “ Kemampuan verbal lisan merupakan salah satu kemampuan yang bisa
menggambarkan tingkat inteligensi seseorang. Kemampuan ini meliputi pemahaman akan hubungan kata, kosa kata dan penguasaan
bahasa untuk komunikasi “. Komunikasi itu sendiri menurut Tarmansyah 1996 : 89
“Pada dasarnya merupakan kemampuan dalam aspek berbahasa,
commit to user
bicara, suara dan irama kelancaran “. Sedangkan Emery, Ault dan Agee dalam Sulaiman Masri 1997: 1 mendifinisikan bahwa
“Komunikasi ialah seni memindahkan maklumat, idea, dan sikap daripada seseorang kepada seseorang “.
Dalam konteks pendidikan, komunikasi diartikan sebagai sesuatu proses penyampaian, atau pertukaran maklumat diantara
individu atau diantara individu dengan dengan sekumpulan orang. Berlaku interaksi sosial diantara orang melalui aktifitas pemindahan
maklumat secara lisan. Biasanya berlaku diantara guru dengan murid semasa aktivitas atau diantara murid dengan murid semasa aktivitas.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa : kemampuan komunikasi lisan merupakan penyampaian yang
melibatkan aspek berbahasa, bicara, suara dan irama dengan kemampuan mengandalkan berpikir, mengartikan perasaan orang lain,
menghayati kenyataan dan kemampuan berekspresi sehingga dapat menyampaikan perasaan, kehendak, pikiran dan pesan dengan
rangkaian kaidah bahasa melalui kalimat yang sesuai dengan aturan yang dituturkan lewat alat bicara.
b. Macam-macam komunikasi lisan Menurut Alo Liliweri. MS 1994 : 43- 44 , ada enam jenis
komunikasi lisan atau verbal yaitu : Pertama : emotive speech, merupakan gaya bicara yang lebih
mementingkan aspek psikologis. Ia lebih mengutamakan pilihan ‘kata’ yang didukung oleh pesan non verbal.
Kedua : phatic spech, adanya gaya komunikasi verbal lisan yang berusaha menciptakan hubungan sosial sebagaimana yang
dikatakan oleh Bronislaw Melinoswski yang dikutip Alo Liliweri 1994: 43 dengan phatic communication, phatic speech ini tidak
dapat diterjemahkan secara tepat karena ia harus melihat dalam
commit to user
kaitannya dengan konteks disaat ‘ kata’ diucapkan dalam suatu tatanan sosial masyarakat .
Ketiga : cognitive speech, merupakan jenis komunikasi verbal lisan yang mengacu pada kerangka berpikir atau rujukan yang
secara tegas mengartikan suatu kata secara denotatif dan bersifat informatif.
Keempat : rethorical speech, mengacu pada komunikasi verbal lisan yang menekankan sifat konotif. Gaya bicara ini mengarahkan
pilihan ucapan yang mendorong terbentuknya perilaku. Kelima : metalingual speech, adalah komunikasi lisan secara
verbal, tema pembicaraannya tidak mengacu pada obyek dan peristiwa dalam dunia nyata melainkan dalam pembicaraan itu
sendiri. Tipe pembicaraan ini sulit dilakukan oleh anak tunarungu karena ia bersifat sangat abstrak dan berorientasi pada code tanda-
tanda komunikasi . Keenam : poetic speech, adalah komunikasi lisan secara verbal
berpusat pada struktur penggunaan kata yang tepat melalui perpindahan pilihan kata, ketepatan ungkapan, biasanya
menggambarkan rasa seni dan pandangan serta gaya – gaya lain yang khas .
Bentuk komunikasi lisan dalam penelitian ini tertuju pada komunikasi lisan dalam percakapan, alasannya sebagaimana diketahui
bahwa anak tunarungu mempunyai keterbatasan dalam berbagai aspek komunikasi, sehingga untuk anak tunarungu masih duduk di
bangku sekolah dasar lebih mengutamakan komunikasi lisan dalam bentuk percakapan yang tentunya dari percakapan ini akan
berkembang dan mengarah ke bentuk komunikasi lisan yang lebih luas.
Menurut Anne Ahira. tt: 1 yang berjudul Cara Melakukan Komunikasi Lisan Yang Baik dalam Anne Ahira. Com Content
commit to user
Team bahwa Komunikasi lisan dibagi 3 tahap jika ditinjau dari lawan bicara :
1. Komunikasi Personal one on one Komunikasi personal ini adalah komunikasi antar individu yang
biasanya terjadi dalam suasana informal atau pergaulan sehari- hari, meskipun tidak menutup kemungkinan komunikasi
personalpun terjadi dalam suasana formal seperti dalam lingkungan kerja atau sekolah.
2. Komunikasi berektorika dan berdiskusi Komunikasi ini berupa mempresentasikan ide atau gagasan dalam
dunia kerja atau akademis di muka publik. Peristiwa ini pasti berlangsung dalam keadaan formal sehingga harus memberikan
kesan yang baik kepada lawan bicara. Menurut Sawardi dan Soeparno 1993 : 73 untuk dapat
mencapai komunikasi lisan yang baik dalam berkomunikasi lisan secara formal, bahasa Indonesia yang dipergunakan adalah bahasa
baku. Persyaratan yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi lisan adalah :
1. Faktor kebahasaan dalam komunikasi lisan. a. Pelafalan atau pengucapan yang baik dan jelas dengan
lafal baku, sehingga perlu mengoreksi kesalahan- kesalahan pengucapan fonem, pengucapan vokal atau
konsonannya. b. Diksi atau pilihan kata
Pilihan kata ini mencakup pengertian kata- kata nama yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan dan
bagaimana mengungkapkan ungkapan yang tepat. c. Struktur kalimat
Kalimat yang digunakan dalam komunikasi lisan secara formal adalah kalimat baku.
commit to user
d. Intonasi Suatu kalimat akan jelas maksudnya apabila diucapkan
dengan lagu kalimat yang tepat. Intonasi ini penting artinya bagi anak tunarungu sendiri untuk lebih
memperjelas apa yang diucapkanya. 2. Faktor non kebahasaan dalam komunikasi lisan .
Faktor non kebahasaan perlu mendapatkan perhatian juga untuk mencapai keefektifan berbicara. Faktor non
kebahasaan dalam komunikasi lisan meliputi : a. Sikap wajar,
tenang dan
tidak kaku
b. Pandangan
terarah kepada lawan bicara atau bagi anak tunarungu adalah keterarahan wajah. c. Gerak gerik atau mimik yang tepat
d. Volume suara e. Kelancaran atau ketepatan. c. Bahasa sebagai alat komunikasi
Bahasa menurut Gorys Kerap 1997 : 1 adalah “ alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia”. Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan
maksud kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas
kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita. Gorys Keraf, 1997: 4.
Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai fungsi utama bahasa adalah bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan atau
makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring
perubahan kegiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat. Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan
dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat.
commit to user
Dalam komunikasi sehari – hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa
tulis. Bahasa sebagai alat komunikasi sesuai dengan tujuan
pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu menurut Maria C susilo Yuwati 1998 : 15 diberikan dengan tujuan :
1. Agar anak dapat mengucapkan atau mewujudkan pikiran dalam bentuk bahasa mempergunakan bahasa secara aktif sebagai alat
komunikasi untuk melahirkan pikiran dan perasaan berarti mempergunakan apa yang telah ada di dalam perbendaharaan
bahasanya . Tugas guru di sekolah untuk mengembangkan bahasa pada anak
tunarungu dengan menggunakan cara : a. Memelihara dan menumbuhkan keberanian dan kesanggupan anak untuk
berbahasa. b. Mengajarkan ucapan yang betul dan jelas. c. Menambah kekayaan bahasa d. Memilih kata-kata yang
tepat . e. Memakai kalimat yang benar . 2. Agar anak tunarungu dapat menerima dan menangkap pikiran
orang lain dalam bentuk bahasa anak tunarungu menerima, menangkap pikiran orang lain dengan cara melihat ucapan lawan
bicara, tulisan atau membaca. Membaca bagi anak tunarungu merupakan salah satu usaha yang efektif untuk mengembangkan
bahasa tulis. Anak tunarungu dapat menambah khasanah bahasa yang jelas dengan jalan membaca, yang merupakan faktor penting
bagi pengembangan penguasaan bahasa aktif, baik yang tertulis maupun yang lisan atau ucapan komunikasi .
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : bahasa merupakan alat komunikasi yang diungkapkan secara lisan
atau mengucapkan bunyi bahasa dengan menggunakan
commit to user
komunikasi lisan bagi anak tunarungu dimaksudkan untuk memberikan sarana dalam mengungkapkan diri. Melalui kata-kata
dan kalimat-kalimat yang terungkap dalam rangkaian percakapan, anak tunarungu dapat memberitahukan pikiran dan perasaan serta
kehendaknya demikian juga sebaliknya karakteristik dari bicara sebagai alat komunikasi menjadi indikator yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini . d. Langkah-langkah belajar komunikasi lisan
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman . KBBI. 2007: 17 . Menurut Sutomo, 1983:68 dalam Wijisari Putri’s Blog 2010
pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang disengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk
melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Dalam pembelajaran komunikasi kepada anak tunarungu harus
diajarkan beberapa kata agar anak tunarungu mudah untuk mengucapkan dan memahami arti kata yang diucapkan. Untuk
memudahkan ucapan menirukan kata maka perlu dibantu dengan media pembelajaran alat peraga misalnya : kartu gambar, kartu kata,
VCD player bahkan kalau ada dengan alat bantu mendengat Hearing Aid .
Pada dasarnya komunikasi adalah upaya untuk meraih perhatian, minat, kepedulian, simpati,tanggapan maupun respon dari
orang lain. Dalam membangun komunikasi yang efektif, perlu memperhatikan lima hal diantaranya:
1. Respect. Dalam mengembangkan komunikasi, sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan.
2. Empathy. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. Di dalam
commit to user
proses belajar mengajar, perlu saling memahami dan mengerti keberadaan , perilaku dan keinginan dari komunikan. Rasa empati
akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam
membangun sebuah suasana kondusif dalam proses belajar mengajar.
3. Audible. Yaitu dapat didengarkan dan dimengerti dengan baik. Pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.Agar
pesan bisa diterima dengan baik, maka perlu media atau alat bantu audio visual seperti VCD Player.
4. Clarity. Yaitu kejelasan dari pesan yang disampaikan sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Dalam pembelajaran
perlu penyampaikan yang sistematis dan teratur disertai peraga media
5. Humble. Yaitu sikap rendah hati. Untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati
yang dimiliki. Dengan pengalaman maka peneliti menyampaikan langkah-
langkah dalam pembelajaran komunikasi antara lain : 1. Mengenalkan dan menjelaskan kata- kata benda kepada anak
tunarungu dengan mengenalkan kata benda disertai dengan gambar dan ucapan, anak tunarungu menirukan kata tersebut dan
diulang- ulang sampai anak benar- benar mengerti dan memahami benda tersebut .
2. Mengenalkan dan menjelaskan kata-kata kerja. Dalam mengenalkan kata kerja kepada anak tunarungu harus dengan
diperagakan, tidak hanya diucapkan saja ; sebenarnya kata kerja anak tunarungu sering dilakukan karena miskinnya bahasa maka
anak tidak tahu apa nama yang mereka lakukan. Setelah dijelaskan guru maka anak tunarungu akan cepat dan mudah
mengerti .
commit to user
3. Setelah anak tunarungu mengerti dan memahami beberapa kata yang sudah diajarkan dan dilaksanakan setiap hari kemudian anak
tunarungu dilatih untuk merangkaikan kata menjadi suatu kalimat yang sederhana dengan cara menggabungkan kata dari nama
subyek kata kerja predikat dan kata benda obyek sambil diucapkan kata- katanya dengan lisan. Setelah anak tunarungu
mencoba membuat kalimat sambil diarahkan pasti bisa dan akan terjadi komunikasi yang berulang-ulang dan anak tunarungu akan
bisa berkomunikasi lisan percakapan dengan teman, guru, anggota keluarga .
4. Selain merangkai kata menjadi suatu kalimat, anak tunarungu juga dilatih komunikasi lisan dengan tanya jawab langsung
komunikasi personal misalnya menanyakan tentang data diri anak tunarungu .
Komunikasi dengan anak tunarungu mengenai data diri akan terjadi jawaban yang berbeda maka akan mudah dimengerti
mengetahui kemampuan komunikasi lisannya masing- masing anak. Bagi anak yang sudah lancar berkomunikasi bisa
ditingkatkan ke materi yang lebih tinggi misalnya : cerita tentang keadaan di rumahnya . Bagi anak tunarungu yang belum lancar
berkomunikasi, maka perlu dilatih berulang- ulang sampai artikulasi ucapannya benar.
B. Kerangka Berpikir