Daya pembeda Tingkat kesukaran

Tabel 3.4. Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah 11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah Berdasarkan hasil perhitungan uji coba, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,68 yang berarti reliabilitas instrumen tes keterampilan proses pada penelitian ini tinggi perhitungan reliabilitas hasil uji coba terlampir.

3. Daya pembeda

Pengertian daya pembeda sebuah butir soal menurut Suherman Khususwanto, 2008: 22, adalah “Kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah”. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut: DP = − SMI Keterangan: DP = daya pembeda � = rata-rata skor kelompok atas � = rata-rata skor kelompok bawah SMI = skor maksimun ideal Data pembeda yang diperoleh dari hasil penghitungan dengan menggunakan rumus di atas, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda Suherman dan Sukjaya, 1990: 202 sebagai berikut: Tabel 3.5. Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi DP ≤ 0,00 Sangat Jelek 0,00 DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 DP ≤ 0,70 Baik 0,70 DP ≤ 1,00 Sangat Baik Berikut ini merupakan data daya pembeda hasil uji coba instrumen tes keterampilan proses sains yang dilakukan: Tabel 3.6. Daya Pembeda Butir Soal No. Soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,33 Cukup 2 0,28 Cukup 3 0,22 Cukup 4 0,39 Cukup 5 0,33 Cukup 6 0,89 Sangat Baik 7 0,56 Baik 8 0,39 Cukup 9 0,33 Cukup 10 0,38 Cukup

4. Tingkat kesukaran

Pengertian tingkat kesukaran soal menurut Zainal 2009: 266, adalah “Pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang proporsional, maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik”. Untuk menghitung tingkat atau indeks kesukaran setiap butir soal IK digunakan rumus sebagai berikut: IK = SMI Keterangan : IK = tingkat indeks kesukaran = rerata skor dari siswa-siswa SMI = skor maksimal ideal Indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil penghitungan dengan menggunakan rumus di atas, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria klasifikasi Suherman dan Sukjaya, 1990: 213 sebagai berikut: Tabel 3.7. Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi IK = 0,00 Terlalu Sukar 0,00 IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 IK 1,00 Mudah IK = 1,00 Terlalu Mudah Berikut ini merupakan data tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen tes keterampilan proses sains yang dilakukan: Tabel 3.8. Analisis Tingkat Kesukaran No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi 1 0,53 Sedang 2 0,70 Mudah 3 0,30 Sukar 4 0,58 Sedang 5 0,73 Mudah 6 0,62 Sedang 7 0,38 Sedang 8 0,25 Sukar 9 0,55 Sedang 10 0,60 Sedang Karena dari ke sepuluh soal yang digunakan pada uji coba semuanya memenuhi kriteria yang berdasarkan validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Maka semua soal digunakan kembali pada saat pretes dan postes. Pada tabel 3.9. berikut ini dapat dilihat rekapitulasi tes kemampuan keterampilan proses sains: Tabel 3.9. Rekapitulasi Analisis Butir Soal No. Soal Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai DP Interpretasi Nilai IK Interpretasi 1 0,43 Sedang 0,33 Cukup 0,53 Sedang Digunakan 2 0,51 Sedang 0,28 Cukup 0,70 Mudah Digunakan 3 0,68 Tinggi 0,22 Cukup 0,30 Sukar Digunakan 4 0,71 Tinggi 0,39 Cukup 0,58 Sedang Digunakan 5 0,46 Sedang 0,33 Cukup 0,73 Mudah Digunakan 6 0,62 Tinggi 0,89 Sangat Baik 0,62 Sedang Digunakan 7 0,43 Sedang 0,56 Baik 0,38 Sedang Digunakan 8 0,40 Sedang 0,39 Cukup 0,25 Sukar Digunakan 9 0,63 Tinggi 0,33 Cukup 0,55 Sedang Digunakan 10 0,54 Sedang 0,38 Cukup 0,60 Sedang Digunakan

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dokumen yang terkait

Peranan Model Ctl (Contextual Teaching Learning) Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Pkn ( Di Mis Irsyadul Khair)

0 22 179

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ( CTL ) Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas

0 3 11

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

4 12 37

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS.

1 1 27

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE(CLIS) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASARKELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA.

0 0 41

Peningkatan prestasi belajar IPA tentang materi sifat-sifat cahaya menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V SD Negeri Banyurojo 1 Mertoyudan Magelang.

0 2 142

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA SEKOLAH DASAR | M. Ismail Sriyanto | Jurnal Didaktika Dwija Indria (SOLO) 10260 21846 1 PB

0 0 5

this PDF file PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA | Apriani | Jurnal Pena Ilmiah 1 SM

0 3 10

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYAPADA SISWA KELAS V SD N 1 MLATI LOR

0 0 18

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) - UNS Institutional Repository

0 0 17