Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja zero accident. Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya cost perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberikan keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang. 1. Faktor Bahaya Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan Suma’mur, 1998. Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Menurut Syukri Sahab 1997, sumber bahaya ini bisa berasal dari : commit to user 8 a. Bangunan, Peralatan, dan Instalasi Bahaya dari bangunan, peralatan, dan instalasi perlu mendapat perhatian. Konstuksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja. Penerangan dan ventilasi harus baik, tersedia penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas dan tersedia jalan penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Dalam industri juga digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya, yang bila tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa menimbulkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka-luka atau cedera. b. Bahan Bahaya dari bahan meliputi berbagai resiko dengan sifat bahan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat racun dan radio aktif. c. Proses Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang digunakan. Proses yang digunakan di industri ada yang sederhana tetapi adaproses yang rumit. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu, tekanan commit to user 9 yang tinggi dan bahan kimin berbahaya yang memperbesar risiko bahayanya. Dari proses ini terkadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa. d. Cara Kerja Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan keryawan itu sendiri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya. e. Lingkungan Kerja Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja. Faktor-faktor penyebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya dapat dilakukan tindakan perbaikan yang ditujukan pada sebab terjadinya kecelakaan, sehingga kerugian dan kerusakan dapat diminimalkan dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Dengan mengetahui dan mengenal faktor penyebab kecelakaan, maka akan dapat dibuat suatu perencanaan dan langkah-langkah pencegahan yang baik dalam upaya memberikan perlindungan tenaga kerja. Untuk memperjelas adanya faktor penyebab kecelakaan, maka perlu dibuat suatu klasifikasi kecelakaan kerjayang dapat memberikan informasi secara jelas tentang penyebab dan jenis kecelakaan yang timbul Tarwaka, 2008. commit to user 10 2. Kecelakaan Menurut Suma’mur 1989, kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Kecelakaan kerja tidak akan kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebabnya itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Sedangkan menurut Tarwaka, 2008, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur sebagai berikut : a. Tidak terduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan, b. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental, c. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan yang sekurang- kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja. commit to user 11 Kecelakaan kerja ini dapat dikategorikan atau dikelompokkan menjadi 3 tiga, yaitu : a. Kecelakaan Kerja Ringan Bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban peristiwa kecelakaan kerja, setelah diberi pengobatan seperlunya selanjutnya bisa langsung bekerja kembali seperti semula sama dengan kondisi sebelum menjadi korban kecelakaan b. Kecelakaan Kerja Sedang Bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban peristiwa kecelakaan kerja dalam waktu maksimal 2x24 jam setelah diberi pengobatan seperlunya, selanjutnya bisa bekerja kembali seperti semula sama dengan kondisi sebelum menjadi korban kecelakaan kerja. c. Kecelakaan Kerja Berat Bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban peristiwa kecelakaan kerja, tidak bisa bekerja kembali seperti semula sama dengan kondisi sebelum menjadi korban kecelakaan kerja dalam waktu lebih dari 2x24 jam setelah diberi pengobatan seperlunya. Atau bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban peristiwa kecelakaan kerja cacat seumur hidup. Departemen Pekerjaan Umum, 2010 Bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibatnya terjadi kekacauan organisasi commit to user 12 sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih hati. Kecelakaan kerja tidak jarang berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat. Bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat kematian. Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut tersebut dibagi menjadi biaya langsung dan tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama bagi kecelakaan, pengobatan, perawatan, buaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompesensi cacat, dan biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-bahan. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Biaya ini mencakup berhentinya proses produksi oleh karena pekerja-pekerja lainnya menolongatau tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang sedang menderita oleh karena kecelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di tempat itu, dan lain-lainnya lagi. Atas dasar penelitian-penelitian di negara-negara industri maju perbandingan antara biaya langsung dan biaya tersembunyi adalah satu banding empat, sedangkan di negara-negara berkembang satu banding dua. Kecelakaan-kecelakaan besar dengan kerugian-kerugian besarbiasanya dilaporkan, sedangkan kecelakaan-kecelakaan kecil tidak dilaporkan. Padahal biasanya peristiwa-peristiwa kecil adalah 10x kejadian kecelakaan- kecelakaan besar. Maka dari itu, kecelakaan-kecelakaan kecil menyebabkan commit to user 13 kerugian-kerugian yang besar pula, manakala dijumlahkan secara keseluruhan. Menurut Suma’mur 2009, kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan cara : a. Peraturan perundangan yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan, dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervise medis, P3K, dan pemeriksaan kesehatan. b. Standarisasi yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higiene umum, atau alat pelindung diri. c. Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan. d. Penelitian bersifat teknik yaitu meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat- alat pelindung diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan perangkat lainnya. e. Riset medis yaitu meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan- keadaan fisik yang menyebabkan kecelakaan. commit to user 14 f. Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. g. Penelitian secara statistik yaitu menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa-apa sebabnya. h. Pendidikan, menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan. i. Latihan-latihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja. j. Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat. k. Asuransi yaitu intensif finansial untuk peningkatan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk mengurangi premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik. l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utamaefektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung pada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan. Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter ilmu jiwa, ahli statistik, guru- guru dan sudah barang tentu pengusaha dan buruh. commit to user 15 3. Potensi Bahaya Menurut Tarwaka 2008, setiap proses produksi, peralatan atau mesin dan tempat kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja, potensi bahaya yang dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja. Identifikasi potensi bahaya di tempat kerja yang berisiko menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh berbagai faktor : a. Kegagalan komponen, antara lain berasal dari : 1 Rancangan komponen pabrik termasuk peralatan atau mesin dan tugas-tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai; 2 Kegagalan bersifat mekanis; 3 Kegagalan sistem pengendalian; 4 Kegagalan sistem pengamanan yang disediakan; 5 Kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan, dan lain- lain. b. Kondisi yang menyimpang dari suatu pekerjaan, yang bisa terjadi akibat : 1 Kegagalan pengawasan atau monitoring 2 Kegagalan manual suplai dari bahan baku 3 Kegagalan pemakaian dari bahan baku 4 Kegagalan dalam prosedur shut-down dan start-up commit to user 16 5 Terjadinya pembentukan bahan antara, bahan sisa dan sampah yang berbahaya, dan lain-lain c. Kesalahan manusia dan organisasi, seperti : 1 Kesalahan operator atau manusia 2 Kesalahan sistem pengamanan 3 Kesalahan dalam mencampur bahan produksi berbahaya 4 Kesalahan komunikasi 5 Kesalahan atau kekurangan dalam upaya perbaikan dan perawatan alat 6 Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sah atau tidak sesuai dengan prosedur kerja aman, dan lain-lain d. Pengaruh kecelakaan dari luar, yaitu terjadinya kecelakaan dalam suatu industri akibat kecelakaan lain yang terjadi di luar pabrik, seperti : 1 Kecelakaan pada waktu pengangkutan produk 2 Kecelakaan pada stasiun pengisian bahan 3 Kecelakaan pada pabrik disekitarnya, dan lain-lain e. Kecelakaan akibat adanya sabotase, yang bisa dilakukan oleh orang luar ataupun dari dalam pabrik, biasanya hal ini akan sulit dibatasi atau dicegah, namun faktor ini sangat kecil frekuensinya dibandingkan dengan faktor penyebab lainnya. Faktor penyebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya dapat dilakukan tindakan perbaikan yang ditujukan pada commit to user 17 sebab terjadinya kecelakaan, sehingga kerugian dan kerusakan dapat diminimalkan dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Dengan mengetahui dan mengenal faktor penyebab kecelakaan, maka akan dapat dibuat suatu perencanaan dan langkah-langkah pencegahan yang baik dalam upaya memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Untuk memperjelas adanya faktor penyebab kecelakaan kerja, maka perlu dibuat suatu ‘Klasifikasi Kecelakaan Kerja’ yang dapat memberikan informasi secara jelas tentang penyebab dan jenis kecelakaan yang timbul. Pada dasarnya semua orang yang berhubungan dengan perusahaan, apakah manajemen, supervisor, tenaga kerja, pengunjung atau tamu, mempunyai peran di dalam manajemen hazard di tempat kerja. Tanggunga jawab dan kewajiban supervisor, manajer dan tenaga kerja terikat secara legal yang diatur didalam peraturan perundang-undangan bidang K3 dan merupakan suatu keharusan. Tanggung jawab dan kewajiban tersebut tidak bisa ditawar-tawar dan tidak bisa dilimpahkan kepada pihak lain Tarwaka, 2008. 4. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya adalah proses pencarian terhadap semua jenis kegiatan, situasi, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cedera atau sakit SUCOFINDO, 1998. Identifikasi hazard merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai commit to user 18 penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. Suatu hazard di tempat kerja yang mungkin nampak jelas dan kelihatan, seperti : sebuah tangki berisi bahan kimia, atau mungkin juga tidak nampak dengan jelas atau tidak kelihatan, seperti: radiasi, gas pencemar di udara Tarwaka, 2008. Menurut Surat Keputusan No. 45 Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Pedoman Rope Access tentang Pelaksanaan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko : a. Tujuan dilaksanakannya identifikasi bahaya dan penilaian risiko adalah untuk membantu praktisi akses tali dan pengurus menentukan tingkat risiko yang ada dalam suatu pekerjaan. b. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dilaksanakan untuk setiap pekerjaan yang dilakukan c. Dokumen tertulis identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus tersedia di tempat kerja d. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dibuat oleh ahli K3 yang kompeten dalam metode akses tali atau teknisi akses tali tingkat 3 dengan berkonsultasi dengan pengurus atau pemilik gedung e. Dokumen pernyataan metode kerja harus disusun untuk memberikan penjelasan bagaimana suatu pekerjaan akan dilakukan. Dokumen ini berguna dalam memberikan arahan, sebagai informasi bagi mitra kerja atau acuan bagi pengawas ketenagakerjaan dalam melakukan pengawasan commit to user 19 f. Setiap pekerja hanya dapat melakukan pekerjaan dengan akses tali jika memperoleh ijin kerja akses tali rope access work permit Selanjutnya untuk lebih mempermudahkan di dalam mengenali atau mengidentifikasi hazard di tempat kerja, juga dapat membagi tempat kerja atau obyek kerja berdasarkan : a. Perbedaan lokasi tempat kerja, seperti departemen pabrik, gudang, workshop, perkantoran, power plant dan lain-lain b. Perbedaan jenis obyek kerja, seperti : objek kerja yang berpindah- pindah atau objek kerja tetap, mesin-mesin, alat kerja dan lain-lain c. Perbedaan fungsi atau proses kerja d. Perbedaan sarana dan prasarana pendukung kerja, seperti : kelistrikan, penerangan, lendasan kerja, lantai lalu lintas orang dan barang, alat angkat-angkut, sarana pemadam kebakaran dan lain-lain Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara mengenali proses pekerjaan yang terdapat dalam suatu proyek. Identifikasi bahaya bisa dilakukan dengan cara : a. Mempelajari Informasi Informasi yang terdapat dalam spesifikasi pekerjaan, peraturan, standar teknik, gambar proyek, dokumen kontrak dan lain-lain. Dengan kemampuan yang dimilikinya, penyedia jasa bisa melakukan identifikasi bahaya melalui analisa yang dilakukan terhadap informasi yang terdapat dalam dokumen-dokumen tersebut. Biasanya cara ini dilakukan sebelum dimulainya proyek. commit to user 20 b. Survey Survey adalah suatu aktivitas dalam pelaksanaan suatu proyek yang dilakukan untuk suatu keperluan yang lebih sempit, misalnya : 1 Survey terhadap faktor-faktor fisika panas matahari, radiasi ultra violet, tingkat kebisingan yang dihasilkan, besar getaran yang dihasilkan oleh peralatan kerja 2 Survey terhadap faktor-faktor kimia yang terdapat dalam pelaksanaan proyek c. Wawancara Wawancara dengan ahli-ahli keselamatan dan kesehatan kerja bidang pekerjaan konstruksi juga bisa digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya. d. Inspeksi Inspeksi merupakan salah satu pekerjaan dalam program kerja proyek secara keseluruhan. Biasanya, inspeksi dilakukan bersamaan dengan berjalannya proyek tersebut. Hasil-hasil yang diperoleh dalam melakukan inspeksi bisa dijadikan masukan dalam meng-up-date identifikasi bahaya. Penyedia jasa disarankan untuk selalu meng-up- date identikasi bahaya sesuai dengan perkembangan pelaksanaan proyek. e. Observasi Observasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk menyelidiki suatu kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang telah terjadi commit to user 21 dalam pelaksanaan pekerjaan suatu proyek. Hal ini perlu dilakukan sebagai pembelajaran agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tersebut tidak terjadi lagi dikemudian hari. Hasil-hasil yang diperoleh dalam melakukan observasi bisa dijadikan masukan dalam meng-up- date identifikasi bahaya. Departemen Pekerjaan Umum, 2010 5. Penilaian Risiko Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi. Sedangkan tingkat risiko merupakan perkalian antara kekerapan probability dan keparahan severity dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cedera dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja. = X Gambar 1. Bagan Penentuan Tingkat Risiko Sumber : Tarwaka, 2008 Kita akan banyak menemui hazard di tempat kerja, beberapa di antaranya tentu dapat kita kendalikan dengan sedikit atau tanpa biaya. Tetapi beberapa hazard lainnya hanya akan dapat dikendalikan melalui perubahan yang signifikan terhadap aktivitas pekerjaan, peralatan, bahan- Tingkat Risiko KEKERAPAN KEPARAHAN Kemungkinan terjadinya kecelakaan atau sakit : Dinilai dari frekuensi dan durasi paparan hazard Tingkat keparahan kecelakaan atau sakit : dinilai dari jumlah orang yang terpapar hazard pada periode tertentu commit to user 22 bahan yang digunakan, desain stasiun kerja atau area kerja. Apabila kita tidak dapat mengendalikan seluruh hazard di tempat kerja secara langsung, kita perlu menentukan mana-mana yang harus kita kerjakan pertama kali untuk mengendalikannya. Untuk dapat menentukan prioritas mana hazard yang sangat serius, kita harus melakukan penilaian risiko. Beberapa hazard mungkin kurang berpotensi untuk terjadi, tetapi apabila terjadi akibatnya sangat fatal. Sementara hazard yang lain mungkin mempunyai potensi yang sering terjadi, tetapi akibatnya mungkin kurang berbahaya. Dengan demikian kita perlu membuat keputusan tentang tingkat kekerapan dan tingkat keparahan dari masing-masing hazard yang ada di tempat kerja. Didalam menilai suatu risiko bahaya di tempat kerja, secara umum kita perlu mempertimbangkan “ Apa akibat atau risiko terburuk apabila itu terjadi dan berapa sering kemungkinan itu terjadi ? “. Hal-hal atau risiko terburuk yang mungkin terjadi antara lain meliputi : a. Cedera injury : jari terputus, seseorang meninggal dunia akibat kecelakaan atau keracunan, akibat kronis atau akut, tidak mampu bekerja untuk beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan, dan lain-lain. b. Sakit illness : gangguan fungsi paru secara permanen, sakit kepala, muntah-muntah karena keracunan,ketulian menetap, stres, dan lain- lain. commit to user 23 c. Kerusakan damage : apakah terjadi peledakan, kebakaran, pelepasan racun bahan-bahan kimia, mesin-mesin tidak beroperasi lagi, dan lain- lain. d. Biaya cost : pabrik tidak berproduksi, banyak kehilangan pekerja terampil, biaya perawatan kesehatan, image public, dan lain-lain. e. Keselamatan Umum public safety : apakah pelanggan menderita kerugian, apakah ada orang lain yang terkena dampaknya, dan lain- lain.

B. Kerangka Pemikiran