IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO PADA PROSES PRODUKSI SNACK DAN CANDY DI PT. POLY MEDITRA INDONESIA JATEN ANAK PERUSAHAAN PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD, Tbk SRAGEN
LAPORAN KHUSUS
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO PADA
PROSES PRODUKSI
SNACK
DAN
CANDY
DI PT. POLY
MEDITRA INDONESIA JATEN ANAK PERUSAHAAN
PT. TIGA PILAR SEJAHTERA
FOOD, Tbk SRAGEN
Vinda Octavia Sari
R.0008136
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
(2)
commit to user
ii
PENGESAHAN
Magang/Tugas Akhir dengan judul : Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko
pada Proses Produksi Snack dan Candy di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten
Anak Perusahaan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk Sragen Vinda Octavia Sari, NIM : R.0008136, Tahun :2011
Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Penguji Magang/Tugas Akhir
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta Pada Hari...Tanggal...20...
Pembimbing I Pembimbing II
Sumardiyono, SKM.,M.Kes Seviana Rinawati, SKM
NIP. 19650706 198803 1 002
Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
Sumardiyono, SKM.,M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002
(3)
commit to user
iii ABSTRAK
MAGANG TENTANG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD, Tbk
SRAGEN JAWA TENGAH
Vinda Octavia Sari1, Sumardiyono2, dan Seviana Rinawati3
Tujuan : Kemajuan teknologi, peralatan modern, industri yang berkembang pesat dan sumber daya manusia terdapat potensi serta faktor bahaya yang dapat mengganggu kenyamanan bekerja. Bahaya-bahaya tersebut dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang mengganggu kinerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan keselamatan dan kesehatan kerja sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
Metode : kerangka pemikiran penelitian ini adalah lingkungan tempat kerja dengan berbagai potensi dan faktor bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Berbagai bahaya yang terdapat di lingkungan tersebut diamati secara menyeluruh. Hasil pengamatan dapat dievaluasi dan dapat memberikan rekomendasi sehingga bahaya yang terdapat pada area tersebut dapat diminimalisir.
Hasil : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode adalah deskriptif sehingga memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai keadaan di industri tersebut serta mengetahui penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Pengambilan data mengenai penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara serta studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta peraturan perundangan lainnya.
Simpulan : Perusahaan telah menerapan keselamatan dan kesehatan kerja sehingga sesuai dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Saran yang diberikan adalah lebih mempertahankan dan memperbaiki program-program yang telah ada serta inspeksi-inspeksi diadakan secara rutin.
Kata kunci : Penerapan Keselamatan Kerja, Pencegah Kecelakaan
1, 2, 3
Program Studi D III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
(4)
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Assallamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan serta kemudahan dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul “Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Risiko pada Proses Produksi Snack dan Candy di PT. Poly Meditra
Indonesia Jaten Anak Perusahaan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk Sragen”.
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Serta hasil laporan magang/praktek kerja lapangan yang dilaksanakan di PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta sebelum periode 2011.
3. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku ketua Program Diploma
III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta sebelum periode 2011.
4. Bapak Sumardiyono, SKM.,M.Kes selaku ketua Program Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
5. Ibu Seviana Rinawati, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
6. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayangnya
serta selalu berdoa.
7. Seluruh dosen-dosen di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu.
8. Ibu Yani di PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk selaku staff HRD sebagai
pembimbing perusahaan yang telah banyak membantu dalam pelaksaan magang dan pengarahan-pengarahan yang telah diberikan.
9. Ibu Erna selaku staff HRD PT. Poly Meditra Indonesia Jaten yang telah
banyak membimbing.
10. Bapak Nova selaku staff produksi di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten yang
telah banyak membimbing.
11. Bapak Untung selaku staff produksi di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten
(5)
commit to user
v
12. Bapak Kris selaku Ketua Produksi di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten yang
telah banyak membimbing.
13. Mbak Astuti yang merupakan alumni dan telah bekerja di PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food, Tbk yang telah banyak membantu.
14. Seluruh staff dan karyawan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk yang tidak
bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu.
15. Novi Prih Astiyani yang merupakan teman magang dan telah membantu serta
bertukar pikiran sehingga pelaksanaan magang dan penyusunan laporan dapat berjalan lancar.
16. Seluruh temen-teman satu angkatan yang telah berjuang bersama-sama baik
dalam suka maupun duka.
17. Kepada adik yang selalu memberikan dorongan sehingga penyusunan laporan
dapat berjalan lancar.
18. Teman dekat saya yang selalu menyayangi dan memotivasi serta selalu
bersedia mengantar dan menjemput saya dalam melaksanakan kegiatan magang.
19. Semua orang yang sudah banyak membantu dalam pelaksanaan magang dan
penyusunan laporan yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Kiranya cukup sekian kata-kata dari pengantar dan seperti kata pepatah lama bahwa tak ada gading yang retak, penulis juga hanya manusia biasa yang mempunyai banyak kesalahan. Penulis mohon maaf apabila ada keselahan baik disengaja maupun yang tidak disengaja.
Wassallamu’aliakum wr. wb.
Surakarta, 1 Juni 2011
Penulis,
(6)
commit to user
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A.Tinjauan Pustaka ... 7
B.Kerangka Pemikiran ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24
A.Metode Penelitian ... 24
B.Lokasi Penelitian ... 24
C.Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 24
(7)
commit to user
vii
E.Teknik Pengumpulan Data ... 25
F. Pelaksanaan ... 26
G.Analisis Data ... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
A. Hasil ... 27
B. Pembahasan ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN
(8)
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Penentuan Tingkat Risiko ... 21 Gambar 2. Kerangka Pemikiran ... 23
(9)
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Identikasi Bahaya dan Penilaian Risiko di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten
Lampiran 2. Instruksi Kerja Inspeksi dan Pengujian Proses Kneading
Lampiran 3. Instruksi Kerja Trouble Shooting Mesin Cooker Terbra AK
Lampiran 4. Instruksi Kerja Inspeksi dan Pengujian Proses Cooling Table dan
Kneading
Lampiran 5. Instruksi Kerja Proses Cooking Chuan Tye I dan II
Lampiran 6.Instruksi Kerja Proses Batch Former, Uniplast dan Cooling Conveyor
Lampiran 7. Instruksi Kerja Proses Cooling
Lampiran 8. Instruksi Kerja Proses Mixing
Lampiran 9. Instruksi Kerja Trouble Shooting H Mesin Cetak Bosc UF 160 D
Lampiran 10. Instruksi Kerja Oven Three Layer
(10)
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam bidang industri dan perdagangan, globalisasi menyebabkan arus keluar masuk produk barang atau jasa antar negara lebih mudah dan cepat sehingga persaingan akan semakin ketat. Persaingan yang ketat dalam rangka merebut dan mempertahankan pasar telah menuntut dunia industri untuk dapat memenuhi standar internal program. Kompetensi dan tuntutan akan standart internasional menyebabkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi isu global dan sangat penting (Budiono, 2003).
Dengan adanya kemajuan teknologi tersebut akan memberikan kemudahan dalam proses produksi dan meningkatkan produktivitas kerja. Industri yang menggunakan teknologi modern dan kompleks yang dalam pengoperasiannya memerlukan keahlian khusus tentunya akan menimbulkan kerugian-kerugian akibat teknologi maju tersebut, seperti semakin besarnya risiko bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal tersebut dapat mengancam sumber daya manusia itu sendiri, oleh karena itu perlu diwaspadai dan mendapat perhatian yang serius. Semakin tinggi tingkat teknologi yang digunakan, maka semakin tinggi pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan agar tidak mendatangkan dampak negatif bagi manusia serta lingkungan (Suma’mur, 1996).
(11)
Untuk menjamin suksesnya perkembangan industri aspek keselamatan kerja memegang peranan dalam meminimalkan risiko bahaya. Dalam hal ini keselamatan kerja haruslah mendapat perhatian utama demi berhasilnya program-program perusahaan dalam rangka meningkatkan produktivitas bagi perusahaan, juga keselamatan kerja akan dapat menciptakan keamanan dan kenyamanan kerja serta mempunyai peranan penting dalam usaha mencegah dan menanggulangi adanya risiko kecelakaan, serta pengamanan aset perusahaan.
Sejalan dengan tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja, maka salah satu strategi yang harus dilakukan adalah menciptakan tempat kerja atau lingkungan kerja yang sehat dan aman sehingga terbentuk masyarakat pekerja yang sehat dan produktif. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja mutlak diperlukan untuk meminimalisir dan mencegah dampak negatif akibat pemakaian teknologi dalam proses produksi. Maka untuk mencapai tujuan tersebut, beberapa peraturan perundangan perlu diketahui dan dipahami oleh para pengusaha dan tenaga kerja.
PT. Poly Meditra Indonesia Jaten (PMI) merupakan perusahaan yang berada di bawah PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk yang merupakan industri yang bergerak dalam bidang makanan. Meskipun PT. Poly Meditra Indonesia Jaten telah memiliki organisasi K3 yang masih dalam tahap awal sama halnya dengan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk tetapi telah melakukan langkah-langkah pengendalian yang sesuai dengan peraturan.
(12)
commit to user
3
Proses produksi dilakukan dengan menggunakan alat modern dimana dalam pengoperasiannya banyak terdapat bahaya yang memiliki potensi untuk terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Dengan diketahuinya banyak potensi bahaya dan faktor bahaya yang berada di lingkungan PT. Poly Meditra Indonesia Jaten maka diperlukan langkah-langkah untuk melakukan pengendalian terhadap bahaya-bahaya tersebut sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Langkah pengendalian terhadap potensi bahaya dan faktor bahaya yang ada dapat dilakukan salah satunya dengan mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada. Melalui teknik Analisis Keselamatan Pekerjaan, maka suatu tugas-tugas atau pekerjaan dapat dipisah-pisahkan ke dalam suatu langkah-langkah dasar dan masing-masing dianalisis untuk menemukan potensi bahaya. Dari langkah-langkah dasar pemisahan pekerjaan, selanjutnya dipertimbangkan masing-masing langkah untuk menentukan apakah potensi bahaya dapat mengakibatkan risiko terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan kepada tenaga kerja. Potensi bahaya di tempat kerja dapat disebabkan dari berbagai jenis energi sebagai sumber bahaya. Menurut Mitchell (1992), bahwa jenis potensi bahaya energi yang ada di tempat kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan dan kerusakan dapat diidentifikasi berdasarkan kelompok energi yang digunakan.
Identifikasi potensi bahaya merupakan suatu cara untuk menemukan situasi yang mana sumber energi yang digunakan di tempat kerja tanpa adanya pengendalian yang memadai. Pada kebanyakan kasus, bahwa
(13)
kecelakaan dan kerusakan terjadi karena adanya kontak dengan sumber energi yang melampaui nilai ambang batas tubuh atau struktur bahan. Sumber-sumber energi sebagai Sumber-sumber bahaya yang ada, sangat tergantung dari jenis dan kondisi tempat kerjanya, dan semuanya memiliki potensi untuk menyebabkan gangguan sekecil apapun risikonya.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang terdapat di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan penerapan identifikasi bahaya dan penilaian
risiko yang terdapat di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten.
2. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan identifikasi bahaya
dan penilaian risiko yang terdapat di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah :
1. Mengetahui berbagai macam potensi bahaya yang terdapat di lingkungan
PT. Poly Meditra Indonesia Jaten serta penilaian risiko pada bahaya tersebut.
(14)
commit to user
5
2. Mengetahui berbagai pengendalian bahaya yang dilakukan di PT. Poly
Meditra Indonesia Jaten.
3. Mengetahui langkah-langkah pelaksanaan identifikasi bahaya dan
penilaian risiko yang terdapat di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Perusahaan
a. Diharapkan dapat memberikan maasukan sebagai bahan pertimbangan
evaluasi mengenai gambaran pelaksanaan identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang terdapat di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten.
b. Memberikan informasi yang berguna mengenai identifikasi bahaya
dan penilaian risiko yang terdapat di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten.
2. Bagi Penulis
a. Memperoleh data untuk membuat tugas akhir sebagai syarat untuk
menyelesaikan studi di Program D III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan
identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang terdapat di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten.
(15)
3. Bagi Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar.
(16)
commit to user
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah,
mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya
(cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberikan keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.
1. Faktor Bahaya
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 1998).
Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Menurut Syukri Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari :
(17)
a. Bangunan, Peralatan, dan Instalasi
Bahaya dari bangunan, peralatan, dan instalasi perlu mendapat perhatian. Konstuksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja. Penerangan dan ventilasi harus baik, tersedia penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas dan tersedia jalan penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Dalam industri juga digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya, yang bila tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa menimbulkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka-luka atau cedera.
b. Bahan
Bahaya dari bahan meliputi berbagai resiko dengan sifat bahan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat racun dan radio aktif.
c. Proses
Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang digunakan. Proses yang digunakan di industri ada yang sederhana tetapi adaproses yang rumit. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu, tekanan
(18)
commit to user
9
yang tinggi dan bahan kimin berbahaya yang memperbesar risiko bahayanya. Dari proses ini terkadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa.
d. Cara Kerja
Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan keryawan itu sendiri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.
e. Lingkungan Kerja
Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja.
Faktor-faktor penyebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya dapat dilakukan tindakan perbaikan yang ditujukan pada sebab terjadinya kecelakaan, sehingga kerugian dan kerusakan dapat diminimalkan dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Dengan mengetahui dan mengenal faktor penyebab kecelakaan, maka akan dapat dibuat suatu perencanaan dan langkah-langkah pencegahan yang baik dalam upaya memberikan perlindungan tenaga kerja. Untuk memperjelas adanya faktor penyebab kecelakaan, maka perlu dibuat suatu klasifikasi kecelakaan kerjayang dapat memberikan informasi secara jelas tentang penyebab dan jenis kecelakaan yang timbul (Tarwaka, 2008).
(19)
2. Kecelakaan
Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan.
Kecelakaan kerja tidak akan kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebabnya itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali.
Sedangkan menurut Tarwaka, (2008), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur sebagai berikut :
a. Tidak terduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan
tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan,
b. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan
akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental,
c. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan yang
(20)
commit to user
11
Kecelakaan kerja ini dapat dikategorikan atau dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. Kecelakaan Kerja Ringan
Bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban peristiwa kecelakaan kerja, setelah diberi pengobatan seperlunya selanjutnya bisa langsung bekerja kembali seperti semula (sama dengan kondisi sebelum menjadi korban kecelakaan)
b. Kecelakaan Kerja Sedang
Bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban peristiwa kecelakaan kerja dalam waktu maksimal 2x24 jam setelah diberi pengobatan seperlunya, selanjutnya bisa bekerja kembali seperti semula (sama dengan kondisi sebelum menjadi korban kecelakaan kerja).
c. Kecelakaan Kerja Berat
Bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban peristiwa kecelakaan kerja, tidak bisa bekerja kembali seperti semula (sama dengan kondisi sebelum menjadi korban kecelakaan kerja) dalam waktu lebih dari 2x24 jam setelah diberi pengobatan seperlunya. Atau bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban peristiwa kecelakaan kerja cacat seumur hidup. (Departemen Pekerjaan Umum, 2010)
Bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibatnya terjadi kekacauan organisasi
(21)
sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih hati. Kecelakaan kerja tidak jarang berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat. Bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat kematian. Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut tersebut dibagi menjadi biaya langsung dan tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama bagi kecelakaan, pengobatan, perawatan, buaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompesensi cacat, dan biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-bahan. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Biaya ini mencakup berhentinya proses produksi oleh karena pekerja-pekerja lainnya menolongatau tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang sedang menderita oleh karena kecelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di tempat itu, dan lain-lainnya lagi. Atas dasar penelitian-penelitian di negara-negara industri maju perbandingan antara biaya langsung dan biaya tersembunyi adalah satu banding empat, sedangkan di negara-negara berkembang satu banding dua. Kecelakaan-kecelakaan besar dengan kerugian-kerugian besarbiasanya dilaporkan, sedangkan kecelakaan-kecelakaan kecil tidak dilaporkan. Padahal biasanya peristiwa-peristiwa kecil adalah 10x kejadian kecelakaan-kecelakaan besar. Maka dari itu, kecelakaan-kecelakaan-kecelakaan-kecelakaan kecil menyebabkan
(22)
commit to user
13
kerugian-kerugian yang besar pula, manakala dijumlahkan secara keseluruhan.
Menurut Suma’mur (2009), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan cara :
a. Peraturan perundangan yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan, dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervise medis, P3K, dan pemeriksaan kesehatan.
b. Standarisasi yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau
tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higiene umum, atau alat pelindung diri.
c. Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.
d. Penelitian bersifat teknik yaitu meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan
yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat pelindung diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan perangkat lainnya.
e. Riset medis yaitu meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis
dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-keadaan fisik yang menyebabkan kecelakaan.
(23)
f. Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
g. Penelitian secara statistik yaitu menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa-apa sebabnya.
h. Pendidikan, menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik,
sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
i. Latihan-latihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga
kerja yang baru dalam keselamatan kerja.
j. Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
k. Asuransi yaitu intensif finansial untuk peningkatan pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk mengurangi premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran
utamaefektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung pada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.
Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru dan sudah barang tentu pengusaha dan buruh.
(24)
commit to user
15
3. Potensi Bahaya
Menurut Tarwaka (2008), setiap proses produksi, peralatan atau mesin dan tempat kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja, potensi bahaya yang dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja. Identifikasi potensi bahaya di tempat kerja yang berisiko menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh berbagai faktor :
a. Kegagalan komponen, antara lain berasal dari :
1) Rancangan komponen pabrik termasuk peralatan atau mesin dan
tugas-tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai;
2) Kegagalan bersifat mekanis;
3) Kegagalan sistem pengendalian;
4) Kegagalan sistem pengamanan yang disediakan;
5) Kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan, dan
lain-lain.
b. Kondisi yang menyimpang dari suatu pekerjaan, yang bisa terjadi
akibat :
1) Kegagalan pengawasan atau monitoring
2) Kegagalan manual suplai dari bahan baku
3) Kegagalan pemakaian dari bahan baku
(25)
5) Terjadinya pembentukan bahan antara, bahan sisa dan sampah yang berbahaya, dan lain-lain
c. Kesalahan manusia dan organisasi, seperti :
1) Kesalahan operator atau manusia
2) Kesalahan sistem pengamanan
3) Kesalahan dalam mencampur bahan produksi berbahaya
4) Kesalahan komunikasi
5) Kesalahan atau kekurangan dalam upaya perbaikan dan perawatan
alat
6) Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sah atau tidak sesuai
dengan prosedur kerja aman, dan lain-lain
d. Pengaruh kecelakaan dari luar, yaitu terjadinya kecelakaan dalam
suatu industri akibat kecelakaan lain yang terjadi di luar pabrik, seperti :
1) Kecelakaan pada waktu pengangkutan produk
2) Kecelakaan pada stasiun pengisian bahan
3) Kecelakaan pada pabrik disekitarnya, dan lain-lain
e. Kecelakaan akibat adanya sabotase, yang bisa dilakukan oleh orang
luar ataupun dari dalam pabrik, biasanya hal ini akan sulit dibatasi atau dicegah, namun faktor ini sangat kecil frekuensinya dibandingkan dengan faktor penyebab lainnya.
Faktor penyebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya dapat dilakukan tindakan perbaikan yang ditujukan pada
(26)
commit to user
17
sebab terjadinya kecelakaan, sehingga kerugian dan kerusakan dapat diminimalkan dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Dengan mengetahui dan mengenal faktor penyebab kecelakaan, maka akan dapat dibuat suatu perencanaan dan langkah-langkah pencegahan yang baik dalam upaya memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Untuk memperjelas adanya faktor penyebab kecelakaan kerja, maka perlu dibuat suatu ‘Klasifikasi Kecelakaan Kerja’ yang dapat memberikan informasi secara jelas tentang penyebab dan jenis kecelakaan yang timbul.
Pada dasarnya semua orang yang berhubungan dengan perusahaan, apakah manajemen, supervisor, tenaga kerja, pengunjung atau tamu,
mempunyai peran di dalam manajemen hazard di tempat kerja.
Tanggunga jawab dan kewajiban supervisor, manajer dan tenaga kerja terikat secara legal yang diatur didalam peraturan perundang-undangan bidang K3 dan merupakan suatu keharusan. Tanggung jawab dan kewajiban tersebut tidak bisa ditawar-tawar dan tidak bisa dilimpahkan kepada pihak lain (Tarwaka, 2008).
4. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah proses pencarian terhadap semua jenis kegiatan, situasi, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cedera atau sakit (SUCOFINDO, 1998).
Identifikasi hazard merupakan suatu proses yang dapat dilakukan
(27)
penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin
timbul di tempat kerja. Suatu hazard di tempat kerja yang mungkin
nampak jelas dan kelihatan, seperti : sebuah tangki berisi bahan kimia, atau mungkin juga tidak nampak dengan jelas atau tidak kelihatan, seperti: radiasi, gas pencemar di udara (Tarwaka, 2008).
Menurut Surat Keputusan No. 45 Direktur Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan Pedoman Rope Access tentang
Pelaksanaan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko :
a. Tujuan dilaksanakannya identifikasi bahaya dan penilaian risiko
adalah untuk membantu praktisi akses tali dan pengurus menentukan tingkat risiko yang ada dalam suatu pekerjaan.
b. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dilaksanakan untuk
setiap pekerjaan yang dilakukan
c. Dokumen tertulis identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus
tersedia di tempat kerja
d. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dibuat oleh ahli K3 yang
kompeten dalam metode akses tali atau teknisi akses tali tingkat 3 dengan berkonsultasi dengan pengurus atau pemilik gedung
e. Dokumen pernyataan metode kerja harus disusun untuk memberikan
penjelasan bagaimana suatu pekerjaan akan dilakukan. Dokumen ini berguna dalam memberikan arahan, sebagai informasi bagi mitra kerja atau acuan bagi pengawas ketenagakerjaan dalam melakukan pengawasan
(28)
commit to user
19
f. Setiap pekerja hanya dapat melakukan pekerjaan dengan akses tali
jika memperoleh ijin kerja akses tali (rope access work permit)
Selanjutnya untuk lebih mempermudahkan di dalam mengenali atau
mengidentifikasi hazard di tempat kerja, juga dapat membagi tempat kerja
atau obyek kerja berdasarkan :
a. Perbedaan lokasi tempat kerja, seperti departemen pabrik, gudang,
workshop, perkantoran, power plant dan lain-lain
b. Perbedaan jenis obyek kerja, seperti : objek kerja yang
berpindah-pindah atau objek kerja tetap, mesin-mesin, alat kerja dan lain-lain
c. Perbedaan fungsi atau proses kerja
d. Perbedaan sarana dan prasarana pendukung kerja, seperti : kelistrikan,
penerangan, lendasan kerja, lantai lalu lintas orang dan barang, alat angkat-angkut, sarana pemadam kebakaran dan lain-lain
Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara mengenali proses pekerjaan yang terdapat dalam suatu proyek. Identifikasi bahaya bisa dilakukan dengan cara :
a. Mempelajari Informasi
Informasi yang terdapat dalam spesifikasi pekerjaan, peraturan, standar teknik, gambar proyek, dokumen kontrak dan lain-lain. Dengan kemampuan yang dimilikinya, penyedia jasa bisa melakukan identifikasi bahaya melalui analisa yang dilakukan terhadap informasi yang terdapat dalam dokumen-dokumen tersebut. Biasanya cara ini dilakukan sebelum dimulainya proyek.
(29)
b. Survey
Survey adalah suatu aktivitas dalam pelaksanaan suatu proyek yang
dilakukan untuk suatu keperluan yang lebih sempit, misalnya :
1) Survey terhadap faktor-faktor fisika (panas matahari, radiasi ultra
violet, tingkat kebisingan yang dihasilkan, besar getaran yang dihasilkan oleh peralatan kerja)
2) Survey terhadap faktor-faktor kimia yang terdapat dalam
pelaksanaan proyek
c. Wawancara
Wawancara dengan ahli-ahli keselamatan dan kesehatan kerja bidang pekerjaan konstruksi juga bisa digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya.
d. Inspeksi
Inspeksi merupakan salah satu pekerjaan dalam program kerja proyek secara keseluruhan. Biasanya, inspeksi dilakukan bersamaan dengan berjalannya proyek tersebut. Hasil-hasil yang diperoleh dalam
melakukan inspeksi bisa dijadikan masukan dalam meng-up-date
identifikasi bahaya. Penyedia jasa disarankan untuk selalu meng-u
p-date identikasi bahaya sesuai dengan perkembangan pelaksanaan
proyek.
e. Observasi
Observasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk menyelidiki suatu kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang telah terjadi
(30)
commit to user
21
dalam pelaksanaan pekerjaan suatu proyek. Hal ini perlu dilakukan sebagai pembelajaran agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tersebut tidak terjadi lagi dikemudian hari. Hasil-hasil yang diperoleh
dalam melakukan observasi bisa dijadikan masukan dalam meng-up
-date identifikasi bahaya. (Departemen Pekerjaan Umum, 2010)
5. Penilaian Risiko
Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi. Sedangkan tingkat risiko
merupakan perkalian antara kekerapan (probability) dan keparahan
(severity) dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian,
kecelakaan atau cedera dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan
suatu hazard di tempat kerja.
= X
Gambar 1. Bagan Penentuan Tingkat Risiko Sumber : Tarwaka, 2008
Kita akan banyak menemui hazard di tempat kerja, beberapa di
antaranya tentu dapat kita kendalikan dengan sedikit atau tanpa biaya.
Tetapi beberapa hazard lainnya hanya akan dapat dikendalikan melalui
perubahan yang signifikan terhadap aktivitas pekerjaan, peralatan, bahan-Tingkat
Risiko
KEKERAPAN KEPARAHAN
Kemungkinan terjadinya kecelakaan atau sakit : Dinilai dari
frekuensi dan durasi paparan
hazard
Tingkat keparahan kecelakaan atau sakit : dinilai dari jumlah orang yang
terpapar hazard pada periode
(31)
bahan yang digunakan, desain stasiun kerja atau area kerja. Apabila kita
tidak dapat mengendalikan seluruh hazard di tempat kerja secara
langsung, kita perlu menentukan mana-mana yang harus kita kerjakan pertama kali untuk mengendalikannya. Untuk dapat menentukan prioritas
mana hazard yang sangat serius, kita harus melakukan penilaian risiko.
Beberapa hazard mungkin kurang berpotensi untuk terjadi, tetapi apabila
terjadi akibatnya sangat fatal. Sementara hazard yang lain mungkin
mempunyai potensi yang sering terjadi, tetapi akibatnya mungkin kurang berbahaya. Dengan demikian kita perlu membuat keputusan tentang
tingkat kekerapan dan tingkat keparahan dari masing-masing hazard yang
ada di tempat kerja.
Didalam menilai suatu risiko bahaya di tempat kerja, secara umum kita perlu mempertimbangkan “ Apa akibat atau risiko terburuk apabila itu terjadi dan berapa sering kemungkinan itu terjadi ? “. Hal-hal atau risiko terburuk yang mungkin terjadi antara lain meliputi :
a. Cedera (injury) : jari terputus, seseorang meninggal dunia akibat
kecelakaan atau keracunan, akibat kronis atau akut, tidak mampu bekerja untuk beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan, dan lain-lain.
b. Sakit (illness) : gangguan fungsi paru secara permanen, sakit kepala,
muntah-muntah karena keracunan,ketulian menetap, stres, dan lain-lain.
(32)
commit to user
23
c. Kerusakan (damage) : apakah terjadi peledakan, kebakaran, pelepasan
racun bahan-bahan kimia, mesin-mesin tidak beroperasi lagi, dan lain-lain.
d. Biaya (cost) : pabrik tidak berproduksi, banyak kehilangan pekerja
terampil, biaya perawatan kesehatan, image public, dan lain-lain.
e. Keselamatan Umum (public safety) : apakah pelanggan menderita
kerugian, apakah ada orang lain yang terkena dampaknya, dan lain-lain.
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
PT. Poly Meditra Indonesia
Mesin-mesin Modern Potensi dan Faktor Bahaya
Evaluasi
Pengendalian yang sudah ada
Identifikasi bahaya
Rekomendasi
Kecelakaan Kerja dan Penyakit akibat kerja
(33)
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu memberikan gambaran secara jelas dan terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan suatu fakta (Chandra, 2008) dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan laporan yang sebagai syarat untuk kelulusan.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi perusahaan tempat penulis melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan atau magang di PT. Poly Meditra Indonesia yang beralamat di Jalan Raya Solo-Tawangmangu Desa Jumok Rt.02/VII Jaten Km 9,9 Karanganyar, telepon (0271)821239, 821219.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dari penulisan laporan ini adalah identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada proses produksi candy dan snack di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten yang merupakan cabang dari perusahaan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk Sragen.
(34)
commit to user
25
D. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penenlitian ini yaitu data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Mengadakan observasi langsung ke lapangan, wawancara srta diskusi dengan karyawan dan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini serta dengan melakukan peninjauan, pemeriksaan dan pengujian terhadap identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang terdapat di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen milik perusahaan dan juga literatur yang lain di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi Langsung di Lapangan
Observasi yang dilakukan adalah dengan pengamatan langsung terhadap potensi bahaya yang ada dilingkungan produksi PT. Poly Meditra Indonesia dan penilaian risiko serta pengendalian yang telah diadakan kemudian digunakan untuk menentukan rekomendasi yang diperlukan.
(35)
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan para karyawan yang berada di area tersebut, operator mesin, pembimbing lapangan atau perusahaan maupun dengan orang-orang yang berkompeten dibidangnya.
3. Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mempelajari dokumen dan catatan yang ada diperusahaan yang berhubungan dengan identifikasi bahaya dan penilaian risiko.
F. Pelaksanaan
Kegiatan praktek kerja lapangan atau magang di PT. Poly Meditra Indonesia dilaksanakan selama satu bulan yaitu dari tanggal 7 Maret 2011 sampai dengan 7 April 2011.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dimasukan dan disusun kedalam hasil penelitian. Kemudian akan dibahas dengan cara membandingkan hasil tersebut dengan teori tentang identifikasi bahaya dan penilaian risiko serta dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada lampiran 1 mengenai Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko.
(36)
commit to user
27 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
PT. Poly Meditra Indonesia merupakan perusahaan yang berada di bawah PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk yang merupakan industri yang bergerak dalam industri makanan. Proses produksi dilakukan dengan menggunakan alat modern dimana dalam pengoperasiannya banyak terdapat bahaya yang memiliki potensi untuk terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Dengan demikian diperlukan langkah-langkah dalam mengurangi atau mengendalikan bahaya yang ada supaya tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman.
Di lingkungan produksi PT. Poly Meditra Indonesia tentunya banyak potensi bahaya yang membahayakan para tenaga kerja serta dapat merugikan perusahaan. Sehingga diperlukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya atau meminimalkan potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja yaitu salah satunya dengan mengidentifikasi potensi bahaya yang ada kemudian dilakukan penilaian risiko. Tabel identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada
proses produksi snack dan candy di PT. Poly Meditra Indonesia yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui potensi bahaya serta pengendalian yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Poly Meditra Indonesia dapat dilihat pada lampiran 1.
(37)
Bahaya yang terdapat di PT. Poly Meditra Indonesia sangat bermacam-macam sangat tergantung dengan jenis pekerjaan yang dilakukan seperti yang tertera dalam tabel di atas. Bahaya-bahaya tersebut adalah :
1. Pada proses produksi Snack
a. Gudang bahan baku
Pada area gudang bahan baku tersebut terdapat bahaya-bahaya yang mengganggu pekerjaan tenaga kerja. Bahaya tersebut antara lain:
1) Terpeleset
Bahaya terpeleset pada area gudang tersebut dikarenakan tepung-tepung yang berceceran dilantai sehingga mengakibatkan lantai menjadi licin dan tenaga kerja dapat terpeleset. Penanganan yang telah dilakukan antara lain dengan membersihkannya tetapi hal tersebut masih kurang efektif.
2) Terjepit
Terjepit dapat terjadi pada saat akan menimbang yang apabila tidak berhati-hati dapat terjepit diantara timbangan dengan tepunga atau bahan baku yang akan ditimbang.
3) Terjatuh
Bahaya tersebut dapat terjadi karena tata letak ruangan yang kurang teratur sehingga apabila dalam berjalan dapat menyenggol benda dan mengakibatkan tenaga kerja atau orang yang lewat terjatuh.
(38)
commit to user
29
b. Mixing
Pada proses mixing ini terdapat bahaya-bahaya yang dapat
mengganggu para tenaga kerja di area tersebut. Bahaya-bahaya tersebut antara lain :
1) Getaran
Getaran tersebut berasal dari mesin. Bahkan akan sangat terlihat pada saat mesin dihidupkan. Pada mesin tersebut belum ada penanganan secara administratif maupun secara teknis. Serta belum pernah dilakukan pengukuran berapa besar intensitas
getaran pada mesin mixer tersebut.
Pengaruh getaran dalam jangka waktu tertentu pada tenaga apabila tidak segera ditangani antara lain adalan terganggunya tugas yang terjadi bersama-sama dengan cepat lelah dan bahaya kesehatan.
Untuk mencegah bahaya getaran tersebut antara lain dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Pemberian peredam pada mesin
b) Pemakaian sarunga tangan kepada para tenaga kerja
c) Peredaman pada alas kaki
2) Tekanan Panas
Udara di sekitar ruangan yang panas dengan suhu 30oC
dikarenakan ruangan yang tertutup dan kurangnya ventilasi maupun sirkulasi udara yang kurang lancarsehingga menyebabkan
(39)
udara didalam ruangan terasa panas dan lembab. Dengan kondisi panas tersebut, maka tenaga kerja dapat mengalami dehidrasi. Salah satu cara penanggulangannya dapat dengan cara menyediakan penghisap udara serta penyediaan air minum bagi tenaga kerja paling tidak 8 gelas air minum. Dapat juga dengan pemberian ventilasi udara.
3) Terpeleset
Bahaya terpeleset dapat terjadi di area ini karena bahan yang digunakan berupa tepung dan dalam pengangkutannya dapat tercecer di lantai yang menyebabkan lantai menjadi licin. Penanganan yang dapat dilakukan antara lain dengan pemakaian
safety shoes dengan alas yang terbuat dari karet sehingga dapat
mengurangi bahaya terpeleset, pembersihan lantai dengan sistem basah yaitu dengan mengepel lantai sehingga tidak hanya disapu. Serta dengan pemberian tanda bahwa area tersebut licin.
4) Terjatuh
Bahaya terjatuh yang terdapat di area tersebut dapat dikarenakan mesin yang tinggi sehingga tenaga kerja harus naik ke mesindengan membawa bahan-bahan yang akan dicampur ke dalam mesin serta dapat terjadi ketika tenaga kerja akan
menghidupkan mesin karena saklar on/off terletak di dinding yang
agak jauh dari mesin. Dan apabila tenaga kerja kurang berhati-hati serta kondisi lantai yang licin, dapat menyebabkan tenaga kerja
(40)
commit to user
31
terjatuh. Langkah yang dapat ditempuh antara lain pemberian tangga untuk tenaga kerja naik ke mesin dan mendekatkan mesin dengan saklar.
5) Sakit Punggung
Ini dikarenakan mengangkat beban dari bahan-bahan dengan cara angkat-angkut yang kurang benar sehingga dapat menciderai tulang punggung para tenaga kerja dan menyebabkan para tenaga kerja cepat lelah. Untuk menguranginya, hendaknya pihak perusahaan memberikan pengarahan mengenai cara angkat-angkut yang benar.
c. Ekstrusi Twin
Pada prose ekstruksi twin ini adalah proses pencetakan adonan
menjadi bentuh yang telah ditetapkan. Pada proses tersebut terdapat bahaya yang mengganggu tenaga kerja. Bahaya tersebut antara lain :
1) Terjatuh
Bahaya ini dapat terjadi karena saat naik tangga tidak adanya pagar pembatas atau pegangan. Sebaiknya tangga diberi pembatas supaya tenaga kerja terhindar dari bahaya terjatuh.
2) Terpeleset
Penyebabnya adalah lantai yang licin karena banyak tumpahan tepung di tempat tersebut. Serta terpeleset di tangga karena sepatu yang digunakan licin. Sebaiknya pada bawah tangga dilapisi
(41)
dengan bahan yang tidak licin supaya tangga tidak bergeser saat dinaiki karena tangga tidak terbuat permanen.
3) Tertimpa bahan
Ini dikarenakn membawa bahan adonan sambil menaiki tangga sehingga barang yang dibawa dapat menjatuhi tenaga kerja tersebut. Dalam hal ini, tenaga kerja harus lebih berhati-hati.
4) Terjepit
Bahaya dapat terjadi karena dalam menuangkan adonan ke mesin, jari terlalu dekat sehingga dapat terjepit. Hendaknya para tenaga kerja harus lebih berhati-hati.
5) Tepung terkena mata
Ini dikarenakan saat menampung bahan yang keluar dari mesin, tenaga kerja terlalu dekat. Sehingga dapat mengenai mata apabila tidak berhati-hati. Langkah yang dapat dilakukan antara lain dengan penggunaan pelindung mata serta dapat juga dengan pemberian penutup pada tempat adonan keluar sehingga dapat mengurangi bahaya yang ada.
6) Tangan masuk ke dalam mesin
Bahaya ini dapat terjadi saat pemasukan adonan ke mesin dan untuk memasukkannya terkadang tenaga kerja menggunakan tangan dan hal tersebut berbahaya terhadap keselamatan tenaga kerja. Untuk menanggulanginya dapat dengan pemberian batasan pada mesin sehingga tanga tidak masuk ke mesin. Serta penyedian
(42)
commit to user
33
alat bantu seperti tongkat untuk membantu memasukkan adonan. Dan pihak PT. Poly Meditra Indonesia telah melaksanakan hal tersebut.
d. Coating
Coating merupakan proses pemberian rasa pada adonan. Rasa
yang diberikan antara lain rasa vanila, coklat dan stowberi. Pada area
coating juga terdapat berbagai bahaya. Bahaya-bahaya tersebut antara
lain :
1) Panas
Panas ini berasal dari mesin disekitar yaitu mesin oven serta sirkulasi udara di dalam ruangan yang kurang lancar sehingga
menjadikan area coating menjadi panas. Panas tersebut dapat
diatasi salah satunya dengan pemberian penyedot udara supaya udara dari dalam dapat dibuang keluar atau dengan lokal
exhauster.
2) Tertimpa
Bahaya tertimpa dapat terjadi pada saat tenaga kerja
memasukkan bahan ke dalam mesin coating dan apabila tidak
berhati-hati dapat menimpa tenaga kerja itu sendiri.
3) Pegal pada Pergelangan Tangan
Pegal pada pergelangan tangan ini tejadi karena dalam mencampurkan bumbu, tenaga kerja harus selalu mengaduknya sehingga menurut tenaga kerja tersebut menyebabkan pergelangan
(43)
tangan cepat lelah. Untuk menhindari kelelahan tangan tenaga kerja tersebut dilakukan rotasi pekerja sehingga dapat mengurangi faktor kelelahan serta pekerjaan yang monoton dapat juga dengan penambahan jam istirahat.
4) Terpercik Bumbu
Pekerja dapat terpecik bumbu karena bumbu berbentuk cair dan dalam pemberian bumbu dilakukan dengan bantuan kompresor atau bantuan angin yang bertekanan sehingga bumbu akan terpeci kemana-mana dan dapat juga mengenai mata tenaga kerja. Lebih baik tenaga kerja dilengkapi dengan alat pelindung mata serta sarung tangan.
e. Oven Three Layer
Pada oven three layer merupakan proses pemasakan snack.
Potensi dan faktor bahaya yang terdapat pada area ini antara lain adalah :
1) Kebakaran
Bahaya kebakaran yang terdapat pada area oven three layer
dapat terjadi dikarenakan tekanan mesin yang mengatur api dalam proses pemasakan terlalu berlebih. Dalam hal ini, diarea tersebut pernah terjadi kebakaran sebanyak 2x dikarenakan tekanan pada oven telalu berlebih. Dengan begitu perlu pemahaman tentang instruksi kerja mesin oven yang ada di area tersebut untuk meminimalkan bahaya. Serta lebih baik dilakukan pemeriksaan
(44)
commit to user
35
pada mesin secara berkala untuk mengetahui mesin masih dalam kondisi baik atau tidak.
2) Panas
Panas yang ada di area oven three layer dikarenakan area
tersebut merupakan area pemasakan snack sehingga terasa panas
yang mengakibatkan tenaga kerja yang berada di area tersebut sangat cepat merasa haus atau dehidrasi. Diperlukan juga sarung tangan untuk para tenaga kerja sehingga dapat mengurangi panas yang diterima tubuh tenaga kerja.
Dismping itu, alat penyedot udara juga tidak berfungsi dengan baik sehingga menambah ruangan semakin panas. Sebaiknya alat penyedot udara diperbaiki supaya bisa dipakai sehingga dapat untuk mengurangi panas ruangan tersebut.
3) Sakit Punggung
Tenaga kerja akan merasakan sakit punggung karena mereka duduk di kursi yang pendek dengan waktu yang cukup lama. Sehingga posisi kerja tenaga kerja tersebut selalu membungkuk dan terasa tidak ergonomis. Untuk mengurangi rasa sakit punggung tersebut lebih baik dilakukan rotasi pekerja dengan begitu dapat mengurangi kelelahan yang dialami tenaga kerja.
4) Pegal pada Tangan
Rasa pegal pada tangan, sesuai wawancara dengan tenaga kerja yang terjadi kepada 85% tenaga kerja karena selalu
(45)
mengaduk snack supaya tidak gosong dan kandungan air dalam
snack cukup yaitu sekitar 2-3 %. Untuk mengurangi rasa pegal
dilakukan rotasi pekerja atau dengan pengaturan jam istirahat. f. Clumber
Bahaya-bahaya yang terdapat di area tersebut antara lain :
1) Sakit punggung
Bahaya tersebut terjadi karena tenaga kerja menampung snack
dengan membungkuk sehingga menyebabkan sakit pada punggung. Tetapi untuk pekerjaan tersebut dilakukan dalam waktu singkat namun secara berulang. Dengan begitu dapat dikatakan tidak terlalu mengganggu pekerjaan. Untuk mengatasinya dilakukan rotasi pekerja supaya tenaga kerja tidak melakukan pekerjaan secara monoton.
g. Packing
Pada area packing ini merupakan area paling tinggi angka
kecelakaan kerja. Karena kecelakaan paling sering terjadi adalah di area tersebut dan paling serius dari pada area kerja yang lainnya.
Bahaya yang terdapat di ruang packing antara lain :
1) Terpotong
Bahaya terpotong tersebut dapat berasal dari mesin packing.
Bahaya jari tenaga kerja dapat terpotong oleh mesin karena dalam
memasukkan snack yang akan dikemas ke dalam mesin packing,
(46)
commit to user
37
bahan snack yang menyumbat mesin supaya bisa masuk ke dalam
mesin sehingga dapat membahayakan tenaga kerja tersebut. Pihak perusahaan telah menyediakan alat bantu untuk menanggulangi masalah tersebut tetapi alat tersebut sering hilang oleh tenaga kerja karena selalu digunakan berpindah-pindah. Mungkin lebih baik apabila alat tersebut diikatkan di dekat mesin sehingga apabila akan digunakan dapat langsung dipakai. Pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan pemberiang ruang longgar atau batasan pada mesin sehingga jari tidak dapat masuk ke dalam mesin.
2) Terjepit
Bahaya terjepit dapat terjadi karena disebabkan oleh mesin. Tangan atau jari tenaga kerja dapat terjepit di antara mesin
packing. Tenaga kerja harus lebih baerhati-hati untuk mengurangi
bahaya terjepit tersebut.
3) Sakit Punggung
Sesuai wawancara dengan tenaga kerja, sakit pada punggung mereka karena mereka duduk di kursi yang pendek dalam waktu yang lama serta dengan pekerjaan yang monoton yang menimpa 80% tenaga kerja. Untuk mengurangi rasa sakit pada punggung dapat dengan melakukan rotasi pekerja serta jam istirahat yang sesuai.
(47)
4) Pegal pada Pergelangan Tangan
Rasa pegal pada pergelangan tangan dikarenakan pekerjaan
memasukkan kemasan snack ke dalam karton secara
terus-menerus yang monoton sehingga menyebabkan peergelangan tangan tenaga kerja cepat mengalami kelelahan. Untuk menguranginya dapat dengan rotasi pekerja atau dengan pengaturan jam istirahat.
h. Finish good
Bahaya yang terdapat dalam area ini antara lain adalah :
1) Terjatuh
Bahaya terjatuh dapat terjadi saat tenaga kerja memindahkan karton. Apabila tenaga kerja tidak berhati-hati maka dapat terjatuh karena dalam memindahkan karton terdiri dari beberapa tumpukan karton
2) Kejatuhan karton
Tenaga kerja dapat kejatuhan karton karena dalam pemindahan ke gudang dengan menggunakan troli, tumpukan karton sangat tinggi dan apabila berhati-hati dalam melakukan pekerjaan, karton dapat terjatuh dan mengenai tenaga kerja.
3) Terjepit
Terjepit dapat terjadi saat meletakkan palet dari troli ke dalam gudang. Apabila kurang berhati-hati kaki tenaga kerja dapat terjepi palet tersebut.
(48)
commit to user
39
2. Pada proses produksi Candy
a. Premix
Premix merupakan proses pencampuran bahan-bahan pembuatan
permen seperti glukosa, gula, garam, dekstrin dan air. Semua bahan
tersebut dicampurkan di dalam mesin premix. Di ruang premix ini
terdapat bahaya-bahaya yang terdapat pada tenaga kerja di area tersebut. Bahaya-bahaya tersebut antara lain :
1) Panas
Panas yang berada di area premix berasal dari mesin karena
merupakan proses pemasakan yang nantinya akan disalurkan ke
mesin CT (Chuan Tye) yang berada di bawah. Dengan keadaan
yang panas dengan suhu 30oC tersebut maka tenaga kerja dapat
cepat merasa haus. Perusahaan telah menyediakan air mineral untuk memenuhi kebutuhan air minum para tenaga kerja. Selain itu sirkulasi udara juga penting supaya udara panas dapat keluar dari ruangan sehingga didalam ruangan tidak terasa panas dan di area ini telah tersedia ventilasi yang cukup sebagai sirkulasi udara.
2) Terjatuh
Bahaya terjatuh dapat terjadi apabila tenaga kerja tidak berhati-hati dalam menuju mesin karena harus menaiki tangga. Sehingga untuk mengurangi bahaya tersebut tenaga kerja harus lebih berhati-hati.
(49)
3) Terpeleset
Tenaga kerja dapat terpeleset di ruang tersebut karena lantai yang licin dan banyak air. Sebaiknya lantai sering dibersihkan dari air supaya selalu tetap kering dan dapat juga dengan pemakaian sepatu yang ticin seperti sepatu boots.
4) Terjepit
Bahaya terjepit dapat terjadi pada saat menimbang glukus. Karena tenaga kerja harus mengangkat dan meletakkan pada timbangan dan apabila kurang berhati-hati kaki tenaga kerja tersebut dapat terjepit. Dapat juga pada saat memasukkan bahan-bahan ke dalam mesin, tangan tenaga kerja dapat terjepit diantara mesin.
b. Cooking
Proses ini merupakan pemasakan bahan-bahan permen yang
sebelumnya telah dicampur pada mesin premix. Bahaya yang terdapat
diarea ini adalah :
1) Panas
Panas tersebut berasal dari mesin CT (Chuan Tye) yang
terdapat kenceng yaitu bejana besar untuk menampung dari bahan permen yang telah dimasak. Selain itu sirkulasi udara yang kurang lancar. Panas tersebut dapat menyebabkan tenaga kerja dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh karena panas yang ada di ruangan. Dapat diatasi dengan penyediaan air minum dan perusahaan telah
(50)
commit to user
41
melakukan serta dapat juga dengan penggunaan penyedot udara. Serta pemakaian sarung tangan untuk mngurangi panas karena sering memegang kenceng.
2) Bising
Bising berasal dari mesin CT (Chuan Tye) yang mengeluarkan
suara bising. Tetapi belum pernah diadakan pengukuran intensitas kebisingan diarea tersebut. Bising tersebut dapat dikendalikan
dengan pemakaian ear plug yang dapat mengurangi intensitas
kebisingan sampai 15-20 dB.
3) Terpeleset
Karena diarea ini banyak tumpahan air yang dapat menyebabkan tenaga kerja terpeleset. Sebaiknya dilakukan pembersihan secara rutin supaya tempat kering dan dapat mengurangi bahaya terpeleset. Dapat juga dengan pemakaian sepatu karet untuk mencegah terpeleset.
4) Uap Panas
Uap panas tersebut dari uap yang keluar saat kenceng dibuka. Karena berisi bahan permen yang baru matang dalam proses pemasakan sehingga uap yang keluar dapat mengenai tenaga kerja. c. Coolling Table
Proses ini adalah pendinginan adonan permen secara manual. Bahaya-bahaya yang terdapat dalam prosesmini antara lain :
(51)
1) Tertusuk
Bahaya tersebut terjadi karena terdapat alat bantu untuk mengaduk adonan berupa tongkat stik yang panjang dan ujungnya runcing serta dikerjakan oleh 2-3 orang. Sehingga tongkat tersebut dapat mengenai tenaga kerja lainnya.
2) Terjepit
Bahaya ini dapat terjadi antara meja dengan tongkat stik. Karena stik sering dipukul-pukul ke meja sehingga tangan tenaga kerja dapat terjepit antara stik dengan meja.
3) Bising
Bising berasal dari mesin Coolling Conveyer yang menjadi
satu di ruangan tersebut. Sehingga tenaga kerja pada area coolling
table juga terganggu dengan bising tersebut. Mungkin dapat
dicegah dengan pemakaian ear plug atau memindahkan mesin ke
area lain.
d. Batch Former Ropesizer Uniplast
Merupakan proses membolak-balik adonan serta pengaturan sizing
roll. Bahaya yang terdapat dalam proses tersebut adalah :
1) Bising
Bising berasal dari mesi coolling conveyer yang terletak di
dekat mesin Batch Former Ropesizer Uniplast. Bising tersebut
sangat mengganggu tetapi belum ada pengendalian serta pengukuran. Pengendalian dapat dilakukan dengan menutup
(52)
commit to user
43
tempat mesin coolling conveyer supaya bising sedikit berkurang.
Dapat juga dengan pemberian peredam di ruang tersebut atau juga
dapat dengan pemakaian ear plug.
2) Terpeleset
Karena digunakan tepung dalam proses tersebut maka banyak ceceran tepung di lantai yang membuat lantai sekitar menjadi licin. Untuk mencegah bahaya tersebut pembersihan lantai sebaiknya dilakukan dengan mengepel.
3) Terkena powder
Karena massa powder yang ringan sehingga dapat beterbangan
kemana-mana serta ruangan yang ber-AC yang membuat tepung cepat bercampur dengan udara sekitar. Pengendalian yang dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung mata.
e. Coolling Conveyer
Merupakan proses pendinginan dan pencetakan permen. Bahaya
yang terdapat diarea tersebut adalah bising. Ruangan tersebut sangat bising sekali tetapi belum pernah dilakukan pengukuran. Pengendalian yang dapat dilakukan dapat dengan cara pemberian peredam pada
sumber bising yaitu pada mesin, dapat juga dengan pemakaian ear
plug atau ear muff oleh tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan
(53)
f. Wrapping
Merupakan proses pengemasan permen. Dalam ruanagan ini
dilengkapi dengan pendingin ruangan sehingga suhu ruangan menjadi sejuk. Bahaya yang terdapat di ruangan tersebut antara lain :
1) Kejatuhan Bahan
Ini dikarenakan saat tenaga kerja memasukkan permen yang
telah ditampung dari proses cooling conveyer. Tenaga kerja dapat
lebih berhati-hati untuk menghindari kejadian tersebut.
2) Terpeleset
Ini dikarenakan lantai yang licin. Lebih baik lantai dibersihkan secara rutin agar tidak licin.
g. Packing
Potensi bahaya yang terdapat pada area ini adalah :
1) Terjepit
Ini dikarenakan proses pengepresan. Tangan tenaga kerja yang sangat dekat dengan mesin pres dapat terjepit apabila tidak berhati-hati. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian batasan di mesin supaya tangan tenaga kerja tidak terlalu dekat pada mesin. Dapat juga dilakukan dengan pemakaian sarung tangan.
2) Pegal pada leher
Ini karena posisi kerja para tenaga kerja selalu menunduk sehingga menjadikan tenaga kerja merasa sakit atau pegal pada
(54)
commit to user
45
bagian leher. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan peninggian pada landasan. Dapat juga dengan rotasi pekerja untuk mengurangi kelelahan yang di alami tenaga kerja.
3) Pegal pada tangan
Ini dikarenakan pekerjaan pengemasan yang dilakukan berulang-ulang sehingga menyebabkan pegal pada tangan tenaga kerja.
4) Sakit punggung
Ini dikarenakan pada pekerjaan merakit karton, tenaga kerja duduk pada kursi yang rendah yang menyebabkan sakit pada punggung tenaga kerja tersebut. Dengan posisi duduk seperti ini maka tenaga kerja lebih banyak duduk dengan posisi membungkuk yang bisa menyebabkan sakit pada tulang belakang. Upaya yang dapat dilakukan dapat dengan pengaturan jam istirahat.
h. Finish Good
Bahaya yang terdapat dalam area ini antara lain adalah :
1) Terjatuh
Bahaya terjatuh dapat terjadi saat tenaga kerja memindahkan karton. Apabila tenaga kerja tidak berhati-hati maka dapat terjatuh karena dalam memindahkan karton terdiri dari beberapa tumpukan karton
(55)
2) Kejatuhan karton
Tenaga kerja dapat kejatuhan karton karena dalam pemindahan ke gudang dengan menggunakan troli, tumpukan karton sangat tinggi dan apabila berhati-hati dalam melakukan pekerjaan, karton dapat terjatuh dan mengenai tenaga kerja.
3) Terjepit
Terjepit dapat terjadi saat meletakkan palet dari troli ke dalam gudang. Apabila kurang berhati-hati kaki tenaga kerja dapat terjepit palet tersebut.
B. Pembahasan
Pelaksanaan identifikasi bahaya dan penilaian risiko di PT. Poly Meditra Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Bahaya
Untuk dapat melakukan pekerjaan yang aman sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja, saat bekerja dengan pekerjaan yang beresiko kecelakaan maka perlu diadakan suatu monitoring atau inspeksi sebelum suatu pekerjaan dilaksanakan. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa ‘Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja’. Identifikasi dilakukan oleh personel yang berwenang.
(56)
commit to user
47
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 juga dijelaskan tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada lampiran 1 mengenai Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko telah dijelaskan bahwa sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selanjutnya dilakukan pengendalian untuk :
a. Identifikasi sumber bahaya
b. Penilaian risiko
c. Tindakan pengendalian
d. Perancangan dan rekayasa
e. Pengendalian administratif
f. Tinjauan ulang kontak
g. Pembelian
h. Prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana
i. Prosedur menghadapi insiden
j. Prosedur rencana pemulihan keadaan darurat
Dalam pelaksanaannya, meskipun PT. Poly Meditra Indonesia telah dilengkapi oleh departemen K3 yang masih dalam tahap awal karena memang masih baru dalam penerapan K3 di perusahaan. Pelaksaan identifikasi bahaya juga telah dilakukan tetapi masih dalam tahap awal. Sehingga bisa dikatakan bahwa PT. Poly Meditra Indonesia telah sesuai
(57)
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 mengenai Identifikasi Bahaya di Tempat Kerja.
2. Penilaian Risiko
Dikarenakan PT. Poly Meditra Indonesia masih dalam tahap awal dalam pelaksaan K3 di perusahaan sehingga penilaian risiko belum dilakukan di perusahaan tersebut. Sehingga hal tersebut belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 mengenai Penilaian Risiko.
3. Pengadaan Alat Pelindung Diri
Untuk mengurangi kecelakaan kerja yang ada di lingkungan kerja, diperlukan peralatan atau alat untuk melindungi tenaga kerja. Alat pelindung diri (APD) yang disediakan oleh pihak PT. Poly Meditra Indonesia antara lain topi, masker, dan sarung tangan.
Sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 c dijelaskan bahwa Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. Sehingga menurut peraturan tersebut, PT. Poly Meditra Indonesia telah memenuhi peraturan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 c tentang Alat Pelindung Diri.
(58)
commit to user
49 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari kegiatan praktek kerja lapangan atau magang di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten antara lain sebagai berikut :
1. Dalam identifikasi bahaya yang dilakukan, bahaya yang terdapat di PT.
Poly Meditra Indonesia Jaten antara lain :
a. Pada proses produksi snack terdapat bahaya antara lain panas,
terpeleset, terjepit, terpotong, kejatuhan bahan, sakit punggung dan pegal pada tangan.
b. Pada proses produksi candy, bahaya yang terdapat antara lain bising,
panas, terpeleset, tertusuk, terjatuh, sakit punggung, mata terkena serpihan bahan dan pegal pada tangan.
Untuk penilaian risiko, bahaya yang mempunyai tingkat risiko
tertinggi di area snack adalah terpotong, getaran dan sakit punggung yang
dalam kategori medium. Sedangkan pada area candy tingkat risiko bahaya
yang tertinggi adalah bising dan terkena uap panas dengan kategori
medium.
2. Pengendalian bahaya yang terdapat di area produksi lebih banyak dengan
alat pelindung diri yang sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 14 c tentang Pengadaan Alat Pelindung Diri Secara cuma-cuma oleh Perusahaan.
(59)
3. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten belum berjalan dengan baik karena pelaksanaan K3 di perusahaan tersebut baru dalam tahap awal.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka peneliti mengemukakan saran kepada PT. Poly Meditra Indonesia Jaten sebagai berikut :
1. Melakukan inspeksi secara rutin baik pada mesin, alat pelindung diri
maupun lingkungan sekitar untuk mengetahui bahaya yang terdapat di sekitar tempat kerja.
2. Pengadaan alat pelindung diri terhadap bahaya-bahaya lain yang terdapat
di tempat kerja seperti pemakaian alat pelindung telinga (ear muff atau
ear plug) untuk tenaga kerja yang bekerja di area colling conveyer pada
proses produksi candy.
3. Lebih mensosialisasikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) salah
satunya dengan poster keselamatan kerja, penyuluhan dan pertemuan 5 menit sebelum pekerjaan dimulai kepada pada tenaga kerja supaya para tenaga kerja lebih aman dan nyaman dalam bekerja.
4. Pengadaan kembali training pemadam kebakaran yang telah lama
ditiadakan untuk pencegahan potensi bahaya kebakaran.
5. Sebaiknya semua orang yang berada di lingkungan PT. Poly Meditra
Indonesia Jaten lebih sadar diri dengan bahaya-bahaya yang ada di sekitar tempat kerja sehingga dapat mengurangi kecelakaan akibat kerja.
(1)
bagian leher. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan peninggian pada landasan. Dapat juga dengan rotasi pekerja untuk mengurangi kelelahan yang di alami tenaga kerja.
3) Pegal pada tangan
Ini dikarenakan pekerjaan pengemasan yang dilakukan berulang-ulang sehingga menyebabkan pegal pada tangan tenaga kerja.
4) Sakit punggung
Ini dikarenakan pada pekerjaan merakit karton, tenaga kerja duduk pada kursi yang rendah yang menyebabkan sakit pada punggung tenaga kerja tersebut. Dengan posisi duduk seperti ini maka tenaga kerja lebih banyak duduk dengan posisi membungkuk yang bisa menyebabkan sakit pada tulang belakang. Upaya yang dapat dilakukan dapat dengan pengaturan jam istirahat.
h. Finish Good
Bahaya yang terdapat dalam area ini antara lain adalah : 1) Terjatuh
Bahaya terjatuh dapat terjadi saat tenaga kerja memindahkan karton. Apabila tenaga kerja tidak berhati-hati maka dapat terjatuh karena dalam memindahkan karton terdiri dari beberapa tumpukan karton
(2)
commit to user
2) Kejatuhan karton
Tenaga kerja dapat kejatuhan karton karena dalam pemindahan ke gudang dengan menggunakan troli, tumpukan karton sangat tinggi dan apabila berhati-hati dalam melakukan pekerjaan, karton dapat terjatuh dan mengenai tenaga kerja.
3) Terjepit
Terjepit dapat terjadi saat meletakkan palet dari troli ke dalam gudang. Apabila kurang berhati-hati kaki tenaga kerja dapat terjepit palet tersebut.
B. Pembahasan
Pelaksanaan identifikasi bahaya dan penilaian risiko di PT. Poly Meditra Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Bahaya
Untuk dapat melakukan pekerjaan yang aman sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja, saat bekerja dengan pekerjaan yang beresiko kecelakaan maka perlu diadakan suatu monitoring atau inspeksi sebelum suatu pekerjaan dilaksanakan. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa ‘Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja’. Identifikasi dilakukan oleh personel yang berwenang.
(3)
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 juga dijelaskan tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada lampiran 1 mengenai Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko telah dijelaskan bahwa sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selanjutnya dilakukan pengendalian untuk :
a. Identifikasi sumber bahaya b. Penilaian risiko
c. Tindakan pengendalian d. Perancangan dan rekayasa e. Pengendalian administratif f. Tinjauan ulang kontak g. Pembelian
h. Prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana i. Prosedur menghadapi insiden
j. Prosedur rencana pemulihan keadaan darurat
Dalam pelaksanaannya, meskipun PT. Poly Meditra Indonesia telah dilengkapi oleh departemen K3 yang masih dalam tahap awal karena memang masih baru dalam penerapan K3 di perusahaan. Pelaksaan identifikasi bahaya juga telah dilakukan tetapi masih dalam tahap awal. Sehingga bisa dikatakan bahwa PT. Poly Meditra Indonesia telah sesuai
(4)
commit to user
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 mengenai Identifikasi Bahaya di Tempat Kerja.
2. Penilaian Risiko
Dikarenakan PT. Poly Meditra Indonesia masih dalam tahap awal dalam pelaksaan K3 di perusahaan sehingga penilaian risiko belum dilakukan di perusahaan tersebut. Sehingga hal tersebut belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 mengenai Penilaian Risiko.
3. Pengadaan Alat Pelindung Diri
Untuk mengurangi kecelakaan kerja yang ada di lingkungan kerja, diperlukan peralatan atau alat untuk melindungi tenaga kerja. Alat pelindung diri (APD) yang disediakan oleh pihak PT. Poly Meditra Indonesia antara lain topi, masker, dan sarung tangan.
Sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 c dijelaskan bahwa Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. Sehingga menurut peraturan tersebut, PT. Poly Meditra Indonesia telah memenuhi peraturan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 c tentang Alat Pelindung Diri.
(5)
commit to user
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari kegiatan praktek kerja lapangan atau magang di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten antara lain sebagai berikut : 1. Dalam identifikasi bahaya yang dilakukan, bahaya yang terdapat di PT.
Poly Meditra Indonesia Jaten antara lain :
a. Pada proses produksi snack terdapat bahaya antara lain panas, terpeleset, terjepit, terpotong, kejatuhan bahan, sakit punggung dan pegal pada tangan.
b. Pada proses produksi candy, bahaya yang terdapat antara lain bising, panas, terpeleset, tertusuk, terjatuh, sakit punggung, mata terkena serpihan bahan dan pegal pada tangan.
Untuk penilaian risiko, bahaya yang mempunyai tingkat risiko
tertinggi di area snack adalah terpotong, getaran dan sakit punggung yang dalam kategori medium. Sedangkan pada area candy tingkat risiko bahaya yang tertinggi adalah bising dan terkena uap panas dengan kategori
medium.
2. Pengendalian bahaya yang terdapat di area produksi lebih banyak dengan alat pelindung diri yang sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 14 c tentang Pengadaan Alat Pelindung Diri Secara cuma-cuma oleh Perusahaan.
(6)
commit to user
3. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko di PT. Poly Meditra Indonesia Jaten belum berjalan dengan baik karena pelaksanaan K3 di perusahaan tersebut baru dalam tahap awal.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka peneliti mengemukakan saran kepada PT. Poly Meditra Indonesia Jaten sebagai berikut :
1. Melakukan inspeksi secara rutin baik pada mesin, alat pelindung diri maupun lingkungan sekitar untuk mengetahui bahaya yang terdapat di sekitar tempat kerja.
2. Pengadaan alat pelindung diri terhadap bahaya-bahaya lain yang terdapat di tempat kerja seperti pemakaian alat pelindung telinga (ear muff atau
ear plug) untuk tenaga kerja yang bekerja di area colling conveyer pada
proses produksi candy.
3. Lebih mensosialisasikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) salah
satunya dengan poster keselamatan kerja, penyuluhan dan pertemuan 5 menit sebelum pekerjaan dimulai kepada pada tenaga kerja supaya para tenaga kerja lebih aman dan nyaman dalam bekerja.
4. Pengadaan kembali training pemadam kebakaran yang telah lama
ditiadakan untuk pencegahan potensi bahaya kebakaran.
5. Sebaiknya semua orang yang berada di lingkungan PT. Poly Meditra
Indonesia Jaten lebih sadar diri dengan bahaya-bahaya yang ada di sekitar tempat kerja sehingga dapat mengurangi kecelakaan akibat kerja.