Konsep keadilan John Rawls dan relevansinya terhadap pengembangan masyarakat

|NGセAZq[
i .. ········-··

········· .

:,}'unaan
dari penelitian tersebut. Adapun tujuannya, antara lain:

1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana relevansi konsep Keadilan John Rawls
terhadap proses pengembangan masyarakat secara umum.
b. Untuk mengetahui latar belakang teori Keadilan John Rawls sehingga
menemukan korelasinya denga.n konsep dan praktek pengembangan
masyarakat.
c. Dan terakhir, mendapatkan informasi tentang bagaimana konsep keadilan
John Rawls menjawab persoalan pengembangan masyarakat.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis: Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan
disiplin ilmu dalam Pengembangan Masyarakat.
b. Kegunaan Praktis: Sebagai bahan masukan bagi kalangan fasilitator dalam
melakukan pengembangan masyarakat demi terciptanya masyarakat madani.


D. Tinjauan Pustaka

Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail, penulis berusaha
untuk melakukan kaj ian terhadap beberapa pustaka ataupun karya-karya yang
mempunyai relevansi terhadap topik kajian ini. Adapun beberapa buku dan
beberapa karya ilmiah lainnya yang berhasil penulis telusuri, serta dapat dijadikan

8

A theory of justice, teori keadilan "dasar-dasar politik untuk mewujudkan
kesejahteraan dalam negara". John Rawls membutuhkan waktu hampir dua puluh
tahun untuk merampungkannya (1950-an sampai pada tahun 1971 diterbitkan).
Dalam buku ini John Rawls mencoba untuk menganalisa kembali permasalahan
mendasar dari kajian filsafat politik dengan merekonsiliasikan antara prinsip
kebebasan dan prinsip persamaan. Rawls mengakui bahwa karyanya tersebut
sejalan dengan tradisi kontrak sosial (social contract) yang pada awalnya diusung
oleh pelbagai pemikir kenamaan, seperti John Locke, Jean Jacques Rousseau, dan
Immanuel Kant. Namun demikian, gagasan sosial kontrak yang dibawa oleh
Rawls sedikit berbeda dengan para pendahulunya, bahkan cendernng untuk

merevitalisasi kembali teori-teori kontrak klasik yang bersifat utilitarianistik dan
intuisionistik.
Secara spesifik, John Rawls mengembangkan gagasan mengenai prinsipprinsip keadilan dengan menggunakan sepenuhnya konsep ciptaannya yang
dikenal dengan "posisi asali" (original position) dan "selubung ketidaktahuan"
(veil of ignorance). 9 Sebagaimana pada w1rnmnya, setiap teori kontrak pastilah

memiliki suatu hipotesis dan tidak terkecuali pada konsep Rawls mengenai
kontrak keadilan.
John Rawls berusaha untuk memposisikan adanya s1ituasi yang sama dan
setara antara tiap-tiap orang di dalam masyarakat serta tidak ada pihak yang
memiliki posisi lebih tinggi antara satu dengan yang lainnya, seperti misalnya
kedudukan, status sosial, tingkat kecerdasan, kemampuan,, kekuatan, dan lain
sebagainya. Sehingga, orang-orang tersebut dapat melakukan kesepakatan dengan

9

pihak lainnya secara seimbang. Kemudian, "Political Liberalism" (John Rawls,
1993). Dalam buku ini John Rawls menjelaskan pertanyaan fundamental tentang
keadilan politik dalam sebuah masyarakat demokrasi, yaitu konsepsi keadilan
apakah yang paling tepat untuk merinci syarat-syarat kerja sama sosial yang saling

menguntungkan di antara warga-warga Negara yang dipandang bebas dan setara,
dan sebagai anggota-anggota masyarakat yang bekerja sama dari satu generasi Ice
generasu berikutnya. Buku yang diterbitkan oleh Columbia University Press ini
dikenal dengan sebutan popular "PL". Setelah dicetak kembali pada 1996, buku
tersebut kian syarat isinya dengan adanya penambahan tulisan yang berjudul
"Reply to Habermas"

"The Law of Peoples" (1999). Buku ini memperluas gagasan tentang
kontrak sosial dan menjabarkan prinsip-prinsip umum yang dapat dan harus
diterima oleh masyarakat liberal dan non-liberal, sebagai standar untuk mengatur
perilaku mereka terhadap satu sama lain. Secara khusus, John Rawls menarik
perbedaan penting antara hak asasi manusia dan hak-hak setiap warga negara
liberal demokrasi konstitusional. Ini menyelidiki syarat-syarat masyarakat
semacam itu dapat dengan tepat berperang melawan seorang "penjahat
masyarakat".

Keadilan sosial, Pa11da11ga11 Deofltologis Rawls dan Habermas, yang
ditulis Bur Rasuanto. Dalam buku ini dilampiri wacana Pasca-kajian sekitar
pemikiran keadilan sosial di Indonesia, khususnya dari Soekarno dan Hatta.
Dihadapkan pada pandangan kedua tokoh pemikir pejuang kemerdekaan itu, teori

Rawls dan Habermas seakan menerima dan menampung kritik-kritik Soekarno

10

dan demokrasi liberal Barat. Kritik-kritik itu itu yang telah ikut mendasari faham
keadilan sosial Soekarno maupun Hatta, bahkan para pemikir pejuang
kemerdekaan

lainnya.

Keadilan,

Pemberdayaan

drm

Penanggulangan

Kemiskinan, yang ditulis oleh Owin Jamasy. Berangkat dari refleksi terhadap


profesi yang digeluti (Owin Jamasy), buku yang sederhana ini mencoba
memberikan pengertian kembali kepada pendekatan pemberdayaan dalam proses
penanggulangan kemiskinan, dan mengkombinasikan dengan konsep keadilan
yang digagas Oleh John Rawls.
Kemudian, Keadilan dan Demokrasi, Telaah Filsafat Politik Jolm Rawls,
ditulis oleh Andrea Ata Ujan. Teori Rawls berangkat dari kritiknya terhadap
teori-teori keadilan sebelumnya yang dinilainya terlalu bersifat utilitaristis dan
intuisionis. Rawls melihat teori keadilannya sebagai sebuah konsep politik, maka
penataan struktur-struktur sosial dasar menjadi fokus utania teorinya. Buku ini
merupakan penulisan ulang tesis master yang aslinya berjudul "The Basic

Elements of John Rawls' The01y of Justice as Fairness". Revisi dilakukan pada
bagian tertentu dengan maksud agar pemikiran Rawls disajikan dalam suatu
skema dasar yang relatif utuh dan memadai. Isinya memperkena!kan teori
keadilan Rawls yang dipandang sebagai salah satu gagasan yang tidak sedikit
sumbangannya bagi kehidupan politik negara-negara modem.

11

E. Metode Penelitian


1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini bila dilihat dari jenisnya adalah termasuk dalam kategori
Penelitian Kepustakaan (librmy research)
menggunakan

buku-buku

(karya-karya

yakni:

Ilmiah)

suatu

sebagai

penelitian yang
sumber datanya.


Sedangkan bila dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk bersifat DeskriptifAnalitik, yakni: berusaha memaparkan data-data pemikiran John Rawls tentang
keadilan dan menganalisanya dengan tepat serta merelevansikannya dengan
proses pengembangan masyarakat.
2. Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, karena kajian ini merupakan
penelitian pustaka, maka cara pengumpulan datanya adalah dengan menelusuri
dan menelaah literatur-literatur atau bahan-bahan pustaka, w seperti buku-buku,
majalah, jurnal dan lain-lain yang relevan dengan masalah studi ini.

3. Sumber data
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah karya-karya John Rawls.
Sedangkan data-data baik berupa buku, majalah dan referensi lainnya yang
berkaitan dengan John Rawls merupakan data pendukung.

4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan langkah melakukan analisa kepustakaan

(library research), pertama, merumuskan masalah yang dapat diselidiki melalui
metode ilmiah. kedua, meninjau kepustakaan. Suatu survei atas semua penelitian

yang telah dilakukan mengenai masalah yang tengah dibahas. ketiga, merumuskan

12

hipotesis dengan mengembangkan satu atau lebih masalah formal yang dapat
diuji. keempat, merencanakan disain penelitian, menguraikan apa yang perlu
ditelaah, data apa saja yang perlu dicari, di mana, bagaimana mengumpulkan,
mengolah dan menganalisis data. kelima, mengumpulkan data sesuai dengan
disain

penelitian.

keenam,

menganalisis

data,

membuat


klasifikasi

dan

memperbandingkan data, melaksanakan berbagai pengujian data dan perhitungan
yang diperlukan untuk membantu menemukan hasilnya. ketujuh, menarik

.
lan.
kes1mpu

11

5. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan penulis untuk melakukan study pustaka ini adalah
delapan (8) bulan, di mulai pada tanggal 3 April 2009 s/d Desember 2009.
6. Pedoman Penulisan Laporan
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada buku


Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Cetakan II Tahun 2007.

13

F. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dan penulisan dalam studi (penelitian) ini menjadi
terarah, utuh dan sistematis. Maka penelitian ini dibagi dalam beberapa bab,
antara lain:
Bab I

Pendahuluan, meliputi:, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode
Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

Bab II

Dipaparkan Tinjauan Teoretis yang Meliputi Konsep Keadilan.
Konsep Dasar Pengembangan Masyarakat yang Meliputi Landasan

Normatif, Landasan Filosofis, Prinsip-prinsip dan Tahap-tahap
Pengembangan Masyarakat..

Bab JI!

Akan dipaparkan Biografi meliputi riwayat hidup, karya-karya dan
ide-ide yang membentuk pemikiran John Rawls serta pemikiran John
Rawls tentang Keadilan

Bab IV

Penulis akan memaparkan Relevansi Konsep Keadilan John Rawls
terhadap Proses Pengembangan Masyarakat.

Bab V

Penutup, meliputi: kesimpulan dan rekomendasi

BABil

TINJAUAN TEORETIS

A. KONSEP KEADILAN
Keadilan telah menjadi pokok pembicaraan serius sejak awal munculnya
filsafat Yunani. Pembicaraan keadilan memiliki cakupan yang luas, mulai dari
yang bersifat etik, filosofis, hukum, sampai pada keadilan sosial. Banyak orang
yang berpikir bahwa bertindak adil dan tidak adil tergantung pada kekuatan dan
kekuatan yang dimiliki, untuk menjadi adil cukup terlihat mudah, namun tentu
saja tidak begitu halnya penerapannya dalam kehidupan manusia.
Keadilan sosial adalah keadilan yang berhubungan dengan pembagian
nikmat dan beban dari suatu kerja sama sosial khususnya yang disebut Negara.
Karena itu, dalam literatur, keadilan sosial sering juga disebut sebagai keadilan
distributif. 1 Meski istilah tersebut tidak keliru, tapi perlu diberi catatan bahwa
keadilan sosial bukan hanya persoalan distribusi ekonomi saja, melainkan jauh
lebih luas, mencakup keseluruhan dimensi moral dalam penataan politik,
ekonomi, dan semua aspek kemasyarakatan yang lain.

1. Pengertian Konsep keadilan
Menurut Kamus Ilmiah Populer, kata konsep secara etimologi adalah ide
umum, pemikiran, rancangan atau rencana dasar. 2
Sedangkan keadilan berakar dari kata "adil" dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Arab "al 'adlu" yang artinya sesuatu yang baik, sikap yang

15

tidak memihak, pen1agaan hak-hak seseorang dan cara yang tepat dalam
mengambil keputusan. 3
Keadilan menurut Muthahari memiliki beberapa pengertian, yaitu:
a. Yang dimaksud dengan keadilan adalah keadaan sesuatu yang seimbang
b. Keadilan adalah peniadaan perbedaan apapun
c. Keadilan berarti juga memelihara hak-hak individu dan memberikan hak
kepada setiap orang yang berhak menerimanya, makna keadilan disini adalah
keadilan sosial. Yaitu keadilan yang dihormati di dalam hukum manusia dan
setiap individu benar-benar diperintahkan untuk menegakkannya. 4

2. Keadilan dalam PerspektifHukum
Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak
dibicarkan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum. Tujuan hukum memang
tidak hanya keadilan, tetapi juga kepastian hukum dan kepastiannya. Idelanya,
hukum memang harus mengakomodasikan ketiganya. Akan tetapi keadilan
merupakan tujuan paling penting dalam hukum. 5
Keadilan dalam perspektif hukum adalah apa yang sesuai dengan hukum
dianggap adil, sedang yang melanggar hukum dianggap tidak adil. Jika ada
pelanggaran hukum, maka pengadilan bertindak untuk memulihkan keadilan.
pemikiran sosiologi hukum lebih berfokus pada keberlakuan empirik atau faktual
dari hukum. Hal ini memperlihatkan bahwa sosiologi hukum secara tidak
langsung diarahkan pada hukum sebagai sistem konseptual, melainkan pada
3

4

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), h.257.
Murtadha Muthahari, Islam Agama Keadilan, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1998). Cet.

TJ"-1L"n

16

kenyataan sistem kemasyarkatan,

yang di dalamnya hukum hadir sebagai

pemeran utama. 6
3. Keadilan dalam Perspektif Sosiologi

Dalam

ranah

sosiologi

keadilan

merupakan

wacana

yang

terus

berkembang sesuai dengan zamannya, tidak sedikit perdebatan para sosiolog
dalam memandang dan mengkosepkan keadilan. 7 Dalam sosiologi, keadilan
secara umum juga digambarkan sebagai situasi social ketika nonna-norma tentang
hak dan kelayakan dipenuhi. Nilai dasar keadilan adalah martabat manusia,
sehingga prinsip dasar keadilan adalah penghargaan atas martabat dan hak-hak
yang melekat padanya. Keadilan dipandang dari sudut sosiologi, konsep keadilan
dapat selamanya diperebaiki dan dimodernisasi dengan usaha perbaikan sadar
yang dilakukan tanpa batas. 8
4. Keadilan dalam PerspektifEkonomi

Keadilan merupakan suatu topik penting dalam etika, dalam konteks
ekonomi keadilan memiliki tempat khusus. Keadilan dalarn perpektif ekonomi
memiliki hubungan yang sangan erat, ekonomi melihat bahwa keadilan juga
memiliki dasar yang sama, yaitu sesuatu yang langka (masalah kelangkaan). 9
Ekonomi timbul karena kelangkaan sumberdaya, begitu pula dengan persolan
keadilan terutama dalam keadilan distributif Apabila segala sumberdaya di muka
bumi ini melimpah dan tidak ada habisnya maka tidak ada permaslahan keadilan,
karena di dunia ini semua sumberdaya terbatas maka persoalan keadilan muncul.
6

Y esmil Anwar dan Adang, Pengantar Sosiologi Hu/cum, (Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), h.110.
7
Scot Lash, Sosiologi Posmodemisme, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), h.113.
8

Yesmil Anwnr tinn Arf!lnln:
ヲャLNセiMB|@

,-.. _ _.

J __

1

I_

A1 A

23

berkumpul. 23 Ditinjau dari segi istilah,. definisi masyarakat sangat beragam, antara
Iain:
a. Murtadha Muthahari, merumuskan bahwa dikatakan masyarakat jika terdiri
atas kelompok-kelompok manusia yang saling terkait oleh sistem, status, serta
hukum-hukum khas dan hidup bersama atau masyarakat terdiri atas dari
individu-individu yang hidup secara berkelompok. 24
b. Dr.Riswandi, Masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki tatanan
kehidupan, norma-norma dan berinteraksi menurut sistem adat istiadat
tertentu. 25
c. Selo Soemarjan, yang dikutip oleh Soerjono Sukanto, menyatakan bahwa
masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan
kebudayaan.
Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa masyarakat adalah
keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama atau tidak dibatasi oleh
lingkungan, bangsa, dan sebagainya. Dalam pengertian sempit, masyarakat
merupakan sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, seperti
agama, ras, bangsa dan lain sebagainya.
Sementara secara terminologi, istilah pengembangan masyarakat dalam
Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai usaha bersama yang dilakukan oleh
penduduk atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Pengembangan
masyarkat juga dapat diartikan sebagai sebuah proses penyadaran dan penggalian

23

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Penafsir Al-Quran, 1973), h. 91.
24 A,f,..-+.,,-lh,,

J,,r .... QNセエMZ@

セiMᄋBG@

-, •

24

potensi lokal masyarakat dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan mereka
sehari-hari.
Menurut

Dr.

Zubaedi

pengembangan

masyarakat

adalah

upaya

mengembangkan sebuah kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif
berlandaskan

.

'

.

.

pnns1p-pnns1p

keadilan

sosial

dan

saling

menghargai. 26

Pembangunan dan pengembangan masyarakat secara umum ditujukan untuk
menimbulkan perubahan-perubahan yang bersifat positif, diinginkan dan
bermanfaat bagi

masyarakat.

Dengan demikian

community development

merupakan serangkaian usaha berencana yang ditujukan untuk menumbuhkan
perubahan-perubahan yang diinginkan pada diri manusia dan lingkungan
.
27
sek1tarnya.

Jadi yang dimaksud dengan istilah pengembangan masyarakat dalam studi
ini adalah: Proses penggalian potensi lokal masyarakat yang dilakukan oleh
seluruh komponen masyarakat secara bersama-sama melalui perspektif keadilan
sosial, dengan tujuan memenuhi kebutuhan serta mencari solusi atas permasalahan
yang dihadapi oleh mereka. Dari penegasan istilah-istilah di atas, maka maksud
dari keseluruhan judul studi ini (Konsep Keadilan John Rawls dan Relevansinya
Terhadap Pengembangan Masyarakat) adalah sebuah kajian atas pemikiran John
Rawls tentang Keadilan sosial akan keadaan (realitas) ma.syarakat, khususnya
ketertindasan struktural dan kemiskinan, serta relevansinya terhadap proses
pengembangan masyarakat dalam multi perspektif dan penggalian potensi yang

26

Zubaedi, Wacana Pembangunan Altematif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2007),

25

dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat secara bersama-sama dengan tujuan
memenuhi kebutuhan serta mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya.

1.

Konsep Dasar Pengembangan Masyarakat
Pengembangan Masyarakat secara konseptual memiliki sejarah yang

sangat panjang, jika ditelaah lebihjauh pengembangan masyarakat ada bersamaan
dengan manusia mulai berinteraksi, atau dengan kata lain pengembangan
masyarakat tumbuh ketika manusia menemukan konsep masyarakat. Isbandi
Rukminto (1963) mengemukakan bahwa konsep pengembangan masyarakat
diawali yaitu ketika pemerintah kolonial Inggris (1925) menghadapi permasalahan
pada pemantapan dan pemeliharaan tatanan hukum, sehingga pemerintah kolonial
mengeluarkan suatu peringatan (memorandum) di mana salah satu tujuan yang
dicanangkan adalah "untuk meningkatkan masyarakat secara utuh". 28
Memorandum

ini

berisikan earn

untuk

meningkatkan

kehidupan

masyarakat di wilayah jajahan mereka (bangsa lnggris), yang pada akhimya
dikenal dengan istilah pengembangan masyarakat. Setelah itu, pada tahun 1944
pemerintah kolonial lnggris mengeluarkan memorandum yang menggantikan
rancangan pendidikan massa yang sebelumnya sudah diterapkan. Pemerintah
kolonial membuat tiga tujuan jangka panjang dari kebijakan yang dikemukakan
pada tahun 1944 ini, yaitu:
a. Peningkatan kondisi kehidupan dan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat

26

c. Pengembangan institusi politik dan kekuasaan politik pada daerah koloni
hingga tiba masanya mereka dapat menjalankan pemerintahannya sendiri
secara efektif.
Pada

tahun

1948,

istilah

'Pendidikan

Massa'

digantikan

oleh

Pengembangan Masyarakat setelah pemerintah kolonial mengadakan serangkaian
konferensi musim panas mengenai administrasi negara jajahan di Afrika. 29 Hasil
konferensi tersebut mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai berikut.
"pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang dirancang untuk
meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas me/alui partisipasi aktif dan
jika memungkinkan, berdasarkan inisiatif masyarakat. Hal ini me/iputi berbagai
kegiatan pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah
ataupun /embaga-lembaga non pemerintah. Pengembangan masyarakat harus
di/akukan me/akukan gerakan yang kooperatif dan harusberhubungan dengan
bentuk pemerintah !aka/ terdekat ". 30

Dalam perkembangannya pemerintah kolonial Inggris mengadopsi definisi
pengembangan masyarakat yang lebih singkat dari definisi yang dikembangkan
pada tahun 1948. Hal ini dilakukan ketika mereka memperkenalkan konsep
pengembangan masyarakat di Malaysia: "pengembangan masyarakat adalah suatu
gerakan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat
melalui partsipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat. "31
Pengembangan masyarakat mulai tumbuh sebagai gerakan sosial pada
tahun 1970-an menyusul bangkitnya kesadaran progresif dan sebagian komunitas
intemasional untuk memberi perhatian terhadap kebutuhan layanan kesejahteraan
29

Isbandi Ruminto Adi, fletwnsi Komunitas "Pengembangan Masyarakat Sebagai

27

bagi orang-orang lemah, menenma model kesejahteraan redistributif secara
radikal, memberlakukan model kewarganegaraan aktif dan memberi ruang bagi
partisipasi

warga

dalam

proses

pembangunan

(participatory

mode/). 32

Keberpihakkan terhadap nasib orang-orang lemah dilakukan dengan mengubah
model gerakan sosial dari kontrol sosial ke metode praktik yang mencoba
memberdayakan dan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan beserta program kemasyarakatan secara kolaboratifpartisipatorisn
Dalam ha! ini, aksi pengembangan masyarakat, perencanaan sosial, dan
advokasi sosial untuk pertama kalinya menjadi metode prak:tis social work yang
khusus dan menyempurnakan model kerja kemasyarakatan tr