PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandarlampung Semester Genap
Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
IISY MAYASIR OKTARINI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe think talk write terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X
SMA Negeri 13 Bandarlampung tahun pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi
ke dalam 7 kelas. Sampel penelitian adalah kelas X6 dan X7, yang dipilih
dengan teknik purposive sampling. Desain penelitian adalah post-test only.
Data penelitian adalah data skor kemampuan komunikasi matematis siswa.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis
siswa dan pencapaian indikator kemampuan komunikasi matematis siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih tinggi daripada
pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TTW terhadap
kemampuan komunikasi matematis siswa.

Kata Kunci : komunikasi matematis, konvensional, TTW

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Iisy Mayasir Oktarini, lahir di Bandarlampung pada tanggal 24
Oktober 1992. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Drs. H. Jamakani, M.HI., dan Ibu Hj. Suhariah, B.A.

Penulis menempuh pendidikan pertama kali di Taman Kanak-kanak (TK) Daya
Bandarlampung tahun 1997/1998. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan ke
SD Negeri 3 Labuhan Dalam hingga tamat pada tahun 2004. Penulis selanjutnya
menempuh dan menamatkan pendidikan menengah di SMP Negeri 19 Bandarlampung tahun 2007 dan SMA Negeri 13 Bandarlampung tahun 2010.
Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui tes Seleksi
Nasional (SNMPTN). Saat kuliah, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Dusun Bumbon Kecamatan Batu Brak Lampung Barat pada tahun 2013
dan Pengalaman Program Lapangan (PPL) pada tahun yang sama di SMP Negeri
Satu Atap 01 Batu Brak Lampung Barat.


Pada tahun 2011 penulis bekerja di lembaga bimbel bernama Cendekia Study
Centre selama 2 tahun. Oktober 2013, penulis bersama 8 orang sahabat mendirikan lembaga privat dan bimbel bernama Laplace Privat.

Moto

Lakukan Semua Hanya Karena ALLAH
Jangan pernah katakan ‘TIDAK’ Jika Belum Pernah Mencoba HalHal Positif Karena Semua Bisa Dilakukan
Bahagiakan Orang Di Sekitarmu dan ALLAH Akan Memberikanmu
Kebahagian yang Melebihi Siapapun
SMILE

PERSEMBAHAN

Dengan rasa bahagia diiringi rasa syukur kepada Yang Maha Pengasih dan lagi Maha
Penyayang ALLAh SWT dan Nabi Besar MUHAMMAD SAW, penulis persembahkan
sebuah karya kecil ini sebagai bukti cinta kasih kepada:
Ayah ku H. Drs. Jamakani, M.HI., dan ibu ku Hj. Suhairiah, B.A., yang selalu ada di saat
suka duka, selalu memberikanku semangat, dan menyisipkanku dalam setiap do’a mereka.
Kakak-Kakakku – Ade Yulizah, Yuni Farsyitah, Sigit Handoko, Arif Widiahartanto – yang
selalu memberikanku saran, kritik, dan motivasi. Ksatria-ksatria Bunda yang selalu

menghilangkan penat Bunda.
Riyadi – seorang guru, sahabat, kakak, tetangga, motivator, rekan bisnis, dan lelaki
berharga dalam hidupku.
Sahabat-sahabatku yang selalu memotivasiku– Suri Margi Rahayu, Agustin Ryanti, Clara
Dwi Alfionita, Gesca Sonarita, Zuma Herdiyanti, Selvi Utami – serta teman-teman
seperjuangan ku Pendidikan Matematika 2010 atas semua do’a dan dukungan
yang telah kalian berikan kepadaku selama masa perjuangan yang indah ini.
Guru dan dosen atas ilmu dan semua yang telah kalian berikan padaku
Almamater tercinta.

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandarlampung
Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014).”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. M. Coesamin, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi dan

bimbingan, menyumbangkan banyak ilmu, dan memberikan motivasi, serta
semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
2. Ibu Drs, Rini Asnawati, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia membimbing, memberikan ilmu, dan memberikan nasihat-nasihat
yang membuat penulis menjadi bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini
3. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M. Pd., selaku pembahas yang telah bersedia
memberikan masukan dan kritik yang sangat bermanfaat dan membuka
pemikiran penulis.

ii

4. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
5. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Nurhanurawati, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan bantuan dalam memperlancar penulis
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Triyatmo, S. Pd., selaku Kepala SMA Negeri 13 Bandarlampung.
9. Ibu Rina Devita, S. Pd., M. Pd., selaku guru mitra dan guru kesayanganku
semasa SMA yang telah banyak membantu dalam penelitian.
10. Bapak Ibu Guru SMA Negeri 13 Bandarlampung dan siswa-siswi terutama
kelas X6 dan X7 yang banyak membantu dalam penelitian ini.
11. Kelompok KKN dan PPL Dusun Bumbon: Mak Eka, Mita, Pemi, Desi, Mb
Ve, Ipeh, Erna, Mey, Teqeq, Rika, Heri, dan Satria atas rasa kekeluargaannya,
kekompakkannya, kebersamaannya, dan keramaiannya sehingga pengalaman
di tempat tersebut tidak akan pernah ku lupa.
12. Seluruh guru, staff, dan siswa-siswi SMPN Satu Atap 01 Batu Brak.
13. Bapak Jamakani, Ibu Suhairiah, Aa Yude, Aa Yuyun, Mas Koko, Mas Arif,
Ksatria-Ksatria Bunda, atas dukungan, kasih sayang, dan doa yang tak pernah
berhenti mengalir.

iii

14. Riyadi atas semangat, bantuan, nasihat, saran, dan semua hal yang tak ternilai
harganya selama ini.
15. Sahabat-sahabat seperjuanganku dari awal kuliah hingga sekarang: Decla,
Tanca, Ndatin, Bungzu, Kasel, Waru, Bian, Kungndo, OmImam, dan Tukdan

atas motivasi, keceriaan, dan doanya.
16. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika angkatan 2010 B :
Mella, Nurul, Suke, Mb Ira, Liza, Woro, Febby, Noviana, Resti, Elfira,
Anniya, Engla, Ardiyanti, Desy, Mb Anggi, Tika, Silo, Rika, Ayu, atas
kebersamaan selama kuliah.
17. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2010 A atas
kebersamaannya.
18. Kakak tingkat angkatan serta adik tingkat Pendidikan Matematika Unila.
19. Sahabat-sahabat saat masih sekolah, terutama Cule.
20. Seluruh keluarga besar yang telah mendukungku untuk menyelesaikan studi.
21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala
di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

Bandarlampung,

Juni 2014

Penulis,


Iisy Mayasir Oktarini

iv

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
I.

II.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................


1

B. Rumusan Masalah .............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ...............................................................................

5

D. Manfaat Penelitian .............................................................................

5

E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................

6

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .......................................................................................


8

1. Belajar dan Pembelajaran ..............................................................

8

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) .......................

9

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write .......................... 11
4. Kemampuan Komunikasi Matematis ............................................. 13
B. Kerangka Pikir ................................................................................... 14
C. Hipotesis ............................................................................................ 16
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel .......................................................................... 17
B. Desain Penelitian ............................................................................... 17
C. Data Penelitian ................................................................................... 18
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 18


E. Langkah-Langkah Penelitian .............................................................. 19
F. Instrumen Penelitian ........................................................................... 20
G. Teknik Analisis data ........................................................................... 25
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 28
1. Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.......................... 28
2. Hasil Analisis Penelitian . .............................................................. 29
3. Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa 30
B. Pembahasan ....................................................................................... 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 37
B. Saran .................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL


Tabel

Halaman

3.1 Desain Penelitian ..................................................................................

18

3.2 Interpretasi Koefisien Reliabilitas.........................................................

21

3.3 Interpretasi Indeks Daya Pembeda .......................................................

23

3.4 Daya Pembeda .....................................................................................

23

3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ....................................................

24

3.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal ...............................................................

24

3.7 Nilai Chi-Kuadrat (x2) untuk Distribusi Data Skor Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa ..............................................................

26

4.1 Hasil post-test Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ................

28

4.2 Rangking Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ........................

29

4.3 Hasil Uji Mann Whitney ......................................................................

29

4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa .....

31

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Silabus Pembelajaran ....................................................................

41

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .................................

44

A.3 Lembar Kerja Kelompok ...............................................................

108

B. Instrumen Penelitian
B.1 Kisi-Kisi Soal-Soal Post-test ......................................................

139

B.2 Soal Post-test ..............................................................................

141

B.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep .............................

142

B.4 Kunci Jawaban Soal Post-test .....................................................

143

B.5 Form Penilaian Post-test. ..............................................................

149

C. Analisis Data
C.1

Analisis Tes Uji Coba ................................................................

151

C.2

Daya Pembeda Tes Uji Coba Post-test .......................................

153

C.3

Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba Post-test ................................

154

C.4

Data Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen ...........................

155

C.5

Data Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol ..................................

156

C.6

Analisis Indikator Post-test Kelas Eksperimen ..........................

157

C.7

Analisis Indikator Post-test Kelas Kontrol ..................................

160

C.8

Uji Normalitas Post -test Kelas Eksperimen ...............................

163

C.9

Uji Normalitas Post -test Kelas Kontrol ......................................

167

C.10 Ranking Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas
Ekperimen ...................................................................................

171

C.11 Ranking Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas
Kontrol .........................................................................................

172

Uji Mann-Whitney Post-test Data Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...........

173

C.13

Hasil Uji Mann Whitney Menggunakan Ms. Excel ..................

175

C.14

Uji Mann-Whitney Kemampuan Awal Komunikasi
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...........

177

Hasil Uji Mann Whitney Menggunakan Ms. Excel ..................

179

C.12

C.15

D. Lain-lain
D.1 Surat Kesediaan Membimbing Skripsi .........................................

181

D.2 Daftar Hadir Seminar Proposal ...................................................

184

D.3 Daftar Hadir Seminar Hasil ..........................................................

186

D.4 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ................................................

188

D.5 Surat Izin Penelitian ....................................................................

189

D.6 Surat Keterangan Penelitian ........................................................

190

ix

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi saat ini mengharuskan
pemerintah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang
berkualitas akan mudah bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Salah
satu yang dibutuhkan pemerintah untuk menciptakan SDM yang berkualitas
adalah pendidikan.

Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan tidak hanya
berperan sebagai wadah untuk menciptakan SDM yang berkualitas, tetapi juga
dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan nasional tidak hanya dibuat sebagai landasan pendidikan,
tetapi dibuat agar dapat direalisasikan. Upaya untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional adalah membenahi berbagai mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah, salah satunya mata pelajaran matematika. Menurut Soedjadi (2000: 11)
matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

2
sistematik tentang bilangan dan kalkulasi, tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan, dan tentang struktur yang logik. Dengan mempelajari matematika, siswa dapat mengembangkan potensi, berilmu, berpikir logis, dan kreatif.
Tetapi, pencapaian tujuan pendidikan nasional belum dapat terealisasikan dengan
baik. Hal ini terlihat dari hasil survei yang dilakukan oleh PISA.

PISA atau Programme for International Student Assesment

telah melakukan

survei pada tahun 2012. Berdasarkan hasil survei PISA dari 65 negara, Indonesia
berada di peringkat 64 dalam bidang matematika, peringkat ke 60 bersama
Argentina dalam bidang membaca, dan peringkat 64 dalam bidang sains (OECD,
2013: 5). Khusus pada bidang matematika, survei yang dilakukan oleh PISA bertujuan untuk menilai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, kemampuan
bernalar, dan kemampuan berkomunikasi. Dilihat dari hasil survei pada bidang
matematika, tergambar bahwa tiga kemampuan siswa di Indonesia belum dapat
dikatakan memuaskan, salah satunya adalah kemampuan komunikasi matematis.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis tampak pada siswa SMA Negeri
13 Bandarlampung. Setelah dilakukan penelitian pendahuluan di SMA Negeri 13
Bandarlampung diperoleh bahwa banyak siswa yang kesulitan dalam menggabungkan pemikiran matematis melalui komunikasi, menjelaskan materi pembelajaran secara matematis, dan menggunakan bahasa matematika selama pembelajaran di sekolah. Menurut guru mata pelajaran matematika di SMA Negeri 13
Bandarlampung, siswa cenderung kesulitan untuk mempelajari dan memahami
materi-materi matematika karena mereka tidak memiliki kemampuan komunikasi
matematis yang baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk melatih kemampuan

3
komunikasi matematis siswa adalah melakukan proses pembelajaran yang mengarahkan siswa aktif berkomunikasi.

Salah satu yang dapat mengarahkan siswa untuk cenderung aktif berkomunikasi
adalah timbal balik antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam
bentuk komunikasi.

Timbal balik dapat berupa pernyataan, pertanyaan, atau

argumentasi. Selama ini proses pembelajaran matematika di SMA Negeri 13
Bandarlampung hanya berpusat kepada guru, sehingga siswa tidak aktif berkomunikasi. Selain itu, model pembelajaran yang diterapkan oleh guru di SMA
Negeri 13 Bandarlampung adalah model pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran konvensional diawali dengan guru memberikan penjelasan
mengenai materi saat ini, lalu dilanjutkan dengan memberikan contoh dan latihan
soal. Model ini sangat membatasi keaktifan siswa dalam pembelajaran. Siswa
cenderung pasif dan tidak akan dapat mengembangkan potensi dan kemampuan
yang dimilikinya.

Untuk mengatasi hal ini, guru dituntut untuk kreatif dan

menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif berkomunikasi dan mengembangkn potensi yang dimilikinya. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan
kelompok-kelompok kecil yang menuntut siswa untuk bekerjasama satu sama lain
dalam hal berdiskusi, saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif mengarahkan siswa untuk ikut andil dan aktif dalam kelompoknya. Ada

4
banyak tipe dalam model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe
Think Talk Write (TTW).

Pembelajaran tipe TTW mengarahkan siswa untuk aktif dalam hal berpikir,
berbicara, dan menulis, serta dapat mengarahkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis mereka melalui tiga tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe TTW. Menurut Hasanah (2012: 51), model pembelajaran tipe TTW melalui tiga tahapan, yaitu think, talk, dan write yang dilakukan
secara individu dan berkelompok. Ketiga tahapan tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi secara berulang-ulang.

Tiga tahap dalam model pembelajaran kooperatif tipe TTW yaitu, tahap think,
siswa akan diberikan masalah dan diarahkan untuk mengatur pemikiran matematis
melalui komunikasi. Pada tahap talk, siswa akan diarahkan untuk aktif berbicara
dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk mengkomukasikan pemikiran
matematisnya. Pada tahap write, siswa akan diarahkan untuk mengungkapkan
kembali hasil pemikirannya lewat tulisan matematika menggunakan bahasa
matematika.

Berdasarkan uraian di atas, diperlukan suatu penelitian di SMA Negeri 13 Bandar
Lampung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TTW
terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa di SMA Negeri 13 Bandarlampung?”

Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan menjadi pertanyaan
penelitian, yaitu “Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe TTW lebih tinggi
daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model
pembelajaran konvensional?”
C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW terhadap
kemampuan komunikasi matematis siswa di SMA Negeri 13 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap
perkembangan pembelajaran matematika di masa depan, terutama terkait

6
kemampuan komunikasi matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif
tipe TTW.
2.

Manfaat Praktis
a.

Bagi sekolah memberikan sumbangan ide baru dalam upaya memperbaiki
pembelajaran matematika di sekolah.

b.

Bagi guru memberikan wawasan dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TTW terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

c.

Bagi peneliti lain dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan
acuan atau referensi pada penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW serta sebagai.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian, antara lain:
1.

Model pembelajaran kooperatif tipe TTW adalah model pembelajaran yang
menggunakan kelompok-kelompok kecil dan menuntut siswa untuk
bekerjasama, berdiskusi, berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi,
dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Model pem-

belajaran ini yang meliputi tiga tahap yaitu, think (berpikir), talk (berbicara),
dan write (menulis).
2.

Pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
langsung. Pada model ini pembelajaran didominasi oleh pertanyaan dan
jawaban baik dari guru maupun dari siswa. Setelah guru menyampaikan
materi, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, pertanyaan
berupa latihan-latihan soal.

7
3.

Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam
mengatur dan mengkomunikasikan pemikiran matematis, menganalisis dan
mengevaluasi strategi matematis, mengkonstruksikan dan menjelaskan sajian
fenomena dunia nyata secara grafis, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel dan
sajian secara fisik atau kemampuan siswa memberikan dugaan tentang
gambar-gambar geometri.

4.

Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah materi Trigonometri.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1.

Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses internal yang kompleks yang melibatkan seluruh
kemampuan siswa. Proses belajar terjadi pada individu melalui interaksi (Dimyati
dan Mudjiono, 2002: 18, 39). Sejalan dengan Dimyati dan Mudjiono, Yatim
(2012: 9) menyatakan bahwa belajar tidak hanya sekadar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon, tetapi belajar juga melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun oleh seseorang melauli interaksi
dengan lingkungan.

Proses belajar tidak terlepas dari proses pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono
(2002: 26) menyatakan bahwa belajar merupakan proses internal siswa,
sedangkan pembelajaran merupakan kondisi eksternal siswa. Muhaimin (dalam
Yatim, 2012: 131) menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya membelajarkan
siswa untuk belajar dan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu
secara efektif dan efisien.

Sejalan dengan Muhaimin, Soeprapto (2003:9) berpendapat bahwa pembelajaran
didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan peserta didik yang

9
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik
dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pendapat
lain mengenai pembelajaran seperti yang tercantum dalam Undang-Undang RI
No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20, adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan, Hamalik
(2008: 57) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian beberapa ahli tersebut, penulis menyimpulkan bahwa belajar
merupakan proses yang dilakukan oleh siswa secara individu melalui proses
berpikir yang kompleks, sedangkan pembelajaran adalah suatu proses yang
dilaksanakan untuk membelajarkan siswa melalui interaksi antara siswa dengan
guru dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Oleh karena itu, seorang siswa
harus melakukan proses belajar dan pembelajaran secara bersamaan.

2.

Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

Memasuki abad ke-21 telah banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan
oleh guru saat pembelajaran di kelas. Salah satunya adalah model pembelajaran
kooperatif, model ini menuntut siswa untuk berinteraksi dan bekerjasama dalam
suatu kelompok kecil. Menurut Roestiyah (2008: 15) model pembelajaran yang
mendistribusikan siswa ke dalam kelompok kecil akan membentuk siswa untuk
bekerja sama dalam memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas tertentu
sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh
guru.

10
Parsons (2005: 51-52) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah
satu model pembelajaran yang paling ampuh yang dirancang untuk penggunaan di
kelas. Metode ini mengutamakan diskusi kelompok yang dapat diterapkan pada
pelajaran apapun dengan kelompok usia manapun.

Pembelajaran kooperatif

menggunakan pendekatan diskusi kelompok kecil yang terdiri dari dua atau lebih
siswa. Menurut Miftahul (2013: 32), model pembelajaran kooperatif menutut
siswa lebih aktif dan pembelajaran tidak berpusat pada guru karena tugas guru
adalah membentuk kelompok-kelompok kooperatif agar dapat berkejasama untuk
memaksimalkan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan
kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cooperatif learning adalah sebagai berikut:
a. Anggota kelompok sebaiknya heterogen, baik dari kemampuannya maupun
karakteristik lainnya. Jika para siswa yang mempunyai kemampuan berbeda
dimasukkan dalam satu kelompok yang sama maka akan dapat memberikan
keuntungan bagi para siswa yang berkemampuan rendah dan sedang.
Sebaliknya siswa yang berkemampuan tinggi akan memperoleh semakin
meningkatnya kemampuan komunikasi verbal dalam matematika,
b. Guru membentuk kelompok agar heterogenitas keanggotaan kelompok
terjamin,
c.

Jumlah anggota kelompok akan mempengaruhi kemampuan produktivitas
kelompoknya.

Sehingga, ukuran kelompok yang ideal untuk cooperatif

learning adalah tiga sampai lima orang,
d. Guru memainkan peranan yang menentukan dalam menerapkan cooperatif
learning yang efektif. Materi dan pengajarannya harus disusun sedimikian

11
rupa sehingga setiap siswa dapat bekerja untuk memberikan sumbangan
pemikirannya kepada kelompoknya. Masalah yang disiapkan oleh guru harus
dibuat sedimikian rupa sehingga akan menimbulkan saling membutuhkan
antara anggota yang satu dan anggota yang lain dalam menyelesaikan
masalah itu (Erman, dkk, 2003).

3.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write

Pembelajaran kooperatif tipe TTW, menurut Nina (2008: 36-37) merupakan salah
satu pembelajaran yang menyenangkan, rileks, dan menarik. Pembelajaran ini
dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, dapat membuat siswa lebih aktif,
dan lebih berani dalam mengungkapkan pendapat dengan kelompok.

Yamin dan Basun (2009:90) menyatakan bahwa langkah-langkah model
pembelajaran tipe TTW adalah: (1) guru membagi teks bacaan berupa lembar
kerja siswa yang memuat masalah dan petunjuk beserta prosedur pengerjaannya;
(2) siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual,
kemudian catatan dibawa ke forum diskusi (think); (3) siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar; dan (4) siswa mengkonstruksi sendiri
pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).

Adapun tiga tahap dalam pembelajaran TTW, yaitu: tahap think mengarahkan
siswa untuk aktif berpikir dengan membaca suatu teks matematika atau berisi
cerita matematika dan membuat catatan mengenai apa yang telah dibaca. Dalam

12
membuat atau menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan ide yang
disajikan dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri.

Tahap talk yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang
mereka pahami. Talk penting karena ada beberapa alasan, yaitu: (1) tulisan,
gambaran, isyarat, atau percakapan merupakan perantara ungkapan matematika
sebagai bahasa manusia, (2) pemahaman matematik dibangun melalui interaksi
dan konversasi antara sesame individual, (3) siswa menggunakan bahasa untuk
menyajikan ide kepada temannya, (4) pembentukan ide melalui proses talking.

Tahap write, yaitu menuliskan hasil diskusi/dialog pada lembar kerja yang
disediakan.

Menurut Shield dan Swinson (dalam Yamin dan Basun: 2009)

aktivitas menulis berarti mengkontruksi ide, karena setelah berdiskusi atau
berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan
pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari.

Pada pembelajaran dengan model pembelajaran tipe TTW siswa lebih termotivasi
untuk memahami pelajaran yang sedang dipelajari. Siswa melakukan diskusi
dengan baik dan bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan (Hasanah,
2012: 50).

Menurut Silver dan Smith (dalam Yamin dan Basun, 2009),
Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi thinktalk-write adalah (1) mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan
keterlibatan, dan menantang setiap siswa berpikir, (2)mendengar secara hati-hati
ide siswa, (3) menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan, (4)
memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi, (5) memutuskan
kapan member informasi, mengklarifikasi persoalan-persoalan menggunakan

13
model, membimbing, dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan, (6)
memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan memutuskan
kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.

4.

Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi sangat penting dalam pembelajaran matematika.
Greenes dan Schulman dalam Ansari (2003: 17)

mengemukakan bahwa

komunikasi matematis adalah kemampuan menyatakan ide matematis melalui
ucapan, tulisan, demonstrasi dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang
berbeda, memahami, menafsirkan dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan,
lisan atau dalam bentuk visual, mengonstruksi, menafsirkan dan menghubungkan
bermacam-macam reprentasi ide dan hubungannya.

Dalam berkomunikasi, siswa belajar menyampaikan pemikiran dan idea mereka
kepada guru dan rekan sekelas yang lain dengan membincangkan idea dan konsep
matematik. Hal tersebut akan menciptakan interaksi antara guru dengan pelajar
dan pelajar dengan pelajar di dalam kelas sehingga mereka dapat memainkan
peranan dalam meningkatkan pemahaman pelajar. Semasa pelajar diminta untuk
berfikir, memberikan respon, berbincang, memberikan penjelasan, menulis,
membaca dan menanyakan persoalan tentang matematik, mereka memperoleh dua
kelebihan yang tersirat yaitu mereka berkomunikasi untuk mempelajari matematik
dan mereka belajar berkomunikasi secara matematik (Sabri, 2006:55). Menurut
Jujun Suparjan (1999:11), secara umum komunikasi matematis disusun melalui
kalimat yang mengemukakan sesuatu dan bukan oleh kata-kata yang berdiri
sendiri.

14
Aktivitas siswa seperti mengkomunikasikan hasil-hasil pikiran mereka kepada
yang lain secara oral atau dalam tulisan dan menjelaskannya, mendengarkan
penjelasan yang lain dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa sehingga
siswa perlu diberikan kesempatan untuk berbicara, menulis, membaca, dan
mendengarkan yang lain (Widjajanti, 2010: 4).

Ada tiga elemen komunikasi dalam matematik yang mencakup aspek komunikasi
pembacaan, lisan dan penulisan. Elemen-elemen ini saling berkaitan satu sama
lainnya (Sabri, 2006: 56). Jika ketika elemen tersebut terpenuhi, maka seorang
pendidik

harus

komunikasi.

memperhatikan

indikator-indikator

dalam

kemampuan

Dalam NCTM (2003) disebutkan bahwa Ada empat indikator

komunikasi sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Mengatur pemikiran matematis mereka lewat komunikasi.
Mengkomunikasikan pemikiran matematis mereka secara koheren dan jelas
pada teman-teman, guru dan orang-orang lain.
Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran dan strategi-strategi matematis
dari orang-orang lain.
Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan gagasan-gagasan
secara teliti.”

B. Kerangka Pikir

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa menjadi salah satu masalah
yang memerlukan perhatian.

Kemampuan komunikasi matematis adalah ke-

mampuan siswa dalam menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk
pemecahan masalah, kemampuan siswa mengkonstruksikan dan menjelaskan
sajian fenomena dunia nyata secara grafis, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel dan
sajian secara fisik atau kemampuan siswa memberikan dugaan tentang gambar-

15
gambar geometri. Dengan kemampuan komunikasi matematis, siswa akan lebih
mudah mempelajari mata pelajaran matematika.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
matematis siswa adalah membenahi pembelajaran matematika di sekolah.
Pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan model pembelajaran
konvensional yang membatasi keaktifan siswa dalam pembelajaran, sehingga
siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematis yang
dimilikinya secara optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran
yang dapat mengarahkan siswa aktif berkomunikasi. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe TTW.

Model pembelajaran kooperatif tipe TTW memiliki tiga tahap, yaitu think, talk,
dan write. Pada tahap pertama, siswa diberikan teks yang berhubungan dengan
permasalahan sehari-hari siswa dan materi yang akan dibahas. Dalam tahap ini
siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban, membuat catatan kecil
tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan. Dengan adanya tahap ini maka siswa
akan siap dalam berdiskusi karena telah memiliki bahan untuk didiskusikan
bersama teman sekelompoknya. Selain itu, siswa telah memiliki bekal sebelum
berdiskusi.

Pada tahap kedua siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan
kelompoknya mengenai penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini
siswa merefleksikan, menyusun, serta menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi
kelompok.

Kemajuan komunikasi siswa juga akan terlihat pada saat siswa

berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka

16
sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain karena siswa aktif dalam
menyampaikan pendapat dalam kelompoknya. Selain itu, tahap ini membantu
siswa untuk mulai berkomunikasi menggunakan bahasa matematika.

Pada tahap ketiga, siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan
tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang
diperolehnya. Pada tahap ini, siswa akan secara individu mampu untuk merevisi
dan mengonstruksi jawaban-jawaban yang diminta.

Dengan melakukan ketiga tahapan tersebut, siswa belajar menggunakan kemampuan komunikasi yang dimilikinya di setiap tahapannya. Semakin sering siswa
tersebut berkomunikasi matematis, maka akan semakin dapat meningkatkan
kemampuan yang dimilikinya karena melalui komunikasi kemampuan lain akan
berkembang.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Penelitian
Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TTW
terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
2. Hipotesis Kerja
Kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih tinggi daripada siswa yang
menggunakan model pembelajaran konvensional.

17

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 13 Bandarlampung yang beralamat di
Jalan Padat Karya Sinar Harapan, Bandar Lampung. Populasinya adalah seluruh
siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun 2013/2014 yang terdiri
dari tujuh kelas, yaitu X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan X7 dengan kemampuan yang
relatif sama.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Teknik ini
dipilih karena terdapat tiga guru yang mengajar kelas X SMA Negeri 13 Bandar
Lampung. Sampel yang diambil berasal dari kelas yang diajar oleh guru yang
sama, agar sampel memiliki kondisi kelas dan menggunakan model pembelajaran
yang sama. Hal ini dilakukan untuk memperkecil faktor-faktor dari luar yang
dapat mempengaruhi hasil penelitian. Dari ketujuh kelas, guru tersebut mengajar
kelas X5, X6, dan X7. Kelas-kelas yang terpilihlah sebagai sampel adalah kelas
X6 sebagai kelas kontrol dan X7 sebagai kelas eksperimen.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain post-test only. Desain ini digunakan karena
kedua kelas yang menjadi sampel memiliki kemampuan yang relatif sama, baik

18
ditinjau dari nilai matematika pada Ulangan Semester ganjil tahun pelajaran
2013/2014, maupun ditinjau dari skor kemampuan awal siswa di kedua kelas.
Pada uji Mann Whitney menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa di kedua
kelas sama atau tidak berbeda secara signifikan. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.14 dan C.15.

Adapun desain post-test tersebut menurut Furchan (1982: 353) adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1 DesainPenelitian
Kelompok
E
P

Perlakuan
X
Y

Post-test
P1
P2

Keterangan :
E : Kelas eksperimen
P : Kelas kontrol
X : Diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Talk Write
Y : Diberi perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional
P1 : Skor post-test siswa pada kelas ekperimen
P2 : Skor post-test siswa pada kelas kontrol

C. Data Penelitian

Data penelitian adalah data kuantitatif berupa skor kemampuan komunikasi
matematis siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk mengukur
kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas yang diberi perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW dan di kelas yang

19
menggunakan pembelajaran konvensional. Tes dilakukan di akhir pembelajaran
untuk mengukur kemampuan akhir komunikasi matematis siswa selama mengikuti pembelajaran..
E. Langkah – Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan Penelitian Pendahuluan
b. Membuat LKS, silabus pembelajaran, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan instrumen penelitian
c. Melakukan uji coba instrumen
d. Merevisi instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTWpada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
b. Mengadakan post-test dikedua kelas
3. Tahap Pengolahan Data
a. Mengumpulkan data penelitian
b. Mengolah dan menganalisis data penelitian
c. Menyusun laporan hasil penelitian.

20
F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa tes uraian. Tes uraian digunakan agar
langkah-langkah

penyelesaian

setiap

soal

yang

mengandung

indikator

kemampuan komunikasi matematis dapat terlihat dengan jelas, sehingga data
kemampuan komunikasi matematis siswa dapat diperoleh. Pada setiap soal tes
dibuat berdasarkan indikator pembelajaran dan skor jawaban siswa berdasarkan
indikator kemampuan komunikasi matematis.

Tes dilakukan pada kelas eks-

perimen dan kelas kontrol dengan soal yang sama di akhir pembelajaran.

Instrumen tes yang diberikan harus valid, memiliki reliabilitas yang tinggi atau
sangat tinggi, memiliki tingkat kesukaran mudah, sedang, dan sukar, serta
memiliki daya pembeda yang baik atau sangat baik, sehingga dapat mengukur
kemampuan siswa dengan benar dan akurat. Langkah awal sebelum instrumen tes
digunakan, terlebih dahulu instrumen tes di uji validitas isinya.

1. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas isi instrumen sangat penting untuk menunjukkan bahwa soal-soal
dalam tes mencakup keseluruhan kemaampuan yang akan diukur pada tes
tersebut. Uji validitas dilakukan pada setiap soal yang akan diberikan kepada
siswa.

Validitas isi instrumen dinilai oleh guru mata pelajaran matematika kelas X
sebagai guru mitra dengan menggunakan tanda cek lis pada form penilaian.
Penilaian tersebut mencakup kesesuaian soal dengan kisi-kisi soal dan

21
penggunaan bahasa sehingga dapat dimengerti siswa. Hasil penilaian guru, semua
soal tergolong valid, seperti pada Lampiran B5.

2. Reliabilitas

Setelah diketahui soal-soal tes tergolong valid, selanjutnya dihitung koefisien
reliabilitas yang didasarkan pada pendapat Sudijono (2008: 207) yang
menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat menggunakan rumus
alpha, yaitu :
[

][



Keterangan :
= Koefisien reliabilitas
= Banyaknya butir soal
2
 S i = Jumlah varians skor dari tiap butir item
S t2

]

= Varians total

Interpretasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (dalam Yuliati, 2013: 38)
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien relibilitas
(r11)
r11 < 0,20

Sangat rendah

0,20 ≤ r11 < 0,40

Rendah

0,40 ≤ r11< 0,60

Sedang

0,60 ≤ r11< 0,80

Tinggi

0,80 ≤ r11 ≤ 1,00

Sangat tinggi

Kriteria

Kriteria soal yang digunakan adalah tinggi atau sangat tinggi. Berdasarkan hasil
perhitungan uji coba soal diperoleh bahwa koefisien reliabilitas soal post-test
adalah 0,86. Berdasarkan tabel 3.2 instrumen tersebut memiliki kriteria sangat

22
tinggi sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran C.1.

3. Daya Pembeda

Daya pembeda menurut Azwar (1996: 137), adalah kemampuan soal yang
dilakukan untuk membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi
dan siswa dengan kemampuan rendah. Semakin besar perbedaan antara proporsi
penjawab benar dan kelompok tinggi dan rendah, maka semakin besar daya
pembeda suatu soal. Sebelum menghitung indeks daya pembeda, data terlebih
dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang
memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 27% dari jumlah seluruh siswa
kelas uji coba yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok tinggi) dan 27%
dari jumlah seluruh siswa kelas uji cobayang memperoleh nilai terendah (disebut
kelompok rendah). Menurut Suherman dalam Aisyah (2013: 27), indeks daya
pembeda dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

Keterangan:
= Indeks daya pembeda butir soal tertentu
= Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
= Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
= Jumlah skor ideal kelompok (atas/ bawah)
Interpretasi indeks daya pembeda butir soal menurut Suherman dalam Aisyah
(2013: 28) adalah sebagai berikut:

23
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai

Interpretasi

DP < 0,00
0,00  DP  0,20

Sangat buruk
Buruk
Agak baik, perlu revisi
Baik
Sangat baik

0,21  DP  0,30
0,31  DP  0,70

0,71  DP  1,00

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data indeks daya pembeda sebagai
berikut:
Tabel 3.4 Daya Pembeda
NomorSoal
IndeksDayaPembeda
1
0,34
2
0,56
3
0,30
4
0,32
5
0,73

DayaPembeda
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik

Kriteria soal yang digunakan adalah soal yang memiliki kriteria baik dan sangat
baik. Sesuai dengan hasil perhitungan daya pembeda pada tabel 3.4 semua soal
memliki kriteria yang diinginkan yaitu baik dan sangat baik, sehingga soal
tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran C.2

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal merupakan rasio antara penjawab item dengan benar dan
banyaknya penjawab item yang digunakan untuk menentukan derajat kesukaran
suatu butir soal (Azwar, 1996: 134).

Menurut Sudijono (2008: 372) untuk menentukan indeks tingkat kesukaran butir
soal dapat digunakan rumus berikut:

24

Keterangan:
= Indeks tingkat kesukaran butir soal
= Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal.
= Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
indeks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) seperti tabel berikut:
Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran
Nilai

Interpretasi

0,00  TK  0,15

Sangat sukar

0,16  TK  0,30

Sukar

0,31  TK  0,70

Sedang

0,71  TK  0,85

Mudah

0,86  TK  1,00

Sangat mudah

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh data tingkat kesukaran butir soal sebagai
berikut:
Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal
NomorSoal
1
2
3
4
5

Indeks Tingkat Kesukaran
0,56
0,30
0,74
0,69
0,62

Tingkat Kesukaran
Sedang
Sukar
Mudah
Sedang
Sedang

Kriteria instrumen yang dapat digunakan adalah memiliki soal-soal dengan
tingkat kesukaran mudah, sedang, dan sukar. Sesuai dengan tabel 3.6 soal-soal
tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
dilihat pada Lampiran C.3.

Perhitungan selengkapnya dapat

25
G. Teknik Analisis Data

Data penelitian yang telah diperoleh dari kelas yang menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe TTW dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional,
kemudian dilakukan uji prasyarat.

1.

Uji Normalitas

Tujuan dilakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan
hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:
k

Oi  Ei 2

i 1

Ei

2

xhitung

keterangan:
x2 = harga Chi-kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapan
k = banyaknya kelas interval
Dengan taraf nyata

, maka kriteria pengujian adalah tolak H0 jika

dengan dk = k – 3 (Sudjana, 2005: 273).

Hasil perhitungan uji normalitas terhadap data kemampuan komunikasi matematis
siswa dapat dilihat di tabel berikut.

26
Tabel 3.7 Nilai Chi-Kuadrat ( ) untuk Distribusi Data Skor Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa
Kelas
Eksperimen
Kontrol

hitung
5,32
18,04

tabel
7,81
7,81

Keterangan
Normal
Tidak Normal

Berdasarkan tabel 3.7 diperoleh bahwa data berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.8
dan C.9.
2.

Pengujian Hipotesis

Selanjutnya pengujian dilanjutkan dengan uji non-parametrik Mann Whitney,
dengan hipotesis:
H0 : Tidak ada perbedaan ranking kemampuan komunikasi matematis antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol
H1 : Ranking kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih
tinggi daripada rangking kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
kontrol

Kriteria:
a.

Jika U

0,05, maka Ho diterima

b.

Jika U < 0,05, maka Ho ditolak

Dengan rumus uji sebagai berikut:

27
Keterangan:
= Jumlah sampel kelas eksperimen
= Jumlah sampel kelas kontrol
= Jumlah peringkat 1.
= Jumlah peringkat 2.
= Jumlah rangking pada sampel .
= Jumlah rangking pada sampel .
Nilai U yang digunakan dalam perhitungan adalah nilai U minimun dari kedua
nilai U yang ada untuk dibandingkan dengan U tabel (Ruseffendi, 1998: 399 401).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analis data dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa terdapat
pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TTW terhadap terhadap
kemampuan komunikasi matematis siswa. Kemampuan komunikasi matematis
siswa dan pencapaian indikator kemampuan komunikasi matematis siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih tinggi daripada
kemampuan komunikasi matematis siswa dan pencapaian indikator kemampuan
komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengemukakan saran sebagai berikut.
1.

Kepada guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa, disarankan untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TTW dalam pembelajaran matematika di kelas secara maksimal.

2.

Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai pengembangan dari penelitian terkait dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Risa. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP
Melalui Pembelajaran Matematika dengan Strategi Relating, Experiencing,
Applying, Cooperating, Transferring (REACT). Skripsi UPI Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Ahmad, Sabri. 2006. Isu-Isu dalam Pendidikan Matematik.[Online].
Tersedia:
http://books.google.co.id/books?id=sUx8mYRun4sC&printsec=frontcover#
v=onepage&q&f=false
Ansari, Bansu Irianto. 2003. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman
dan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-Talk Write.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. 2007. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usah

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Ganjil SMK Muhammadiyah 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 63

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

1 5 56

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 42 56

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 31 59

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 8 47

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 50

PEGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 20 203

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 8 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54