partenogenesis tanpa kawin dan dalam banyak hal yang jantan jarang sekali muncul, bahkan banyak diantara jenisnya tidak dikenal pejantannya. Untuk lebih jelasnya
siklus hidup dan Reproduksi Rotifera B. plicatilis dapat dilihat pada gambar. 2 dibawah ini :
Gambar 2. Skema siklus hidup dan reproduksi Rotifera B. plicatilis menurut Barnes 1987.
2.4 Ekologi
Brachionus sp dapat ditemukan di perairan tawar, payau ataupun laut, tergantung dari jenisnya dan hewan ini dapat ditangkap dengan jala plankton Djarijah 1995;
Universitas Sumatera Utara
Mujiman, 1998. Menurut Landau 1992 dan Cole 1993 B. plicatilis umumnya banyak terdapat pada perairan laut.
B. plicatilis merupakan rotifera yang bersifat planktonik dan dapat muncul didalam suksesi tertentu terutama berkaitan erat dengan musim yang merupakan
kondisi yang eksternal Hyman, 1951; Djarijah, 1995. Sedangkan Isnansetyo Kurniastuty 1995 menjelaskan bahwa B. plicatilis besifat euthermal, dimana pada
suhu 15
o
C masih dapat tumbuh, tetapi tidak dapat bereproduksi dengan baik sedangkan pada suhu dibawah 10
o
C akan membentuk telur istirahat. Kenaikan suhu antara 22- 30
o
C merupakan kisaran suhu optimum untuk pertumbuan dan reproduksi. Disamping itu B. plicatilis juga bersifat euryhalin. Kadar garam airnya tergantung
pada jenis Brachionus. Untuk jenis air tawar dengan sendirinya dapat kita pelihara di air tawar. Sedangkan untuk jenis air asin, ada yang dapat hidup baik pada kadar garam
antara 15-18 permil, dan ada pula yang masih dapat hidup baik pada kadar garam antara 28-30 permil Mujiman, 1998.
Umumnya rotifera planktonik secara normal membutuhkan O
2
yang cukup tinggi. Namun genus Brachionus yaitu B. plicatilis dapat bertahan pada kondisi yang
anaerob dan mampu bertahan pada konsentrasi oksigen terlarut yang sangat rendah untuk jangka panjang Pennak, 1978. Lite Whitney 1925 dalam Hyman 1951
menemukan bahwa aerasi pada telur istirahat B. plicatilis dapat menyebabkan sel embrio berkembang. Akan tetapi cangkang yang membungkus embrio tidak dapat
pecah sehingga embrio tidak dapat keluar atau menetas.
2.5 Intensitas Cahaya
Ayodhyoa 1981 mengatakan bahwa peristiwa berkumpulnya zooplankton di bawah lampu dapat dibedakan sebagai berikut :
• peristiwa langsung, yaitu zooplankton yang karena cahaya lalu berkumpul di
sekitar lampu. •
peristiwa tidak langsung, yaitu karena adanya cahaya maka zooplankton berkumpul dengan tujuan makan feeding.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dikatakan bahwa timbulnya tanggapan positif phototaxis positive zooplankton terhadap cahaya dapat disebabkan antara lain oleh adanya keinginan
untuk makan ataupun berkumpul dengan teman sejenisnya. Sedangkan menurut Abdullah 1971 tertariknya zooplankton pada cahaya antara lain : tertarik pada
makanan yang berkumpul disekitar lampu, adanya perubahan suhu air sebagai akibat dari pemanasan lampu serta waktu dan intensitas cahaya. Menurut Isnansetyo
Kurniastuty 1995 penetrasi cahaya juga sangat mempengaruhi perkembangbiakan Brachionus plicatilis, bila intensitas cahaya kurang, sedangkan kepadatan pakan,
jenis pakan dan salinitas mencukupi perkembangbiakannya juga agak lambat.
2.6 Peranan Pupuk Dalam Pembudidayaan Rotifera B. plicatilis