Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis Dengan Penambahan Vitamin B1 Pada Media Cakap

(1)

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus plicatilis DENGAN

PENAMBAHAN VITAMIN B1 PADA MEDIA CAKAP

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

DIAH NOVITA SARI

060805016

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMETERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus plicatilis DENGAN

PENAMBAHAN VITAMIN B1 PADA MEDIA CAKAP

SKRIPSI

DIAH NOVITA SARI

060805016

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMETERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan karunia yang diberikan-Nya. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW atas syafaatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Laju

Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis dengan Penambahan Vitamin B1

pada Media CAKAP”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Arlen Hanel John, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Mayang Sary Yeanny S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing II yang selama ini telah menjadi figur Bapak dan Ibu bagi penulis serta banyak memberikan arahan, perhatian serta dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ibu Dr. Suci Rahayu M.Si selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak memberikan nasehat kepada penulis.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Masitta Tanjung S. Si, M. Si, Ibu Etty Sartina Siregar S. Si, M. Si dan Bapak Riyanto Sinaga, S. Si, M. Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Bapak Dr. Dwi Suryanto M.Sc selaku ketua Departemen Biologi, Ibu Nunuk Priyani M. Sc selaku sekretaris Departemen Biologi. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Biologi FMIPA USU. Ibu Rosalina Ginting dan Bang Ewin selaku pegawai Departemen Biologi, serta ibu Nurhasni Muluk dan Alm. Bapak Sukirmanto selaku analis dan laboran di Laboratorium Departemen Biologi yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta (Jumiardi dan Sugiati), serta adikku tersayang (Enda Citra Maya Sari) dan seluruh keluarga besarku yang telah memberikan doa, perhatian, dan dukungannya kepada penulis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. DR. Syafruddin Ilyas M. Biomed yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu statistik, kakak-kakak dan abang-abang penulis di Biologi selaku asisten di Laboratorium Departemen Biologi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat terbaik ku, Ajay, Ami, Andri, Zulfan, Tari. Serta Leny, Eva, Umri, Nikmah, Hilda, Dwi, Sari, Vita, Reny, Yayan, Ika, Liya, Rama, Rudi, Adi, Kasbi, Zulfa, Icha, Fida, Dian, Helen, Tety serta temen-teman seperjuangan di stambuk 2006 terima kasih telah memberikan doa dan dukungannya kepada penulis. Terima kasih khususnya kepada Cristian dan kak Diana, Iqbal, Wely, kak Pipi, kak Ajay, Bang Dahin, bang Juned, Gilang, Juju, Uya, Ncay, Aini, Abel, Dwi, Desi, Affan dan Juve yang telah banyak membantu dan memberikan perhatian dan dukungannya dalam mengerjakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Serta seluruh terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungannya selama ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Demikianlah penulis sampaikan semoga bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal ‘Alamin.


(4)

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilisdengan Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP

ABSTRAK

Penelitian tentang “ Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis dengan

Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP”. Penelitian ini menggunakan

metode RAL Non Faktorial dengan 4 perlakuan vitamin B1, yaitu media M0 (tanpa vitamin B1) sebagai kontrol, media M1 (vitamin B1 0,3 mg/2 l), media M2 (vitamin B1 0,4 mg/2 l)), dan media M3 (vitamin B1 0,5 mg/2 l), dengan 6 ulangan dan 8 kali pengamatan selama 16 hari. Analisis statistik menunjukkan vitamin B1 berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan Brachionus plicatilis pada setiap pengamatan. Jumlah populasi Brachionus plicatilis mencapai puncak kepadatan pada pengamatan hari ke-8 pada media M2 sebesar 21.388 ind/2 l. Penambahan vitamin B1 (0,4 mg/2 l) menunjukkan hasil yang maksimal terhadap jumlah populasi Brachionus plicatilis. Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada semua perlakuan vitamin B1 menunjukkan kecenderungan penurunan yang sama dari waktu ke waktu hari pengamatan.


(5)

The Growth Rate of Population Brachionus plicatilis with the addition of Vitamin B1 in the Medium CAKAP

ABSTRACT

Research on "The Growth Rate of Population Brachionus plicatilis with the addition of Vitamin B1 in the medium CAKAP." This study uses non-factorial RAL with 4 treatments of vitamins B1, is M0 medium (without vitamin B1) as a control, medium M1 (vitamin B1 0,3 mg / 2 l), M2 medium (vitamin B1 0,4 mg / 2 l )), and M3 medium (vitamin B1 0,5 mg / 2 l), with 6 replications and 8 times during 16 days observation. Statistical analysis showed highly significant effect of vitamin B1 on the growth rate of Brachionus plicatilis in every observations. Sum of Brachionus plicatilis population density peaked on the 8th day of observation in M2 medium at 21. 388 ind / 2 l. The addition of vitamin B1 (0,4 mg / 2 l) show the maximum results to sum population of Brachionus plicatilis. The growth rate of population Brachionus plicatilis in all treatment vitamin B1 showed the same downward trend from time to time the day of observation.


(6)

DAFTAR ISI

halaman

PENGHARGAAN i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Hipotesis

1.5 Manfaat Penelitian 1 1 3 3 3 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Rotifera Brachionus plicatilis

2.2 Morfologi Rotifera Brachionus plicatilis

2.3 Ekologi Rotifera Brachionus plicatilis

2.4 Daur Hidup dan Reproduksi Rotifera Brachionus plicatilis

2.5 Peranan Pupuk Dalam Pembudidayaan Rotifera B. plicatilis

2.6 Peranan Vitamin Dalam Pembudidayaan Rotifera B. plicatilis

4 4 4 6 7 8 11

BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1 Metode Penelitian 3.2Persiapan Bahan Media 3.3 Persiapan Media

3.3.1 Media Aklimasi

3.3.2 Persiapan Bibit Brachionus plicatilis

3.3.3 Media Perlakuan

3.3.4 Pengamatan dan Penghitungan Laju Pertumbuhan B. plicatilis

3.4 Analisis Data

13 13 13 14 14 14 15 15 16

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Brachionus plicatilis (ind/2 l) pada setiap Media Perlakuan

4.2 Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

17 17

19

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 5.2 Saran

22 22 23


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul halaman

2.1

2.2

4.1

4.2

Komposisi Mineral dan Kandungan Air Beberapa Jenis Kotoran Ternak dan Unggas

Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya

Pertambahan Jumlah Individu Brachionus plicatilis (ind/2 l) pada Setiap Perlakuan

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind x 2 x 10-3ml x hari-1) pada Setiap Perlakuan

10

11

17

19


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul halaman

2.1 2.2

4.1

4.2

Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis

Skema siklus hidup dan reproduksi Brachionus plicatilis

menurut Barnes (1987)

Jumlah Populasi Brachionus plicatilis (ind/2 l) pada Setiap Perlakuan

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind x 2 x 10-3ml x hari-1) pada Setiap Perlakuan

5

8

18


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul halaman

A

B C D

E F

G

H

I J K

Bagan Alir Persiapan Media Pakan untuk Brachionus plicatilis

Bagan Alir Laju Pertumbuhan Brachionus plicatilis

Bagan Posisi/Letak Media Secara Randomisasi

Jumlah Individu Populasi Brachionus plicatilis (ind/ml) pada Penambahan Vitamin B1 pada Meia CAKAP

Data fisik Perlakuan vitamin B1

Jumlah Populasi Brachionus plicatilis (ind/2 l) dengan Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP selama Waktu Pengamatan (H= 2 hari)

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind x 2 x 10-3ml x hari-1) dengan Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP selama Waktu Pengamatan

Analisis Sidik Ragam RAL Non-Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind,x 2 x 10-3 ml x hari) dengan Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP

Foto Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian Foto Pelaksanaan Penelitian

Contoh Perhitungan

27 28 29

30 32

33

34

35 40 41 42


(10)

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilisdengan Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP

ABSTRAK

Penelitian tentang “ Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis dengan

Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP”. Penelitian ini menggunakan

metode RAL Non Faktorial dengan 4 perlakuan vitamin B1, yaitu media M0 (tanpa vitamin B1) sebagai kontrol, media M1 (vitamin B1 0,3 mg/2 l), media M2 (vitamin B1 0,4 mg/2 l)), dan media M3 (vitamin B1 0,5 mg/2 l), dengan 6 ulangan dan 8 kali pengamatan selama 16 hari. Analisis statistik menunjukkan vitamin B1 berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan Brachionus plicatilis pada setiap pengamatan. Jumlah populasi Brachionus plicatilis mencapai puncak kepadatan pada pengamatan hari ke-8 pada media M2 sebesar 21.388 ind/2 l. Penambahan vitamin B1 (0,4 mg/2 l) menunjukkan hasil yang maksimal terhadap jumlah populasi Brachionus plicatilis. Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada semua perlakuan vitamin B1 menunjukkan kecenderungan penurunan yang sama dari waktu ke waktu hari pengamatan.


(11)

The Growth Rate of Population Brachionus plicatilis with the addition of Vitamin B1 in the Medium CAKAP

ABSTRACT

Research on "The Growth Rate of Population Brachionus plicatilis with the addition of Vitamin B1 in the medium CAKAP." This study uses non-factorial RAL with 4 treatments of vitamins B1, is M0 medium (without vitamin B1) as a control, medium M1 (vitamin B1 0,3 mg / 2 l), M2 medium (vitamin B1 0,4 mg / 2 l )), and M3 medium (vitamin B1 0,5 mg / 2 l), with 6 replications and 8 times during 16 days observation. Statistical analysis showed highly significant effect of vitamin B1 on the growth rate of Brachionus plicatilis in every observations. Sum of Brachionus plicatilis population density peaked on the 8th day of observation in M2 medium at 21. 388 ind / 2 l. The addition of vitamin B1 (0,4 mg / 2 l) show the maximum results to sum population of Brachionus plicatilis. The growth rate of population Brachionus plicatilis in all treatment vitamin B1 showed the same downward trend from time to time the day of observation.


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah Indonesia boleh bangga atas prestasi perikanannya selama ini, karena Indonesia merupakan pengekspor 40% kebutuhan ikan di Amerika Serikat, Thailand, China dan Singapura. Indonesia juga sebagai peringkat ke-8 negara penyebaran ikan Asia untuk pasar Eropa (DKP, 2008). Pemerintah Indonesia pada saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di bidang sub sektor perikanan, yaitu dengan pengembangan budidaya ikan air tawar, air payau maupun laut. Melalui usaha budidaya ini tertumpu harapan yang lebih besar terhadap upaya peningkatan produksi perikanan, meningkatkan pendapatan petani ikan, meningkatkan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan gizi dan menjaga kelestarian sumber daya perikanan (Senawan, 1984).

Usaha budidaya ikan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Jenis ikan yang dibudidayakan juga semakin beragam, mulai dari ikan konsumsi hingga ikan hias (Priyambodo & Tri, 2001). Faktor yang menentukan keberhasilan budidaya ikan adalah ketersediaan pakannya. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyediaan pakan, yaitu jumlah dan kualitas pakan, kemudahan untuk menyediakannya, serta lama waktu pengambilan pakan yang berkaitan dengan jenis ikannya. Agar benih ikan yang dipelihara dapat tumbuh sehat dan bertahan hidup sampai dewasa harus diberi pakan alami (Mujiman, 1998).

Isnansetyo & Kurniastuty (1995) menyatakan bahwa peranan pakan alami dalam usaha pembenihan ikan belum dapat digantikan sepenuhnya oleh pakan-pakan buatan. Selanjutnya Dahril (1996) menyatakan bahwa salah satu jenis pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha budidaya ikan adalah Brachionus plicatilis. Djarijah (1995) menyatakan bahwa dalam usaha budidaya B. plicatilis terlebih dahulu


(13)

perlu dilakukan pemupukan terhadap air yang akan digunakan sebagai media. Selanjutnya Sachlan (1980) menyatakan bahwa Rotifera dapat tumbuh dengan baik jika kolam dipupuk dengan pupuk buatan (pupuk anorganik) atau pupuk kandang (pupuk organik). Djarijah (1995) dan Mujiman (1998) menyatakan bahwa pakan Rotifera yang lain adalah membiakkan jenis pakan dari jasad renik yang lain, seperti protozoa yang dibiakkan dengan media dari kotoran ternak dan dapat ditambahkan dengan pupuk Urea serta TSP. Menurut Sutejo (1995) pupuk Urea dan TSP dapat meningkatkan populasi jasad renik karena banyak mengandung nitrogen dan fosfor. Selanjutnya Steffens (1989) menyatakan bahwa Rotifera membutuhkan nutrien sebagai katalisator (pemacu) terjadinya proses metabolisme di dalam tubuh, seperti vitamin. Djarijah (1995) menyatakan bahwa Rotifera membutuhkan tambahan vitamin untuk keberlanjutan generasinya, diantaranya adalah vitamin B kompleks, kalsium pantotenat, biotin dan B1 (Thiamin).

Yunus, Kasprijo & Irwan (1996) menyatakan bahwa Rotifera memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pakan buatan, terutama dalam hal ukuran yang relatif kecil, tetap bertahan di kolam air dan tidak mengendap, bergerak dengan kecepatan rendah dan laju perkembangbiakan yang cukup tinggi. Selanjutnya Diani & Sa’diah (1995) menyatakan bahwa pemilihan Brachionus plicatilis sebagai pasok pakan disebabkan, karena mempunyai sifat sebagai berikut : gerakannya lambat, mudah dibudidayakan, mudah dicerna dan memiliki nilai gizi yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Purwandari (1995) diperoleh pertumbuhan Skeletonema costatum tertinggi dengan penggunaan vitamin B1 dengan dosis yang berbeda, namun belum diketahui laju pertumbuhan populasi

Brachionus plicatilis dengan perlakuan penambahan vitamin B1, berdasarkan hal

tersebut maka dilakukan penelitian tentang” Laju Pertumbuhan Brachionus


(14)

1.2 Permasalahan

Penelitian tentang laju pertumbuhan Brachionus plicatilis ini sudah banyak dilakukan. Tetapi belum diketahui bagaimanakah pengaruh penambahan vitamin B1, pada media kombinasi kotoran ayam, pupuk Urea dan TSP terhadap laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan populasi

Brachionus plicatilis dengan diberikan perlakuan penambahan vitamin B1 pada media

kombinasi kotoran ayam, pupuk Urea dan TSP.

1.4 Hipotesis Penelitian

Didapatkan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis yang tinggi dengan pemberian penambahan vitamin B1 pada media kombinasi kotoran ayam, pupuk Urea dan TSP.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang didapatkan diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

a. Bahan informasi dalam memanfaatkan kotoran ayam dan penambahan vitamin B1 untuk pembudayaan pakan alami.

b. Bahan informasi bagi instansi terkait yang membutuhkan teknik penyediaan pakan alami.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Brachionus plicatilis

Brachionus plicatilis merupakan salah satu Rotifera yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat hirarkinya Edmonson (1963) sebagai berikut:

Phylum : Rotifera (Rotatoria) Kelas : Monogononta Ordo : Ploima Famili : Brachionidae Genus : Brachionus

Spesies : Brachionus plicatilis

Beberapa jenis Brachionus lain yang di kenal antara lain adalah: B. mulleri, B. angularis, B. calyciflorus, B. urceolaris, B. leydigi, B. quadridentatus, B. pterodinoides, B. rubeus, B. pala, B. punctatus, B. quadratus, dan B. Mollis

(Mujiman, 1998). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dahril (1996) menyatakan bahwa pada kolam-kolam ikan air tawar di pekan Baru-Riau ditemukan 5 spesies Brachionus, yaitu spesies B. calyciflorus, B. angularis, B. caundatus, B. quadridentatus dan B. falcatus.

2.2 Morfologi Brachionus plicatilis

Brachionus merupakan zooplankton yang berukuran sekitar 0,1-0,3 mm (Sunyoto & Mustahal, 1997). Tubuh umumnya tidak berwarna atau transparan, mempunyai indra seperti bintik mata (Hyman, 1951). Tubuh terbagi atas tiga bagian, yaitu kepala, badan dan kaki atau ekor. Bagian kepala terdapat enam buah duri. Pada duri yang panjang terdapat ujung bagian depan dilengkapi dengan gelang-gelang cilia yang kelihatan seperti spiral disebut korona yang berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam


(16)

mulut (Isnansetyo & Kurniastuty (1995). Ciri khas yang merupakan dasar pemberian nama Rotatoria atau Rotifera adalah terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini bentuknya bulat dan berbulu-bulu getar, yang memberikan gambaran seperti sebuah roda (Mujiman, 1998).

Brachionus plicatilis memiliki struktur tubuh masih sangat sederhana dengan tubuh berbentuk bilateral simetris, menyerupai piala. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu, hipodermis dan kutikula (Cole, 1993). Antara jenis jantan dan betina terdapat perbedaan bentuk yang menyolok (Gambar 2.1), dimana yang jantan mempunyai bentuk tubuh jauh lebih kecil daripada betina, selain itu jantan juga mengalami regenerasi. Brachionus jantan biasanya hanya muncul pada musim-musim tertentu saja. Sedangkan yang betina hampir ditemukan setiap saat, dan berkembang biak secara partenogenesis (aseksual) dan kawin (seksual) (Mujiman, 1998). Menurut ukurannya Brachionus plicatilis dibagi menjadi dua tipe yaitu B. plicatilis yang berukuran besar yang disebut dengan tipe-L dan yang berukuran kecil yang disebut dengan tipe-S (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).


(17)

2.3 Ekologi Brachionus plicatilis

Brachionus plicatilis hidup di perairan tawar, payau dan laut, bersifat planktonik (Djarijah, 1995; Hyman, 1951). Brachionus dapat dijumpai di perairan yang banyak nannoplankton maupun detritusnya, organisme ini ditemui secara melimpah. Nannoplankton dan detritus merupakan pakan dari Brachionus, selain partikel organik lain, seperti ganggang renik, bakteri, dan protozoa, asalkan sesuai dengan bukaan mulutnya (Priyambodo & Tri, 2001). Brachionus plicatilis bersifat euthermal. Pada suhu 15oC masih dapat tumbuh, tetapi tidak dapat bereproduksi, sedangkan pada suhu di bawah 10oC akan terbentuk telur istirahat. Kenaikan suhu antara 15-35oC akan menaikkan laju reproduksinya. Kisaran suhu antara 22-30oC merupakan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi, disamping itu Brachionus plicatilis juga bersifat euryhalin (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).

Pennak (1978) menyatakan bahwa Brachionus ini juga memiliki kisaran toleransi yang luas terhadap kondisi asam atau basa suatu perairan, karena masih dapat bertahan hidup pada pH 5 dan pH 10. Sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi berkisar antara 7,5-8,0. Pada umumnya Rotifera planktonik secara normal membutuhkan O2 yang cukup tinggi. Namun genus

Brachionus plicatilis dapat bertahan pada kondisi yang anaerob dalam jangka waktu

pendek dan mampu bertahan pada konsentrasi oksigen terlarut yang cukup rendah untuk jangka waktu yang panjang.

Ayodhyoa (1981) menyatakan bahwa kondisi suhu di suatu perairan sangat erat kaitannya dengan intensitas cahaya. Di samping itu intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap kehadiran zooplankton, diantaranya dari jenis Brachionus plicatilis. Selanjutnya Isnansetyo & Kurniastuty (1995) menyatakan bahwa kepadatan pakan, jenis pakan, suhu air, salinitas, penetrasi cahaya dan sifat genetik sangat mempengaruhi perkembangbiakan zooplankton ini. Ukuran zooplankton ini juga mempengaruhi laju pertumbuhan populasi. Semakin besar ukurannya, maka laju pertumbuhan populasi semakin kecil.


(18)

2.4 Daur Hidup dan Reproduksi Brachionus plicatilis

Sistem reproduksi rotifera ini terjadi secara seksual (kawin) dan aseksual (parthenogenesis). Secara seksual, organ reproduksi betina terdiri dari ovarium, yolk gland dan oviduct, sedangkan organ reproduksi pada jantan dari satu testis yang dihubungkan oleh satu saluran sperma ke penis (Djuhanda, 1980). Brachionus

plicatilis mempunyai kelamin terpisah, dapat bereproduksi secara aseksual dengan

parthenogenesis, yaitu menghasilkan telur tanpa terjadi pembuahan dan individu baru yang dihasilkan bersifat diploid. Selain secara aseksual, Rotifera ini juga bereproduksi secara seksual (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).

Ada dua tipe Brachionus betina, yaitu betina amiktik dan betina miktik. Betina amiktik yaitu betina yang menghasilkan telur dan melakukan pembelahan meiosis, sedangkan betina miktik yaitu betina yang menghasilkan telur secara parthenogenesis. Brachionus betina yang amiktik menghasilkan telur yang akan berkembang menjadi Brachionus betina yang amiktik pula. Namun, dalam keadaan tidak normal, telur betina amiktik tersebut dapat menetas menjadi betina miktik. Selanjutnya betina akan menghasilkan telur yang berkembang menjadi hewan jantan. Apabila Brachionus jantan dan betina miktik kawin, telur yang dihasilkan berupa telur kista (dormant egg). Telur kista ini tahan terhadap kondisi lingkungan yang jelek maupun kondisi kekeringan dan selanjutnya baru menetas setelah kondisi lingkungan menjadi normal kembali. Brachionus betina dapat hidup 12-19 hari, sedangkan yang jantan antara 3-6 hari (Priyambodo & Tri, 2001).

Pada mulanya betina miktik menghasilkan 1-6 telur kecil. Betina miktik adalah betina yang dapat dibuahi. Telur yang dihasilkan oleh betina miktik akan menetas menjadi jantan. Jantan ini akan membuahi betina miktik dan menghasilkan 1-2 telur istirahat. Telur istirahat yang dihasilkan oleh betina miktik akan menetas menjadi betina amiktik dan betina miktik dan amiktik tidak dapat dibedakan secara eksternal (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).

Menurut Mujiman (1998) Brachionus plicatilis yang jantan hanya muncul pada musim-musim tertentu saja, sedangkan yang betina hampir selamanya


(19)

berkembang biak secara parthenogenesis dan dalam banyak hal yang jantan jarang sekali muncul, bahkan banyak diantara jenisnya tidak dikenal pejantannya. Untuk lebih jelasnya siklus Brachionus plicatilis dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini:

Gambar 2.2 Skema siklus hidup dan reproduksi Brachionus plicatilis

menurut Barnes (1987).

2.5 Peranan Pupuk dalam Pembudidayaan Brachionus plicatilis

Pupuk dibedakan menjadi dua macam, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan dan penguraian sisa (serasah) tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau dan sebagainya, sedangkan pupuk anorganik atau pupuk buatan, yaitu pupuk yang


(20)

merupakan hasil industri pabrik-pabrik pembuatan pupuk, misalnya pupuk Urea, TSP, DAP dan sebagainya (Kadarini, 1997).

Menurut Saifuddin (1985) dan Setyamidjaja (1986) pemakaian pupuk organik, yaitu kotoran ternak dapat merangsang pertumbuhan populasi mikroorganisme. Selanjutnya Sutejo (1995) dan Mujiman (1998) menyatakan bahwa beberapa jenis kotoran ternak, terutama kotoran ayam merupakan pupuk organik yang banyak dimanfaatkan dalam usaha bercocok tanam, dan pada saat ini banyak juga dimanfaatkan dalam usaha perkembangan budidaya perikanan, diantaranya digunakan dalam pembudidayaan pakan alami ikan, seperti Rotifera dari genus Brachionus.

Pupuk kandang berfungsi sebagai pupuk alami untuk meningkatan jumlah alga yang merupakan pakan Rotifera. Pupuk ini memiliki beberapa kelebihan antara lain mudah untuk didapat dan Rotifera tidak mudah mengalami defisiensi nutrisi karena terdapat alga dalam jumlah berlimpah dan keanekaragaman yang tinggi. Pada kadar oksigen rendah B. plicatilis masih tetap dapat berkembang biak. Salah satu faktor penyebab dapatnya B. plicatilis bertahan hidup pada kadar oksigen rendah di perairan adalah karena B. plicatilis ternyata membutuhkan Vitamin B12 untuk kehidupannya (Dahril, 1996). Kotoran ayam juga banyak mengandung bakteri, dan beberapa diantaranya berperan menghasilkan Vitamin B12 (Chumaidi & Djajadiredja, 1982). Disamping itu kotoran ayam juga mengandung bahan makanan yang belum dicerna sekitar 80% (Naegel, 1989).

Menurut Sachlan (1980) Rotifera dapat tumbuh banyak jika kolam dipupuk dengan pupuk kandang. Selanjutnya mengatakan bahwa pupuk kotoran ayam mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi, karena bagian yang padat bercampur dengan yang cair (urine) (Setyamidjaja 1995 ; Hardjowigeno 1987). Selain itu pupuk kotoran ayam adalah pupuk yang lengkap karena mengandung hampir semua unsur hara yang bekerja secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama (Rafnida, 1986). Bahkan dari hasil penelitian Setiabudiningsih (1998) menunjukkan bahwa pemupukan dengan menggunakan kotoran ayam cenderung memberikan kandungan unsur hara yang lebih lengkap sehingga meningkatkan produktivitas primer perairan. Selanjutnya Sutejo (1995) menyatakan bahwa berdasarkan


(21)

kandungan unsur hara, pupuk urea dan TSP termasuk pupuk tunggal, karena hanya mengandung satu macam unsur hara. Urea hanya mengandung N sedangkan TSP hanya mengandung P. Urea dan TSP termasuk pupuk buatan (pupuk anorganik) yang berkadar hara tinggi. Komposisi mineral dan kandungan air beberapa jenis kotoran ternak dan unggas dapat di lihat pada Tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1 Komposisi Mineral dan Kandungan Air Beberapa Jenis Kotoran Ternak dan Unggas

Jenis ternak Kadar zat dan air dalam %

Nitrogen Fosfor Kalium Air

Kuda : - padat - cair 0,55 1,40 0,30 0,02 0,40 1,60 75 90 Sapi : - padat - cair 0,40 1,00 0,20 0,50 0,10 1,50 85 92 Kerbau : - padat - cair 0,60 1,00 0,30 0,15 0,34 1,50 85 92 Kambing : - padat - cair 0,60 1,50 0,30 0,13 0,17 1,80 60 85 Domba : - padat - cair 0,75 1,35 0,50 0,05 0,45 2,10 60 85 Babi : - padat - cair 0,95 0,40 0,35 0,10 0,40 0,45 80 87 Ayam :

- padat dan cair 1,00 0,80 0,40 55

Sumber: Lingga (1995)

Pupuk yang banyak digunakan baik dalam usaha pembudidayaan tanaman maupun perikanan adalah pupuk Urea dan TSP, karena kandungan unsur hara kedua pupuk ini tinggi dan termasuk pupuk tunggal yaitu pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur saja, dimana pupuk urea hanya mengandung nitrogen dan pupuk TSP hanya mengandung fosfor (Lingga, 1995; Sutejo, 1995). Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa defisiensi fosfor dan nitrogen di perairan menentukan fitoplankton serta akhirnya mengurangi produktivitas dalam suatu perairan (Sumawidjaja, 1981).


(22)

Nutrien dibagi menjadi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat dan fosfat tergolong makronutrien yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti ammonia, nitrit dan senyawa organik dapat digunakan apabila kekurangan nitrat (Cotteau, 1996; Taw, 1990).

Fitoplankton secara umum dapat mempengaruhi pertumbuhan rotifera, karena dapat meningkatkan pertumbuhan Rotifera B. plicatils tersebut. Unsur hara esensial yang harus ada diperairan dan merupakan faktor pembatas fitoplankton adalah unsur fosfor dan nitrogen (Dahril, 1996). Fosfor adalah suatu nutrien metabolik kunci dan unsur ini sering mengatur produktivitas perairan alami. Senyawa N organik biasanya terdapat dalam bentuk terlarut, hanya sedikit sekali di dalam perairan alami sehingga nutrien yang essensial bagi produsen primer, fosfor lebih banyak berperan dari pada nitrogen sebagai faktor pembatas pertumbuhan (Effendi, 2004). Beberapa jenis pupuk nitrogen dan fosfor beserta haranya dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini:

Tabel 2.2Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya

Jenis pupuk Kadar N (%) Kadar P (%)

Zwavelzure ammoniak Urea Chilisalper Natronsalpeter Kalkammonsalpeter Kalkstikastof Superposfat/Enkel uperposfat Dubble superposfat (DS) Triple Superposfat (TSP) Posfat Cirebon

Fused Magnesium posfat (EMP)

20-21 45-46 14-16 16 20 20-21 - - - - - - - - - - - 18-20 36-40 48-54 25-28 19 Sumber : Lingga (1995)

2.6 Peranan Vitamin dalam Pembudidayaan Brachionus plicatilis

Vitamin merupakan salah satu nutrien yang bukan merupakan sumber tenaga tetapi sangat dibutuhkan untuk kelangsungan semua proses di dalam tubuh. Vitamin merupakan senyawa organik dan biasa disebut dietary essensial yaitu harus diberikan


(23)

dari luar tubuh karena tubuh tidak dapat mensintesis sendiri, kecuali beberapa vitamin misalnya vitamin C pada ayam dan vitamin B pada ruminansia, oleh sebab itu harus disuplai dari makanan (Steffens, 1989). Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh, dan reproduksi. Vitamin dibagi menjadi dua yaitu yang larut dalam lemak (vitamin A,D, E, dan K) dan vitamin yang larut dalam air seperti riboflavin, vitamin C, thiamin, dan lain-lain (Giri, Suwirya & Marzuqi, 1999).

Menurut Erlina & Hastuti (1986) pemberian tambahan vitamin B1 dengan cara pengayaan dengan dosis 0,2 mg/l pada media pengayaan Rotifera dapat meningkatkan kelulusan hidup dan pertumbuhan larva. Selanjutnya Merchie et al., (1995) menyatakan bahwa tehnik pengayaan Rotifera dengan penambahan vitamin dilakukan selama 24 jam. Selanjutnya Tacon (1991) menyatakan bahwa tiamin (B1) berperan sebagai kofaktor enzim untuk metabolisme karbohidrat dalam menghasilkan energi dan proses dekarboksilasi (pelepasan karbondioksida) dalam reaksi enzim multiple. Di dalam tubuh tiamin tidak dapat disimpan dalam jumlah banyak, oleh karena itu kelebihan tiamin di dalam tubuh akan dibuang melalui urin. Kebutuhan tiamin untuk berbagai jenis Rotifera berbeda komposisi pakannya. Apabila kandungan tiamin tidak mencukupi dalam pakan akan menyebabkan berkurangnya nafsu makan, pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya lambat.

Menurut Djarijah (1995) dan Mujiman (1998) terkadang beberapa jenis plankton membutuhkan tambahan vitamin. Untuk itu dapat ditambahkan Vitamin B1 0,2 mg/l; Vitamin B2 1,0 mikrogram/l dan Vitamin B12 1,0 mikrogram/l. Selanjutnya Tacon (1991) menyatakan bahwa untuk mempertahankan generasi Rotifera yang berlanjut perlu penambahan nutrisi ke dalam kultur Rotifera seperti vitamin B kompleks, kalsium pantotenat, biotin dan thiamin.


(24)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ‘’Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis dengan Penambahan Vitamin B1pada Media CAKAP’’, telah dilaksanakan pada bulan Mei 2010 di Laboratorium Sistematika Hewan Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen dengan analisis rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan 4 perlakuan vitamin B1 dan 6 ulangan, sebagai berikut.

M0 = Media CAKAP tanpa vitamin B1 (kontrol) M1 = Media CAKAP + vitamin B1 0,3 mg/2 l M2 = Media CAKAP + vitamin B1 0,4 mg/2 l M3 = Media CAKAP + vitamin B1 0,5 mg/2 l

Keterangan: Media CAKAP = Kotoran ayam 200 mg/2 l + Urea 4 mg/2 l + pupuk TSP 3 mg/2 l (Sihombing, 2009).

3.2 Persiapan Bahan Media

Media pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran ayam 7.300 mg yang telah dikeringkan terlebih dahulu di bawah sinar matahari, pupuk urea 146 mg dan TSP 109,5 mg. Kotoran ayam yang telah kering, urea, TSP dan vitamin B1(sintetik) 115,2 mg dihaluskan dan diayak, kemudian ditimbang sesuai komposisi perlakuan seperti di atas (stok seluruh media perlakuan). Selanjutnya kotoran ayam, urea dan TSP tersebut dimasukkan ke dalam kantung strimin.


(25)

3.3 Persiapan Media 3.3.1 Media Aklimasi

Air yang digunakan untuk aklimasi diperoleh dari air kolam Perpustakaan Universitas Sumetera Utara Medan yang telah disaring dengan menggunakan plankton net bermata saring 15 mikron. Air kolam tersebut dimasukkan ke dalam akuarium bervolume 25 liter. Kemudian media yang terdiri dari kotoran ayam 2.500 mg/25 l + pupuk Urea 50 mg/25 l + pupuk TSP 37,5 mg/25 l dimasukkan ke dalam kain strimin dan dicelupkan ke dalam akuarium dan diaklimasi selama 2 hari (Sihombing, 2009).

3.3.2 Persiapan BibitBrachionus plicatilis

Brachionus plicatilis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kolam

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Medan. Brachionus plicatilis diambil dengan menggunakan plankton net dan dimasukkan ke dalam ember bervolume 10 liter. Selanjutnya dimasukkan bibit Brachionus plicatilis secukupnya ke dalam akuarium tersebut untuk diaklimasikan selama 5 hari. Akuarium diletakkan di bawah lampu 20 Watt dengan jarak ± 20 cm dan aerasi dilakukan selama 5 hari (Sihombing, 2009).

3.3.3. Media Perlakuan

Air yang digunakan untuk media perlakuan diperoleh dari air kolam Perpustakaan Universitas Sumetera Utara Medan yang telah disaring dengan menggunakan plankton net bermata saring 15 mikron. Air kolam tersebut dimasukkan ke dalam masing-masing stoples 2 liter. Kemudian media CAKAP dimasukkan ke dalam kain strimin dan digantungkan ke dalam masing-masing stoples, lalu stoples ditutup kembali dengan kain strimin, kemudian diinkubasi selama 7 hari. Shasmand (1986) menjelaskan dengan melakukan pemupukan berarti akan merubah konsentrasi zat hara sehingga akan mempengaruhi Zooplankton, dalam hal ini B. plicatilis. Selanjutnya Mujiman (1998) juga menjelaskan tujuan pemupukan pada media kultur B. plicatilis


(26)

adalah untuk menumbuhkan jasad-jasad renik yang merupakan makanan B.plicatilis. Selanjutnya Merchie et al (1995) menyatakan bahwa teknik pengayaan Rotifera dengan penambahan vitamin dilakukan selama 24 jam.

Kemudian dimasukkan bibit Brachionus plicatilis dari media aklimasi masing-masing 25 individu/2 liter, kemudian ditambahkan vitamin B1 pada masing-masing-masing-masing stoples dengan dosis yang berbeda, lalu stoples ditutup kembali dengan kain strimin. Stoples media diletakkan secara random pada tempat (rak) dan tertutup dan diberi sinar lampu TL 20 Watt dengan jarak lampu ke stoples media ± 20 cm. Media perlakuan diberi aerasi setiap hari dengan aerator selam ± 3 menit agar kandungan 02 terlarut tidak terlalu rendah. Kondisi fisik-kimia media dipertahankan, seperti suhu antara 22-29 C, pH antara 7,5-8,0.

3.3.4 Pengamatan dan Penghitungan Laju Pertumbuhan Brachionus plicatilis

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sihombing (2009) bahwa pengamatan dan penghitungan laju pertumbuhan populasi dilakukan 2 hari sekali selama 16 hari atau (8x pengamatan), dimana hari ke 16 laju pertumbuhan populasi Brachionus sudah maksimal. Pada masing-masing media perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 6 kali.

H1 = hari ke-2 H2 = hari ke-4 H3 = hari ke-6 H4 = hari ke-8 H5 = hari ke-10 H6 = hari ke-12 H7 = hari ke-14 H8 = hari ke-16

Hal ini berdasarkan lama hidup Brachionus plicatilis, yaitu selama 12-19 hari (Hyman, 1951).


(27)

Sebelum dilakukan pengambilan Brachionus plicatilis, air media terlebih dahulu diaduk perlahan-lahan dengan menggunakan batang pengaduk kaca agar

Brachionus plicatilis yang terdapat dalam media tersebar secara merata, sehingga

individu yang tertangkap didalam pipet serologi dapat mewakili semua Brachionus plicatilis yang ada di dalam stoples. Selanjutnya Brachionus plicatilis yang terdapat didalam pipet serologi 20 ml dihitung dengan mata telanjang, yaitu dengan cara diterawangkan pada sinar lampu. Cara ini sesuai dengan yang dilakukan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Serang serta Isnansetyo & Kurniastuty (1995). Penghitungan jumlah populasi Brachionus plicatilis dimasukkan kembali ke dalam stoples. Persiapan media pakan sampai dengan penghitungan jumlah populasi

Brachionus plicatilis dilakukan pada bulan Mei 2010.

3.3 Analisis Data

Setiap pengamatan/penelitian selesai dilakukan penghitungan jumlah populasi

Brachionus plicatilis, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus menurut

Fogg (1975), sebagai berikut:

K =

t No Nt ln ln −

Dimana: K = Laju pertumbuhan jumlah populasi Brachionus plicatilis per hari Nt = Jumlah populasi Brachionus plicatilis setelah t hari

No = Jumlah populasi awal Brachionus plicatilis t = Waktu pengamatan (hari)

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Analisis of Variance (Anova), sedangkan untuk menguji beda antara perlakuan dilakukan dengan uji beda rata-rata duncan (DNMRT) (Steel & Torrie, 1993).


(28)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Brachionus plicatilis (ind/2 l)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap laju pertumbuhan populasi

Brachionus plicatilis pada setiap media perlakuan, didapatkan laju pertambahan

Brachionus plicatilis yang cukup bervariasi, seperti terlihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Jumlah Individu Brachionus plicatilis (ind/2 l) pada Setiap Perlakuan

Waktu pengamatan (Hari ke-)

Perlakuan Vitamin B1

M0 M1 M2 M3

0 26 26 26 26

2 5612 6.334 7.888 6888

4 10.722 10.722 14.778 7.888

6 14.612 17.000 17.556 13.056

8 16.000 20.278 21.388 19.500

10 15.444 19.166 19.222 18.556

12 13.888 17.610 17.832 16.556

14 11.944 15.540 15.888 14.444

16 9.888 12.388 13.000 11.166

Keterangan: M0 = media CAKAP tanpa vitamin B1 (kontrol) M1 = media CAKAP + vitamin B1 0,3 mg/2 l M2 = media CAKAP + vitamin B1 0,4 mg/2 l M3 = media CAKAP + vitamin B1 0,5 mg/2 l

Dari Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa pada semua perlakuan vitamin B1 jumlah individu Brachionus plicatilis terus meningkat sampai pengamatan hari ke-8, sedangkan mulai hari ke-10 sampai hari ke-16 terjadi penurunan. Hal ini disebabkan ketersediaan makanan (fitoplankton) sudah tidak mencukupi kebutuhan Brachionus

plicatilis untuk mempertahankan kepadatan populasinya. Mujiman (1998) menyatakan

bahwa pemupukan untuk ketersediaan bahan makanan bagi Brachionus dalam media pada umumnya hanya tersedia 5-7 hari, jika tidak dilakukan pemupukan susulan akan


(29)

terjadi penurunan pertambahan populasi, tetapi bila dilakukan pemupukan susulan setiap 5-6 hari sekali maka kepadatan Brachionus dapat dipertahankan tetap tinggi sampai siklus hidupnya berakhir yaitu sekitar 19-20 hari. Selanjutnya Dahril (1996) menyatakan bahwa kondisi media yang baik dan tersedianya nutrisi yang mencukup i dalam media kultur dapat menyebabkan terjadinya pertambahan populasi Brachionus plicatilis dengan cepat, tetapi juga akan mengalami penurunan yang cepat pula bila kondisi media dan nutrisi tidak lagi dapat mendukung kehidupannya. Untuk lebih jelasnya rata-rata pertambahan jumlah Brachionus plicatilis dapat dilihat pada

Gambar 4.1

Gambar 4.1 Jumlah IndividuBrachionus plicatilis (ind/2 l) pada Setiap Perlakuan

Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat bahwa pada semua hari pengamatan jumlah individu Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada media M2 dengan penambahan vitamin B1 (0,4 mg/2 l).

Tingginya jumlah individu pada media yang ditambahkan vitamin B1 (0,4 mg/2 l), karena nutrisi pada media kultur tercukupi dengan baik untuk keberlanjutan generasinya.Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin B1 baik secara langsung (terhadap kehidupan dan perkembangbiakan fitoplankton), maupun secara tidak langsung (terhadap kehidupan dan perkembangbiakan Brachionus) sebagai sumber nutrisi bagi Brachionus, ternyata sampai hari ke-16 (terakhir pengamatan) jumlah


(30)

hari ke-0. Hal ini sama dengan yang dilakukan Erlina & Hastuti (1986) yang menyatakan bahwa pemberian tambahan vitamin B1 dengan cara pengayaan dengan dosis 0,2 mg/l pada media pengayaan Rotifera dapat meningkatkan kelulusan hidup dan pertumbuhan larva.

Rendahnya jumlah individu pada media M0 disebabkan tidak adanya penambahan vitamin B1, sehingga nutrisi yang tersedia tidak mendukung untuk keberlanjutan generasinya. Menurut Tacon (1991) untuk mempertahankan generasi Rotifera yang berlanjut perlu penambahan nutrisi ke dalam kultur Rotifera seperti vitamin thiamin (B1).

4.2 Laju Pertumbuhan PopulasiBrachionus plicatilis

Analisis data pertambahan jumlah populasi Brachionus plicatilis, didapatkan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis setelah diberikan penambahan vitamin B1 pada media didapatkan hasil yang bervariasi, seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind x 2

x10-3 ml x hari-1) pada Setiap Perlakuan Waktu Pengamatan

(hari ke-) Media dan Laju Pertumbuhan

M0 M1 M2 M3

2 2,549 2,571 2,798 2,735

4 1,445 1,498 1,574 1,391

6 1,035 1,079 1,082 1,032

8 0,794 0,831 0,838 0,827

10 0,63 0,659 0,660 0,656

12 0,514 0,542 0,537 0,537

14 0,432 0,456 0,457 0,450


(31)

Gambar 4.2 Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind x 2 x 10-3 ml x hari-1) pada Setiap Media

Grafik 4.2 menunjukkan bahwa terjadi penurunan laju pertumbuhan populasi

Brachionus plicatilis yang sama pada semua perlakuan vitamin B1 dari hari ke-4

sampai hari ke-16. Hal ini disebabkan menurunnya ketersediaan nutrien (fitoplankton) sebagai bahan makanan Brachionus plicatilis, yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangbiakan Brachionus plicatilis. Bila dikaitkan dengan Gambar 4.1 ternyata penurunan laju pertumbuhan Brachionus plicatilis sampai hari ke-16 masih bisa meningkatkan pertumbuhan Brachionus plicatilis. Namun Penurunan laju pertumbuhan pada semua perlakuan vitamin B1 menyebabkan penurunan laju pertumbuhan Brachionus plicatilis yang sangat tajam.

Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tinggi pada pengamatan hari ke-2 disebabkan ketersediaan nutrien masih mencukupi kebutuhan Brachionus

plicatilis untuk mendukung terjadinya laju pertumbuhan secara optimal. Shasmand

(1986) menyatakan bahwa dalam mengkultur Brachionus pemberian pupuk urea dan TSP yang seimbang sangat menentukan terhadap pertumbuhan fitoplankton sebagai sumber bahan makanan dari Brachionus plicatilis, keadaan ini disebabkan karena pupuk urea dengan kandungan unsur N sekitar 46% dan pupuk TSP dengan kandungan unsur P sekitar 14-20% dapat meningkatkan metabolisme fitoplankton, sehingga berkembang biak dengan cepat. Menurut Bold & Wynne (1985)


(32)

penambahan vitamin B1 dapat mendukung pertumbuhan fitoplankton. Selanjutnya Cahyaningsih (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada nutrisi atau unsur hara baik makro maupun mikro yang terkandung dalam media kultur. Unsur hara makro meliputi nitrat, posfat dan silikat sebagai dasar nutrient utama, unsur hara mikro berupa treace element yang meliputi besi, molybdenum, copper, zinc dan cobalt. Vitamin B1, B12 dan biotin juga merupakan mikro nutrient yang dibutuhkan.

Terjadinya penurunan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis disebabkan berkurangnya ketersediaan bahan makanan, sehingga tidak dapat mendukung kehidupan dan perkembangbiakan Brachionus plicatilis. Rotifera ini dapat hidup pada media yang mengandung unsur hara. Dimana unsur hara yang dimasukkan ke dalam media pada umumnya adalah pupuk, jenis pupuk yang digunakan sebagai sumber unsur hara pada media kultur adalah pupuk organik dan anorganik. Menurut Dahril (1996) kotoran ayam berfungsi sebagai pupuk alami untuk meningkatan jumlah alga, bakteri yang merupakan pakan Rotifera. Fitoplankton secara umum dapat mempengaruhi pertumbuhan Rotifera, karena dapat meningkatkan pertumbuhan Rotifera B. plicatilis tersebut. Unsur hara esensial yang harus ada diperairan dan merupakan faktor pembatas fitoplankton adalah unsur fosfor dan nitrogen (Dahril, 1996). Selanjutnya Fogg (1965) dalam Mustofa (1982) menyatakan bahwa selain unsur anorganik, plankton juga membutuhkan unsur organik antara lain vitamin, seperti vitamin thiamin (B1) untuk peningkatan gizi.


(33)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Laju Pertumbuhan Brachionus

plicatilis pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Urea, dan Pupuk TSP, serta

Pemberian Beberapa Variasi Vitamin B1, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Vitamin B1 dapat meningkatkan laju pertumbuhan Brachionus plicatilis

b. Penambahan konsentrasi vitamin B1 0,4 mg/2 l menunjukkan hasil yang maksimal terhadap jumlah populasi Brachionus plicatilis pada semua pengamatan c. Jumlah individu Brachionus plicatilis tertinggi pada pengamatan hari ke-8 yaitu pada media M2 sebesar 21.388 ind/2 l

d. Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis yang tertinggi pada media M2 sebesar 8,334 ind x 2 x 10-3x hari-1

e. Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada semua perlakuan vitamin B1 menunjukkan kecenderungan penurunan yang sama dari waktu ke waktu hari pengamatan.


(34)

5.2 Saran

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang laju pertumbuhan populasi

Brachionus plicatilis dengan melakukan penambahan pakan susulan setelah

5-6 hari

b. Perlu dilakukan analisis kadar fosfor, Nitrogen, dan organik pada kotoran ayam yang akan digunakan

c. Perlu dilakukan penelitian laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis

pada media CAKAP serta penambahan beberapa variasi konsentrasi vitamin B1 dan vitamin C


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa, A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dwi Sri. hlm: 97. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut ATA-192. 1985. Budidaya Rotifera (Brachionus plicatilis) O.F. Muller. Serang: Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegoro. hlm: 190.

Barnes, R. 1987. Invertebrate Zoology. Fifth Edition. Philadephia: W. B. Saunders Company. Page: 242, 246.

Bold, H. C and M. J., Wynne. 1985. Introduction to The Algae: Structure and Reproduction. Edition 2. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. hlm. 534. Cahyaningsih, S. 2006. Petunjuk Teknis Produksi Pakan Alami. Departemen kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Air Payau Situbondo.

Cole, G. A. 1993. Teks Limnologi. Diterjemahkan oleh Fatimah Md. Yusoff & Shamsiah Md. Said. Edisi III. Cetakan I. Selangor Darul Ehsan: Dewan Bahasa dan Pustaka. hlm: 69, 337.

Cotteau, P. 1996. Microalgae. In: Manual on Production and Use of Live Food for Aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper. Lavens, P and P. Sorgeloos Edition. Rome. Italia. hlm: 8-47.

Chumaidi dan Djajadiredja. 1982. Terhadap Pertumbuhan Populasi Moina sp.. Pewarta BPPD. 3 (1). hlm: 37-44.

Dahril, T. 1996. Biologi Rotifera dan Pemanfaatannya. Pekan Baru: Penerbit UNRI Press. hlm: 5, 14 ; 43-46.

Data DKP 2008 (http//www. dkp.co.id) diakses tanggal 18 April 2010.

Diani, S. 1995. Perbedaan Lama Waktu Pengkayaan Rotifera (Brachionus plicatilis) Terhadap kandungan asam lemak Rotifera Dan Pertumbuhan Serta Kelangsungan Hidup Larva Kerapu Macan (Epinephelus fucoguttatus)

dalam prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Buku II. Bidang

Budidaya Perikanan. Jakarta : Penerbit Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perikanan. hlm. 392.

Djarijah, A. B. 1995. Pakan Ikan Alami. Cetakan I. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm: 12-13 ; 35–55.

Djuhanda, T. 1980. Kehidupan dalam Setetes Air dan Beberapa Parasit Pada Manusia. Bandung: Penerbit ITB. hlm: 29-36.

Edmonson, W. T. 1963. Fresh Water Biology. New York: John Wley and Sons. Page. 420.

Effendi, H. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm: 145.

Erlina, A. & Hastuti, W. 1986. Kultur Plankton-BBAP. Jepara: Dritjen Perikanan. hlm: 45.

Fogg, G. E. 1975. Algae Culture and Phytoplankton Ecologi. Second Edition. Maddison: University of Winconsin Press. hlm: 19.


(36)

Giri, N.A., K. Suwirya, dan M. Marzuqi. 1999. Kebutuhan Protein, Lemak, dan Vitamin C Yuwana Kerapu bebek, Cromileptes altivelis. Jurnal Penelitian PerikananIndonesia, 5(3). hlm: 38-44.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Medityatma Sarana Perkasa. hlm: 220. Hyman, L. H. 1951. The Invertebrata : Acanthocepala, Aschelminthes and Entprocta. Volume III. New York : Mc. Graw-Hill Book Company, Inc. hlm: 91-100 & 117-141.

Isnansetyo, dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton:

Pakan Alami Ikan Untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta :

Penerbit Kanisius. hlm: 14–15.

John, A. H. 2007. Sistematika Hewan I (Invertebrata). Buku Ajar. FMIPA USU. Medan. Untuk kalangan Sendiri. hlm: 78-90.

Kadarini, T. 1997. Pupuk Anorganik Sebagai Alternatif Untuk Meningkatkan Produksi Pakan Alami Pada Budi Daya Ikan. Warta Penelitian Perikanan Indonesia. Volume III. No.3. hlm: 2.

Koste, W. 1980. Das rädertier-porträt. Brachionus plicatilis, ein salzwasserrädertier. Mikrokosmos, 5:148-155.

Lingga, P. 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Cetakan ke-10. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. hlm: 57-59.

Merchie, G.,Lavens, P., Dhert, Ph.,Dehasque, M., Nelis, H., De Leenheer, A and Sorgeloos, P. 1995. Variation of Ascorbic acid Content in different Live Food Organism Aquaculture. hlm: 134.

Mujiman, A. 1998. Makanan Ikan. Jakarta : Penerbit PT. Penebar Swadaya: hlm: 14–17; 49–51.

Mustofa, T.D. 1982. Pengaruh Penambahan Vitamin B12 Pada Tingkat Salinitas Yang Berbeda Terhadap Perkembangan Populasi Monokultur Tetraselmis sp, Skeletonema sp dan Chaetocheros sp. Departemen Pertanian Derektorat Jendral Perikanan Bagian Proyek Peningkatan Budidaya Udang. Banda Aceh. hlm: 19.

Naegel, L. 1989. Kemungkinan Pengembangan Akuakultur, Integrasi Akuakultur Dalam Sistem Produksi Pertanian dalam Budidaya Air. Jakarta: A. Bitter (ed). Yayasan Obor Indonesia. hlm: 1-3.

Pennak, R.W. 1978. Freshwater Invertebrates of United State. 2nd Edition. New York: Jhon Willey & Sons, Inc. hlm: 179-187; 190-194.

Priyambodo, K dan Tri. 2001. Budidaya Ikan Alami untuk ikan. Jakarta: Penerbit PT. Penebar Swadaya. hlm: 28.

Purwanadari. 1995. Pengaruh Penggunaan Dosis Vitamin B1, B12 dan Biotin Yang

Berbeda terhadap pertumbuhan Skeletonema costatum. Skripsi Jurusan

Budidaya Perairan, Universitas Hangtuah. Surabaya. hlm: 2.

Rafnida, 1986. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Populasi Moina sp. Kertas Karya. Pekan Baru: Fakultas Perikanan Universitas Riau. hlm: 38 (tidak dipublikasikan).


(37)

Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Pekan Baru: Universitas Riau. hlm: 85.

Saifannur, 2008. Pengaruh Pemberian Beberapa Variasi Pupuk Urea Pada Komposisi Media Kotoran Ayam Dengan Pupuk TSP Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera. Skripsi S1 Biologi. FMIPA USU. Medan. hlm. 16-17 (tidak dipublikasikan).

Saifuddin. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana. hlm: 56.

Senawan, I. 1984. Kelestarian Sumber Perikanan Daerah Riau Berkala Perikanan Terubuk.29 (10). hlm. 28.

Setiawan dan M. Rodif. 1991. Pengaruh Berbagai Peningkatan Gizi Rotifera, Brachionus plicatilis, Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus. J. Panel. Budidaya Pantai. Jakarta. hlm: 57-66.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: Simplex. hlm: 122.

Setyabudiningsih. 1998. Pengaruh dan Kuantitas Scenedesmus acuminatus Terhadap siklus Hidup brachionus caliciflorus pallas. Kertas Karya. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. hlm: 69 (tidak dipublikasikan).

Sihombing, D. 2009. Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (Brachionus plicatilis) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan. Skripsi S1 Biologi. FMIPA USU. Medan: Tidak dipublikasikan. hlm: 14-15. Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik suatu Pendekatan Biometrik. Cetakan Ketiga. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.

Sumawidjaja, K. 1981. Limnologi. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. hlm. 56.

Sunyoto, P dan Mustahal. 1997. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis; Kerapu, Kakap, Beronang. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm: 2.

Sutejo, M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Cetakan V. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. hlm: 86-91 ; 108-142.

Tacon, A. G. J. 1991. Proceeding of The Nutrition Workshop. Singapore: American Soybeen Association. hlm: 231-232.

Taw, N. 1990. Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni dan Massal Mikroalga. Proyek pengembangan Udang. United Nation Development Programme Food and Agriculture Organization of the United Nation.

Yunus, K. S, Kasprijo. Irwan, S. 1996. Pengaruh Pengkayaan Rotifera (Brachionus plicatilis) Dengan Menggunakan Minyak Hati Ikan COD Terhadap Penetasan Larva Kepiting Bakau (Scylla serrata). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Volume II. No. 3. hlm: 39.


(38)

Disaring

Dibungkus kain strimin

Dicelupkan

Lampiran A. Bagan Alir Persiapan Media Pakan untukBrachionus plicatilis

Air kolam

Stoples/botol

Kotoran ayam + pupuk Urea + pupuk TSP

Sumber pakan

Media Perlakuan Stoples/botol


(39)

Ditutup dengan kain kasa

Diberi cahaya 20 Watt

Dibiarkan selama satu minggu

Dimasukkan bibit B. plicatilis sebanyak 25 individu

Dilakukan pengamatan dan penghitungan setiap 2 hari selama 16 hari

Brachionus plicatilisdiambil dengan pipet serologi 20 m

l

Diamati dibawah sinar lampu

Dihitung dengan mata telanjang

Ditambahkan vitamin B1 setiap hari sesuai konsentrasi

Lampiran B. Bagan Alir Laju PertumbuhanBrachionus plicatilis

Media Perlakuan

Media Perlakuan Setelah satu minggu

Pipet Serologi 20 ml

Jumlah individu /ml (kepadatan)


(40)

Lampiran C. Bagan Posisi/Letak Media Secara Randomisasi

RAK 1 RAK 2

RAK 3 RAK 4

M0 (5) M2 (5) M0 (1)

M3 (2) M1 (3)

M3 (4)

Lampu TL 20 Watt

M0 (6) M1 (4)

M3 (3) M2 (1)

M0 (3) M1 (2)

Lampu TL 20 Watt

M1 (6) M3 (3)

M2 (2) M1 (1)

M3 (6) M2 (4)

M3 (5) M0 (2)

M2 (3) M3 (1)

M0 (4) M1 (5)

Lampu TL 20 Watt Lampu TL 20 Watt


(41)

Lampiran D. Jumlah Individu Populasi Brachionus plicatilis(ind/ml) dengan Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP

Perlakuan Waktu Pengamatan

H0 H1 H2 H3 H4

Media Ulangan X 1 2 3 4 5 6 X 1 2 3 4 5 6 X 1 2 3 4 5 6 X 1 2 3 4 5 6 X

M0 1 0,013 0 2 0 0 1 0 0,5 0 1 0 2 3 0 1 0 3 1 4 1 2 1,833 0 0 2 3 10 6 3,5

2 0,013 3 2 1 3 1 1 1,833 5 9 4 12 6 13 8,167 4 11 9 13 11 8 9,333 11 9 12 9 4 7 8,667

3 0,013 9 4 3 5 4 9 5,667 7 11 8 3 6 12 7,833 13 2 11 2 4 18 6,667 16 12 10 9 6 7 10

4 0,013 1 0 2 1 1 3 1,333 3 1 5 3 0 1 2,167 5 16 9 7 9 5 8,5 15 18 5 8 7 11 10,667

5 0,013 3 5 2 3 2 3 3 3 11 11 10 7 5 7,833 15 7 13 10 5 7 9.5 10 7 11 9 8 13 9,667

6 0,013 1 5 9 4 5 3 4,5 2 5 3 9 5 7 5,167 10 4 11 8 9 6 8 11 5 6 3 2 6 5,5

Total 0,078 17 18 17 16 14 19 16,833 20 38 31 39 27 38 32,167 47 43 54 44 39 36 43,833 63 51 46 41 37 50 48

Rata-rata 0,013 2,806 5,361 7,306 8

M1 1 0,013 2 3 5 5 3 2 3,333 4 1 1 8 9 8 5,167 8 12 6 7 4 2 6,5 6 16 8 5 0 9 9,833

2 0,013 4 1 0 1 2 3 1,833 3 7 2 1 4 5 3,667 13 12 7 7 10 4 8,833 23 2 21 9 8 5 11,167

3 0,013 2 9 2 6 6 2 4,5 10 7 5 8 8 4 7 7 13 5 2 13 18 9,667 13 9 14 9 8 8 10,833

4 0,013 4 6 3 4 2 4 3,833 4 3 3 8 5 7 5 22 7 11 6 3 8 9,5 24 7 11 5 1 9 10

5 0,013 5 3 2 1 6 3 3,333 0 3 13 0 4 6 4,333 16 11 3 10 5 2 97,833 10 16 19 9 11 6 12

6 0,013 1 2 2 3 5 0 2,167 7 11 6 9 6 35 7 9 17 7 2 8 9 8,667 14 5 6 8 7 3 7

Total 0,078 18 24 14 20 24 14 19 28 32 30 34 36 33 32,167 75 72 39 34 43 43 51 90 55 79 56 45 40 60,833

Rata-rata 0,013 3,167 5,361 8,5 10,139

M2 1 0,013 1 3 2 4 5 4 3,167 5 1 9 4 2 7 4,667 12 3 6 2 7 4 5,667 14 11 5 14 7 4 9,167

2 0,013 1 2 5 2 2 4 2,667 19 14 3 18 5 1 10 16 7 11 9 3 19 10,833 13 4 18 8 10 11 10,667

3 0,013 6 16 10 3 5 15 9,167 13 6 5 3 5 8 6,667 4 15 7 13 9 2 8,333 23 6 11 10 7 8 10,833

4 0,013 3 2 2 5 2 4 3 2 6 9 11 5 3 6 17 8 13 7 2 8 9,167 17 12 9 7 14 10 11,5

5 0,013 4 0 3 6 5 0 3 13 11 11 8 11 12 11 5 12 9 8 13 19 11 12 14 12 9 16 7 11,667

6 0,013 0 2 6 4 0 4 2,667 7 7 5 3 6 8 6 3 9 14 5 11 4 7,667 19 7 11 4 8 13 10,333

Total 0,078 15 25 28 24 19 31 23,667 59 45 42 47 34 39 44,333 57 54 60 44 45 56 52,667 98 54 66 52 62 53 64,167

Rata-rata 0,013 3,944 7,389 8,778 10,694

M3 1 0,013 13 2 4 4 2 7 5,333 2 1 3 1 2 1 1,667 11 3 4 3 2 2 4,167 5 12 6 13 7 11 9

2 0,013 0 2 2 4 3 2 2,167 3 2 2 2 1 0 1,667 9 4 3 6 9 6 6,167 15 5 8 12 9 11 10

3 0,013 3 5 3 1 7 10 4,833 1 11 5 4 8 2 5,167 9 22 7 8 4 1 8,5 19 11 8 11 4 10 10,5

4 0,013 10 7 2 4 5 0 4,667 3 7 5 1 6 1 3,833 5 13 7 6 3 5 6,5 13 17 9 3 6 12 10

5 0,013 0 0 5 3 1 3 2 4 9 12 10 2 9 7,667 14 5 9 11 4 2 7,5 15 3 16 8 5 9 9,333

6 0,013 0 4 4 0 1 1 1,667 7 2 5 1 2 5 3,667 4 9 15 2 6 2 6,333 8 8 17 7 4 14 9,667

Total 0,078 26 20 20 16 19 23 20,667 20 32 32 19 21 18 23,667 52 56 45 36 28 18 39,167 75 56 64 54 35 67 58,5


(42)

Perlakuan Waktu Pengamatan

H5 H6 H7 H8

Media Ulangan 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 X 1 2 3 4 5 6 X 1 2 3 4 5 6 X

M0 1 2 0 5 1 0 8 2,667 0 0 3 6 3 0 2 2 2 0 4 0 5 2,167 1 3 2 0 3 2 1,667

2 4 13 10 7 9 3 7,667 4 10 11 4 1 6 6 5 8 5 4 9 3 5,667 4 5 10 6 2 4 5,167

3 7 4 17 8 9 6 8,5 5 6 9 13 9 8 8,333 0 4 8 8 10 7 6,167 3 8 7 0 0 0 4,5

4 11 7 15 9 9 12 10,5 5 12 9 9 11 12 9,333 8 14 7 5 9 2 7,5 9 4 6 10 6 1 6

5 7 5 16 9 9 11 9,5 8 7 16 7 3 9 8,333 4 7 5 10 8 9 7,167 5 5 3 8 9 5 5,833

6 6 9 13 5 5 7 7,5 9 8 11 6 7 3 7,333 0 10 9 11 7 6 7,167 2 7 9 4 12 5 6,5

Total 46,333 41,667 35,833 29,667

Rata-rata 7,722 6,944 5,972 4,944

M1 1 14 6 6 9 11 3 8,167 8 5 12 7 3 6 7 5 6 3 16 8 9 7,833 2 9 4 6 12 2 5,833

2 21 10 6 8 19 4 11,333 17 8 8 14 6 5 9,667 14 9 0 8 11 7 8,167 6 2 9 4 7 8 6

3 20 5 11 14 6 4 10 15 7 10 11 6 6 9,167 16 9 5 9 9 2 8,333 0 7 9 8 5 6 5,833

4 17 6 6 13 2 8 8,667 5 19 9 6 11 3 8,833 9 12 10 5 3 5 7,333 3 9 0 5 8 12 6,167

5 7 13 9 17 8 2 9,333 4 8 13 7 10 7 8,167 9 6 7 8 12 5 7,833 14 6 7 6 8 1 7

6 12 7 18 7 9 7 10 8 10 7 9 9 17 10 6 10 9 0 6 12 7,167 5 8 4 9 7 5 6,333

Total 57,5 52,833 46,667 37,167

Rata-rata 9,583 8,805 7,778 6,194

M2 1 7 15 9 15 7 5 9,667 12 5 9 8 11 6 8,5 5 6 12 9 7 6 7,5 0 6 9 5 10 4 5,667

2 22 13 5 2 8 6 9,333 14 7 15 11 3 9 9,833 11 7 9 9 10 6 8,667 5 8 11 4 9 3 6,667

3 10 17 6 9 7 9 9,667 4 13 9 10 7 3 7,667 7 4 12 7 0 10 6,667 7 0 10 0 6 9 5,167

4 15 18 11 9 8 6 11,167 12 16 5 10 6 8 9,5 9 5 11 9 2 14 8,333 11 6 9 8 7 2 7,167

5 12 7 14 7 10 5 9,167 13 7 11 15 9 9 10,667 14 6 5 13 5 9 8,667 4 12 4 8 5 8 6,833

6 16 4 7 15 2 8 8,667 14 7 5 2 12 4 7,333 10 8 6 4 13 6 7,833 6 9 12 5 4 9 7,5

Total 57,667 53,5 47,667 39,167

Rata-rata 9,611 8,916 7,944 6,5

M3 1 13 5 10 7 13 9 9,5 0 1 0 0 2 1 6,833 0 6 9 17 5 8 7,5 5 9 2 4 10 8 6,333

2 16 10 9 9 14 8 11 1 1 0 0 1 0 9,167 7 3 5 10 0 8 5,5 2 8 0 7 11 4 5,333

3 14 21 7 10 4 8 10,667 3 0 1 2 2 3 9,833 13 8 11 7 5 3 7,833 7 10 3 7 4 5 6

4 6 10 7 9 15 3 8,333 3 3 4 3 2 6 7,5 12 4 2 10 5 8 6,833 9 8 6 3 6 3 5,833

5 10 3 11 7 6 17 9 2 1 4 0 2 3 7,333 6 13 2 7 13 5 7,667 8 5 9 0 4 3 4,833

6 16 6 8 9 3 1 7,167 5 2 4 6 3 2 9 2 7 13 6 14 6 8 0 3 4 9 6 9 5,167

Total 55,667 49,667 43,333 33,5


(43)

Lampiran E. Data Fisik Perlakuan Vitamin B1

Suhu (0C) pH(%)

M0 27 7

M1 26 7,1

M2 27 7,3


(44)

Lampiran F. Jumlah Individu Brachionus plicatilis (ind/2 l) dengan Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP selama Waktu Pengamatan (H= 2 hari)

Perlakuan Ulangan Waktu Pengamatan

H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8

Media X X X X X X X X X

M0 1 26 1.000 2.000 3.666 7 5.334 4 4.334 3.334

2 26 3.666 16.334 18.666 17.334 15.334 12 11.334 10.334

3 26 11.334 15.666 13.334 20 17 16.666 12.334 9

4 26 2.666 4.334 17 21.334 21 19.334 15 12

5 26 6.000 15.666 19 19.334 19 16.666 14.334 11.666

6 26 9.000 10.334 16 11 15 14.666 14.334 13

Total 156 32.666 64.334 87.666 96 92.666 83.334 71.666 59.334

Rata-rata 26 5.612 10.722 14.612 16 15.444 13.888 11.944 9.988

M1 1 26 6.666 10.334 13 18.334 16.334 14 15.666 11.666

2 26 3.666 7.334 17.666 22.334 22.666 19.334 16.334 12

3 26 9.000 14 19.334 21.666 20 18.334 16.666 11.666

4 26 7.666 10 9,5 20 17.334 17.666 14.666 12.666

5 26 6.666 8.666 15.666 24 18.666 16.334 15.666 14

6 26 4.334 14 8,667 14 20 20 14.334 12.666

Total 156 38.000 64.334 99.666 121.666 115.000 105.666 93.334 74.334

Rata-rata 26 6.334 10.722 17 20.278 19.166 17.610 15.557 12.388

M2 1 26 6.334 9.334 11.334 18.334 19.334 17 15 11.334

2 26 5.334 20 21.666 21.334 18.666 19.666 17.334 13.334

3 26 9,167 13.334 16.666 21.666 19.334 15.334 13.334 10.334

4 26 6 12 18.334 23 22.334 19 16.666 14.334

5 26 6 22 22 23.334 18.334 21.334 17.334 13.666

6 26 5.334 12 15.334 20.666 16.334 14.666 15.666 15

Total 156 47.334 88.666 105.334 128.334 115.334 107.000 95.334 78.334

Rata-rata 26 7.888 14.778 17.556 21.389 19.222 17.832 15.889 13.056

M3 1 26 10.666 3.334 8.334 18 19 13.666 15 12.666

2 26 4.334 3.334 12.334 20 22 18.334 11 10.666

3 26 9.666 10.334 17 21 21.334 19.666 15.666 12

4 26 9.334 7.666 13 20 16.666 15 13.666 11.666

5 26 4.000 15.334 15 18.666 18 14.666 15.334 9.666

6 26 3.334 7.334 12.666 19.334 14.334 18 16 10.334

Total 156 41.334 24.334 78.334 11.700 111.334 99.334 86.666 67.000

Rata-rata 26 6.888 7.888 13.056 19.500 18.556 16.556 14.444 11.166

Keterangan : M0 = media CAKAP tanpa vitamin B1 (kontrol) M1 = media CAKAP + vitamin B1 0,3 mg/2 l M2 = media CAKAP + vitamin B1 0,4 mg/2 l M3 = media CAKAP + vitamin B1 0,5 mg/2 l


(45)

Lampiran G. Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind, x 2 x 10-3ml xhari-) dengan Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP selama Waktu Pengamatan

Perlakuan Waktu Pengamatan Total Rata-rata Media Ulangan H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16

M0 1 1,825 1,085 0,824 0,699 0,532 0,419 0,365 0,303 6,052 0,757

2 2,474 1,61 1,096 0,812 0,637 0,511 0,434 0,374 7,948 0,994

3 3,038 1,6 1,04 0,831 0,648 0,538 0,44 0,365 8,533 1,067

4 2,315 1,278 1,081 0,838 0,669 0,55 0,454 0,383 7,568 0,946

5 2,721 1,6 1,099 0,826 0,659 0,538 0,45 0,381 8,274 1,034

6 2,923 1,496 1,07 0,756 0,635 0,527 0,45 0,388 8,237 1,03

Total 15,296 8,669 6,21 4,762 3,78 3,083 2,593 2,194 46,612 5,828 Rata-rata 2,549 1,445 1,035 0,794 0,630 0,514 0,432 0,366 7,769 0,971

M1 1 2,315 1,496 1,035 0,828 0,644 0,524 0,457 0,381 7,695 0,962

2 2,474 1,41 1,087 0,844 0,677 0,55 0,46 0,383 7,861 0,983

3 2,923 1,572 1,101 0,841 0,664 0,546 0,462 0,381 8,473 1,059

4 2,843 1,488 1,099 0,831 0,65 0,543 0,452 0,388 8,294 1,037

5 2,315 1,452 1,066 0,853 0,657 0,536 0,457 0,393 7,729 0,966

6 2,557 1,572 1,083 0,786 0,664 0,553 0,45 0,386 8,051 1,006

Total 15,427 8,99 6,471 4,983 3,956 3,252 2,738 2,312 48,103 6,013 Rata-rata 2,571 1,498 1,079 0,831 0,659 0,542 0,456 0,385 8,017 1,002

M2 1 2,747 1,47 1,012 0,819 0,661 0,54 0,454 0,379 8,082 1,01

2 2,661 1,661 1,121 0,038 0,657 0,552 0,464 0,39 7,544 0,943

3 3,278 1,56 1,077 0,841 0,661 0,503 0,445 0,374 8,739 1,092

4 2,721 1,533 1,093 0,848 0,675 0,549 0,461 0,394 8,274 1,034

5 2,721 1,685 1,123 0,849 0,655 0,554 0,461 0,391 8,437 1,055

6 2,661 1,533 1,063 0,834 0,65 0,527 0,457 0,397 8,122 1,015

Total 16,789 9,442 6,489 5,029 3,959 3,225 2,742 2,325 49,198 6,149 Rata-rata 2,798 1,574 1,082 0,838 0,660 0,537 0,457 0,388 8,334 1,042

M3 1 3,008 1,213 0,961 0,817 0,659 0,522 0,454 0,386 8,02 1,003

2 2,557 1,213 1,027 0,831 0,674 0,546 0,431 0,376 7,655 0,957

3 2,959 1,496 1,081 0,832 0,671 0,552 0,457 0,383 8,431 1,054

4 2,942 1,422 1,035 0,831 0,646 0,529 0,447 0,381 8,106 1,013

5 2,518 1,594 1,059 0,822 0,654 0,527 0,454 0,369 8,004 1,001

6 2,426 1,41 1,031 0,826 0,631 0,545 0,458 0,374 7,701 0,963

Total 16,41 8,348 6,194 4,959 3,935 3,221 2,701 2,269 47,917 5,99 Rata-rata 2,735 1,391 1,032 0,827 0,656 0,537 0,45 0,378 8,006 1,001

Total 63,922 35,449 25,364 19,733 15,63 12,781 10,777 9,1 191,83 23,98 Rataan 2,663 1,477 1,057 0,823 0,651 0,533 0,449 0,379 8,031 1,004


(46)

Lampiran H. Analisis Sidik Ragam RAL Non-Faktorial laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind x 2 x 10-3ml x hari-1) dengan Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP

DB Perlakuan = P – 1 = (8 x 4) – 1 = 32 – 1 = 31 DB H = H – 1 = 8 – 1 = 7

DB M = M – 1 = 4 – 1 = 3

DB Total = (t – n) – 1 = ((8 x 4) x 6) – 1 = 192 – 1 = 191 DB Galat = t (n – 1) = (8 x 4) (6 – 1) = 32 (5) = 160

FK =

(

)

8 6 4 ) 374 , 0 ( ....

1,825 2 2

x x

+ +

= 191,66

JK Total = (1,825)2 + (1,085)2 + ...+ (0,374)2 - FK

= 101,458

JK Perlakuan =

(

) (

)

(

)

6 269 , 2 ... 669 , 8 296 ,

15 2 + 2 + + 2

– FK

= 98,425

JK Galat = JK Total - JK Perlakuan

= 101,458 – 98,425 = 3,033

JK H =

(

) (

)

( )

6 4 1 , 9 ... 449 , 35 922 ,

63 2 2 2

×

+ + +

– FK = 97,962

JK M =

(

) (

)

(

)

6 8 917 , 47 ) 198 , 49 ( 103 , 48 612 ,

46 2 2 2

×

+ +

+

– FK = 0,070

JK H x M = JK Perlakuan – JK H – JK M


(47)

= 0,393

KT Perlakuan =

Perlakuan DB n JKPerlakua = 31 98,425 = 3,175

KT H =

H DB JKH = 7 97,962 = 13,995

KT M =

M DB JKM = 3 0,070 = 0,023

KT H x M=

HxM DB JKHxM = 21 0,393 = 0,019 KT Galat= Galat DB JKGalat = 160 3,033 = 0,019

FH P =

KTG KTP = 019 , 0 3,175 = 167,105

FH H =

KTG H KT = 019 , 0 995 , 13 = 736,579

FH M =

KTG KTM = 019 , 0 023 , 0 = 1,211

FH H x M=

G KT HxM KT = 019 , 0 019 , 0 = 1

Analisis Sidik Ragam RAL Non-Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind, x 2 x 10-3 x hari-1) dengan Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP

SK DB JK KT FH 5% 1%

Perlakuan 31 98,425 3,175 167,105** 1,54 1,83

H 7 97,962 13,995 736,578** 2,07 2,76

M 3 0,070 0,023 1,221tn 2,67 3,91

H x M 21 0,393 0,019 1tn 1,64 2,00

Galat 160 3,033 0,019

Total 191 101,458


(48)

Sx =

txn KTGalat

=

6 4

019 , 0

x = 0,028

1,517 1,795 2,13 2,605 3,157 4,228 5,914 10,653

(H16) (H14) (H12) (H10) (H8) (H6) (H4) (H2)

0,05 2,77 2,92 3,02 3,09 3,15 3,19 3,23

0,01 3,64 3,8 3,9 3,98 4,04 4,09 4,14

0,001 0,077 0,082 0,084 0,086 0,088 0,089 0,09 0,0003 0,102 0,106 0,109 0,111 0,113 0,114 0,116

h g f e d c b a

H G F E D C B A

Tabel Analisis 8 x 4

Media/H H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16

M0 2,549 1,445 1,035 0,794 0,63 0,514 0,432 0,366

M1 2,571 1,498 1,079 0,831 0,659 0,542 0,456 0,385

M2 2,798 1,574 1,802 0,838 0,66 0,537 0,457 0,388

M3 2,735 1,397 1,032 0,827 0,656 0,537 0,45 0,378

Total 10,653 5,914 4,228 3,29 2,605 2,13 1,795 1,517

Tabel 2 arah

Media Waktu pengamtan

H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16

M0 15,296 8,669 6,21 4,762 3,78 3,083 2,593 2,194 M1 15,427 8,99 6,471 4,983 3,956 3,252 2,738 2,312 M2 16,789 9,442 6,498 5,029 3,959 3,225 2,745 2,325 M3 16,427 8,348 6,194 4,959 3,935 3,221 2,701 2,269

Total 63,922 35,449 25,364 19,733 15,63 12,781 10,777 9,1


(49)

X1 X2 Y

2 4 10,653 4 16 5,914 6 36 4,228 8 64 3,29 10 100 2,605 12 144 2,13 14 196 1,795 16 256 1,517

X 9 102 4,016

1. X12 = ∑X2 – (∑X12/n ) = 168

2. ∑X22 = ∑X22 – (∑X2/n )2 = 57120

3. ∑X1 . X22 = ∑X1 X2 – ∑X1 . ∑X2 n = 3024

4. D =∑ X12 . ∑X22 – (∑X1 . X22 )2 = 452400

5. ∑X1 . Y = ∑X1 .Y – X1 Y n = - 90,981

6. ∑X2 = ∑X2 . Y – ∑X2 . ∑Y n = - 1559,327

7. b1 = (∑X22 . X1Y ) – (∑X1 .X22 . X2 Y ) D


(50)

8. b2 = (∑X12 . X2Y ) – (∑X1 .X22 . X1 Y ) D

= - 0,029

9. a = Y – (X1 . b1 ) + (X2 . b2)

= 4,016 – (9 x (-1,084)) – (102 x (-0,029)) = 16,73

Sehingga persamaan garis : Y = a + b1X – b2X2

= 16,73 – 1,084X – 0,029X2

Y2 = 16,73 – 1,084 x 2 – 0,029 x 22 = 14,452 Y4 = 16,73 – 1,084 x 4 – 0,029 x 42 = 11,93 Y6 = 16,73 – 1,084 x 6 – 0,029 x 62 = 9,182 Y8 = 16,73 – 1,084 x 8 – 0,029 x 82 = 6,202 Y10 = 16,73 – 1,084 x 10 – 0,029 x 102 = 2,99 Y12 = 16,73 – 1,084 x 12 – 0,029 x 122 = - 1,913 Y14 = 16,73 – 1,084 x 14 – 0,029 x 142 = - 4,13 Y16 = 16,73 – 1,084 x 16 – 0,029 x 162 = - 8,038


(51)

Lampiran I. Foto Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian

Pupuk Urea Pupuk TSP

Pupuk Urea Pupuk TSP

Kotoran Ayam Vitamin B1

pH meter Termometer Lampiran J. Foto Pelaksanaan Penelitian


(52)

Lampiran J. Foto Pelaksanaan Penelitian

Media Perlakuan

PengambilanB. plicatilisDengan Menggunakan Pipet Serologi 20 ml


(53)

Lampiran K. Contoh Perhitungan K = t No Nt ln ln − K = 2 26 ln 1000 ln −

K =

2 258 , 3 908 , 6 −

K = 1,825

K = t No Nt ln ln − K = 4 26 ln 2000 ln − K = 4 258 , 3 601 , 7 −

K = 1,085

K = t No Nt ln ln − K = 6 26 ln 3666 ln − K = 6 258 , 3 207 , 8 −

K = 0,824

K = t No Nt ln ln − K = 8 26 ln 7000 ln − K = 8 258 , 3 853 , 8 −


(1)

Sx =

txn KTGalat

=

6 4

019 , 0

x = 0,028

1,517 1,795 2,13 2,605 3,157 4,228 5,914 10,653

(H16) (H14) (H12) (H10) (H8) (H6) (H4) (H2)

0,05 2,77 2,92 3,02 3,09 3,15 3,19 3,23

0,01 3,64 3,8 3,9 3,98 4,04 4,09 4,14

0,001 0,077 0,082 0,084 0,086 0,088 0,089 0,09 0,0003 0,102 0,106 0,109 0,111 0,113 0,114 0,116 h g f e d c b a

H G F E D C B A

Tabel Analisis 8 x 4

Media/H H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16

M0 2,549 1,445 1,035 0,794 0,63 0,514 0,432 0,366 M1 2,571 1,498 1,079 0,831 0,659 0,542 0,456 0,385 M2 2,798 1,574 1,802 0,838 0,66 0,537 0,457 0,388 M3 2,735 1,397 1,032 0,827 0,656 0,537 0,45 0,378

Total 10,653 5,914 4,228 3,29 2,605 2,13 1,795 1,517

Tabel 2 arah

Media Waktu pengamtan

H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16

M0 15,296 8,669 6,21 4,762 3,78 3,083 2,593 2,194 M1 15,427 8,99 6,471 4,983 3,956 3,252 2,738 2,312 M2 16,789 9,442 6,498 5,029 3,959 3,225 2,745 2,325 M3 16,427 8,348 6,194 4,959 3,935 3,221 2,701 2,269 Total 63,922 35,449 25,364 19,733 15,63 12,781 10,777 9,1


(2)

X1 X2 Y 2 4 10,653 4 16 5,914 6 36 4,228 8 64 3,29 10 100 2,605 12 144 2,13 14 196 1,795 16 256 1,517 X 9 102 4,016 1. X12 = ∑X2 – (∑X12/n )

= 168

2. ∑X22 = ∑X22 – (∑X2/n )2 = 57120

3. ∑X1 . X22 = ∑X1 X2 – ∑X1 . ∑X2 n = 3024

4. D =∑ X12 . ∑X22 – (∑X1 . X22 )2 = 452400

5. ∑X1 . Y = ∑X1 .Y – X1 Y n = - 90,981

6. ∑X2 = ∑X2 . Y – ∑X2 . ∑Y n = - 1559,327

7. b1 = (∑X22 . X1Y ) – (∑X1 .X22 . X2 Y ) D


(3)

8. b2 = (∑X12 . X2Y ) – (∑X1 .X22 . X1 Y ) D

= - 0,029

9. a = Y – (X1 . b1 ) + (X2 . b2)

= 4,016 – (9 x (-1,084)) – (102 x (-0,029)) = 16,73

Sehingga persamaan garis : Y = a + b1X – b2X2

= 16,73 – 1,084X – 0,029X2

Y2 = 16,73 – 1,084 x 2 – 0,029 x 22 = 14,452 Y4 = 16,73 – 1,084 x 4 – 0,029 x 42 = 11,93 Y6 = 16,73 – 1,084 x 6 – 0,029 x 62 = 9,182 Y8 = 16,73 – 1,084 x 8 – 0,029 x 82 = 6,202 Y10 = 16,73 – 1,084 x 10 – 0,029 x 102 = 2,99 Y12 = 16,73 – 1,084 x 12 – 0,029 x 122 = - 1,913 Y14 = 16,73 – 1,084 x 14 – 0,029 x 142 = - 4,13 Y16 = 16,73 – 1,084 x 16 – 0,029 x 162 = - 8,038


(4)

Lampiran I. Foto Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian

Pupuk Urea Pupuk TSP

Pupuk Urea Pupuk TSP

Kotoran Ayam Vitamin B1

pH meter Termometer Lampiran J. Foto Pelaksanaan Penelitian


(5)

Lampiran J. Foto Pelaksanaan Penelitian

Media Perlakuan

PengambilanB. plicatilisDengan Menggunakan Pipet Serologi 20 ml


(6)

Lampiran K. Contoh Perhitungan K = t No Nt ln ln − K = 2 26 ln 1000 ln −

K =

2 258 , 3 908 , 6 −

K = 1,825

K = t No Nt ln ln − K = 4 26 ln 2000 ln − K = 4 258 , 3 601 , 7 −

K = 1,085

K = t No Nt ln ln − K = 6 26 ln 3666 ln − K = 6 258 , 3 207 , 8 −

K = 0,824

K = t No Nt ln ln − K = 8 26 ln 7000 ln − K = 8 258 , 3 853 , 8 −


Dokumen yang terkait

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

3 62 57

Pengaru Pemberian Beberapa Variasi Pupuk TSP Pada Komposisi Media Kotoran Ayam Dengan Pupuk Urea Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brochionus Plicatilis)

1 71 50

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media Cakap

1 24 61

Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus Plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti

3 34 60

Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan

0 24 60

Pengaruh Dosis alfa-Tokoferol yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

0 3 160

Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan terhadap Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis | Melianawati | Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada 172 106 1 PB

0 0 6

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Brachionus plicatilis O. F. Muller - Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

0 1 7

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

0 0 12