Pengendalian Internal Atas Aktiva Tetap Pada Pengadilan Militer I-02 Medan

(1)

TUGAS AKHIR

PENGENDADALIAN INTERNAL ATAS AKTIVA TETAP PADA PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN

Oleh

PATRIOT HUTASOIT 102102170

PROGRAM STUDI D-III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKUTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK NAMA : PATRIOT HUTASOIT NIM : 102102170

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : PENGENDALIAN INTERNAL ATAS AKTIVA TETAP PADA PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN

Tanggal, Juli 2014 Dosen Pembingbing Tugas Akhir

(Keulana Erwin, SE , M.si, Ak) Nip. 1982 0213200501 1 03

Tanggal, Juli 2014 Ketua Prodi Diploma III Akuntansi

(

(

Drs. Rustam, M.si, Ak, CA) Nip. 1951 11114198203 1 002

Tanggal, Juli 2014 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

Nip : 1956 0407 198002 1 001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PENANGGU JAWAB TUGAS AKHIR NAMA : PATRIOT HUTASOIT

NIM : 102102170

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : PENGENDALIAN INTERNAL ATAS AKTIVA TETAP PADA PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN

Medan, Juli 2014

PATRIOT HUTASOIT NIM. 102102170


(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan karunia-Nya yang dilimpahkan-Nya ,sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Sistem Pengendalian Atas Aktiva Tetap Pada Pengadilan Militer I-02 Medan” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktunya.

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan akademik tingkat pendidikan Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam kesempatan ini Perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac.Ak,CA selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs.Rustam, M.si, Ak, CA Selaku Ketua Program Studi Diploma

III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Keulana Erwin, SE, M.si, Ak selaku dosen pembimbing tugas

akhir,

atas segala bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Ibu Hj.Fepty Aniar, SE selaku Ka. Sub. Bag. Pendidikan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan


(5)

5. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Departemen Diploma III Akuntansi Universitas Sumatera Utara Medan.

6. Teristimewa kepada kedua orang tercinta, Ayahanda R. Hutasoit dan Ibunda S. Siahaan yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil serta doa dan bantuan yang tak ternilai dalam bentuk apapun juga hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Teristimewa buat Abangda Manogu Hutasoit yang telah memberikan dorongan, do’a dan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya pada Bapak/Ibu Dosen dan Semua rekan-rekan atas segala kesilapan dan kesalahan yang telah diperbuat oleh Penulis selama ini, dan Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna kesempurnaan tugas akhir ini, Semoga Tugas Akhir yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua dan pihak lain yang memerlukannya khususnya bagi Penulis sendiri. Amin.

Medan, Juli 2014


(6)

iii DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN………..……… . 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah……… … 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 3

D. Rencana Penulisan……… 4

1. Jadwal Penulisan……….. 4

2. Rencana Isi……….. 5

BAB II PROFIL PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN... 7

A. Sejarah Ringkas Pengadilan Militer I-02 Medan………. 7

B. Visi dan Misi………. 14

C. Tujuan Pengadilan Militer I-02 Medan……… 15

D. Struktur Organisasi dan Personalia………... 15

E. Job Description………..….. 17

F. Jaringan Usaha………... 21

G. Kinerja Usaha Terkini………... 22


(7)

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS AKTIVA

TETAP PADA PENGADILAN MILITER I – 02 MEDAN….… . 24

A. Aktiva Tetap………. 24

1. Pengertian Aktiva Tetap………. 24

2. Penggolongan Aktiva Tetap……….. 26

3. Cara-Cara Perolehan Aktiva Tetap……… 28

4. Penggantian Aktiva Tetap……… . 32

5. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap………. 34

B. Penyusutan Aktiva Tetap………….………. 35

C. Pengawasan Internal Aktiva Tetap……… 41

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……… 44

A. Kesimpulan………. 44

B. Saran……… 45


(8)

v

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

I.1 Jadwal Penelitan….……….. 5


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Halaman


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan didirikan untuk mendapatkan keuntungan (profit) seoptimal mungkin, sehingga dapat memperluas jaringan usaha yang dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Pada umumnya perusahaan memiliki aktiva tetap (fixed asset) yang merupakan sarana bagi perusahaan di dalam menjalankan kegiatan operasional, seperti bangunan/gedung sebagai kantor, peralatan, dan kendaraan sebagai alat transportasi.

Aktiva tetap merupakan komponen terbesar dibandingkan dengan perkiraan-perkiraan lain dari harta perusahaan secara keseluruhan yang menyebabkan pos aktiva tetap menjadi suatu komponen yang cukup penting dalam laporan keuangan. Menurut International Financial Reporting Standards (IFRS) “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam proses produksi, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun”. Sedangkan menurut Kieso dkk (2007;566) “Aset Tetap adalah sumber daya yang memiliki tiga karakteristik, yaitumemiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas), digunakan dalam kegiatanoperasional, dan tidak untuk dijual ke konsumen. Berdasarkan hal tersebut, makatidak semua aset yang dimiliki oleh perusahaan dapat dikategorikan sebagai asettetap.Sebuah aset harus memenuhi beberapa karakteristik yang telah disebutkansehingga bisa dikategorikan sebagai aset tetap”.


(11)

Di dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan, aktiva tetap yang dimiliki setiap perusahaan harus mendapatkan perhatian khusus.Karena pada umumnya menyangkut nilai rupiah yang cukup besar. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang tepat bagi para pengambil keputusan, tentang kebijakan apa yang perlu diambil untuk memperoleh aktiva tetap. Kurangnya perhatian dan pengawasan terhadap aktiva tetap akan membawa pengaruh besar kepada kegiatan ekonomi perusahaan tersebut. Tanpa adanya aktiva tetap mustahil sebuah perusahaan dapat menjalankan kegiatan operasional rutinnya dengan baik.

Pengendalian internal terhadap aktiva tetap bertujuan untuk memperoleh efisiensi dan pengamanan terhadap aktiva tetap agar dana yang diinvestasikan kedalam aktiva tetap memperoleh manfaat yang maksimum sesuai dengan jangka waktu pemakaiannya, serta untuk menghindari ketidakwajaran pelaporan biaya dalam satu periode akuntansi.

Pengadilan Militer I-02 Medan bergerak di bidang jasa yang memiliki bermacam-macam aktiva tetap. Aktiva tetap tersebut berupa bangunan, komputer dan peralatan lainnya yang harganya relatif tinggi serta memiliki peranan yang sangat penting pada Pengadilan Militer I-02 Medan untuk memberikan pelayanan kepada seluruh civitas ekonomi, sehingga diperlukan adanya sistem pengendalian internal terhadap aktiva tetap yang tepat.


(12)

3

Melihat begitu besarnya pengaruh aktiva tetap terhadap perusahaan seperti yang telah dikemukakan diatas, maka penulis berkeinginan untuk membahasnya lebih lanjut dalam bentuk penulisan skripsi minor dengan judul “Sistem Pengendalian Internal Atas Aktiva Tetap Pada Pengadilan Militer I-02 Medan”.

B. Rumusan Masalah

Di dalam ilmu akuntansi, pembahasan masalah aktiva tetap sangatlah luas, sehingga penulis merasa perlu membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi minor ini. Dalam kesempatan ini penulis hanya akan membahas tentang “ Apa saja Kebijakan Manajemen yang Berhubungan dengan Aktiva Tetap pada Pengadilan Militer I-02 Medan”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan pada Program Diploma III,

2. Untuk mengetahui sejauh mana Pengadilan Militer I-02 Medan,

melakukan pengendalian internal atas aktiva tetap.

3. Untuk mengetahui bagaimana penggantian aktiva tetap yang

dilakukan Pengadilan Militer I-02 Medan. 2. Manfaat Penelitian


(13)

1. Sebagai bahan masukan kepada peneliti agar dapat mempelajari secara langsung mengenai pengendalian internal atas aktiva tetap dan dapat menambah ilmu pengetahuan peneliti, serta dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapat dari pekuliahan dengan sebenarnya,

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti lain yang

nantinya dapat bermanfaat sebagai referensi bagi rekan- rekan mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuannya dan juga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa junior dalam membuat paper dalam penelitiannya ditahun-tahun mendatang yang berkaitan dengan pengendalian internal aktiva tetap.

3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Pengadilan Militer

I-02 Medan dalam menentukan kebijakan pengendalian internal aktiva tetap pada masa yang akan datang dari beberapa literature yang diuraikan beserta saran-saran yang diberikan oleh penulis.

D. Rencana Penulisan 1. Jadwal Penulisan

Jadwal penulisan dilaksanakan setelah penulis menyelesaikan magang di kantor Pengadilan Militer I-02 Medan. Penelitian dilakukan pada Pengadilan Militer I-02 Medan, beralamatkan di JL. Ngumban Surbakti No.45 Medan. Jadwal penulisan yang dilakukan penulis dijelaskan pada tabel di bawah ini.


(14)

5

Tabel 1.1

Jadwal survei/ observasi

NO KEGIATAN JUNI JULI

III IV I II III

1 Pengajuan Judul

2 Pengajuan Dosen

Pembimbing

3 Pengumpulan Data

4 Pengolahan dan Analisis

Data

5 Penyusunan Tugas Akhir

6 Bimbingan dan

Penyempurnaan Tugas Akhir

7 Pengesahan Tugas Akhir

Dalam kegiatan pengumpulan data, penulis melakukan pengumpulan data selama beberapa minggu mulai dari tanggal 24 Juni 2014 sampai dengan 01 Juli 2014 di Pengadilan Militer I-02 Medan.

2. Rencana Isi

Laporan penelitian terdiri dari empat bab, dimana setiap bab saling berkaitan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pembuatan tugas akhir yang telah ditetapkan bahwa susunan tugas akhir harus praktis dan


(15)

sistematis. Oleh karena itu, laporan penelitian tugas akhir ini disusun sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan maalah, tujuan dan mamfaat penelitian, dan rencana penulisan tugas akhir yang terdiri dari jadwal survey/observasi dan rencana isi.

BAB II : PROFIL PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN

Pada bab ini meliputi sejarah ringkas perusahaan, visi dan misi, tujuan, job describtion, jaringan usaha, kinerja usaha dan rencana usaha Pengadilan Militer I-02 Medan.

BAB III : SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS AKTIVA

TETAP PADA PENGADILAN MILITER I – 02 MEDAN Pada bab ini penulis mencoba uraikan mengenai pengertian aktiva tetap, penyusutan aktiva tetap, dan Pengawasan Internal Aktiva Tetap pada Pengadilan Militer I-02 Medan.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis mencoba mengambil kesimpulan dan dan memberikan saran-saran berdasarkan dari pengumpulan data dan pembahasan yang dilakukan dimana diharapkan dapat memberikan masukan yang bermamfaat bagi Pengadilan Militer I-02 Medan.


(16)

7 BAB II

PROFIL PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN A. Sejarah Ringkas PengadilanMiliter I-02 Medan

1) Masa Pendudukan Belanda dan Jepang

Sebelum perang Dunia ke-II, Peradilan Militer Belanda di Indonesia dikenal dengan "Krijgsraad" dan"Hoog Militair Gerechtshof". Peradilan ini ruang lingkupnya meliputi perbuatan pidana militer dan anggota-anggotanya terdiri dari Angkatan Darat Belanda di Indonesia (Hindia Belanda) yaitu KNIL dan anggota Angkatan Laut Belanda. Anggota Angkatan Darat Hindia Belanda (KNIL) di periksa dan di adili oleh "Krijgsraad" untuk tingkat pertama dan "Hoog Militair Gerechtshof" untuk tingkat banding, hal ini sebagaimana tercantum dalam bepalingen Betreffende de rechtsmaacht Van De militaire rechter in nederlands Indie, S. 1934 No. 173 dan De Provisionele Instructie Voor Het Hoog Militair Gerechtshof Van Nederlands Indie, S.1992 No. 163.

Sedangkan anggota-anggota Angkatan Laut Belanda di periksa dan di adili oleh "Zeekrijgsraad" dan"Hoog Militair Gerechtshof" ,"Krijgsraad" terdapat di kota Cimahi, Padang, Ujung Pandang dengan daerah hukum masing-masing. Dengan demikian penguasa Belanda di Jawa-Madura maupun diluar daerah mengadakan "Temporaire Krijgsraad" yaitu Mahkamah Militer sementara yang di beri wewenang pula mengadili tindak pidana yang oleh orang-orang bukan Militer serta bukan di golongkan dalam bangsa Indonesia. Majelis Hakim terdiri dari 3 (tiga) orang, Oditur ialah Jaksa landgerecht.


(17)

Mahkamah Militer Sementara (Belanda) itu bersidang dengan MajelisHakim. Mahkamah Agung Indonesia dalam sejarahnya melakukan kelanjutan dari "Het Hooggerechtshof Ver Indonesie"(Mahkamah Agung pemerintah Hindia Hindia Belanda di Indonesia) yang didirikan berdasarkan R.0 tahun 1842 dan Het Hooggerechtshof (HGH) merupakan hakim kasasi terhadap putusan-putusan Raad Van Justitie (RV) yaitu peradilan—peradilan sehari-hari bagi orang-orang Eropa dan yang di samakan dengan mereka. Het Hooggerechtshof berkedudukan di Jakarta.

2) Masa Sesudah Kemerdekaan Republik Indonesia

Setelah berdirinya Negara Republik Indonesia, pemerintah tetap mempertahankan badan-badan Peradilan serta Peraturan-Peraturan dari Jaman Pendudukan Jepang dengan perubahan-perubahan / penambahan-penambahan berdasarkan UUD 1945. Berhubung dengan itu untuk menghindarkan kekosongan hukum dalam UUD 1945 diadakanlah Ketentuan Peralihan (Pasal II).

Tetapi dalam pernyataan Pemerintahan RI pada waktu itu prakteknya tidak mengoper Peradilan Ketentaraan dari jaman sebelumnya. Juga setelah dibentuknya Angkatan Perang RI pada tanggal 5 Oktober 1945, Peradilan Militer belum diadakan. Peradilan Militer ini baru dibentuk setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1946 pada tanggal 8 Juni 1946. Namun demikian ini tidak berarti bahwa pada masa diantara 5 Oktober 1945 dan 8 Juni 1946 dalam Iingkungan Angkatan Bersenjata tidak ada Hukum dan Keadilan. Adalah telah menjadi prinsip khususnya bagi para pemimpin TNI bahwa dalam keadaan apapun keadilan harus selalu ditegakkan. Bahwa pada waktu itu berhubung


(18)

9

dengan keadaan belum diadakan Peradilan-Peradilan Militer, tidak berarti bahwa terhadap pelanggaran-pelanggaran Hukum sama sekali tidak diadakan tindakan apapun, seperti diketahui dalam Lingkungan Militer selalu berlaku hukum disiplin, inilah pada masa itu pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan di Lingkungan ABRI diselesaikan serta keadilan ditegakkan.

Bahwa Peradilan Disiplin ini sebagai alat untuk menegakkan keadilan, khususnya di Lingkungan ABRI memang dirasakan masih kurang mencukupi kebutuhan, dapat dibuktikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1946 tentang Peraturan mengadakan Pengadilan Tentara disamping Pengadilan Biasa. Pengadilan Tentara pada waktu itu terdiri dari 2 (dua) badan (tingkat) yakni :

1. Mahkamah Tentara.

2. Mahkamah Tentara Agung.

Bila perlu berhubung dengan keadaan dimungkinkan pula untuk dibentuk suatu Pengadilan Tentara Luar Biasa. Pengadilan Tentara berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1948 terdiri dari :

1. Mahkamah Tentara.

2. Mahkamah Tentara Tinggi.

3. Mahkamah Tentara Agung.

Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 16 Tahun 1950 maka peraturan tentang susunan dan kekuasaan dalam Lingkungan Peradilan Ketentaraan di Indonesia dapat dikatakan sudah mantap susunannya sama dengan


(19)

PP. No. 37 Tahun 1948. Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 5 Tahun 1950 tentang kekuasaan kehakiman dalam Peradilan Ketentaraan dilakukan oleh, yaitu :

1. Pengadilan Tentara.

2. Pengadilan Tentara Tinggi.

3. Mahkamah Tentara Agung.

Soekarno kemudian melakukan intervensi terhadap pelaksanaan kekuasaan lembaga peradilan yang bebas melalui UU no. 19 tahun 1964, tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. Retorika Politik Revolusioner telah memasuki UU. No 19 tahun 1964, yang memberikan kekuasaan kepada Presiden untuk melakukan Interversi terhadap peradilan dalam hal kepentingan nasional atau kepentingan revolusi terancam. Presiden Soekarno memberikan status menteri kepada Ketua Mahkamah Agung. lni berarti Presiden menjadikan Ketua Mahkamah Agung sebagai unsur kekuasaan pemerintah yang membantu Presiden ( UUD 1945 pasal 17), kebijakan ini sangat bertentangan dengan konsep-konsep UUD 1945.

Pada saat Indonesia menjadi Negara Serikat, pengaturan lembaga peradilan didalam konstitusi RIS lebih luas dibandingkan dengan Undang¬undang Dasar 1945.sebagai jaminan terlaksananya peradilan dengan balk. Maka dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tidak lagi digunakan, yang digunakan adalah UUDS (Undang-Undang Dasar Sementara).

Perubahan tersebut dengan sendirinya berpengaruh pada lembaga peradilan, karena UUDS tidak lagi mengenal daerah-daerah atau negara bagian. berarti pula tidak dikenal lagi peradilan-peradilan di daerah bagian. Sebagi


(20)

11

realisasi dari UUDS, maka pada tahun 1951 di undangkan Undang¬Undang Darurat No 1 tahun 1951. Undang-Undang darurat inilah yang kemudian menjadi dasar menghapuskan beberapa peradilan yang tidak sesuai dengan Negara Kesatuan Repubik Indonesia. Termasuk secara berangsur-angsur menghapuskan Peradilan Swapraja dibeberapa tertentu dan semua peradilan adat.

Kembalinya kepada UUD 1945 belum terealisasikan dengan murni dan terhadap eksistensi kemandirian lembaga peradilanlndonesia seperti dalam pasal 24 dan 25 UUD 1945. dalam penjelasannya ditegakkan kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah, akan tetapi dalam pelaksanaanya telah menyimpang dari UUD 1945 antara lain pernah lahir UU No 19 tahun 1964 tentang campur tangan peresiden terhadap pengadilan. Bahkan dalam penjelasannya disebutkan bahwa pengadilan tidak bebas dan pengaruh kekuasaan Eksekutif dan kekuasaan pembuat Undang-Undang.

Pengaruh kekuasaan pemerintahan Otoriter terhadap pelaksanaan kekuasaan lembaga peradilan yang independent terjadi mulai pada proses pengadilan sampai kepada pengaturan organisasi, administrasi dan keuangan. Segenap pengaruh eksekutif terhadap peradilan tersebut hares di lihat dalam rangka menghambat pelaksanaan kekuasaan lembaga peradilan yang independent. kekuasaan pemerintahan Otoriter senantiasa berupaya secara sitematik dan dengan berbagai cara mempengaruhi kekuasaan lembaga peradilan. Baik melalui pengaturan perundang-undangan maupun Intervensi Iangsung kekuasaan Eksekutif terhadap proses Peradilan. Dengan latar belakang sistem politik masa


(21)

pemimpin besar revolusi lahirlah UU No 10 tahun 1985 tentang pengadilan dalam lingkungan

Peradilan Umum dan Mahkamah Agung. Dalam era tersebut, bahkan ketua Mahkamah Agung menjadi salah satu menteri sebagai pembantu presiden. Ketentuan UU No 19 Tahun 1964 jelas bertentangan dengan pasal 24 dan 25 UUD 1945 beserta penjelasannya.

3) Masa Reformasi Kekuasaan Lembaga Peradilan (1970-1998)

Berdasarkan pada latar belakang politik seperti yang telah diutarakan diatas, maka lahirlah UU No 14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman sebagai pengganti UU No 19 tahun 1964. UU No. 14 tahun 1970 tersebut merupakan resultan dari pertentangan pendapat antara kelompok komponen Orde Baru dengan kekuatan kelompok Militer yang tidak menghendaki kekuasaan lembaga peradilan Negara RI Terlepas dari kontrol pemerintah atau birokrasi. Hasil kompromi dari dua pandangan yang sating bertentangan tersebut adalah dicabutnya pasal 19 tersebut, serta makna pasal 24 dan 25 beserta penyelesaiannya di masukakan dalam UU kekuasaan kehakiman yang baru tetapi pembinaan administrasi, organisasi dan Finansial badan Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara.yang direktur jenderalnya dari kehakiman agung.

4) Masa Setelah Berakhirnya Orde Baru

Perkembangan politik pasca jatuhnya Pemerintahan Orde Baru membawa tuntutan pembaharuan reformasi disegenap lapangan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk reformasi di bidang hukum secara umum dan


(22)

13

di bidang Pengadilan secara khusus. Reformasi sektor hukum dan Pengadilan dimaksudkan untuk memperkuat Indepedensi Kekuasaan Lembaga Peradilan.

Tahun 2004 Indonesia memasuki abad baru dalam kehidupan ketatanegaraan yang berkaitan dengan masalah penyelenggaraan fungsi kekuasaan Lembaga Peradilan. Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 Tahun 2004 Pasal 13 Ayat (1) menetapkan :"Organisasi, administrasi dan finansial Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung."

Berdasarkan Pasal 45 UU. No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan kehakiman, sejak dialihkannya organisasi, administrasi dan finansial sebagaimana dimaksud oleh Pasal 42 Ayat (3) maka :

• Pembinaan personil Militer di Lingkungan Peradilan Militer di Iaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur personil Militer.

• Semua PNS di Lingkungan Peradilan Militer beralih menjadi PNS di

Mahkamah Agung.

• Berdasarkan Keppres Nomor : 56 tahun 2004 pengalihan organisasi,

administrasi dan finansial pengadilan dalam lingkungan peradilan militer dialihkan dari Markas Besar Tentara Nasional Indonesia ke Mahkamah Agung RI, pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa organisasi, administrasi dan finansial pengadilan dalam lingkungan peradilan militer dialihkan dari Markas Besar Tentara Nasional Indonesia ke Mahkamah Agung RI terhitung sejak tanggal 30 Juni 2004. Sedangkan pasal 10, Keppres No. 56


(23)

Tahun 2004 menyebutkan bahwa pada saat berlakunya Keputusan Presiden ini, semua peraturan pelaksanaan mengenai organisasi , administrasi dan finansial Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer yang tidak bertentangan dengan keputusan presiden ini dinyatakan masih tetap berlaku, sampai dengan diubah dan/atau diadakan peraturan yang baru berdasarkan keputusan presiden ini.

• Mendasari ketentuan tersebut diatas maka Pengadilan Militer I-02

Medandalam menjalankan tugas dan kewenangannya sebelum terbitnya struktur organisasi dan prosedur baru sebagai realisasi dari perubahan sebagaimana tercantum dalam Keppres No.56 tahun 2004 , maka Pengadilan Militer I-02 Medan masih menggunakan acuan Organisasi dan Prosedur berdasarkan Kep Pangab No. Kep/01/1984, akan tetapi dengan tuntutan , beban tugas dan fungsi peradilan satu atap dalam reformasi peradilan, Dilmil I-02 Medan mengadopsi / menyelaraskan ketentuan Kep Pangab No. Kep/01/1984 dengan Organisasi Pengadilan Tinggi di jajaran Mahkamah Agung RI

B. Visi dan Misi

Visi Pengadilan Militer I-02 Medan

• Terwujudnya Pengadilan Militer I-02 Medan yang Agung

Misi Pengadilan Militer I-02 Medan

• Menjaga kemandirian Pengadilan Militer I-02 Medan

• Memberikan Pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari


(24)

15

• Meningkatkan kualitas kepemimpinan Pengadilan Militer I-02 Medan

• Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi Pengadilan Militer I-02 Medan

C. Tujuan Pengadilan Militer I-02 Medan

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan visi yang akan dicapai atau dihasilkan. Tujuan yang ditetapkan Pengadilan Militer I-02 Medan adalah :

1. Meningkatkankualitassumberdaya proses pengadilan

2. Meningkatkan kemampuan dan kinerja pengadilan agar lebih efisien dan efektif

3. Memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi syarat operasional

peradilan militer sehingga pelaksanaan tugasdapat maksimal 4. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi Peradilan Militer 5. Pencari keadilan merasa kebutuhan dan kepuasaannya terpenuhi. D. Struktur Organisasi dan Personalia

Struktur organisasi diperlukanuntuk membedakan batas – batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang teah ditetapkan.

Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal melalui saluran tunggal. Struktur organisasiPengadilanMiliter I-02 Medan dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.


(25)

Gambar 2.1

Strukutur Organisasi PengadilanMiliter I-02 Medan

Kepala : Adil Karo-Karo, SH

Wakil Kepala : James F. Fandersloot, SH, MH

Pokkimil : Undang Suherman, SH

Kataud : Arief Rachman, SH

Kaurtu : Husein Saidy, SH

Kaurdal : Desman Wijaya, SH

Katera : Sutrisno Setio Utomo, SH

Kaurminradang : Roza Maimun, SH


(26)

17

Kaurdokpustak : D.S Siregar

Kaurminku : Wahyupi

E. Job Description

1. Kadilmil I-02 Medan

Kadilmil dijabat oleh seorang Pamen Sarjana Hukum, yangberkedudukan pula sebagai Hakim Militer yang disingkat Kimmil, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

1)Memberikan pertimbangan dan saran kepada Dirjen Badilmiltun MARI

hal-hal yang menyangkut bidang tugasnya.

2)Mengkoordinasikan, mengawasi dan memberikan pengarahan atas

penyelenggaraan fungsi-fungsi Dilmil.

3)Menentukan kebijaksanaan dan mengambil keputusan dalam rangka

memimpin Dilmil guna menjamin terselenggaranya fungsi utama Dilmil.

4)Merencanakan,mempersiapkan dan mengatur pe-nyelenggaraan

penyidangan perkara yang dilimpahkan kepada Dilmil.

5) Mengatur pembagian pekerjaan antara Kadilmil, Waka Dilmil dan para

Kimmil sehingga dapat menjamin daya guna dan keseimbangan yang baik dalam menyelenggarakan fungsi Dilmil.

6) Mengawasi pelaksanaan permohonan banding, grasi, kasasi dan

peninjauan kembali sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7) Melakukan pengawasan atas pelaksanaan putusan Dilmil, sebagai yang

dimaksud dalam pasal 262 Undang-undang No.31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer.


(27)

2. Waka Dilmil I-02 Medan

Waka Dilmil dijabat oleh seorang Pamen Sarjana Hukum yang

berkedudukan sebagai Kimmil dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

1) Mengkoordinasikan dan mengawasi semua pekerjaan/kegiatan segenap

usaha Dilmil.

2) Menyampaikan pertimbangan dan saran staf.

3) Memelihara dan mengawasi pelaksanaan prosedur kerja di lingkungan

Dilmil.

4) Mengerjakan tugas khusus dari Kadilmil.

5) Mewakili Kadilmil apabila Kadilmil berhalangan melaksanakan tugas

kewajibanya. 3. Kepaniteraan

a. Tera dipimpin oleh seorang Pama ahli hukum sebagai Kepala Tera,

disingkat Katera, yang berkedudukan sebagai Panitera, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

1) Menyelenggarakan pengurusan administrasi perkara sejak berkas

perkara diterima oleh Dilmil. Pada saat ini telah mengacu pada buku II edisi 2007 pedoman teknis administrasi dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam lingkungan peradilan militer yang diterbitkan oleh MARI.

2) Menyelenggarakan penyimpanan berkas perkara baik selama

perkara-perkara yang bersangkutan masih dalam proses tingkat pertama oleh Dilmil maupun dalam proses kelanjutannya.


(28)

19

3) Menyiapkan dan meneruskan permohonan banding, grasi, kasasi dan

peninjauan kembali sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Mengatur dan mempersiapkan penyelenggaraan persidangan Dilmil

5) Menyelenggarakan kegiatan administrasi umum.

6) Menyelenggarakan notulen rapat-rapat Dilmil.

7) Menyelenggarakan pengurusan arsip dan dokumen-dokumen

Dilmil

8) Menyelenggarakan Perpustakaan Dilmil.

9) Mengatur pembagian pekerjaan di antara para Panitera.

10)Bertindak sebagai Panitera dalam persidangan Dilmil atas

penunjukkan Kadilmil.

11) Menyelenggarakan urusan administrasi keuangan 12)Mempersiapkan laporan-laporan Dilmil.

b. Tera terdiri dari 4 (empat) urusan, yang masing-masing dipimpin oleh

seorang Pama sebagai Kepala Urusan disingkat Kaur, dan berkedudukan sebagai Panitera, sebagai berikut :

1) Urusan Administasi Perkara dan Persidangan, disingkat Ur

Minradang.

2) Urusan Administrasi Umum, disingkat Ur Minu.

Urusan Dokumentasi dan Perpustakaan, disingkat Ur. Dok-pustak.


(29)

4) Katera bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya selaku Panitera dalam persidangan Dilmil kepada Hakim Ketua yang bersangkutan dan atas pelaksanaan tugas lainnya kepada Kadilmil.

4. Taud

a. Taud dipimpin oleh seorang Pama Sarjana Hukum, sebagai Kepala Taud,

disingkat Kataud, dengan tugas kewajiban sebagai berikut : 1) Menyelenggarakan surat-menyurat bagi Dilmil.

2) Bertindak sebagai Panitera dalam persidangan Dilmil atas

penunjukkan Kadilmil,

3) Melaksanakan dinas urusan dalam, termasuk kebersihan dan

keindahan, pengamanan dan pemeliharaan disiplin serta tata tertib,

4) Menyelenggarakan perawatan personil dan materiil di lingkungan

Dilmil,

5) Mengatur perumahan dan angkutan untuk keperluan anggota dan dinas Dilmil,

6) Mengatur penggunaan perlengkapan/ruangan kerja.

7) Mengatur penerimaan tamu dan hal-hal yang bersifat protokoler,

8) Mengatur dan menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk

penyelenggaraan upacara, rapat, pertemuan dan lain-lain yang memerlukan pengaturan khusus, yang diadakan Dilmil.

b. Taud terdiri dari 2 (dua) Urusan yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama sebagai Pama Urusan, disingkat Kaur, sebagai berikut : 1) Urusan Tata Usaha, disingkat Urtu,


(30)

21

2) Urusan Dalam, disingkat Urdal.

c. Kataud bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kewajibannya kepada

Kadilmil, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Katera.

5. Majelis

Majelis Hakim terdiri dari seorang Hakim Ketua yang serendah-rendahnya berpangkat Mayor dan 2 (dua) orang hakim anggota yang terdiri dari Kimmil masing-masing serendahnya berpangkat sama serta dibantu oleh Panitera, dengan tugas kewajiban memeriksa dan memutus setiap perkara pidana yang diajukan kepadanya, menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan,

6. Pok Kimmil

a. Pok Kimmil merupakan wadah dari Hakim Militer pada Dilmil untuk

melaksanakan tugas kewajibannya baik sebagai Hakim pada Dilmil maupun dalam memberikan saran dan pertimbangan tentang penyelenggaraan fungsi tehnis kepada Kadilmil,

b. Kelompok Hakim Militer pada Dilmil terdiri dari para Kimmil. F. Jaringan Usaha

Pengadilan Mliter I-02 mengembangkan pendidikan, penelitian, pengabdian, pelayanan masyarakat dan pembinaan civitas akademika.Pengadilan Mliter I-02 merupakan sebuah instansi yang menghasilkan jasa pendidikan non profit (tidak berorientasi pada perolehan laba), seperti perusahaan penghasil laba bagi perusahaan.


(31)

Pengadilan Militer I-02 lebih berorientasi pada pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, melakukan penelitian-penelitian yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, serta melakukan kegiatan sosial berupa pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Pengadilan MiliterI-02 yaitu penyelenggaraan pendidikan, pengadaan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Dengan demikian, diharapkan lulusan-lulusan dari Pengadilan Militer I-02 adalah lulusan yang mempunyai kualitas yang baik dan mampu memberikan Jasa Hukum Terbaik pada Bangsa dan Negara.

G. Kinerja Usaha Terkini

Setiap perusahaan maupun instansi tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai itu semua, begitu juga pada Pengadilan Mliter I-02, Pengadilan terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh Pengadilan dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja.

Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan perusahaan adalah menyelenggarakan program pendidikan dan pengajaran terhadap mahasiswa, melakukan berbagai macam pengadilan yang bermanfaat bagi universitas, masyarakat dan mahasiswa serta melakukan pengabdian kepada masyarakat berupa seminar-seminar kepada masyarakat,


(32)

23

memotivasi masyarakat agar dapat hidup lebih layak dan mandiri, kegiatan bakti sosial kepada masyarakat dan lain sebagainya.

Pengadilan Mliter I-02 juga terus melakukan pembinaan terhadap civitas akademika agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang benar-benar memiliki kualitas yang baik.Kegiatan-kegiatan kerohanian juga tetap dilaksanakan fakultas, seperti perayaan hari-hari besar keagamaan misalnya Natal, Paskah, Idul Fitri, dan lain-lain, sehingga para civitas Pengadilan Mliter I-02 selalu memiliki nilai-nilai dan norma-norma keagamaan dalam menjalani hidup, serta selalu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

H. Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan Pengadilan Militer I-02 antara lain adalah sebagai berikut

1. Kegiatan peningkatan pelayanan hukum yang berkeadilan di lingkungan

prajurit TNI

2. Kegiatan peningkatan kredibilitas dan transparansi Peradilan Militer 3. Kegiatan peningkatan kualitas SDM Pengadilan Militer I-02 Medan 4. Kegiatan peningkatan sarana dan prasarana operasional peradilan militer

untuk memaksimalkan pelaksanaan tupoksi Pengadilan Militer I-02 Medan

5. Kegiatan optimalisasi kinerja satuan kerja Pengadilan Militer I-02 Medan

6. Kegiatan aktualisasi pelaksanaan reformasi birokrasi di Satuan kerja


(33)

BAB III

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS AKTIVA TETAP PADA PENGADILAN MILITER I – 02 MEDAN

A. Aktiva Tetap

1. Pengertian Aktiva Tetap

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya termasuk data -data yang dikumpulkan oleh penulis beserta hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan, maka pada bab ini penulis akan mencoba membaha s objek penelitian yang dititikberatkan pada penerapan Standar Akuntansi Keuangan. Sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa dalam memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Begitu juga halnya dengan yang dilakukan oleh Pengadilan Militer I - 02.

Menurut Mulyadi (2001) pengertian aktiva tetap adalah : “Kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (2002) pengertian aktiva adalah : “aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan”.

Dari pengertian di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa aktiva tetap mempunyai tiga sifat utama, yaitu :


(34)

25

1. Mempunyai kemungkinan masa manfaat di masa datang yang mempunyai

kemampuan sendiri maupun kombinasi dengan aktiva lainnya untuk menyumbangkan aliran kas masuk di masa datang baik langsung maupun tidak langsung,

2. Suatu perusahaan dapat memperoleh manfaat dan mengawasi manfaat

tersebut,

3. Transaksi-transaksimenyebabkantimbulnyahakperusahaanuntuk

memperoleh dan mengawasi manfaat tersebut.

Suatu aktiva yang memiliki nilai uang dan berbentuk fisik yang menjadi milk perusahaan dinamakan aktiva berwujud misalnya tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan kantor, kendaraan, dan lainnya. Aktiva yang tidak berwujud dapat berupa hak atas sesuatu seperti hak paten, copyright, dan lain sebagainya.

Menurut Niswonger, Warren, Reeve, Fess, (1994) pengertian aktiva tetap adalah : “Aktiva adalah aktiva berumur panjang yang sifatnya permanent, yang digunakan dalam operasi perusahaan dan yang dibeli bukan untuk dijual lagi dalam operasi normal perusahaan ”.

Dari defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktiva tetap mempunyai kriteria antara lain :

a) Berwujud,

b) Dimiliki oleh perusahaan,

c) Masa operasinya lebih dari satu tahun atau dalam jangka waktu

relative lama, d) Nilainya besar,


(35)

e) Tidak untuk dijual.

Menurut Pengadilan Militer I – 02 Medan pengertian aktiva tetap adalah : “aktiva perusahaan yang sifatnya relatif tetap yang sifatnya berwujud, digunakan dalam operasi perusahaan, dan yang dibeli bukan untuk dijual lagi”.Sesuai dengan perbandingan di atas, pengertian aktiva tetap pada Pengadilan Militer I – 02 Medan telah telah disesuaikan dengan Standar. Akuntansi Keuangan dimana aktiva tetap yang ada memiliki ciri-ciri sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu berwujud, dimiliki oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.

2. Penggolongan Aktiva Tetap Jenis-jenis aktiva tetap

Dapat dikelompokkan dalam beberapa segi yaitu : 1. Substansi

Yaitu aktiva yang dapat digantikan dengan sejenisnya. Aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Tangible fixed asset ( aktiva berwujud )

Contohnya : lahan, mesin, gedung, peralatan, dan lainnya. b. Intangible fixed asset ( Aktiva tidak berwujud )

Contohnya : goodwill, paten, copyright, franchise, lease hold, dan lainnya.


(36)

27

Pengkategorian aktiva tetap dari segi ini berguna untuk mengetahui perlutidaknya dilakukan penyusutan terhadap harga perolehan, mengingat aktiva tetap memiliki masa manfaat yang berbeda-beda.

Menurut Mulyadi, ( 2001) aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dikelompokkan sebagai berikut :

a. Tanah dan pematangan tanah ( land and land improvement ) b. Gedung dan perbaikan gedung

c. Mesin d. Meubel

e. Kendaraan-kendaraan

Pengadilan Militer I – 02 Medan mengkategorikan jenis aktiva tetapnya ke dalam empat kategori yang masing- masing harga perolehan dan masa manfaatnya telah ditetapkan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, yaitu :

A. Tanah, B. Bangunan, C. Kendaraan,

D. Peralatan kantor, dapat dibagi atas : a) Computer,

b) Peralatan kantor lainnya.

Sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diatas terkait ciri-ciri aktiva tetap, maka seluruh kategori yang ada pada Pengadilan Militer I – 02 Medan telah disesuaikan dengan Standar Akuntansi Keuangan diman aktiva tetap yang ada memiliki ciri-ciri sesuai dengan yamg


(37)

dimaksudkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu berwujud, dimiliki oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.

3. Cara Cara Perolehan Aktiva Tetap

Suatu aktiva tetap mempunyai harga perolehan yang meliputi seluruh jumlah biaya yang dikeluarkan atau hutang yang timbul untuk memperoleh aktiva tersebut. Biaya perolehan dicatat sebesar harga perolehannya yaitu harga beli aktiva tersebut ditambah biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut dapat digunakan oleh perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia, (2002) berpendapat bahwa : Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPh masukan tidak boleh retribusi (non refundable), dan setiap biaya yang dapat diretribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut dapatbekerja untuk penggunaan yang dapat dimasukkan setiap potongan dikurangkan dari harga pembelian. Contoh biaya yang dapat diretribusikan secara langsung adalah :

a. Biaya persiapan manfaat,

b. Biaya penyusutan awal, biaya simpan dan bongkar merk, c. Biaya pemasangan,

d. Biaya professional, seperti arsitek, seperti arsitek dan insinyur.

Dalam menjalankan aktivitasnya suatu perusahaan dapat memperoleh aktiva tetap dengan beberapa cara, antara lain :

a. Pembelian Tunai

Pembeliansuatu aktiva tetap secara tunai biasa dilakukan apabila perusahaan memiliki dana yang cukup untuk memperolehnya. Dalam perkiraan,


(38)

29

aktiva tetap tersebut dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan sehubungan dengan pembelian tersebut. Biaya-biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan adalah aktiva tetap itu sendiri ditambah dengan biaya-biaya terkaitpembelian aktiva tetap tersebut seperti pajak penjualan, biaya pengangkutan, asuransi dalam perjalanan, bea nama balik, dan biaya pemasangan.

Dengan begitu aktiva tetap dapat diakui oleh perusahaan pada saat aktiva tetap tersebut diterima sebesar harga perolehannya. Menu rut Niswonger -Fess- Warren (2000:118) berpendapat bahwa : “Harga perolehan aktiva tetap mencakup segala pengeluaran yang perlu sampai aktiva tersebut di tempat dan siap untuk dipakai. Pajak pertambahan nilai, ongkos angkut, asuransi selama aktiva dalam perjalanan, fondasi khusus dan biaya pemasangan harus ditambahkan ke harga pembelian aktiva tetap yang bersangkutan”. Aktiva tetap yang dibeli harus dicatat sebesar harga pembelian tersebut ditambah biaya -biaya reparasi atau perbaikan agar dapat dipakai. Nilai buku dari pihak yang dijual tidak perlu diperhatikan. Jurnal dalam pencatatan pembelian tunai adalah :

Aktiva Tetap xxx

Kas xxx

b. Pembelian Kredit

Jika perusahaan melakukan pembelian secara kredit, maka dalam aktiva tetap yang bersangkut an dicatat sebesar nilai tunainya. Sedangakan selisih antara nilai tunai dengan harga pembelian kredit tersebut dianggap sebagai beban bunga. Unsur bunga dan financing cost yang terdapat didalamnya harus dikeluarkan dan


(39)

diperlakukan sebagai biaya dalam pe riode dimana pembayaran itu terjadi. Oleh karena itu harus dicatat dalam perkiraan beban bunga. Apabila aktiva tetap diperoleh angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Pembebanan bunga atas kredit dapat dilakukan dengan :

1) Secara flat,

2) Berdasarkan sisa hutang

Jurnal untuk pembelian yang dilakukan secara kredit adalah : Aktiva Tetap xxx

Hutang Usaha xxx

c. Pembelian Dengan Surat Berharga

Aktiva tetap yang dibeli dengan saham atau obligasi harus dicatat sebesar harga saham maupun obligasi tersebut. Nilai tersebut dicata seharga dengan nilaipari. Apabila harga pasar lebih besar dari harga pari, maka selisihnya dicatatsebagai premium (agiosaham) dan apabila harga pasar lebih kecil dari harga pari maka seliseihnya dicatat sebagai discount (disagio saham). Jika harga pasar saham tidak diketahui, maka harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut. Terkadang timbul keadaan dimana harga pasar surat berharga dan aktiva tetap yang dit ukar tidak diketahui. Untuk itu nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan. Nilai pertukaran dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan nilai -nilai surat-surat berharga yang dikeluarkan. Jurnal untuk pembelian dengan surat berharga, yaitu :


(40)

31

Aktiva Tetap xxx

Discount xxx

Capital stock xxx

Premium xxx

d. Aktiva tetap yang dihadiahkan

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dihadiahkan disebut nonreciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva ini wajib dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independen (appraisal company) dan di kredit modal donasi (donate capital). Ikatan Akuntan Indonesia, (2002) berpendapat bahwa : “ Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicata sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”

e. Aktiva yang dibangun sendiri

Dalam memperoleh suatu aktiva tetap terkadang dilakukan dengan cara dibangun sendiri. Hal ini dikarenakan biaya perolehannya akan lebih rendah, selain itu kualitas aktiva tetap akan lebih baik. Biaya perolehan aktiva tetap meliputi seluruh biaya -biaya pembuatannya termasuk bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead langsung maupun tidak langsung yang merupakan biaya -biaya diluar -biaya operasional perusahaan sehari -hari. Menentukan jumlah overhead tidak langsung yang akan dialokasikan pada aktiva yang dikerjakan bukanlah hal yang mudah. Untuk itu ada beberapa cara untuk menetapkan besar biaya overhead, yaitu :


(41)

1) Metode Incremental Cost

Biaya overhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) biaya overhead akibat adanya pembangunan aktiva tersebut.

2) Metode Proporsional

Biaya overhead yang dibebankan bukan hanya kenaikan overhead itu sendiri, melainkan juga biaya overhead secara baik untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan itu sendiri. Ikatan Akuntan Indonesia,(2002) menyatakan : “ Biaya perolehan suatu aktiva tetap yang dikonstruksikan sendiri ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yang diperoleh”. 4. Penggantian Aktiva Tetap

Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dengan pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos semacam itu diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh, yang mana yang lebih andal, equivalen dengan nilai wajar yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Suatu aktiva tetap dapat diperileh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki suatu nilai wajar serupa. Suatu aktiva tetap juga dapat dijual dalam pertukaran dengan kepemilikan aktiva yang serupa. Dalam dua keadaan tersebut, karena proses perolehan penghasilan (earning process) tidak lengkap, tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakuidalam transaksi. Sebaliknya, biayaperolehan aktiva tetap baru adalah jumlahtercatat dari aktiva yang dilepaskan. Dalam keadaan ini nilai aktiva yang dilepaskan dibukukan (write down) dan nilai turun dari buku ini diterapkan untukaktiva baru. Ada beberapa


(42)

33

cara yang dapat dilakukan untuk menentukan harga perolehan dalam tukar-menukar, yaitu :

1) Nilai Buku

yaitu, aktiva yang diperoleh dinilai dengan nilai buku aktiva yang ditukarkan dan tidak memperhitungkan laba atau rugi. Nilai buku yang dihitungdari harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.

2) Nilai Pasar ,

Yaitu : harga perolehan aktiva baru ditentukan sama dengan nilai pasar aktiva lama yang ditukar tambah dengan pembayaran tunai. Selisih nilai pasar aktiva lama dengan buku dihitung sebagai laba atau rugi.

3) Trade-In Allowances

Yaitu, harga perolehan aktiva baru dihitung berdasarkan nilai trade -in allowance lama ditambah dengan pembayaran tunai. Selisihnya dihitung sebagai laba atau rugi.Penetapan nilai suatu aktiva tetap dapat dilakukan dengan lebih dahulu mengetahui jenis aktiva tetap itu sendiri dan darima na aktiva tetap itu diperoleh.Harga perolehan yang dicatat adalah harga yang dibayarkan kepada penjual ditambah dengan biaya yang dikeluarkan hingga fisik aktiva tetap yang dibeli dipergunakan dalam aktivitas operasional perusahaan. Penetapan nilai suatu aktiva tetap dapat dilakukan dengan lebih dahulu mengetahui jenis aktiva tetap itu sendiri dan darimana aktiva tetap itu diperoleh. Harga perolehan yang dicatat adalah harga yang dibayarkan kepada penjual ditambah dengan biaya yang dikeluarkan hingga fisik aktiva tetap yang dibeli dipergunakan dalam aktivitas operasional perusahaan.


(43)

5. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap

Pengadilan Negeri I – 02 Medan memperoleh aktiva tetap dengan tiga cara yaitu :

a. Membeli Secara Tunai

Perolehan aktiva yang dibeli secara tunai sebelumnya akan dicatat ke dalam buku besar harian sebagai harga perolehannya. Harga perolehan dibuat dengan menjumlahkan har ga yang diberikan penjual ( harga faktur ) dengan seluruh biaya -biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan. Seluruh biaya -biaya yang dikeluarkan dikapitalisasi sebagai harga perolehan aktiva tetap.Potongan tunai yang diperoleh dari pembelian aktiva tetap merupakan pengurangan terhadap harga faktur aktiva tersebut. Jika dalam suatu pembelian diperoleh dari suatu aktiva tetap seperti gedung atau tanah, maka pengalokasian harga perolehan dari aktiva tersebut didasarkan pada perbandingan nilai wajar dari masing-masing aktiva, yaitu dengan melihat harga pasar dari gedung atau tanah, lalu membandingkan harga pasar tersebut yang kemudian menjadi dasar alokasi harga perolehan. Penilaian lain didasarkan pada surat bukti pembaya ran pajak. Metode ini digunakan jika harga pasar kedua aktiva tetap tidak diketahui.

b. Membangun Sendiri

Untuk memperoleh aktiva tetap seperti bangunan, Pengadilan Negeri I – 02 Medan melakukan pembangunan sendiri dimana nilai aktiva tetap yang dipero leh sebesar harga perolehan dan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk


(44)

35

mendapatkan aktiva tetap tersebut sampai pada kondisi siap untuk digunakan dalam operasi perusahaan.

c. Leasing

Aktiva tetap yang dibeli secara leasing (capital leasing) harus dinyatakan dalam nilai tunai dengan judul “Aktiva Tetap Leasing” dan sisi kewajiban dinyatakan dengan dengan judul “Hutang Leasing” sebesar harga tunaiaktiva dikurangi dengan uang muka yang dibayar pada saat penandatanganan kontrak perjanjian

B. Penyusutan Aktiva

Penyusutan adalah penurunan kemampuan aktiva dalam menyediakan manfaat dalam rangka aktivitas operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan pemakaian yang terus -menerus, sehingga mengakibatkan fungsi aktiva tetap tersebutmenurun dari hari ke hari. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (2002) penyusutan adalah : “Alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat”.Hal-hal yang menyebabkan penyusutan bias diidentifikasikan sebagaipenyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan fisik terjadi disebabkan kerusakan ketika digunakan, dank arena cuaca. Sedangkan penyusutanfungsionalterjadi karena aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti yang diharapkan.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan guna menetapkan besar beban penyusutan setiap periode adalah :


(45)

Yaitu taksiran realisasi (penjualan) melalui kas aktiva tetap tersebutsetelah akhir penggunaan atau pada saat aktiva tetap tersebut harus ditarik dari kegiatan operasi. Biaya yang disusutkan (depreciablecost) adalah jumlah yang harus disebarkan sepanjang umur manfaat aktiva sebagai bebanpenyusutan.

2) Umur tekhnis,

Umur manfaat yang diperkirakan ( expected useful life) atas aktiva tetap juga harus diestimasi pada saat aktiva tersebut mulai digunakan. Beberapa faktor yang menyebabkan suatu aktiva tetap berwujud dapat member manfaat dalam waktu yang terbatas, yaitu :

i. Faktor fisik

Aus karena dipakai (wear and tear), aus karena umur (deteroralitation and deacay), dan kerusakan merupakan faktor fisik yng dapat mengurangi fungsi aktiva tetap.

ii. Faktor fungsional

Faktor fungsional yang membatasi umur aktiva berupa ketidakmampuan aktiva memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti, perubahan permintaan terhadap barang maupun jasa yang dihasilkan, kemajuan tekhnologi yang menyebabkan suatu aktiva tidak ekonomis lagi apabila dipakai.

iii. Pola pemakaian

Pola pamakaian harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pembebanan penyusutan terhadap produksi.Diperlukan suatu metode untuk menghitung besarnya pengalikasian pembebanan penyusutan aktiva tetap. Ikatan Akuntan Indonesia membaginya berdasarkan :


(46)

37

(1) Waktu

(a) Straight Line Method ( metode garis lurus )

Metode ini menghitung penyusutan berate beban penyusutan dibebankan secara merata. Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap. Penghitungan yang sederhana disertai pengal ikasian biaya secara wajar ke pendapatan periodic jika penggunaan aktiva tersebut relatif sama tiap periodenya menjadi alasan mengapa dipakainya metode ini secara luas.

Contoh :

Sebuah mesin dibeli dengan harga perolehan Rp.10.000.000- , nilai sisa diperkirakan Rp.5.000.000- , dan taksiran umar 10 tahun. Penyusutan aktiva tersebut adalah:

D =

U

(P-S)

=

10

Rp.10.000.000 – Rp.500.000

= Rp.950.000 pertahun

(b) Metode Angka Tahun

Dengan metode jumlah angka tahun ( Sum of the year ), membebankan penyusutan secara periodic akan menurun secara tetap sepanjang masa manfaat aktiva. Beban penyusutan dihitung dengan cara menjumlahkan semua angka umur aktiva. Dengan metode Saldo menurun (DecliningBalance Method), menghasilkan beban periodik yang terus menurun sepanjang estimasi umur manfaat aktiva.


(47)

Contoh :

Pada tanggal 10 February 2010 dibeli mesin seharga Rp.50.000-, umur mesin 5 tahun ,dan nilai sisa 0. Seperti pada tabel berikut :

Tabel 1.2

Penyusutan Mesin Dengan Metode Angka Tahun

Sumber : Akuntansi Aktiva Tetap Keterangan :

1. 5/15 x Rp 50.000 = Rp 16.666,67 2. 4/15 x Rp 50.000 = Rp 13.333,33 3. 3/15 x Rp 50.000 = Rp 10.000

Tahun Harga

Perolehan

Beban Penyusutan

Akumulasi Penyusutan

Nilai Buku

1 Rp. 50.000 Rp. 16.666,67 Rp. 16.666,67 Rp.

33.333

2 Rp. 50.000 Rp. 13.333,38 Rp. 30.000 Rp.

20.000

3 Rp. 50.000 Rp. 10.000 Rp. 40.000 Rp.10.0

00

4 Rp. 50.000 Rp. 6.666,67 Rp. 46.666,67 Rp.

3.333,3


(48)

39

4. 2/15 x Rp 50.000 = Rp 6.666,67 5. 1/15 x Rp 50.000 = Rp 3.333,33 Penggunaan

Adapun yang disebabkan penggunaan yaitu : (a) service hours method ( metode jam jasa)

Metode ini memberikan beban penyusutan yang berbeda-beda menurut jam produksi. Beban penyusutan dihitung berdasarkan jumlah jam kerja dari aktiva untuk berproduksi.

(b) productive output method ( metode jumlah unit produksi )

Dalam hal ini beban penyusutan dihitung sesuai jumlah unit dalam penggunaan aktiva tetap. mengalokasikan harga dari masing - masing akhir periode aktiva tetap sebagai biaya penyusutan. Metode penyusutan yang diterapkan didasarkan atas pertimbangan alasan yang layak, serta penerapan aktiva tetap yang dimiliki secara konsisten. Masa manfaat dari seluruh jenis aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan seperti bangunan mesin, kenderaan dan peralatan pada akhirnya akan habis secara perlahan-lahan kecuali tanah. Ada beberapa alasan mengapa Pengadilan Negeri I – 02 Medan membuat penyusutan terhadap aktiva tetap, antara lain :

1) Penuaan Fisik

Penyusutan dapat dikarenakan penggunaannya yang dipengaruhi oleh cuaca maupun suhu seperti panas maupun dingin. Perawatan secararutin disertai pemeliharaan yang baik dapat menambah masa manfaat dan penggunaan suatu


(49)

aktiva tetap. Namun lambat laun seluruh aktiva terkecuali tanah sewaktu-waktu harus diganti.

2) Perubahan Teknologi

Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat dari aktiva tetap. Contohnya : computer, manfaat dari computer dapat habis sebelum msanya dikarenakan perubahan teknologi yang begitu cepat ditambah lagi karena perusahan mengikuti siste m yang ada di luar negeri. Untuk menghitung beban penyusutan aktiva tetap Pengadilan Negeri I – 02 Medan menggunakan metode garis lurus. Metode penyusutan dengan garis lurus dianggap sederhana dan relative mudah ini diterapkan terhadap semua jenis aktiva tetap. Pengalokasian dilakukan apabila aktiva tetap yang bersangkutan benar - benar telah digunakan dalam aktivitas perusahaan. Bentuk persentase penyusutan dari taksiran masa manfaat berbeda-beda sesuai dengan kategorinya.

Cara penggantian aktiva tetap yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri I – 02 Medan yaitu :

1) Dengan Cara Dibuang

Dibuang dalam hal ini lebih dimaksudkan dinonaktifkan. Hal ini dikarenakan aktiva tetap tersebut sudah tidak fungsional lagi untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan operasional pe rusahaan serta sudah tidak memiliki nilai residu atau nilai pasar.

2) Dengan Cara Dijual

Penjualan aktiva tetap yang sudah tidak produktif lagi dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit.


(50)

41

3) Dengan Cara Ditukar Dengan Aktiva Lain

Dalam hal ini peralatan lama ditukar dengan peralatan baru yang sama penggunaannya. Jika nilai tukar lebih besar daripada nilai buku, maka diperoleh keuntungan. Sebaliknya, jika nilai tukar lebih kecil daripada nilai buku, berarti pertukaran tersebut mendatangkan kerugian.

C. Pengawasan Internal Aktiva Tetap

Dalam pelaksanaannya Pengadilan Negeri I – 02 Medan menjalankan berbagai pengawasan baik pengawasan administratif, fisik maupun penggunaan. Bentuk pengawasan lain diantaranya juga dilakukan dengan cara mengansuransikan aktiva tetap, termasuk pengawasan dalam hal manajemen kepegawaian dengan menempatkan karyawan yang ahli pada bidangnya demi terciptanya suatu

spesifikasi kerja baik. Selain daripada itu pengawasan juga dilakukan dalam usaha perolehan, penghapusan maupun penjualan aktiva tetap. Hal ini dilakukan sebagai tindakanpencegahan terhadap adanya penyimpangan yang mungkin terjadi. Pengawasan terhadap perbaikan aktiva tetap yang rusak juga dilakukan dengan perhitungan fisik persediaan aktiva tetap secara periodik dalam rangka memeastikan keakuratan catatan akuntansi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi aktiva tetap yang hilang, rusak atau menganggur.

Pengawasan internal atau yang lebih dikenal dengan istilah pengendalian internal maupun internal check merupakan prosedur -prosedur mekanis dalam pemeriksaan ketelitian data- data administrasi. Misalnya mencocokkan penjumlahan horizontal dengan penjumlahan vertical. Usaha ini dilakukan untuk


(51)

memberikan keyakinan kepada menejemen bahwa kebijakan dan prosedurspesifik yang dirancang demi sebuah pencapaian tujuan dapat dipenuhi. Fungsi pengawasan dapat dilakukan dengan mengukur dan mengevaluasi kinerja dari setiap bagian kepala perusahaan kemudian mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan.

Beberapa tujuan dari pengawasan internal aktiva tetap adalah :

1. Membatasi pengeluaran modal dalam limit yang disetujui sesuai

kebutuhan perusahaan,

2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam menjalankan aktivitas perusahaan,

3. Menetapkan prosedur-prosedur perlindungan dan pemeliharaan fisik

suatu aktiva tetap,

4. Menekankan bahwa aktiva tetap merupakan fasilitas yang penting dalam

pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan,

5. Mendorong usaha perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan

perusahaan beri kut cara yang paling menguntungkan untuk m embiayai aktiva tetap.

Pengawasan dalam perusahaan dapat meliputi : 1. Pengawasan Administratif

Pengawasan ini dapat dilakukan dengan dua tujuan, yaitu :

a. Terkaitdan berhubungan dengan masalah sistemdan prosedur


(52)

43

b. Terkait dan berhibungan dengan masalah tekhnis atau materi

inventarisasi, buku induk barang atau buku lainnya. 2. Pengawasan Fisik,

Pengawasan fisik dilakukan untuk mengetahui keberadaan sekaligus keadaan fisik suatu aktiva tetap, apakah sudah sesuai catatan inventaris atau belum. Pengawasan ini dilakukan dengan mengawasi jumlah maupun kuantitas sekaligus kualitas aktiva tetap yang sebenarnya.

3. Pengawasan Penggunaan.

Tujuan dari pengawasan ini adal ah untuk mengetahui apakah suatu barang atau inventaris sudah benar dalam penggunaannya. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan aspek efisiensi penggunaan. Pengawasan ini penting artinya guna menentukan nilai ekonomis aktiva tetap, seperti keamanan atau keutuhan, keawetan, maupun pen dayagunaan barang-barang yang ada. Dalam mengawasi suatu aktiva tetap, Pengadilan Negeri I – 02 Medan menjalankan berbagai pengawasan baik pengawasan administratif, fisik maupun penggunaan. Bentuk pengawasan lain diantaranya juga dilakukan dengan cara mengansuransikan aktiva tetap, termasuk pengawasan dalam halmanajemen kepegawaian dengan menempatkan karyawan yang ahli pada bidangnya supaya tercipta suatu spesifikasi kerja yang baik. Pada dasarnya pengawasan intern bertujuan untuk mengamankan harta benda perusa haan yang dalam hal ini adalah aktiva tetap, memperoleh data akuntansi yang tepat dan dipercaya dapat meningkatkan efisiensi usaha serta mendorong kepatuhan terhadap kebijaksanaan kepemimpinan.


(53)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi pembaca mengenai Pengawasan Internal Terhadap Aktiva Tetap padaPengadilan Negeri I – 02 Medan A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab -bab sebelumnya penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang mungkin akan sangat berguna bagi para pimpinan dan seluruh pihak- pihak yang berkepentingan dengan perusahaan serta pada mahasiswa yang berminat pada topik permasalahan yang diuraikan.

1. Pengawasan Intern terhadap aktiva tetap pada Pengadilan Negeri I – 02 Medan telah dilaksanakan sangat efektif.

2. Besarnya penyusutan pada Pengadilan Negeri I – 02 Medan setiap

tahunnya dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yang menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahunnya sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap, dan nilai sisa aktiva tetap dianggap Rp 0. Perhitungan dilakukan oleh bagian akuntansi setiap akhir tahun buku,

3. Penggantian aktiva tetap pada Pengadilan Negeri I – 02 Medan di


(54)

45

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pengawasan intern terhadap akiva tetap yang dijalankan Pengadilan

Negeri I – 02 Medan sebaiknya dipertahankan karena telah dilaksanakan dengan efektif

2. Pengadilan Negeri I – 02 Medan perlu menerapkan kebijakan manajemen

menyangkut besar batasan biaya yang merupakan pengeluaran modal maupun pengeluaran penghasilan

3. Pengadilan Negeri I – 02 Medan memperhatikan jenis dan golonga n

aktiva tetap sebelum manajemen mengambil kebijakan mengenai metode penyusutan yang akan dipakai dalam menghitung besar penyusutan seluruh aktiva tetap

4. Pengadilan Negeri I – 02 Medan perlu memperhatikan tingkat

pemeliharaan terhadap aktiva tetap dikarenakan pengeluaran untuk biaya penggantian terhitung cukup besar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyelewengan dan aktiva tidak cepat rusak, sehingga pengeluaran biaya dapat diminimumkan sekecil mungkin.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Sarsimi. 2002. Metopel Teori dan Aplikasi Edisi Revisi kelima . Yogyakarta : Penerbit Rineka Cipta IKIP

Hersoebeno.Pemeriksaan Permulaan Dalam Sistem Peradilan Militer.Jakarta:

Perguruan Tinggi Hukum Militer, 1994.

Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Akuntansi Aktiva Tetap. Jakarta : Penerbit Raja Grafik Persada

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Penerbit Salemba Empat

Mulyadi. 2002. Sistem Akuntansi. Jakarta : Penerbit Salemba Empat

Niswonger, Fess, Warren. Prinsip -prinsip Akuntansi, Jilid 1 Edisi ke 18, Diterjemahkan oleh Marianus Sinaga. 2004. Jakarta : Penerbit Salemba

Empat

Ritonga, Parlaungan. 2006. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Medan. Penerbit Bartong Jaya

Stice, Earl K., James D Stice., K. Fred Skousen . Intermediate Accounting, edisi ke-15, Cetakan pertama, Diterjemahkan oleh Palupi Wariati. 2004. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Niswonger, Fess, Warren. Prinsip -prinsip Akuntansi, Jilid 1 Edisi ke 18, Diterjemahkan oleh Marianus Sinaga. 2004. Jakarta : Penerbit Salemba Empat


(1)

41

3) Dengan Cara Ditukar Dengan Aktiva Lain

Dalam hal ini peralatan lama ditukar dengan peralatan baru yang sama penggunaannya. Jika nilai tukar lebih besar daripada nilai buku, maka diperoleh keuntungan. Sebaliknya, jika nilai tukar lebih kecil daripada nilai buku, berarti pertukaran tersebut mendatangkan kerugian.

C. Pengawasan Internal Aktiva Tetap

Dalam pelaksanaannya Pengadilan Negeri I – 02 Medan menjalankan berbagai pengawasan baik pengawasan administratif, fisik maupun penggunaan. Bentuk pengawasan lain diantaranya juga dilakukan dengan cara mengansuransikan aktiva tetap, termasuk pengawasan dalam hal manajemen kepegawaian dengan menempatkan karyawan yang ahli pada bidangnya demi terciptanya suatu

spesifikasi kerja baik. Selain daripada itu pengawasan juga dilakukan dalam usaha perolehan, penghapusan maupun penjualan aktiva tetap. Hal ini dilakukan sebagai tindakanpencegahan terhadap adanya penyimpangan yang mungkin terjadi. Pengawasan terhadap perbaikan aktiva tetap yang rusak juga dilakukan dengan perhitungan fisik persediaan aktiva tetap secara periodik dalam rangka memeastikan keakuratan catatan akuntansi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi aktiva tetap yang hilang, rusak atau menganggur.

Pengawasan internal atau yang lebih dikenal dengan istilah pengendalian internal maupun internal check merupakan prosedur -prosedur mekanis dalam pemeriksaan ketelitian data- data administrasi. Misalnya mencocokkan penjumlahan horizontal dengan penjumlahan vertical. Usaha ini dilakukan untuk


(2)

memberikan keyakinan kepada menejemen bahwa kebijakan dan prosedurspesifik yang dirancang demi sebuah pencapaian tujuan dapat dipenuhi. Fungsi pengawasan dapat dilakukan dengan mengukur dan mengevaluasi kinerja dari setiap bagian kepala perusahaan kemudian mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan.

Beberapa tujuan dari pengawasan internal aktiva tetap adalah :

1. Membatasi pengeluaran modal dalam limit yang disetujui sesuai kebutuhan perusahaan,

2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam menjalankan aktivitas perusahaan,

3. Menetapkan prosedur-prosedur perlindungan dan pemeliharaan fisik suatu aktiva tetap,

4. Menekankan bahwa aktiva tetap merupakan fasilitas yang penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan,

5. Mendorong usaha perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan beri kut cara yang paling menguntungkan untuk m embiayai aktiva tetap.

Pengawasan dalam perusahaan dapat meliputi : 1. Pengawasan Administratif

Pengawasan ini dapat dilakukan dengan dua tujuan, yaitu :

a. Terkaitdan berhubungan dengan masalah sistemdan prosedur penyelenggaraan inventarisasi,


(3)

43

b. Terkait dan berhibungan dengan masalah tekhnis atau materi inventarisasi, buku induk barang atau buku lainnya.

2. Pengawasan Fisik,

Pengawasan fisik dilakukan untuk mengetahui keberadaan sekaligus keadaan fisik suatu aktiva tetap, apakah sudah sesuai catatan inventaris atau belum. Pengawasan ini dilakukan dengan mengawasi jumlah maupun kuantitas sekaligus kualitas aktiva tetap yang sebenarnya.

3. Pengawasan Penggunaan.

Tujuan dari pengawasan ini adal ah untuk mengetahui apakah suatu barang atau inventaris sudah benar dalam penggunaannya. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan aspek efisiensi penggunaan. Pengawasan ini penting artinya guna menentukan nilai ekonomis aktiva tetap, seperti keamanan atau keutuhan, keawetan, maupun pen dayagunaan barang-barang yang ada. Dalam mengawasi suatu aktiva tetap, Pengadilan Negeri I – 02 Medan menjalankan berbagai pengawasan baik pengawasan administratif, fisik maupun penggunaan. Bentuk pengawasan lain diantaranya juga dilakukan dengan cara mengansuransikan aktiva tetap, termasuk pengawasan dalam halmanajemen kepegawaian dengan menempatkan karyawan yang ahli pada bidangnya supaya tercipta suatu spesifikasi kerja yang baik. Pada dasarnya pengawasan intern bertujuan untuk mengamankan harta benda perusa haan yang dalam hal ini adalah aktiva tetap, memperoleh data akuntansi yang tepat dan dipercaya dapat meningkatkan efisiensi usaha serta mendorong kepatuhan terhadap kebijaksanaan kepemimpinan.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi pembaca mengenai Pengawasan Internal Terhadap Aktiva Tetap padaPengadilan Negeri I – 02 Medan

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab -bab sebelumnya penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang mungkin akan sangat berguna bagi para pimpinan dan seluruh pihak- pihak yang berkepentingan dengan perusahaan serta pada mahasiswa yang berminat pada topik permasalahan yang diuraikan.

1. Pengawasan Intern terhadap aktiva tetap pada Pengadilan Negeri I – 02 Medan telah dilaksanakan sangat efektif.

2. Besarnya penyusutan pada Pengadilan Negeri I – 02 Medan setiap tahunnya dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yang menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahunnya sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap, dan nilai sisa aktiva tetap dianggap Rp 0. Perhitungan dilakukan oleh bagian akuntansi setiap akhir tahun buku,

3. Penggantian aktiva tetap pada Pengadilan Negeri I – 02 Medan di lakukan dengan cara dibuang, dijual dan ditukar dengan aktiva lain


(5)

45

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pengawasan intern terhadap akiva tetap yang dijalankan Pengadilan Negeri I – 02 Medan sebaiknya dipertahankan karena telah dilaksanakan dengan efektif

2. Pengadilan Negeri I – 02 Medan perlu menerapkan kebijakan manajemen menyangkut besar batasan biaya yang merupakan pengeluaran modal maupun pengeluaran penghasilan

3. Pengadilan Negeri I – 02 Medan memperhatikan jenis dan golonga n aktiva tetap sebelum manajemen mengambil kebijakan mengenai metode penyusutan yang akan dipakai dalam menghitung besar penyusutan seluruh aktiva tetap

4. Pengadilan Negeri I – 02 Medan perlu memperhatikan tingkat pemeliharaan terhadap aktiva tetap dikarenakan pengeluaran untuk biaya penggantian terhitung cukup besar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyelewengan dan aktiva tidak cepat rusak, sehingga pengeluaran biaya dapat diminimumkan sekecil mungkin.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Sarsimi. 2002. Metopel Teori dan Aplikasi Edisi Revisi kelima . Yogyakarta : Penerbit Rineka Cipta IKIP

Hersoebeno. Pemeriksaan Permulaan Dalam Sistem Peradilan Militer.Jakarta: Perguruan Tinggi Hukum Militer, 1994.

Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Akuntansi Aktiva Tetap. Jakarta : Penerbit Raja Grafik Persada

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Penerbit Salemba Empat

Mulyadi. 2002. Sistem Akuntansi. Jakarta : Penerbit Salemba Empat

Niswonger, Fess, Warren. Prinsip -prinsip Akuntansi, Jilid 1 Edisi ke 18, Diterjemahkan oleh Marianus Sinaga. 2004. Jakarta : Penerbit Salemba

Empat

Ritonga, Parlaungan. 2006. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Medan. Penerbit Bartong Jaya

Stice, Earl K., James D Stice., K. Fred Skousen . Intermediate Accounting, edisi ke-15, Cetakan pertama, Diterjemahkan oleh Palupi Wariati. 2004. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Niswonger, Fess, Warren. Prinsip -prinsip Akuntansi, Jilid 1 Edisi ke 18, Diterjemahkan oleh Marianus Sinaga. 2004. Jakarta : Penerbit Salemba Empat