commit to user
Endah Aryuningsih TR 2012 melakukan evaluasi kinerja sistem irigasi DI Krisak dengan menggunakan Rasio Pelaksanaan Pemberian Air RPPA.
Penilaian dilakukan dengan metode observasi lapangan penelusuran jaringan irigasi, wawancara dan analisis data sekunder. Berdasarkan simulasi yang telah
dilakukan untuk meningkatkan kinerja sistem irigasi dapat disimpulkan bahwa aspek yang tidak berhubungan langsung dengan personilkelompok berupa
prasarana fisik, sarana penunjang dan dokumentasi lebih sensitif dari aspek yang berhubungan langsung dengan personilkelompok berupa produktivitas tanam,
organisasi personalia dan P3A. Penelitian ini mengkaji kinerja sistem daerah irigasi di daerah irigasi
Nepen dengan tolok ukur berkelanjutan. Tolok ukur irigasi yang digunakan di Propinsi Jawa Tengah adalah faktor k. Oleh karena itu penelitian ini akan
mengambil tolok ukur berupa faktor k dan tambahan tolok ukur yang lain berupa indeks keandalan reliability dan indeks kelentingan resiliency dalam menjamin
pasokan air suatu DI sehingga keberlanjutan suatu kinerja suatu DI dapat terwujud.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Uji Kepanggahan Data Hujan
Hujan berasal dari uap air di atmosfer, sehingga bentuk dan jumlahnya terdiri dan jumlahnya dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti angin,
temperatur dan tekanan atmosfer. Uap air tersebut akan naik ke atmosfer sehingga mendingin dan terjadi kondensasi menjadi butir-butir air dan kristal-kristal es
yang akhirnya jatuh menjadi hujan. Chow et al. 1988 menjelaskan 2 dua tipe hujan, yaitu: hujan titik dan hujan wilayah. Hujan titik adalah curah hujan yang
didapat dari hasil pencatatan alat pengukur hujan atau data curah hujan yang akan diolah berupa data kasar atau data mentah yang tidak dapat langsung dipakai.
Satu seri data hujan untuk satu stasiun tertentu dimungkinkan tidak panggah incosistent, sehingga data tersebut tidak dapat langsung dianalisis. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan pada kurang lebih 600 stasiun hujan di Pulau Jawa, ternyata 15 data hujannya tidak panggah. Data yang diketahui tidak
panggah harus dikoerksi terlebih dahulu. Cara koreksi yang dilakukan dengan cara
commit to user
grafis dan analitis. Cara grafis yang biasa digunakan adalah dengan metode analisis kurva massa ganda double mass curve analysis yang dikembangkan oleh
Searcy dan Hardison Sri Harto, 2000. Bambang Triatmojo 2008 menjelaskan bahwa metode analisis kurva
massa ganda membandingkan hujan tahunan kumulatif di stasiun y dengan stasiun referensi x yang merupakan rerata beberapa stasiun di dekatnya. Nilai kumulatif
tersebut digambarkan dalam grafik cartesian x-y, dan kurva yang terbentuk diperiksa untuk melihat perubahan kemiringannya. Apabila garis yang terbentuk
berupa garis lurus maka stasiun y adalah konsisten, dan sebaliknya. Jika stasiun tidak konsisten, akan dilakukan koreksi dengan mengalikan data setelah kurva
berubah dengan perbandingan sebelum dan setelah kurva patah. Cara ini masih diragukan karena pengujian dilakukan atas satu stasiun
terhadap beberapa stasiun disekitarnya. Hal ini berarti apabila semua stasiun diuji, maka stasiun yang semula diuji yang kemungkinan tidak panggah akan dijadikan
acuan. Untuk itu diperlukan analisis dengan cara statistik, antara lain: Von Neumann Ratio, Cumulative Deviation, Rescaled Adjusted Partial Sums RAPS
dan Weighted Adjusted Partial Sums WAPS. Penelitian ini menggunakan metode RAPS karena metode ini lebih baik digunakan apabila terjadi perubahan
diperkirakan berada di tengah-tengah deret yang digunakan. Sri Harto 1993 menguji kepanggahan consistensy data hujan dengan
metode Rescaled Adjusted Partial Sums RAPS. Uji kepanggahan dilakukan dengan menggunakan Persamaan sebagai berikut:
k i
i k
Y Y
S
1
, dengan k = 1, 2, 3,.., n 2.1
S
Sd S
S
k k
, dengan k = 1, 2, 3,.., n 2.2
n i
i
n Y
Y Sd
1 2
2
2.3 dengan:
S
k
= Rescaled Adjusted Partial Sums, S
k
= Cumulative Deviation,
i
Y = data hujan ke-i mm,
commit to user
Y = data hujan rerata-i mm,
Sd = deviasi standar,
n = jumlah data.
Untuk uji kepanggahan digunakan metode statistik:
k RAPS
S maks
Q , 0 k n
2.4 atau
k k
RAPS
imumS maksimumS
R min
, 0 k n 2.5
Data dinyatakan panggah jika:
n Q
RAPS
nilai kritik Tabel 2.1 2.6
Nilai kritik
RAPS
Q dan
RAPS
R ditunjukkan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Nilai Kritik
RAPS
Q dan
RAPS
R
n
n Q
RAPS
n R
RAPS
90 95
99 90
95 99
10 1,05
1,14 1,29
1,21 1,28
1,38 20
1,10 1,22
1,42 1,34
1,43 1,60
30 1,12
1,24 1,46
1,40 1,50
1,70 40
1,13 1,26
1,50 1,42
1,53 1,74
50 1,14
1,27 1,52
1,44 1,55
1,78 100
1,17 1,29
1,55 1,50
1,62 1,86
1,22 1,36
1,63 1,62
1,75 2,00
Sumber: Sri Harto 1993
2.2.2 Kebutuhan Air Tanaman di Lahan