22
www.globalreporting.org . survei KPMG diseluruh dunia tahun 2005
memperlihatkan bahwa praktek pelaporan yang berkesinambungan mengirimkan pesan pada GRI yaitu peningkatan signifikan penggunaan GRI guidline sejak
tahun 2002 sebagai kerangka pelaporan satu-satunya secara global Ardhi, 2012. CSR Disclosure dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan
untuk membangun, mempertahankan dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis Guthrie dan Parker, 1990 dalam Ardhi, 2012.
Indikator GRI sudah digunakan oleh beberapa peneliti seperti penelitian yang dilakukan oleh Sembiring 2003, Gamerschlag, et al., 2011, Nurkhin
2009, Sari 2012, Sufian dan Zahan 2013, serta Putrid an Yulius 2014 yang menggunakan indikator GRI untuk mengukur CSR Disclosure. Kamil dan
Herusetya 2012 serta Kinantika 2013 menggunakan indikator GRI untuk mengukur pengungkapan CSR perusahaan. Adapun indikator- indikator pada
pengungkapan CSR dikategorikan dalam 7 tema, yang terdiri dari 84 item pengungkapan sosial untuk perusahaan manufaktur.
2.1.6 Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau ukuran efektivitas manajemen perusahaan Wiagustini,
2010:76. Rasio profitabilitas merupakan salah satu aspek penting perusahaan karena selain sebagai daya tarik untuk investor rasio ini juga digunakan untuk
mengukur efiisiensi dan efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber daya
23
yang ada dalam operasi perusahaan.Profitabilitas dapat diukur dengan Profit Margin,Return on Assets ROA, dan Return on Equity ROE.
Menurut Rimba 2011, keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak Earning After
Taxes. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya Rimba, 2011. Semakin tinggi
profitabilitas perusahaan, maka cenderung semakin luas pengungkapan tanggung jawab sosialnya. Hubungan kinerja keuangan dengan tanggung jawab sosial
perusahaan menurut Belkaoui dan Karpik 1989 dalam Sari, 2012:129 paling baik diekspresikan dengan profitabilitas, hal itu disebabkan karena pandangan
bahwa tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu perusahaan.
2.1.7 Laverage
Financial leverage atau rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh modal pinjaman Wiagustini,
2010:79.Selain itu, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio tersebut digunakan untuk
memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu leverage.
Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total leveragenya lebih besar dibandingkan total asetnya. Perusahaan yang memiliki rasio leverage
yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sangat tergantung pada
24
pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Belkaoui dan Karpik 1989 dalam Sari 2012:130 menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat rasio leverage semakin
besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Apabila leverage
dihubungkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial maka tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap
dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur Schipper,1981 dan Meek et. al., 1995 dalam Anggraini, 2006. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage
yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah Widyatmoko, 2011.
2.1.8 Ukuran Perusahaan