14
Menurut Drever dkk 2007 dalam Danu 2011 signaling theory menekankan bahwa perusahaan pelapor dapat meningkatkan nilai perusahaan
melalui pelaporannya. Jika perusahaan gagal dalam menyajikan informasi yang lebih, maka para stakeholders hanya akan menilai perusahaan sebagai perusahaan
rata-rata samadengan perusahaan-perusahaan yang tidak mengungkapkan laporan tambahan.
Hal ini memberikan motivasi bagi perusahaan-perusahaan untuk mengungkapkan laporan tambahan. sehingga, signaling theory menekankan
bahwa perusahaan akan cenderung menyajikan informasi yang lebih lengkap untuk memperoleh reputasi yang lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan
yang tidak mengungkapkan, yang pada akhirnya akan menarik investor serta meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri.
2.1.2 Teori Stakeholder
Stakeholder dapat diartikan sebagai pemangku kepentingan dalam hal ini orang atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai
keputusan. Menurut Daud dan Abrar 2008, kelompok inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi suatu perusahaan untuk mengungkapkan atau tidak
mengungkapkan suatu informasi dalam laporan keuangan. Freeman dan McVea 2001 menyatakan bahwa pendekatan stakeholder
dilatarbelakangi adanya keinginan untuk membangun suatu kerangka kerja yang responsif terhadap masalah yang dihadapi para manajer saat itu yaitu perubahan
lingkungan. Tujuan dari manajemen stakeholder adalah merancang metode untuk
15
mengelola berbagai kelompok dan hubungan yang dihasilkan dengan cara yang strategis Freeman dan McVea, 2001.
Dalam teori stakeholder dikatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan
manfaat bagi stakeholder-nya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada
perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan yaitu meliputi karyawan, konsumen, pemasok, masyarakat,
pemerintah selaku regulator, pemegang saham, kreditur dan pesaing Purwanto, 2011.
Keberlangsungan perjalanan perusahaan sangat erat kaitannya dengan keberadaan stakeholder, seperti halnya pemegang saham yang mempunyai hak
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga mempunyai hak terhadap perusahaan Waryanti, 2009.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan sarana yang sukses bagi hubungan suatu perusahaan dengan stakeholdernya.
2.1.3 Teori Keagenan Agency Theory
Teori keagenan membahas tentang adanya hubungan keagenan antara principal dengan agen. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak dimana satu
atau lebih principal menyewa orang lain agen untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka yaitu mendelegasikan beberapa wewenang pembuatan
keputusan kepada agen. Yang disebut dengan principal adalah pihak yang
16
memberi mandat kepada agen, dalam hal ini yaitu pemegang saham. Sedangkan yang disebut dengan agen adalah pihak yang mengerjakan mandat dari principal,
yaitu manajemen yang mengelola perusahaan. Tujuan utama dari teori keagenan adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan
kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian
diakses melalui http: digilib.petra.ac.id Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi Eisenhardt, 1989 dalam
Emirzon, 2007. Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian dan asumsi informasi.
Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri self-interest, manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi
masa mendatang bounded rationality, dan manusia selalu menghindari resiko risk averse. Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota
organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai
barang komoditi yang dapat diperjualbelikan. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia dijelaskan bahwa masing-
masingin individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Pihak
pemilik principal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Sedangkan manajer agent
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan ekonomi dan psikologinya, antara
17
lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan
dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki Ningsaptiti, 2010.
Permasalahan yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen disebut dengan agency problems. Salah satu penyebab agency
problems adalah adanya asimetri informasi. Asimetri informasi adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika
prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen sebaliknya, agen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja
dan perusahaan secara keseluruhan Widyaningdyah, 2001 Teori keagenan menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu
orang atau lebih principal mempekerjakan orang lain agent untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
kepada agent tersebut Jensen dan Meckling, 1976. Arfan dkk, 2005 Teori agensi mendasarkan pemikiran atas adanya perbedaan informasi antara atasan
dengan bawahan, antara kantor pusat dan kantor cabang, atau adanya asimetri informasi yang memengaruhi penggunaan sistem akuntansi. Dari sudut pandang
teori agensi, prinsipal pemilik dan manajemen puncak membawahi agen karyawan atau manajer yang lebih rendah untuk melaksanakan kinerja yang
efisien. Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkungan. Agen dan
prinsipal diasumsikan termotivasi kepentingannya sendiri, dan sering kali
18
kepentingan antara keduanya berbenturan. Menurut pandangan prinsipal, kompensasi yang diberikan kepada agen tersebut didasarkan pada hasil, sementara
menurut pandangan agen, dia lebih suka jika sistem kompensasi tersebut tidak semata-mata melihat hasil tapi juga tingkat usahanya.
Sebagai pengelola perusahaan, agen akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dibandingkan prinsipal pemilik atau
pemegang saham. Agen berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada prinsipal sebagai wujud dari pertanggungjawaban atas
pengelolaan perusahaan.
2.1.4 Corporate Social Responsibility