PENGARUH BEBERAPA EKSTRAK DAUN TERHADAP PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF SOME LEAF EXTRACTS ON THE DOWNY MILDEW DISEASE OF SWEET CORN

(Zea mays saccharata) By

Rara Ayu Sekarsari

One of the important disease of sweet corn is downy mildew caused by the fungus

Peronosclerospora maydis. This research aimed to know the effect of some leaf extracts (Elephantopus scaber, Azadirachta indica , Piper betle and

Cymbopogon nardus) to control downy mildew on sweet corn. This research has been done from May to June 2012 in Plant Protection Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The treatments in this experiment are arranged in Completely Randomized Design (CRD) with five replications. The treatments consisted of the control was sterilize water (P0), E. scaber leaf extract (P1), A. indica leaf extract (P2), P. betle leaf extract (P3), C. nardus leaf extract (P4), synthetic fungicide (P5). Variables observed in this reseach were the incidence of the disease, incubation time, height and plants dry weight.

Observations were carried out every day for four weeks. The data were analyzed using the ANOVA and followed by Test Least Significant Different (LSD) on the real level 5%. The results showed all of leaf extracts effectively reduced the incidence of the downy mildew on sweet corn and leaf extract C. nardus showed better potential to reduce incidence of the downy mildew on sweet corn.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH BEBERAPA EKSTRAK DAUN TERHADAP PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG MANIS

(Zea mays saccharata) Oleh

Rara Ayu Sekarsari

Salah satu penyakit penting dalam budidaya jagung manis adalah penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur Peronosclerospora maydis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun (tapak liman, mimba, sirih dan seraiwangi) untuk mengendalikan penyakit bulai (P. maydis) pada tanaman jagung manis. Penelitian dilaksanakan dari Mei-Juni 2012 di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Perlakuan dalam percobaan ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol berupa air steril (P0), ekstrak daun tapak liman (P1), ekstrak daun mimba (P2), ekstrak daun sirih (P3), ekstrak daun seraiwangi (P4), dan fungisida sintetiksebagai pembanding(P5). Peubah yang diamati adalah keterjadian penyakit, masa inkubasi, tinggi dan bobot kering tanaman. Pengamatan dilakukan setiap hari selama empat minggu. Data hasil pengamatan kemudian dianalisis menggunakan sidik ragam yang bila berbeda nyata kemudian dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun tapak liman, mimba, sirih dan seraiwangi efektif dalam menekan penyakit bulai pada jagung manis dan ekstrak daun seraiwangi memiliki potensi yang paling tinggi untuk menekan penyakit bulai pada jagung manis.


(3)

PENGARUH BEBERAPA EKSTRAK DAUN TERHADAP PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG MANIS

(Zea mays saccharata)

(Skripsi)

Oleh

RARA AYU SEKARSARI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

PENGARUH BEBERAPA EKSTRAK DAUN TERHADAP PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG MANIS

(Zea mays saccharata)

Oleh

RARA AYU SEKARSARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Cara peletakkan tanaman jagung yang bergejala di areal pertanaman

jagung manis ... 18

2. Gejala penyakit bulai pada jagung manis dan massa spora ... 19

3. Perkembangan keterjadian penyakit bulai pada berbagai perlakuan 21 4. Tanaman jagung manis 7 hari setelah tanam ... 34

5. Kegiatan penyiapan suspensi spora P.maydis ... 34

6. Kegiatan pengekstrakan fungisida nabati ... 34

7. Kegiatan inokulasi P.maydis ... 35


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Tujuan penelitian ... 3

1.3 Kerangka pemikiran ... 3

1.4 Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan deskripsi jagung manis ... 6

2.2 Penyakit bulai ... 7

2.2.1 Gejala penyakit... 7

2.2.2 Patogen ... 8

2.2.3 Daur penyakit ... 8

2.2.4 Pengendalian ... 9

2.3 Pestisida nabati ... 9

2.3.1 Tapak liman (Elephantopus scaber) ... 10

2.3.2 Mimba (Azadirachta indica) ... 11

2.3.3 Sirih (Piper betle) ... 12

2.3.4 Seraiwangi (Cymbopogon nardus) ... 13

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat... 15

3.2 Alat dan bahan ... 15

3.3 Rancangan percobaan dan analisis data ... 15


(7)

v

3.4.1 Penyiapan tananaman uji ... 16

3.4.2 Pembuatan fungisida nabati ... 16

3.4.3 Penyiapan suspensi spora... 17

3.4.4 Inokulasi P.maydis ... 17

3.5 Pengamatan dan pengumpulan data ... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 19

4.1.1 Gejala penyakit bulai pada jagung manis ... 19

4.1.2 Masa inkubasi dan keterjadian penyakit ... 20

4.1.3 Perkembangan penyakit bulai ... 21

4.1.4 Tinggi dan bobot kering tanaman ... 21

4.2 Pembahasan ... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Joko Prasetyo, M.P. ………..

Sekretaris : Tri Maryono, S.P., M.Si. ….……… Penguji

Bukan Pembimbing : Dr.Ir. Suskandini Ratih D., M.S. ..………...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(9)

Judul Skripsi : PENGARUH BEBERAPA EKSTRAK DAUN TERHADAP PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

Nama Mahasiswa : RARA AYU SEKARSARI

Nomor Pokok Mahasiswa : 0814013055 Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Ir. Joko Prasetyo, M.P. Tri Maryono, S.P., M.Si. NIP 195902141989021001 NIP 198002082005011002

2. Ketua/Sekretaris Program Studi Agroteknologi

Prof. Dr.Ir. Sri Yusnaini, M.Sc. NIP 196305081988112001


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik, hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul “Pengaruh Beberapa Ekstrak Daun terhadap Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata)”. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, yaitu :

1. Ayah (I Made Subagia), ibu (Dwi Hayuningsih) dan adik (De Ayu Dwitantri) tercinta yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, nasihat dan semangat yang tiada henti serta doa yang tulus kepada penulis.

2. Bapak Ir. Joko Prasetyo, M.P. selaku pembimbing utama atas bimbingan, gagasan, ilmu, arahan dan nasihat yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Tri Maryono, S.P., M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, saran, dan nasihat yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr.Ir. Suskandini Ratih D., M.S. selaku pembahas yang telah

memberikan pengarahan, kritik, saran dan nasihat yang bersifat membangun kepada penulis.

5. Bapak Dr.Ir. Rusdi Evizal, M.S. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat dan motivasi dan semangat kepada penulis.


(11)

6. Bapak Prof.Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Ibu Prof. Dr.Ir. Sri Yusnaini, M.Sc. selaku ketua/sekretaris Program Studi Agroteknologi.

8. Seluruh dosen Agroteknologi minat Ilmu Hama Penyakit Tumbuhan serta Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran selama penulis mengemban ilmu di Universitas lampung.

9. Bayu Ardiyanto yang telah memberikan semangat dan kasih sayang. 10. Teman-teman angkatan 2008 yang telah membantu dalam penelitianku

(Devita, Nay, Mimin, Ai, Risky Amel, Dewi, Inggit, Maya, Muyu, Septian, Agustinus, Toni, dan Darma) dan kakak adik tingkat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih atas semua doa, bantuan semangat dan kebersamaan yang telah diberikan.

11. Pak Paryadi, Mbak Uum dan Mas Iwan atas bantuannya selama penulis menjadi mahasiswa.

Akhirnya Penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya semoga Allah SWT memberikan rahmat dan Hidayah-Nya kepada pihat yang telah membantu singga selesainya skripsi ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 2012


(12)

PENGARUH BEBERAPA EKSTRAK DAUN TERHADAP

PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG MANIS

(

Zea mays saccharata

)

(Skripsi)

Oleh

RARA AYU SEKARSARI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(13)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas

hortikultura jenis sayuran yang bernilai ekonomi tinggi. Umur produksi jagung manis yang lebih singkat dibandingkan dengan jagung biasa merupakan

keuntungan tersendiri (Darniasih, 2008). Seiring meningkatnya daya beli masyarakat, permintaan jagung manis juga meningkat sehingga usaha

pengembangan jagung manis di Indonesia mempunyai prospek yang cukup baik. Pengembangan jagung manis saat ini masih terkendala oleh ketahanan tanaman jagung manis terhadap hama dan penyakit yang masih rendah (Sejathi, 2011).

Menurut Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) (2011), terdapat beberapa penyakit yang berpotensi menurunkan produktivitas tanaman jagung, baik jagung manis maupun jagung biasa, salah satunya adalah penyakit bulai. Penyakit bulai disebabkan oleh jamur Peronosclerospora maydis dan jamur ini merupakan patogen yang berbahaya karena dapat menurunkan hasil panen hingga 90% atau puso (Semangun, 2004).

Di Provinsi Lampung penyakit bulai telah mewabah di beberapa sentra


(14)

2

Tanggamus dan Pesawaran. Pada 2010, luas serangan penyakit bulai tercatat seluas 599 hektar dan pada 2011 meningkat menjadi 1.138 hektar (BPTPH, 2012).

Sampai saat ini pengendalian penyakit bulai dengan menggunakan fungisida berbahan aktif metalaksil masih menjadi pilihan utama petani. Namun penggunaan metalaksil secara terus menerus dalam jangka waktu lama telah memicu terjadi resistensi pada P. maydis (Burhanuddin, 2009). Oleh karena itu, perlu dicari alternatif pengendalian lain untuk mengendalikan penyakit bulai.

Salah satu alternatif pengendalian yang dapat dikembangkan adalah fungisida nabati. Penggunaan fungisida nabati selain dapat menghambat perkembangan penyakit, juga aman bagi konsumen dan lingkungan karena mudah terurai dan tidak meninggalkan residu pada produk pertanian (Sudarmo, 2005).

Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai fungisida nabati antara lain tapak liman, mimba, sirih, dan seraiwangi. Tumbuhan tersebut mengandung senyawa kimia seperti minyak atsiri yang dapat berperan sebagai antibakteri dan antifungi (Kalemba dan Kunicka, 2003)

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan pengujian pengaruh ekstrak tanaman tapak liman, mimba, sirih, dan seraiwangi dalam menekan keterjadian penyakit bulaipada tanaman jagung manis.


(15)

3

1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh ekstrak daun tapak liman, mimba, sirih, dan seraiwangi terhadap penyakit bulai pada tanaman jagung manis.

2. Mengetahui ekstrak daun (tapak liman, mimba, sirih, dan seraiwangi) yang lebih efektif dalam mengendalikan penyakit bulai pada tanaman jagung manis.

1.3 Kerangka Pemikiran

Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam budidaya tanaman jagung adalah penyakit bulai. Penyakit ini disebabkan oleh Peronosclerospora maydis. Penyakit bulai merupakan penyakit utama yang paling berbahaya di Indonesia. Kerusakan akibat penyakit bulai dapat mencapai 90% atau puso (Semangun, 2004).

Menurut BPTPH Lampung (2011), pada 2010 luas serangan penyakit bulai tercatat seluas 599 hektar dan pada 2011 luas serangan meningkat menjadi 1.138 hektar yang terdapat di wilayah Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Tanggamus dan Pesawaran.

Dari berbagai macam teknik pengendalian, penggunaan fungisida sintetik paling banyak dilakukan oleh petani. Pada 2010 tercatat pengendalian menggunakan fungisida sintetik seluas 336 hektar dan pada 2011 seluas 80 hektar (BPTPH, 2011). Penggunaan fungisida sintetik secara tidak bijaksana dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu diperlukan


(16)

4

alternatif pengendalian lain yang ramah lingkungan namun juga efektif dalam mengendalikan patogen. Salah satunya adalah menggunakan fungisida nabati.

Menurut Sudarmo (2005), pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Bahan aktif dari pestisida nabati dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan patogen. Keunggulan pestisida nabati antara lain ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia.

Beberapa laporan hasil penelitian menyebutkan bahwa fungisida nabati efektif dapat mengendalikan penyakit tanaman. Manik (2008) melaporkan bahwa ekstrak seraiwangi dapat menekan penyakit antraknosa pada cabai di lapangan. Sibarani (2008) melaporkan ekstrak mimba dan sirih dapat menekan

perkembangan penyakit antraknosa pada cabai di lapangan. Ginting dkk (2009) menunjukkan bahwa ekstrak tapak liman dapat menekan perkembangan penyakit busuk pangkal batang lada pada percobaan di rumah kaca.

Kemampuan ekstrak daun dalam mengendalikan penyebab penyakit (patogen) tanaman karena ekstrak daun tersebut mengandung senyawa tertentu seperti minyak atsiri. Mekanisme minyak atsiri adalah dapat mengendalikan jamur patogen tanaman seperti Colletotrichum capsici, Phytophthora capsici, dan Rhizoctonia solani adalah dengan menghambat perkecambahan sporasehingga berperan sebagai antifungi(Bajpai dan Kang, 2012). Selain minyak atsiri, ekstrak daun juga mengandung zat alami terpen sebagai komponen aktif yang dapat melukai membran sel dan merubah permeabilitas sel (Jasmine dkk, 2011).


(17)

5

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Ekstrak daun tapak liman, mimba, sirih, dan seraiwangi sebagai fungisida nabati efektif dalam menekan keterjadian penyakit bulai pada tanaman jagung manis.

2. Setiap jenis ekstrak daun (tapak liman, mimba, sirih, dan seraiwangi) mempunyai efektivitas yang berbeda dalam menekan keterjadian penyakit bulai pada tanaman jagung manis.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Jagung Manis

Klasifikasi jagung manis menurut Linneus dalam Falah (2009) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermathophyta Kelas : Monocotyledonenae Bangsa : Graminae

Suku : Graminaceae Marga : Zea

Jenis : Zea mays saccharata

Jagung manis atau sweet corn (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan tanaman monoecius yaitu memiliki bunga jantan dan betina pada satu tanaman. Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman berupa karangan bunga (inflorescence), sedangkan bunga betina tersusun dalam tongkol yang terbungkus oleh kelobot dengan rambut jagung yang sebenarnya merupakan tangkai putik. Perbedaan jagung manis dan jagung biasa terletak pada warna bunga jantan dan rambut bunga betina. Bunga jantan pada jagung manis berwarna putih sedangkan pada jagung biasa berwarna kuning kecoklatan. Rambut pada jagung manis berwarna


(19)

7

putih sampai kuning keemasan sedangkan pada jagung biasa berwarna

kemerahan. Selain itu, jagung manis memiliki dua atau tiga daun yang tumbuh di ujung kelobot terluar dan umurnya lebih genjah dibandingkan dengan jagung biasa (Fitriani, 2009).

Biji jagung kaya karbohidrat dalam bentuk pati yang umumnya berupa amilosa dan amilopektin. Namun jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa manis ketika masih muda (Darniasih, 2008).

2.2 Penyakit Bulai

Menurut Semangun (2004), penyakit bulai yang disebabkan oleh P. maydis

merupakan penyakit utama pada tanaman jagung yang paling berbahaya di Indonesia karena dapat menyebabkan kerusakan hingga 90% atau puso terutama pada varietas jagung yang rentan terhadap penyakit bulai. Faktor yang memicu serangan penyakit ini adalah suhu yang tinggi sampai 30°C dan turunnya hujan sesekali, sebab penyakit ini ditularkan melalui spora yang terbawa angin.

Penyakit bulai atau yang disebut downy mildew sangat ditakuti oleh petani sebab tanaman jagung yang terserang cenderung mengalami kematian dan sebelum tanaman mati pertumbuhannya sangat merana (AAK, 1995).

2.2.1 Gejala Penyakit

Gejala penyakit bulai secara umum dapat dilihat pada tanaman jagung yang terserang bulai yaitu daun-daunnya berwarna kuning keputih-putihan dan bergaris-garis klorosis sejajar dengan urat daun dan pada bagian bawah daun terdapat konidia berwarna putih seperti tepung (Wakman dkk., 2007). Jika


(20)

8

tanaman yang diserang berumur beberapa minggu, daun yang baru muncul menjadi kaku, runcing dan menguning. Tanaman bisa mati atau kerdil dan tidak bisa berbuah. Bila infeksi terjadi pada tanaman yang sudah berumur satu bulan, tanaman masih bisa tetap tumbuh dan berbuah namun tongkolnya tidak bisa besar. Selain itu kelobot tidak bisa membungkus secara penuh pada tongkol dan bijinya tidak penuh (Pracaya, 2008).

2.2.2 Patogen

Penyakit bulai disebabkan oleh jamur P. maydis. Jamur dari penyakit ini tergolong ke dalam kelas Phycomycetes yaitu hifanya tidak bersekat. Miselium

P. maydis berkembang di ruang antar sel. Pada waktu permukaan daun berembun, miselium membentuk konidiofor yang tampak seperti batang,

kemudian konidiofor membentuk sterigma (tangkai konidium). Konidium yang masih muda berbentuk bulat dan setelah masak berbentuk jorong dengan ukuran 19,2 x 17,0µm (Semangun, 2004).

2.2.3 Daur Penyakit

Miselium jamur P. maydis berkembang dalam jaringan di antara sel daun dan merusak klorofil. Miselium bercabang keluar melewati mulut daun membentuk konidiofor dan jika diperhatikan permukaan daun tampak membentuk lapisan tipis berwarna putih. Jika kelembaban dan temperatur tinggi (27°C), konidiofor akan menghasilkan konidium. Konidium terbentuk di waktu malam ketika daun berembun dan konidium segera dipencarkan oleh angin, namun konidium tidak dapat terangkut jauh oleh angin karena embun hanya terjadi bila udara tenang,


(21)

9

kemudian konidium akan melekat pada mulut daun dan berkecambah pada daun muda dari tanaman muda (Semangun, 2004). Jika keadaan cocok, konidium akan berkembang dan masa inkubasi kurang lebih 10 hari. Penyakit ini terdapat di dataran rendah pada waktu udara lembab dan panas sedangkan pada waktu udara dingin dan kering, serangan akan terhenti (Pracaya, 2008).

2.2.4 Pengendalian

Jika musim hujan, udara menjadi lembab dan serangan bulai banyak. Biasanya pengendalian tanaman yang dilakukan oleh petani adalah pengendalian terpadu yaitu penggunaan varietas tahan dan penggunaan bahan aktif metalaksil pada benih. Penanaman jenis jagung yang tahan dan tidak menanam jagung pada waktu awal musim hujan sangat dianjurkan dalam pencegahan penyakit bulai (Semangun, 2004).

2.3 Pestisida Nabati

Pengertian pestisida nabati mencakup bahan nabati yang berfungsi sebagai zat antifungi, zat antivirus dan zat penghambat pertumbuhan organisme penganggu tanaman (Koul dkk, 2008). Dari berbagai hasil penelitian dapat dinformasikan, beberapa jenis tumbuhan yang mempunyai potensi sebagai pestisida nabati adalah tapak liman, mimba, sirih, dan seraiwangi (Sibarani, 2008 ; Suprianto, 2008 ; Sulastri, 2008).


(22)

10

2.3.1 Tapak Liman (Elephantopus scaber)

Klasifikasi tapak liman menurut Anonima (2008) adalah sebagai berikut: Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Bangsa : Asterales Suku : Asteraceae Marga : Elephantopus

Jenis : Elephantopus scaber L

Tanaman tapak liman termasuk terna tegak dengan rimpang yang menjalar, tinggi 10 cm sampai 80 cm. Batang bercabang, kaku, berambut dan rapat. Daun

berkumpul di bawah membentuk roset, bentuk daun jorong, memiliki panjang3- 38 cm dan lebarnya 1-6 cm, permukaan daun agak berambut. Bunga berupa tonggol, bergabung banyak, berbentuk bulat telur dan sangat tajam. Panjang mahkota bunga 7 mm sampai 9 mm, berbentuk tabung, warnanya bervariasi yaitu putih, ungu, merah dan ungu pucat. Buah merupakan buah longkah dengan panjang 4 mm (Sulastri, 2008).

Tapak Liman merupakan tanaman yang mengandung senyawa elephantopin, terpenoid, epofriedelinol, lupeol dan stigmasterol yang merupakan senyawa antimikroorganisme (Jasmine dkk, 2011).


(23)

11

2.3.2 Mimba (Azadirachta indica)

Klasifikasi mimba menurut Anonimb (2010) adalah sebagai berikut: Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Sapindales Suku : Meliaceae Marga : Azadirachta

Jenis : Azadirachta indica A.Juss

Mimba merupakan pohon yang tinggi, batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit batang tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Bunga memiliki susunan malai, terletak di ketiak daun paling ujung dan mahkota berwarna kekuningan. Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya

berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat (Anonim, 2012).

Mimba adalah salah satu jenis tanaman yang menghasilkan berbagai zat aktif seperti diterpenoid, triterpenoid, azadirachta, sulfur, nimbidin, nimbin, nimbolide dan asam nimbidik yang merupakan senyawa terpenoid yang dapat merusak mikroorganisme dan selain itu mimba mengandung belerang yang dapat membunuh jamur (Biswas, 2002).


(24)

12

2.3.3 Sirih (Piper betle)

Klasifikasi sirih menurut Anonim (2008) adalah sebagai berikut: Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Piperales Suku : Piperaceae Marga : Piper

Jenis : Piper betle L

Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat pada batang pohon lain. Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan (Anonim, 2012).

Sirih mengandung minyak atsiri seperti hidroksikavikol, kavikol, terrpena, seskuiterpen, betlephenol, pati, diatase, dan gula (Waid, 2011). Senyawa yang


(25)

13

terkandung di dalam sirih memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur (Anonim, 2012). Senyawa terbesar yang terkandung dalam sirih adalah kavicol dan Betlephenol. Senyawa kavicol memiliki daya antiseptik yang kuat (Waid, 2011).

2.3.4 Seraiwangi (Cymbopogon nardus)

Menurut Suprianto (2008) klasifikasi seraiwangi adalah sebagai berikut: Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Bangsa : Cyperales Suku : Poaceae Marga : Cymbopogon

Jenis : Cymbopogon nardus

Seraiwangi merupakan tumbuhan menyerupai rumput-rumputan, perakarannya sangat dalam dan kuat. Batangnya tegak membentuk rumpun dan silindris, seringkali di bawah buku bukunya berlilin. Daunnya tunggal, lengkap, pelepah daun silindris, seringkali bagian permukaan dalam berwarna merah, ujung

berlidah (ligula). Bunga berwarna putih seperti bulir majemuk. Waktu berbunga Januari- Desember. Habitatnya pada daerah dengan ketinggian 50-2700 m dpl (Anonim, 2004). Seraiwangi mengandung bahan aktif minyak atsiri yang terdiri dari geraniol, trans-citral, cis-citral, geraniol asetat, sitronellal dan sitronellol. Bahan aktif tersebut yang digunakan sebagai antifungi (Nakara dkk, 2003).


(26)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dari Mei - Juni 2012 di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah suspensi spora P. maydis, bibit jagung manis varietas Jambore, ekstrak daun (tapak liman, mimba, sirih dan seraiwangi), pupuk kandang, dan air steril. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah timbangan, oven, autoklaf, botol kaca, tabung reaksi, gelas ukur, rotary mixer, mikroskop stereo, pipet tetes, blender, saringan, tissu, alumunium foil, plastik tahan panas, kertas koran, kertas label, polibag, sabit dan cangkul.

3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap terdiri atas 6 perlakuan dengan 5 ulangan. Setiap unit percobaan terdiri atas 6 tanaman. Perlakuan terdiri atas air steril sebagai kontrol (P0), ekstrak daun tapak liman (P1), ekstrak daun mimba (P2), ekstrak daun sirih (P3), ekstrak daun seraiwangi (P4), dan fungisida


(27)

16

sintetik (dimetomorf 0,5g/l) sebagai pembanding (P5). Konsentrasi ekstrak daun yang digunakan adalah 33% sedangkan konsentrasi fungisida sintetik adalah 0,5 g/l. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah antar perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Penyiapan tanaman uji

Benih jagung manis digunakan adalah benih dari petani (varietas Jambore). Benih ditanam dalam polibag dengan media tanam campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3: 1. Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kotoran kambing. Polibag diletakkan di lahan Laboratorium Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pemeliharaan berupa penyiraman dan pembersihan gulma.

3.4.2 Pembuatan fungisida nabati

Daun tapak liman, daun mimba, daun sirih, dan daun seraiwangi masing-masing ditimbang sebanyak 200 g dan dicuci dengan air steril. Setelah itu

dikeringanginkan dan selanjutnya dioven pada suhu 50°C selama 36 jam. Setelah dioven, masing-masing daun diblender dan diayak untuk mendapatkan tepung daun yang halus. Tepung daun yang halus kemudian digunakan untuk membuat aliquot (larutan induk) ekstrak daun. Larutan induk ekstrak daun dibuat dengan cara mencampurkan tepung daun sebanyak 10 gram dengan 70 ml air steril. Larutan induk tersebut tersebut kemudian diendapkan selama 1 jam. Setelah 1 jam, 2 ml larutan induk diambil diencerkan dengan 2 ml air steril. Hasil pengenceran ini kemudian dicampur dengan 2 ml suspensi spora dan disimpan


(28)

17

selama 1 jam. Setelah 1 jam campuran ekstrak daun dan suspensi spora tersebut digunakan dalam inokulasi buatan.

3.4.3 Penyiapan suspensi spora P. maydis

Tanaman jagung yang menunjukan gejala bulai diambil dari pertanaman jagung Politeknik Negeri Lampung. Spora yang digunakan dipanen dari tanaman sakit. Spora dipanen dengan cara merendam daun jagung yang terserang patogen kemudian diserut menggunakan spatula agar spora jatuh ke dalam air. Air yang mengandung spora kemudian dipindahkan dalam erlenmeyer dan dihomogenkan menggunakan rotary mixer. Setelah homogen, kemudian diencerkan untuk mendapatkan kerapatan spora (4 x 102 spora/ml).

3.4.4 Inokulasi P. maydis

Inokulasi P.maydis dilakukan dengan dua cara, yaitu inokulasi alami dan buatan. Inokulasi secara alami dilakukan dengan cara meletakan tanaman jagung yang bergejala bulai di tengah-tengah tanaman uji sebanyak 5 polybag. Inokulasi alami dilakukan 3 hari setelah inokulasi buatan. Inokulasi buatan dilakukan dengan cara meneteskan campuran suspensi spora dan ekstrak daun pada titik tumbuh

sebanyak 3 tetes/tanaman pada tanaman uji berumur 7 hari. Inokulasi buatan dilakukan pada pukul 02.00-03.00 WIB ketika daun terkena embun. Sebelum dilakukan inokulasi, air embun yang terdapat pada titik tumbuh tanaman diambil dan kemudian air embun tersebut dibuang.


(29)

18

Gambar 1. Cara peletakkan tanaman jagung yang bergejala di areal pertanaman jagung manis.

3.5 Pengamatan dan pengumpulan data

Pengamatan dilakukan setiap hari. Peubah yang diamati adalah keterjadian penyakit, masa inkubasi penyakit (diamati dari inokulasi sampai timbulnya gejala yang pertama), tinggi tanaman (diukur pada saat 21 hsi dari permukaan tanah sampai daun yang paling tinggi), dan bobot kering tanaman (tanaman jagung ditimbang setelah tanaman tersebut dijemur dan dioven pada 50°C selama 3 hari). Keterjadian penyakit dihitung dengan rumus :

dengan Kp adalah keterjadian penyakit, n adalah jumlah tanaman terserang dan N adalah jumlah tanaman seluruhnya.

A re al p er ta n am an j ag u n g ma n is


(30)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1995. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius : Yogyakarta. Anonim. 2004. Tanaman Sereh. Tersedia dalam http://www.iptek.net.id.

Diakses pada tanggal 24 Maret 2012. Anonim a. 2008. Tapak Liman. Tersedia dalam

http://www.plantamor.com/index.php?plant=522. Di akses 16 Maret 2012. Anonimb. 2008. Sirih. Tersedia dalam

http://www.plantamor.com/index.php?plant=1006. Di akses 16 Maret 2012. Anonim. 2012. Sirih. Tersedia dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Sirih. Diakses

16 Maret 2012.

Anonim. 2012. Mimba. Tersedia dalam http://www.herbal-obatalami.com/pdf/ mimba.pdf. Diakses 16 Maret 2012.

Bajpai,V.K., & S.C. Kang. 2012. In Vitro and In Vivo of Plant Patogenic Fungi by Essential Oil and Extracts of Magnolia liliflora Desr. JAST 14 : 845-856.

Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH). 2011. Laporan UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Provinsi Lampung.

Biswas, K. 2002. Biological Activities and Medical of Neem (Azadirachta indica

A.Juss). Current Science, India.

Burhanuddin. 2009. Fungisida Metalaksil Tidak Efektif Menekan Penyakit Bulai

(Peronosclerospora maydis) di Kalimantan Barat dan Alternatif Pengendaliannya. Prosiding Seminar Nasional.

Chatri,M.,Vauzia, & M. Oktora. 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Daun Nimba (Azadirachtaindica) Untuk Menekan Pertumbuhan Jamur Sclerotium Rolfsii Sacc.Jurnal Sainstek : 192-195.


(31)

Darniasih. 2008. Pengaruh Pemotongan Bunga Jantan pada Kultivar Jagung Manis terhadap Karakter Produksi dan Sebaran Segregasi Bentuk Biji. Skripsi UNILA.

Falah, R. 2009. Budidaya Tanaman Jagung Manis. Tersedia dalam http://www.bbpp lembang.info. Diakses Tanggal 16 Maret 2012.

Fitriani, F. 2009. Hama dan Penyakit Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) di Desa Benteng, Cibanteng dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi IPB.

Ginting, C., D. Sembodo, H. Susanto, & M. Yufdy. 2009. Tersedia dalam http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/115678. Diakses 24 Oktober 2012.

Jasmine, R., Selvakumar, & Daisy. 2011. Investigating the Mechanism of Action of Terpenoids and the Effect of Interfering Substances on An Indian

Medicinal Plant Extract Demonstrating Antibacterial Activity. IJPSR 2 : 19-24.

Kalemba, A., & A. Kunicka. 2003. Antibacterial and Antifungal Properties of Essential Oil. Current Medical Chemistry 10 : 813-829.

Koul, P., S. Walia, & G.S. Dhawalia. 2008. Essential Oil as Green Pesticides Potential and Constrains. Current Science.

Manik, R. 2008. Uji Efektifitas Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dan Daun Serai (Andropogon nardus L.) terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum) Di Lapangan. Skripsi USU.

Nakahara,K., N.S. Alzoreky, T. Yoshihashi, H.T.T. Nguyen, & G.

Trakoontivakorn. 2003. Chemical Composition and Antifungal Activity of Essential Oil from Cymbopogon nardus (Citronella Grass). JARQ 37 : 249-252.

Nurhayati. 2011. Efektifitas ekstrak daun sirih terhadap infeksi Colletotrichum

capsici pada buah cabai. Jurnal Dharmapala 3: 54-59.

Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya : Jakarta. Sejathi. 2011. Usaha Meningkatkan Jagung Manis. Tersedia dalam

http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2122282-usaha-meningkatkan-hasil-jagung-manis/. Diakses pada tanggal 24 Maret 2012.


(32)

Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Shofyan. 2010. Klasifikasi A.Indica (Mimba). Tersedia dalam

http://forum.upi.edu/index.php?topic=15681.0. Diakses Tanggal 16 Maret 2012.

Sibarani, F. 2008. Uji Efektifitas Beberapa Pertisida Nabati untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum) di Lapangan. Skripsi USU.

Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, & S. Sunarti. 2008. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Serealia Maros. Tersedia dalam http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/empat.pdf. Diakses 16 Maret 2012.

Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati : Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius : Yogyakarta.

Sulastri. 2008. Efek Diuretic Ekstrak Etanol 70% Daun Tapak Liman

(Elephantopus scaber L) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Skripsi Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Suprianto. 2008. Potensi Ekstrak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L) sebagai anti Streptococcus mutans. Skripsi IPB.

Waid. 2011. Dahsyatnya Khasiat Daun-Daun Obat di Sekitar Pekaranganmu. Laksana : Yogyakarta.

Wakman,W., A.H. Talanca, & Surtikanti. 2007. Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung di Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda. Sulawesi Selatan.


(1)

16

sintetik (dimetomorf 0,5g/l) sebagai pembanding (P5). Konsentrasi ekstrak daun yang digunakan adalah 33% sedangkan konsentrasi fungisida sintetik adalah 0,5 g/l. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah antar perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyiapan tanaman uji

Benih jagung manis digunakan adalah benih dari petani (varietas Jambore). Benih ditanam dalam polibag dengan media tanam campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3: 1. Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kotoran kambing. Polibag diletakkan di lahan Laboratorium Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pemeliharaan berupa penyiraman dan pembersihan gulma.

3.4.2 Pembuatan fungisida nabati

Daun tapak liman, daun mimba, daun sirih, dan daun seraiwangi masing-masing ditimbang sebanyak 200 g dan dicuci dengan air steril. Setelah itu

dikeringanginkan dan selanjutnya dioven pada suhu 50°C selama 36 jam. Setelah dioven, masing-masing daun diblender dan diayak untuk mendapatkan tepung daun yang halus. Tepung daun yang halus kemudian digunakan untuk membuat aliquot (larutan induk) ekstrak daun. Larutan induk ekstrak daun dibuat dengan cara mencampurkan tepung daun sebanyak 10 gram dengan 70 ml air steril. Larutan induk tersebut tersebut kemudian diendapkan selama 1 jam. Setelah 1 jam, 2 ml larutan induk diambil diencerkan dengan 2 ml air steril. Hasil pengenceran ini kemudian dicampur dengan 2 ml suspensi spora dan disimpan


(2)

17

selama 1 jam. Setelah 1 jam campuran ekstrak daun dan suspensi spora tersebut digunakan dalam inokulasi buatan.

3.4.3 Penyiapan suspensi spora P. maydis

Tanaman jagung yang menunjukan gejala bulai diambil dari pertanaman jagung Politeknik Negeri Lampung. Spora yang digunakan dipanen dari tanaman sakit. Spora dipanen dengan cara merendam daun jagung yang terserang patogen kemudian diserut menggunakan spatula agar spora jatuh ke dalam air. Air yang mengandung spora kemudian dipindahkan dalam erlenmeyer dan dihomogenkan menggunakan rotary mixer. Setelah homogen, kemudian diencerkan untuk mendapatkan kerapatan spora (4 x 102 spora/ml).

3.4.4 Inokulasi P. maydis

Inokulasi P.maydis dilakukan dengan dua cara, yaitu inokulasi alami dan buatan. Inokulasi secara alami dilakukan dengan cara meletakan tanaman jagung yang bergejala bulai di tengah-tengah tanaman uji sebanyak 5 polybag. Inokulasi alami dilakukan 3 hari setelah inokulasi buatan. Inokulasi buatan dilakukan dengan cara meneteskan campuran suspensi spora dan ekstrak daun pada titik tumbuh

sebanyak 3 tetes/tanaman pada tanaman uji berumur 7 hari. Inokulasi buatan dilakukan pada pukul 02.00-03.00 WIB ketika daun terkena embun. Sebelum dilakukan inokulasi, air embun yang terdapat pada titik tumbuh tanaman diambil dan kemudian air embun tersebut dibuang.


(3)

18

Gambar 1. Cara peletakkan tanaman jagung yang bergejala di areal pertanaman jagung manis.

3.5 Pengamatan dan pengumpulan data

Pengamatan dilakukan setiap hari. Peubah yang diamati adalah keterjadian penyakit, masa inkubasi penyakit (diamati dari inokulasi sampai timbulnya gejala yang pertama), tinggi tanaman (diukur pada saat 21 hsi dari permukaan tanah sampai daun yang paling tinggi), dan bobot kering tanaman (tanaman jagung ditimbang setelah tanaman tersebut dijemur dan dioven pada 50°C selama 3 hari). Keterjadian penyakit dihitung dengan rumus :

dengan Kp adalah keterjadian penyakit, n adalah jumlah tanaman terserang dan N adalah jumlah tanaman seluruhnya.

A

re

al

p

er

ta

n

am

an

j

ag

u

n

g

ma

n

is


(4)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1995. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius : Yogyakarta. Anonim. 2004. Tanaman Sereh. Tersedia dalam http://www.iptek.net.id.

Diakses pada tanggal 24 Maret 2012. Anonim a. 2008. Tapak Liman. Tersedia dalam

http://www.plantamor.com/index.php?plant=522. Di akses 16 Maret 2012. Anonimb. 2008. Sirih. Tersedia dalam

http://www.plantamor.com/index.php?plant=1006. Di akses 16 Maret 2012. Anonim. 2012. Sirih. Tersedia dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Sirih. Diakses

16 Maret 2012.

Anonim. 2012. Mimba. Tersedia dalam http://www.herbal-obatalami.com/pdf/ mimba.pdf. Diakses 16 Maret 2012.

Bajpai,V.K., & S.C. Kang. 2012. In Vitro and In Vivo of Plant Patogenic Fungi by Essential Oil and Extracts of Magnolia liliflora Desr. JAST 14 : 845-856.

Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH). 2011. Laporan UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Provinsi Lampung.

Biswas, K. 2002. Biological Activities and Medical of Neem (Azadirachta indica A.Juss). Current Science, India.

Burhanuddin. 2009. Fungisida Metalaksil Tidak Efektif Menekan Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis) di Kalimantan Barat dan Alternatif

Pengendaliannya. Prosiding Seminar Nasional.

Chatri,M.,Vauzia, & M. Oktora. 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Daun Nimba (Azadirachta indica) Untuk Menekan Pertumbuhan Jamur Sclerotium Rolfsii Sacc. Jurnal Sainstek : 192-195.


(5)

Darniasih. 2008. Pengaruh Pemotongan Bunga Jantan pada Kultivar Jagung Manis terhadap Karakter Produksi dan Sebaran Segregasi Bentuk Biji. Skripsi UNILA.

Falah, R. 2009. Budidaya Tanaman Jagung Manis. Tersedia dalam http://www.bbpp lembang.info. Diakses Tanggal 16 Maret 2012.

Fitriani, F. 2009. Hama dan Penyakit Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) di Desa Benteng, Cibanteng dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi IPB.

Ginting, C., D. Sembodo, H. Susanto, & M. Yufdy. 2009. Tersedia dalam http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/115678. Diakses 24 Oktober 2012.

Jasmine, R., Selvakumar, & Daisy. 2011. Investigating the Mechanism of Action of Terpenoids and the Effect of Interfering Substances on An Indian

Medicinal Plant Extract Demonstrating Antibacterial Activity. IJPSR 2 : 19-24.

Kalemba, A., & A. Kunicka. 2003. Antibacterial and Antifungal Properties of Essential Oil. Current Medical Chemistry 10 : 813-829.

Koul, P., S. Walia, & G.S. Dhawalia. 2008. Essential Oil as Green Pesticides Potential and Constrains. Current Science.

Manik, R. 2008. Uji Efektifitas Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dan Daun Serai (Andropogon nardus L.) terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum) Di Lapangan. Skripsi USU.

Nakahara,K., N.S. Alzoreky, T. Yoshihashi, H.T.T. Nguyen, & G.

Trakoontivakorn. 2003. Chemical Composition and Antifungal Activity of Essential Oil from Cymbopogon nardus (Citronella Grass). JARQ 37 : 249-252.

Nurhayati. 2011. Efektifitas ekstrak daun sirih terhadap infeksi Colletotrichum capsici pada buah cabai. Jurnal Dharmapala 3: 54-59.

Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya : Jakarta. Sejathi. 2011. Usaha Meningkatkan Jagung Manis. Tersedia dalam

http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2122282-usaha-meningkatkan-hasil-jagung-manis/. Diakses pada tanggal 24 Maret 2012.


(6)

Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Shofyan. 2010. Klasifikasi A.Indica (Mimba). Tersedia dalam

http://forum.upi.edu/index.php?topic=15681.0. Diakses Tanggal 16 Maret 2012.

Sibarani, F. 2008. Uji Efektifitas Beberapa Pertisida Nabati untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum) di Lapangan. Skripsi USU.

Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, & S. Sunarti. 2008. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Serealia Maros. Tersedia dalam http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/empat.pdf. Diakses 16 Maret 2012.

Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati : Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius : Yogyakarta.

Sulastri. 2008. Efek Diuretic Ekstrak Etanol 70% Daun Tapak Liman

(Elephantopus scaber L) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Skripsi Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Suprianto. 2008. Potensi Ekstrak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L) sebagai anti Streptococcus mutans. Skripsi IPB.

Waid. 2011. Dahsyatnya Khasiat Daun-Daun Obat di Sekitar Pekaranganmu. Laksana : Yogyakarta.

Wakman,W., A.H. Talanca, & Surtikanti. 2007. Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung di Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda. Sulawesi Selatan.