PENGARUH ASUPAN BUBUR KACANG KEDELAI DAN LATIHAN INTENSITAS SEDANG TERHADAP KADAR LDL KOLESTEROL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

ABSTRACT

THE EFFECT OF SOYBEAN INTAKE AND MODERATE INTENSITY
EXERCISE TOWARD LDL-CHOLESTEROL CONTENT OF WHITE
RATS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR MALE THAT HAS BEEN
HIGH-FAT DIET

By
MARTIA RAHMAWATI

Excessive fat consumption can increase infected venous and heart diseases. Blood
cholesterol levels that increase can be lowered through a system and good
lifestyle, one with moderate intensity exercise and eating soybeans. Moderate
intensity exercise more than 1 hour can degrade soybean fat as energy, which
contains lecithin to be able to stabilize the LDL-cholesterol are at levels can be
tolerated by the body. It needs to be tested in order to obtain clear facts to prove.

This study used an experimental method of pre and post-test design. The research
subject are 24 Galur Wistar rats, aged 8-12 weeks, weight 200-300 g, were
divided into four treatment groups. Group A (moderate intensity exercise and
soybean porridge intake), group B (moderate intensity exercise), group C

(soybean porridge intake), group D (control). Normality test is used (Shapiro-Wilk
p> 0.05), homogeneity test (Levene's p> 0.05), paired t-test and one-way ANOVA
test on all treatment and control groups.

From the result showed decreased LDL levels in group A (66.60 ± 3.9 to 60.8 ±
4.91), group B (67.80 ± 3.70 to 64.0 ± 3.53), group C (66.2 ± 3.89 to 63.60 ±
5.17) and group D (63.60 ± 5.17 to 62.60 ± 5.98) in rats fed high-fat diet. Based
on these results it can be concluded that the soy bean porridge intake given to test
animals is accompanied by moderate intensity exercise is more effective in
lowering LDL-cholesterol levels in rats, compared with test animals are given
only soybean porridge intake, moderate-intensity exercise and control groups.

Key words: Soybean, Moderate Intensity Exercise, LDL-cholesterol.

ABSTRAK

PENGARUH ASUPAN BUBUR KACANG KEDELAI DAN LATIHAN
INTENSITAS SEDANG TERHADAP KADAR LDL KOLESTEROL
TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR YANG
DIBERI DIET TINGGI LEMAK


Oleh
MARTIA RAHMAWATI

Konsumsi lemak berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya
penyakit pembuluh darah dan jantung. Kadar kolesterol dalam darah yang
meningkat dapat diturunkan melalui pola dan gaya hidup yang baik, salah satunya
dengan latihan intensitas sedang dan mengkonsumsi kacang kedelai. Latihan
intensitas sedang pada durasi lebih dari 1 jam, dapat mendegradasi lemak sebagai
energi kacang kedelai, yang mengandung lesitin kemungkinan mampu
menstabilkan agar LDL-kolestrol berada pada kadar yang dapat ditolerir oleh
tubuh. Untuk membuktikan hal tersebut, perlu diuji coba agar diperoleh fakta
yang jelas.

Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimental pre dan post-test design.
Subjek penelitian berupa tikus galur wistar 24 ekor, berusia 8–12 minggu, BB
200-300 gram, dibagi dalam empat kelompok perlakuan. Kelompok A (latihan
intesitas sedang dan asupun bubur kacang kedelai), kelompok B (latihan intensitas
sedang), kelompok C (asupan bubur kacang kedelai), kelompok D (kontrol). Uji


normalitas yang digunakan yaitu, (shapiro-wilk p>0,05), uji homogenitas
(levene’s p>0,05), uji t-berpasangan dan uji one-way anova pada seluruh
kelompok perlakuan dan kontrol.

Dari hasil penelitian didapatkan penurunan kadar LDL kelompok A (66,60±3,9
menjadi 60,8±4,91), kelompok B (67,80±3,70 menjadi 64,0±3,53), kelompok C
(66,2±3,89 menjadi 63,60±5,17) dan kelompok D (63,60±5,17 menjadi
62,60±5,98) Pada tikus yang diberi diet tinggi lemak. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa asupan bubur kacang kedelai yang diberikan pada
hewan uji disertai dengan latihan intensitas sedang lebih efektif menurunkan
kadar LDL kolesterol pada tikus, dibandingkan dengan hewan uji yang hanya
diberikan asupan bubur kacang kedelai, latihan intensitas sedang dan kelompok
kontrol.

Kata kunci: Kacang Kedelai, Latihan Intensitas Sedang, LDL kolesterol.

1

I . PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Pola dan gaya hidup modern seperti mengkonsumsi makanan siap saji,
semakin menjadi budaya di dalam masyarakat. Fenomena ini menyebabkan
kecenderungan yang dapat merugikan, karena konsumsi lemak berlebihan
dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya penyakit pembuluh darah
dan jantung (Chapman, 2006).

Lemak sangat dibutuhkan oleh tubuh, selain menjadi cadangan makanan dan
pelarut vitamin A, D, E, K, lemak juga dibutuhkan dalam proses pembuatan
hormon steroid, menjaga keseimbangan temperatur tubuh dan melindungi
organ-organ tubuh. Tetapi kadar lemak jenuh yang berlebihan akan
membahayakan tubuh karena akan merangsang hati untuk memproduksi
banyak kolesterol (Rackley CE et al., 2004).

Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat menyebabkan pengendapan pada
dinding pembuluh darah bagian dalam, dan selanjutnya akan menghambat
aliran darah dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme sel otot jantung
(Branwald E et al., 2005). Mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol dan
lemak jenuh menyebabkan peningkatan kolesterol intrasel dan akan disimpan


2

sebagai ester kolesterol yang menyebabkan penurunan transkripsi gen
reseptor High Density-Lipoprotein (HDL) dan meningkatkan sintesis LDL.
Hal ini menyebabkan kadar LDL-Kolesterol di dalam sirkulasi akan semakin
meningkat (Mayes et al., 2003).

Salah satu penyebab hiperkolesterol adalah pola dan gaya hidup yang
merupakan faktor risiko yang bisa diubah. Kadar kolesterol dalam darah yang
sebelumnya meningkat dapat diturunkan melalui pola dan gaya hidup yang
baik. Hasil penelitian menemukan bahwa, dengan menurunkan total
kolesterol sebanyak 10% dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner
(PJK) sebanyak 15% dan penurunan risiko kematian sebanyak 11% (Soutar et
al., 2010).

Upaya pengobatan yang dilakukan untuk menurunkan kadar kolesterol adalah
dengan menggunakan obat-obatan sintetik. Obat sintetik yang banyak
dikonsumsi memiliki harga yang mahal dan efek samping yang banyak bila
dikonsumsi. Hal tersebut mendorong berbagai usaha mencari alternatif lain.

Upaya lain yang sangat mendukung percepatan keseimbangan kadar HDL
dan LDL adalah dengan melakukan jenis latihan fisik yang sesuai dan
konsumsi tanaman yang dapat menurunkan kadar kolesterol (Mayo C, 2008)
Terdapat berbagai macam tanaman yang dapat menurunkan kadar kolestrol
dalam

tubuh,

contohnya

seperti

kacang-kacangan.

Kacang-kacangan

merupakan salah satu tanaman polong-polongan berserat tinggi yang
kemungkinan efektif menurunkan kadar kolesterol. Salah satu jenis polongpolongan adalah kacang kedelai, yang mengandung lesitin kemungkinan

3


mampu menstabilkan agar LDL-kolestrol berada pada kadar yang dapat
ditolerir oleh tubuh. (Chen Q et al., 2009)

Selain mengkonsumsi tanaman yang berfungsi menurunkan kolestrol,
Intensitas olahraga juga dapat berpengaruh untuk mengurangi kadar kolestrol
dalam tubuh. Intensitas olahraga menggambarkan besarnya upaya yang harus
dilakukan pada saat latihan. Latihan intensitas sedang juga merupakan bagian
dari latihan kardiovaskular yang dapat dilakukan dengan treadmill (jalan dan
lari), bersepeda, menaiki anak tangga, renang, jogging, mendaki gunung, dan
sebagainya (Sumosardjuno, 2009). Latihan

intensitas sedang pada durasi

lebih dari 1 jam, dapat mendegradasi lemak sebagai energi (LeBlanc MJ et
al., 2003).
Konsumsi kacang kedelai yang disertai latihan fisik intensitas sedang lebih
dari 1 jam, kemungkinan dapat menurunkan kadar LDL dan meningkatkan
kadar HDL darah. Untuk membuktikan hal tersebut, perlu diuji coba agar
diperoleh fakta yang jelas. Untuk uji coba ini diperlukan hewan coba yang

banyak kemiripan dengan manusia (Wang YM et al, 2010).

Tikus dapat dijadikan subjek penelitian, karena tikus merupakan salah satu
jenis hewan yang banyak memiliki kemiripan dengan manusia, baik struktur,
fungsi organ maupun pola mekanisme yang terjadi di dalam tubuh. Uji coba
yang berhubungan langsung dengan stamina sangat efektif menggunakan
tikus, karena tubuh tikus kuat dan tahan di dalam air sehingga hewan ini
dapat diuji dengan berenang. Tikus juga mudah dikontrol pola makan dan

4

pola aktivitasnya, sehingga dapat dilakukan perlakuan pada tikus sebagai
tolak ukur pembanding terhadap manusia (Bogi, 2009).

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan
ini. Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti ingin mengkaji secara
mendalam mengenai “Pengaruh asupan bubur kacang kedelai terhadap kadar
LDL Kolesterol pada tikus yang diberi latihan intensitas sedang”

B. Rumusan Masalah


Kedelai mengandung suatu sterol yang dikenal dengan Isoflavon. Isoflavon
kedelai merupakan fitoestrogen yang mempunyai struktur yang mirip
estrogen, sehingga bekerja menyerupai estrogen. Dalam prosesnya Isoflavon
dapat menurunkan kadar LDL dan meningkatkan jumlah kadar HDL dalam
darah.

Latihan intensitas sedang pada durasi lebih dari satu jam, kemungkinan dapat
mendegradasi lemak sebagai energi. Degradasi lemak diharapkan dapat
memberi efek mengurangi sintesis kolesterol yang berlebihan, sebab inti
sterol kolesterol dibentuk dari molekul asetil-KoA yang berasal dari lemak
(Le Blanc MJ et al, 2003).

Berdasarkan teori di atas maka dirumuskan suatu permasalahan yaitu
“Apakah asupan bubur kedelai (Glycine max) dan latihan intensitas sedang
berpengaruh terhadap kadar LDL darah pada tikus putih (rattus norvegicus)
jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak?”

5


C. Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh asupan bubur kacang kedelai (Glycine max) dan
latihan intensitas sedang terhadap kadar LDL dalam darah pada tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan secara ilmiah tentang
pengaruh asupan bubur kedelai dan latihan intensitas sedang terhadap
kadar LDL Kolesterol.

2. Manfaat Masyarakat

Dapat memberikan masukan & informasi penting bagi masyarakat umum
dan olahragawan tentang manfaat mengkonsumsi bubur kedelai, dan
manfaat berolahraga intensitas sedang, untuk menurunkan kadar LDL
kolesterol


6

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori

Kedelai mengandung Isoflavon. Isoflavon kedelai merupakan fitoestrogen
yang mempunyai struktur yang mirip estrogen, sehingga bekerja
menyerupai estrogen. Dalam prosesnya Isoflavon dapat menurunkan kadar
LDL dan meningkatkan jumlah kadar HDL dalam darah.Menurut Nielson
(1980) latihan intensitas sedang selama kurang lebih satu jam dapat
menurunkan kadar LDL. Latihan intensitas sedang meningkatkan aktifitas
LPL, sehingga terjadi peningkatan katabolisme lipoprotein yang kaya akan
Trigliserida (TG), sehingga mempercepat pemindahan komponenkomponen bagian permukaan dari lipoprotein ke HDL. Penggunaan lemak
sebagai sumber energi, mengakibatkan terjadinya penurunan TG
VLDL yang akhirnya menyebabkan LDL menurun.

dan

7

LATIHAN
INTENSITAS
SEDANG

BUBUR KEDELAI

ISOFLAVON
LPL

APOLIPOPROTE
IN A-1

VLDL TG

ENZIM LIPASE
HEPATIK

LDL

Gambar 1 Kerangka Teori pengaruh asupan bubur kedelai (Glycine max) dan
latihan intensitas sedang terhadap kadar LDL tikus putih (Rattus
norvegicus) yang diberi diet tinggi lemak.

2. Kerangka konsep

Variabel independen

Variabel dependen

Latihan intensitas sedang
LDL
Bubur kedelai

Gambar 2 Kerangka konsep pengaruh asupan bubur kedelai (Glycine max) dan
latihan intensitas sedang terhadap kadar LDL tikus putih (Rattus
norvegicus) yang diberi diet tinggi lemak.

8

F. Hipotesis

Asupan bubur kacang kedelai (Glycine max) dan latihan intensitas sedang
menurunkan kadar LDL kolesterol pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan
galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Latihan Intensitas Sedang

Berdasarkan pada kebutuhan energi utama (predominant), pelaksanaan
olahraga dibedakan dalam 2 bagian yaitu olahraga anaerobik dan olahraga
aerobik. Anaerobik adalah kegiatan olahraga yang secara umum tidak
membutuhkan oksigen atau O2. Aerobik adalah kegiatan olahraga yang
dilakukan secara berkesinambungan dalam waktu relatif lebih lama (diatas
tiga menit) dan membutuhkan energi dari sistem oksigen (Sadoso, 2009).
Pada latihan intensitas dapat terlihat besarnya upaya yang harus dilakukan
pada saat latihan, salah satunya adalah latihan intensitas sedang yang masih
termasuk dalam latihan bersifat aerobik. Latihan cardiovaskular yang dapat
dilakukan dengan treadmill (jalan dan lari), renang, jogging merupakan
bagian dari latihan intensitas sedang. Pada intensitas sedang dalam waktu
yang relatif lama dapat menyebabkan asam lemak dirubah menjadi sumber
energi, sehingga dapat memperkecil peluang sintesis inti sterol, maka
kolesterol tidak dapat terbentuk secara berlebihan (George et al., 2006).
Pada latihan intensitas sedang dengan durasi latihan lebih dari 1 jam secara
kontinyu terjadi proses degradasi lemak. Keadaan ini sebagian besar
disebabkan oleh terjadinya pelepasan epinefrin dan norepinefrin oleh medula

10

adrenal selama beraktivitas. Kedua hormon ini secara langsung mengaktifkan
enzim lipase yang menyebabkan pemecahan trigliserida yang sangat cepat
dan mobilisasi asam lemak. Pada saat melakukan aktivitas fisik yang relatif
lama terjadi peningkatan asam lemak di dalam darah yang merupakan bahan
baku untuk pembentukan energi di dalam otot pada waktu melakukan
aktivitas fisik. Konsentrasi asam lemak bebas dalam darah seseorang yang
sedang beraktivitas dapat meningkat sampai delapan kali lipat. Asam lemak
ini akan ditransfer ke dalam otot sebagai sumber energi. Mekanisme inilah
yang dapat menerangkan terjadinya penurunan LDL kolesterol, oleh karena
bahan baku utama pembentukan LDL kolesterol berasal dari trigliserida
(Guyton et al, 2007).

Menurut American College of Sport Medicine (ACSM) intensitas latihan
aerobik harus mencapai target zone sebesar 60-90 % dari frekuensi denyut
jantung maksimal atau Maximal Heart Rate (MHR). Intensitas latihan
dikatakan ringan apabila mencapai 60-69% dari MHR, sedang apabila
mencapai 70-79% dari MHR, dan tinggi apabila mencapai 80-89% dari MHR
(Sadoso, 2009)

Latihan dengan intensitas tinggi, dalam jangka waktu yang sama akan
membutuhkan energi yang lebih jauh lebih besar daripada latihan dengan
intensitas ringan atau sedang. Akibatnya, sumber energi utama untuk
kontraksi otot pada senam aerobik intensitas tinggi adalah karbohidrat.
Sebaliknya pada senam aerobik intensitas ringan, karena waktu sudah cukup,
sistem kardiovaskuler masih mampu memenuhi kebutuhan otot yang

11

berkontraksi sehingga sebagai sumber energi utama untuk kontraksi otot
adalah lemak. Adapun sumber energi pada senam aerobik intensitas sedang
adalah karbohidrat dan lemak secara seimbang. Dalam penelitan senam
aerobik intensitas ringan-sedang dapat menurunkan persentase lemak badan
sebesar 20,46 % sedangkan senam aerobik intensitas tinggi hanya 4,63%
setelah diberi perlakuan selama 6 minggu (George A et al., 2006).

B. Kacang Kedelai

Berdasarkan klasifikasi botani, kedelai termasuk family Leguminosae.
Kedelai termasuk tanaman berbiji ganda, berakar tunggal. Pada akhir tumbuh
bintil-bintil akar yang berisi Rhizobium japonicum yang dapat mengikat
nitrogen dari udara. Rhizobium japonicum hidup bersimbiosis dengan kedelai
dalam membantu sintesa protein kedelai (Benyamin, 2001).

Kacang kedelai (Glycine Max) merupakan jenis tumbuhan yang memiliki
protein sangat besar karena memiliki kadar protein 11 kali lebih banyak dari
susu, 2 kali lebih banyak dari daging dan ikan, 1½ kali lebih banyak dari keju
(Mayo C, 2008). Kedelai yang mengandung Isoflavon memiliki efek terhadap
reseptor LDL. Isoflavon memberikan efek peningkatan aktivitas up
regulating reseptor LDL (Kirk et al, 1998). Hal ini seperti pada estrogen yang
juga memiliki efek peningkatan aktivitas up regulating reseptor LDL.
Peningkatan reseptor LDL tersebut akan meningkatkan LDL clearence dari
peredaran darah sehingga jumlah LDL dalam darah berkurang (Benyamin,
2001).

12

Secara fisik setiap biji kedelai berbeda dalam hal warna, ukuran dan bentuk
biji dan juga terdapat perbedaan dalam bentuk komposisi kimianya.
Perbedaan sifat fisik dan kimia tersebut dipengaruhi oleh varietas dan kondisi
dimana kedelai itu tumbuh (Pasaribu et al., 2001). Suatu percobaan oleh Usda
(1942) pada 128 varietas kedelai yang dikenal di cina,Manchuria, Korea,
Jepang, Siberia, Perancis, Italia dan Amerika, menyatakan jumlah biji tiap
pound kedelai bervariasi dari 1.232-9.950 biji sedangkan kadar lemaknya
bervariasi dari 13,9-23,2 persen (Mayo C, 2008). Hasil penelitian pada 41
orang yang diberi isolat protein kedelai ditemukan adanya penurunan kadar
LDL-Kolesterol dan peningkatan HDL-Kolesterol (LeBlanc MJ et al., 2003).

Gambar 3 kacang kedelai
(Sumber: Mayo C, 2008)

C. Metabolisme Lemak
Transpor lemak (lipid) dalam aliran darah. Lemak ditranspor dalam bentuk
kilomikron, asam lemak bebas, dan lipoprotein.

Bentuk-bentuk lemak yang ditranspor dalam tubuh:
1.

Kilomikron terbentuk dalam mukosa usus dari asam lemak dan gliserol,
diabsorbsi dalam lakteal, dan masuk sirkulasi darah. Kilomikron terdiri dari

13

90% trigliserida, ditambah kolesterol, fosfolipid, dan selubung tipis protein.
Setelah 4 jam maka sebagian besar kilomikron dikeluarkan dari darah oleh
jaringan adiposa dan hati. Enzim lipoprotein lipase yang ditemukan dalam
hati dan kapilar jaringan adiposa, menguraikan trigliserida dalam kilomikron
untuk melepaskan asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol
berikatan menjadi trigliserida (lemak netral) untuk disimpan dalam jaringan
adiposa. Sisa kilomikron yang kaya kolesterol dimetabolisme oleh hati.
Simpanan lemak akan ditarik dari jaringan adiposa jika diperlukan untuk
energi. Enzim lipase sensitif hormon mengurai trigliserida kembali menjadi
asam lemak dan gliserol. Jumlah simpanan lemak bergantung pada total
asupan makanan. Jaringan adiposa dan hati dapat mensintesis lemak dari
asupan lemak, karbohidrat, atau protein yang berlebihan.
2.

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang terikat pada albumin, salah satu
protein plasma. Bentuk bebas ini adalah bentuk asam lemak yang ditranspor
dari sel-sel jaringan adipose untuk dipakai jaringan lain sebagai energi.

3.

Lipoprotein adalah partikel kecil yang komposisinya serupa kilomikron.
Lipoprotein terutama disintesis di hati. Lipoprotein dipakai untuk transpor
dari sel-sel lemak antar jaringan dan bersirkulasi dalam darah pada tahap
postabsorbsif setelah kilomikron dikeluarkan dari darah. Lipoprotein terbagi
menjadi tiga kelas sesuai dengan densitasnya :
a.

VLDL (very low

density lipoprotein) mengandung hampir 60%

trigliserida dan 15% kolesterol dan memiliki massa terkecil. VLDL
mentranspor trigliserida dan kolesterol menjauhi hati menuju jaringan
untuk disimpan atau digunakan.

14

b.

LDL (low density lipoprotein) mengandung hampir 50% kolesterol dan
membawa 60% sampai 70% kolesterol plasma yang disimpan dalam
jaringan adiposa dan otot polos. Konsentrasinya bergantung pada banyak
faktor, tetapi terutama pada faktor asupan makanan yang mengandung
kolesterol dan lemak jenuh. Konsentrasi LDL tinggi dalam darah
dihubungkan dengan insidensi tinggi penyakit jantung koroner.

c.

HDL (high density lipoprotein) mengandung 20% kolesterol, kurang dari
5% trigliserida, dan 50% protein dari berat molekulnya. HDL penting
dalam pembersihan trigliserida dan kolesterol dari plasma karena HDL
membawa kolesterol kembali ke hati untuk proses metabolisme bukan
untuk disimpan dalam jaringan lain. Konsentrasi HDL tinggi dalam darah
dihubungkan dengan insidensi rendah penyakit jantung koroner.

Lemak di dalam tubuh mempunyai berbagai fungsi:
(a) Lemak merupakan sumber energi setelah karbohidrat. Lemak dapat
disimpan sebagai cadangan energi berupa jaringan lemak
(b) Lapisan lemak dibawah kulit merupakan isolator sehingga tubuh dapat
mempertahankan suhu normal.
(c) Lemak merupakan bantal pelindung bagi organ vital seperti bola mata
dan ginjal
(d) Lemak diperlukan dalam penyerapan vitamin A, D, E, K yang larut
dalam lemak (sloane et al., 2003).

15

D. Kolesterol
Kolesterol terdapat dalam diet dan dapat diabsorbsi dengan lambat dari
saluran pencernaan ke dalam saluran limfe usus. Kolesterol sangat larut
dalam lemak, tetapi hanya sedikt larut dalam air. Kolesterol secara spesifik
mampu membentuk ester dengan asam lemak. Hampir 70% kolesterol dalam
lipoprotein plasma memang dalam bentuk ester kolesteril (Guyton et al, 2007,
Tarigan I, 2009, Mayes PA, 2003).
Selain kolesterol yang diabsorbsi setiap hari dari saluan pencernaan, yang
disebut kolesterol exogen, suatu jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk
dalam sel tubuh, disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol
endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi
semua sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai
dengan kenyataan bahwa banyak struktur membran dari seluruh sel, sebagian
disusun dari zat ini (George AK et al, 2009).

Struktur dasar kolesterol adalah inti sterol. Inti sterol seluruhnya dibentuk dari
molekul Acetyl-Coenzym A. Selanjutnya inti sterol dapat dimodifikasi dengan
berbagai rantai samping untuk membentuk kolesterol, asam kolat yang
merupakan dasar dari asam empedu yang dibentuk di hati, dan beberapa
hormon steroid penting yang disekresi oleh korteks adrenal, ovarium, dan
testis. Oleh karena itu semakin banyak mengkonsumsi makanan berlemak,
semakin banyak lemak disimpan di hati, semakin banyak inti sterol
dimodifikasi membentuk sterol, yang menyebabkan sintesis kolesterol
meningkat (Guyton et al, 2007, Mayes PA, 2003). Kolesterol yang berlebihan
diekskresi dari hati ke dalam empedu sebagai kolesterol atau garam empedu.

16

Sejumlah besar garam empedu diabsorbsi ke dalam sirkulasi porta dan
kembali ke hati sebagai bagian dari sirkulasi enterohepatik (Mayes PA,
2003).
Kenaikan kadar kolesterol yang terdapat pada VLDL, IDL atau LDL berkaitan
dengan penyakit atherosclerosis, sedangkan kadar HDL yang tinggi
mempunyai pengaruh protektif. Banyak faktor yang mempengaruhi
keseimbangan kolesterol di dalam jaringan. Pada tingkat jaringan berbagai
proses dianggap mengendalikan kesimbangan kolesterol pada sel (Mayes PA,
2003).
Kolesterol selalu dianggap sebagai penyebab utama penyakit jantung koroner
(PJK)

karena

kolesterol

merupakan

aspek

fundamental

terjadinya

atherosclerosis. Bahkan penyakit jantung koroner ditandai dengan adanya
endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu
arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Risiko terjadinya penyakit arteri
koroner meningkat pada peningkatan kadar kolesterol total dan kolesterol
LDL dalam darah.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi konsentrasi kolesterol plasma
adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan jumlah kolesterol yang dicerna setiap hari, sedikit
meningkatkan konsentrasi plasma, sehingga tersedia suatu sistem kontrol
umpan balik intrinsik untuk mencegah peningkatan konsentrasi kolesterol
plasma yang berlebihan, akibatnya konsentrasi kolesterol plasma biasanya
tidak berubah naik atau turun lebih dari 15% dengan mengubah jumlah
kolesterol dalam diet, walaupun respon individu berbeda.

17

2. Diet lemak yang sangat jenuh meningkatkan konsentrasi kolesterol darah
15%-25%. Keadaan ini akibat peningkatan penimbunan lemak dalam hati,
yang kemudian menyebabkan peningkatan jumlah Acetyl-CoA di dalam sel
hati untuk menghasilkan kolesterol, oleh karena itu untuk menurunkan
konsentrasi kolesterol darah, mempertahankan diet rendah lemak jenuh
biasanya sama pentingnya dengan mempertahankan diet rendah kolesterol.
3. Pencernaan lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi
biasanya menekan konsentrasi kolesterol dari jumlah sedikit sampai
sedang. Mekanisme dari pengaruh ini tidak diketahui, walaupun penelitian
mengenai pengaruh tersebut adalah dasar dari sebagian besar perencanaan
diet saat ini.
4. Kekurangan insulin atau hormon tiroid meningkatkan konsentrasi
kolesterol darah, sedangkan kelebihan hormon tiroid menurunkan
konsentrasinya. Pengaruh ini kemungkinan disebabkan terutama oleh
perubahan derajat aktivitas enzim-enzim khusus yang bertanggung jawab
terhadap metabolisme zat lipid (Guyton et al, 2007, Mayes PA, 2003,
Sadoso S, 2009).
Manfaat kolesterol yang terbanyak dalam tubuh selain membentuk
membran adalah untuk membentuk asam kolat di hati. Sebanyak 80%
kolesterol dikonversi menjadi asam kolat. Kolesterol akan berkonjugasi
dengan zat lain untuk membentuk garam empedu, yang akan
meningkatkan pencernaan dan absorbsi lemak.
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap, yaitu:
1) Mevalonat yang merupakan senyawa enam-karbon, disintesis dari
Acetyl-CoA.

18

2) Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2.
3) Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk
intermediate, skualen.
4) Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid
induk, yaitu lanosterol.
5) Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap
lebih lanjut, termasuk menghilangkan tiga gugus metal (Mayes PA,
2003).
Tabel 1 Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan
trigliserid menurut NCEP ATP III 2001 (mg/dl).
Profil Lipid

Interpretasi

Kolesterol Total
240

Tinggi

Kolesterol LDL
190

Sangat tinggi

Kolesterol HDL
60

Tinggi

Trigliserid
500

Sangat tinggi

19

E. Lipoprotein

Lipoprotein merupakan suatu komplek molekul lemak dan protein yang
beredar dalam darah. Suatu makromolekul yang berbentuk bola dan bagian
dalamnya terdiri dari lemak netral seperti trigliserida dan ester kolesterol dan
dikelilingi oleh bagian permukaan yang lebih bersifat polar dan terdiri dari
apolipoprotein, fosfolipid dan kolesterol bebas. Adanya komponen yang polar
inilah yang menyebabkan lipoprotein dapat larut dalam plasma. Hampir
semua lipoprotein dibentuk di hati, yang juga merupakan tempat sebagian
besar kolesterol plasma, fosfolipid, dan trigliserida disintesis (Mayes PA,
2003).

Fungsi utama lipoprotein adalah pengangkutan komponen lipidnya di dalam
darah. Lipoprotein yang berdensitas sangat rendah mengangkut trigliserida
yang disintesis di dalam hati terutama ke jaringan, adiposa, sedangkan
lipoprotein lainnya terutama penting dalam berbagai tahap transpor fosfolipid
dan kolesterol dari hati ke jaringan perifer kembali ke hati.

Pada umumnya lemak tidak larut dalam air. Agar lemak dapat diangkut dalam
peredaran darah, maka lemak tersebut harus terikat pada protein yang larut
dalam air. Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliseridaa dan fosfolipid) dengan
protein ini disebut lipoprotein. Lipoprotein bertugas mengangkut lemak dari
tempat pembentukannya menuju tempat penggunaannya (Mayes PA, 2003).

20

Ada beberapa jenis lipoprotein yaitu : kilomikron, VLDL, IDL, LDL, HDL.
Lipoprotein dapat diklasifikasikan berdasarkan diameter, kandungan protein,
kolesterol, phospholipid dan triacylglycerol (Mayes PA, 2003).

F. LDL

LDL atau beta-2 lipoprotein merupakan lipoprotein densitas rendah yang
termasuk golongan lipoprotein yang bervariasi dalam ukuran (diameter 18-25
nm) dan isi, serta berfungsi mengangkut kolesterol, trigliserida, dan lemak
lain (lipid) dalam darah ke berbagai bagian tubuh. Secara lebih spesifik,
fungsi utama dari LDL adalah untuk mengangkut kolesterol dari hati ke
jaringan dengan menggabungkannya ke dalam membran sel. LDL seringkali
disebut sebagai kolesterol jahat karena kadar kardiovaskuler, salah satunya
adalah terjadinya penyumbatan arteri (pembuluh nadi). LDL terbentuk akibat
endapan senyawa NEFA yang tidak terserap oleh FATP. Dari hati, kolesterol
diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL untuk dibawa ke sel-sel tubuh
yang memerlukan, termasuk ke sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
Kadar LDL yang paling signifikan dalam lipid darah meningkatkan risiko
penyakit jantung.Untuk kolesterol LDL, dibawah 100mg/dL adalah optimal,
100-129mg/dL mendeteksi optimal atau diatas optima,130-159 mg/dL
ambang batas atas, 160-189 mg/dL itu tinggi, dan 190 atau lebih adalah
sangat tinggi. Revisi NCEP pada juli 2004 menyatakan bahwa kadar LDL
serendah 70 adalah suatu opsi bagi orang dengan risiko tertinggi.

21

Reseptor LDL manusia adalah salah satu anggota dari sebuah famili reseptor
yang khusus untuk transportasi makromolekul ke dalam sel melalui
endositosis di lubang-lubang berlapis klatrin. Reseptor ini adalah suatu
molekul kompleks besar yang terbentuk dari suatu daerah kaya-sistein dari
292 residu asam amino yang mengikat LDL; suatu daerah dari sekitar 400
residu asam amino yang homolog untuk precursor factor pertumbuhan
epidermis; suatu daerah 58 asam amino yang kaya serin dan treonin dan
merupakan tempat untuk glikosilasi; suatu bagian berupa 22 residu asam
amino hidrofobik yang merentang membran sel dan satu bagian dari 50 residu
asam amino yang menonjol ke sitoplasma. Gen untuk protein ini mengandung
18 ekson, 13 diantaranya mengode rangkaian-rangkaian protein yang
homolog dengan rangkaian diprotein-protein lain. Jadi, tampaknya reseptor
LDL adalah suatu protein mosaik yang dibentuk oleh ekson-ekson yang
mengode bagian protein-protein lainnya.
Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut
HDL (High Density Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang
selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai
asam empedu. LDL mengandung lebih banyak lemak daripada HDL sehingga
ia akan mengambang di dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL
adalah Apo-B (apolipoprotein-B). LDL dianggap sebagai lemak jahat karena
dapat menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah.

Uji atau pengukuran nilai LDL perlu dilakukan untuk mengetahui risiko
terkena penyakit jantung. Uji LDL umumnya dilakukan sebagai bagian dari

22

pengukuran kolesterol total, HDL, dan trigliserida. Hasil pengukuran LDL
yang sehat umumnya berkisar antara angka optimal dan kisaran mendekati
optimal. Berikut adalah salah satu patokan kisaran angka yang digunakan
dalam pengukuran lab (Laboratorium yang berbeda memiliki kisaran nilai
yang sedikit berbeda-beda):
• Optimal: kurang dari 100 mg/dL (kurang dari 70 mg/dL untuk individu
yang memiliki riwayat penyakit jantung atau memiliki risiko sangat tinggi
terkena penyakit aterosklerosis.)
• Mendekati Optimal: 100 - 129 mg/dL,
• Batas Tinggi: 130 - 159 mg/dL,
• Tinggi: 160 - 189 mg/dL,
• Sangat Tinggi: 190 mg/dL dan lebih tinggi.
Sebelum melakukan pemeriksaan LDL, penggunaan obat apapun harus
dihentikan sementara dan tidak diperbolehkan makan-minum selama 9-12
jam. Darah akan diambil dari vena (pembuluh balik), umumnya pada bagian
siku atau bagian belakang tangan. Untuk bayi dan anak kecil, dapat
digunakan pisau bedah untuk membuat luka di kulit.

Ketika LDL terlalu banyak beredar di dalam darah, LDL akan memperlambat
pembentukan dinding pembuluh darah arteri bagian dalam yang memberikan
asupan nutrisi dan oksigen ke jantung dan otak. Bersama dengan substansi
lainnya, LDL akan membentuk plak, yaitu suatu deposit yang keras dan tebal
di pembuluh darah yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah
dan membuatnya kurang atau tidak lentur lagi. Kondisi ini dikenal dengan

23

aterosklerosis. Apabila terdapat pembentukan clotting atau pembekuan dari
sel-sel darah, maka hal ini akan menyebabkan sumbatan yang berakibat pada
terjadinya serangan jantung atau stroke (Sadoso S, 2009).

Perubahan tertentu dalam gaya hidup dapat memiliki dampak positif pada
peningkatan tingkat HDL dan penurunan LDL (Sadoso S, 2009)

1) Latihan aerobik
2) Berat badan
3) Penghentian merokok
4) Menghapus asam lemak trans dari makanan
5) Menghapus daging dari diet
6) Satu gelas alkohol per hari atau kurang menghasilkan lebih tinggi
tingkat HDL-C, lebih pada wanita daripada pria. HDL mengangkut
kolesterol ke hati dan kolesterol diketahui memiliki efek perlindungan pada
membran sel.
7) Menambahkan serat larut untuk diet
8) Menggunakan suplemen seperti minyak ikan omega-3 atau minyak rami
9) Meningkatkan asupan lemak tak jenuh cis dan kolesterol, mengurangi
asupan trans-lemak.
10) Menghindari suplemen yang mengandung minyak ikan omega-6
(omega 6 mengurangi kolesterol tapi tidak membedakan antara yang baik
dan kolesterol jahat).

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis

penelitian

adalah

penelitian

eksperimental

murni,

dengan

menggunakan pre dan post-test design. Pre-test pada penelitian ini adalah
pengukuran kadar LDL sebelum pemberian bubur kedelai dan latihan
intensitas sedang,

post-test adalah pengukuran kadar LDL setelah

pemberian bubur kedelai dan latihan intensitas sedang selama 2 minggu.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung dan Laboratorium Duta Medika.
2. Waktu
Bulan Maret - April 2012

C. Populasi dan Sampel

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian adalah tikus putih jantan galur
wistar (Rattus norvegicus), umur 8-12 minggu dengan berat badan 200-300 gr.
Selama penelitian selain perlakuan utama, semua tikus tetap diberi makan
campuran pelet dan gabah dan diberi minum secukupnya.

10

Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 24 ekor yang dipilih secara acak
dan dibagi dalam 4 kelompok dengan pengulangan sebanyak 6 kali, sesuai
dengan rumus Frederer.Menurut Frederer (1967), rumus penentuan sampel
untuk uji eksperimental adalah
t(n-1) > 15
Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah
pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok. Penelitian ini akan
menggunakan 4 kelompok perlakuan sehingga perhitungan sampel menjadi :
4(n-1) > 15
4n-4 > 15
4n > 19
n > 4,75
Jadi sampel yang akan digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 6 ekor
(n > 4,75) dan jumlah kelompok yang akan digunakan adalah 4 kelompok
sehingga penelitian ini akan menggunakan 24 ekor tikus dari populasi yang
ada.
1. Kriteria inklusi :
a. Tikus jantan galur wistar
b. Berumur 8-12 minggu
c. Berat badan rata-rata 200-300 gram
d. Didapatkan dari tempat pembiakan yang sama, pakan yang sama
2. Kriteria Eksklusi :
a. Terlihat sakit selama masa adaptasi (gerak tidak aktif, bulu terlihat
suram,kotoran cair, luka gigitan)
b. Penurunan berat badan selama adaptasi lebih dari 10%

11

D. Alat Dan Bahan

1. Alat
a. Timbangan tikus, timbangan analitik
b. Sonde untuk pemberian oral
c. Pipet Mikro
d. Tik biru (untuk memindahkan Reagen) dan kuning (untuk
memindahkan serum)
e. Sentrifuge
f. Tabung
g. Spektrofotometer Sumifin 1904-F (Semi Automatic)
h. Alat tulis
i. Kolam air buatan (Latihan Intensitas Sedang)

2. Bahan
a. Bubur kedelai
b. Makanan Standar Tikus (pelet dan gabah)
c. Aquades
d. Reagen untuk analisis LDL-Kolesterol

E. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Identifikasi Variabel
a. Variabel perlakuan adalah pemberian bubur kedelai (Glycine max)
dan latihan intensitas sedang.
b. Variabel respon penelitian ini adalah kadar LDL tikus putih jantan
galur wistar.

12

2. Definisi Operasional Variabel
Untuk menjelaskan variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini
maka diberikan definisi konsep dan operasional sesuai konteks
penelitian.

Tabel 2 Definisi operasional variabel
No Variabel
Definisi
1

Bubur
Kacang
Kedelai

2

Latihan
Intensitas
Sedang

3

LDL

Jenis
Variabel

Bubur yang dibuat dengan
campuran air dan kacang
kedelai yang direbus. Dengan
perbandingan air berbanding
kacang kedelai 4:1 saat
merebus.
Setelah direbus kacang kedelai
ditumbuk dan dicampur
dengan air lagi dengan
perbandingan air berbanding
kacang kedelai 2:1.
Pada penelitian ini tikus diberi
bubur kacang kedelai 0,5
gram/hari (konversi 28 gram
per porsi pada manusia), 2 kali
sehari (pagi dan sore) selama
14 hari.
Tikus berenang dengan durasi
1 menit 10 detik/hari (konversi
1 jam pada manusia) dan diberi
beban 6% dari berat badan

Numerik

Pada penelitian ini kadar LDL
diambil dari ekor (vena
lateralis) tikus putih galur
wistar (Rattus norvegicus)
sebanyak 2 cc.

Kategorik

Numerik

13

F. Prosedur Penelitian

1. Alur penelitian
Tipe penelitian adalah studi eksperimental laboratorium dalam bidang
Ilmu Fisologi dan Kesehatan Olahraga yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan darah. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan
intensitas sedang dan pemberian kacang kedelai terhadap kadar LDL
kolesterol pada tikus, dilakukan perlakuan latihan intensitas sedang dan
pemberian bubur kacang kedelai pada tikus jantan galur wistar yang dibagi
menjadi 4 kelompok, kelompok A, B, C, dan D. Masing-masing kelompok
terdiri dari 6 ekor tikus, dengan total sampel 24 ekor.
Tikus dari kelompok A, B, C dan D dipelihara dalam kondisi yang sesuai
selama 7 hari dan diberi pakan standar BR-2 dan minum yang cukup.
Kemudian diberi makan tinggi lemak dan kolesterol selama 14 hari. Pada
hari ke 15 diambil darah dari ekor tikus (kelompok A, B, C dan D)
sebanyak 2 cc untuk pemeriksaan kadar LDL (pre test), selanjutnya adalah
perlakuan pada tikus jantan galur wistar selama 14 hari pada kelompok
yang telah ditentukan, yaitu kelompok A (latihan intensitas sedang dengan
durasi 1 menit 10 detik /hari dan diberi bubur kacang kedelai 0.5 gr, 2 kali
sehari), kelompok B (latihan intensitas sedang dengan durasi 1 menit 10
detik /hari ), kelompok C (diberi bubur kacang kedelai 0.5 gr, 2 kali
sehari), kelompok D adalah kontrol.
Pada hari ke 29, diambil darah dari ekor tikus dengan cara memotong
bagian ujung ekor tikus (kelompok A, B, C dan D) sebanyak 2 cc untuk
pemeriksaan kadar LDL (post test). Hasil penelitian berupa data dan

14

ditabulasi untuk menganalisa secara statistik untuk mengetahui pengaruh
pemberian kacang kedelai dan latihan intensitas sedang terhadap kadar
LDL kolesterol tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi diet tinggi
lemak.

A

B

C

D

Tikus di adaptasikan (PS + AQ) selama 7 hari

Tikus diberi diet tinggi lemak selama 14 hari
Periksa kadar LDL (pretest) pada hari ke15

Tikus diberi perlakuan selama 14 hari

Kel.A

LIS 1menit
10detik/hari +
BKK 0,5gr
2kali/hari +
PS + AQ

Kel.B

Kel.C

LIS 1menit
10detik/hari +
PS + AQ

Kel.D (kontrol)

BKK 0,5gr
2kali/hari +
PS + AQ

PS + AQ

Periksa kadar LDL (post test) pada hari ke 29

Bandingkan kadar LDL pretest dan postest

Interpretasi hasil

Gambar 4. Diagram alur penelitian

15

Keterangan:
LIS

: Latihan intensitas sedang

BKK

: Bubur kacang kedelai

PS

: Pakan standar BR-2 (Pakan standar BR-2 mengandung
air, abu, protein, dan serat kasar)

AQ

: Aquadest

2. Prosedur pemberian diet tinggi lemak
Konsumsi lemak jenuh maksimal pada manusia per hari 15gr x
konversi manusia pada tikus 0,018 = 0,27gr. Diet tinggi lemak
diberikan dengan mencampurkan pakan standar BR-2 dengan mentega,
dengan asupan mentega minimal 0,27gr/hari pada tiap tikus.
3. Perhitungan pemberian asupan kacang kedelai
Asupan pada manusia 28gr x konversi manusia pada tikus 0,018 =0,5gr
Jadi diberikan bubur kacang kedelai pada tikus sebanyak 0,5gr
2kali/hari.
Kelompok tikus yang diberi kacang kedelai adalah sebanyak 12 ekor,
jadi sehari digunakan 12gr kacang kedelai (Ngatidjan, 2001).
4. Prosedur pembuatan bubur kacang kedelai
Kacang kedelai yang telah dikupas direbus dengan air dengan
perbandingan kacang kedelai berbanding air 1:4. 100gr kacang kedelai
direbus dalam 400ml air selama 45menit, lalu dibuang kulit arinya.
Kacang yang sudah direbus ditumbuk hingga halus lalu dicampur lagi
dengan air dengan perbandingan air berbanding kacang kedelai 2:1.

16

Kelompok tikus yang diberi kacang kedelai adalah 12 ekor, jadi sehari
digunakan 12gr kacang kedelai rebus yang dicampur dalam 24ml air.
5. Prosedur pemberian latihan intensitas sedang
Durasi pada manusia 1jam x konversi manusia ke tikus 0,018 = 1 menit
10 detik. Tikus berenang selama 1 menit 10 detik dan diberikan beban
6% dari rata-rata berat badan tikus, dengan ketentuan latihan intensitas
ringan 3% dari berat badan, latihan intensitas sedang 6% dari berat
badan, latihan intensitas tinggi 9% dari berat badan. Beban yang
diberikan berupa batu yang sebelumnya telah ditimbang terlebih dahulu
(6% dari rata-rata berat badan tikus) dan beban tersebut diikat di bagian
ekor tikus (Agnes et al, 2008).
6. Prosedur pengambilan darah tikus
Ekor tikus dibersihkan dari bulunya, lalu dilakukan sayatan pada bagian
ekor (vena lateralis). Darah yang mengalir sebanyak 2cc ditampung
pada tabung eppendorf.
Metode Pemeriksaan: Enzymatic Colorimetric 62,63,64
Prinsip: Serum + LDL separating reagent sentrifuge LDL fraksi
(supernatant) + kilomikron, VLDL, HDL, fraksi

G. Rancangan Analisis Data

Analisis data penelitian diproses dengan program SPSS V. 17.0 for
windows dengan tingkat signifikasi p< 0.05, langkah-langkahnya sebagai
berikut:

17

1) Uji Normalitas Data (p> 0,05)
Pengujian normalitas data menggunakan Shapiro Wilk test untuk
mengetahui data berdistribusi normal atau tidak normal. Hasil uji
normalitas ini untuk menentukan analisis berikutnya, yaitu analisis
parametrik bila data berdistribusi normal atau non parametrik bila
data tidak berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas Data (p> 0,05)
Pengujian

homogenitas

data

menggunakan

Leven’s

untuk

mengetahui data homogen atau tidak homogen. Hasil uji
homogenitas ini untuk menentukan analisis berikutnya, yaitu analisis
parametrik bila data homogen atau non parametrik bila data tidak
homogen.
3) Uji Parametrik (Dependent t-test)
Untuk menguji pengaruh perlakuan pada kelompok A, kelompok B,
kelompok C, dan kelompok D (kontrol) terhadap kadar LDLKolesterol pada tikus.
4) Uji Parametrik (One-Way Anova)
Untuk menguji perbedaan pengaruh kelompok A, kelompok B,
kelompok C, kelompok D terhadap kadar LDL -Kolesterol pada
tikus.
.

DAFTAR PUSTAKA

Braunwald E, Selwan AP. 2005. Ischemic Heart Disease Kasper In Harrison’s
Principles of Internal. Ed 16th volume II. Mc Graw Hill Medical
Publishing Division. Hal:1434-1459.
Chapman MJ. 2006. Therapeutic Elevation of HDL Cholesterol to Prevent
Atherosclerosis and Coronary Heart Disease.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16574234?itool=EntrezSys
tem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSu
m&ordinalpos=14 Diunduh 28 februari 2012.
Chen Q, Gruber H, Catherine Pakenham C, Ratnayake WM, Kylie A, Scoggan
KA. 2009. Dietary Phytosterols and Phytostanols alter the ex pression of
Sterol Regulatory Genes in SHRSP and WKY inbred rats.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19851062?itool=EntrezSystem2.PEnt
rez.Pubmed. Pubmed_ResultsPanel. Pubmed_R VDocSum&ordinalpos=12
Diunduh 3 maret 2012.
George A, Kelley, DA, FACSM, Kristi, Barry Franklin PhD. 2006. Aerobic
Exercise and Lipids and Lipoprotein in Patients With Cardiovascular
Disease. http://www3ProQuest..interscience.wiley.com/journal/107630589
/abstract?CRETRY=1&SRETRY=0 Diunduh 3 maret 2012.
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. EGC. Jakarta.
Bogi I. 2009. Uji pada Obat Modern. http://www.miisoline.org/2009/01/31/ Ujipada-obat-modern/.
Tarigan I. 2009. Kendalikan kolesterol dengan Olahraga.
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/10/1
0/1714/5/Kendalikan.kolesterol.dengan.olahraga Diunduh 3 maret 2012.
Kontush A, Chapman MJ. 2006. Functionally Defective high-density lipoprotein:
a new therapeutic target at the crossroads of dyslipidemia, inflammation,
and atherosclerosis Diunduh 28 februari 2012.
LeBlanc MJ, Brunet S, Bouchard G, Lamireau T, Yousef IM, Gavino V, Levy E,
Tuchweber B. 2003. Effects of Dietary Soybean Lecithin of Plasma Lipid
Transport and Hepatic Cholesterol Metabolism in Rats.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11840837?itool=EntrezSystem2.PEnt
rez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSu m&ordinalpos=19
Diunduh 4 maret 2012.

Lakitan, Benyamin. 2001. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan Ed. 1. Jakarta. PT
RajaGrafindo Persada.
Mayo C. 2008. Makanan Terbaik Penurun Kolesterol.
http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/11/165
51354/makanan.terbaik.penurun.kolesterol Diunduh 28 februari 2012.
Mayes PA, Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper.
EGC. Jakarta. Hal 254.
Rackley CE, Scblant RC. 2004. Prevention of Coronary Artery Disease. Ed 8th
Toronto. Mc Graw Hill Inc. Hal:1205-22.
Rani, Aziz., Reksodiputro, Harryanto., Madjid., Tambunan, Sanusi., Nasution,
R., adiwiyono., dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam: Jilid III. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sadoso S. 2009. Aktif Bergerak Kurangi Risiko Jantung Koroner!.
http://www.depkes.go.id/popups/articleswindow.ph
p?id=152&print=prin.kompas.com/data/photo/2008/06/11/170216p.jpg
Diunduh 4 maret 2012.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi . Jakarta. EGC.
Soutar AK. 2010. Rare Genetic Causes of Autosomal Dominant of Recessive
Hypercholesterolemia.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20073037?itool=EntrezSystem2.PEnt
rez.Pubmed.Pubmed_Results Pa nel.Pubmed_RVDocSum&ordinalpos=
Diunduh 28 februari 2012.
Pasaribu, Askip. 2001. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max) terhadap
Herbisida dan Inokulasi Beberapa Strain Bradyrhizobium japonicum. Jurnal
Penelitian Pertanian, 14 (3): 128-136
Wang YM, Zhang B, Xue Y, Li ZJ, Wang JF, Xue CH, Yanagita T. 2010. The
Mechanism of Dietary Cholesterol Effects on Lipids Metabolism in Rats.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20070910?itool=EntrezSystem2.PEnt
rez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum&ordinalpos=19
Diunduh 3 maret 2012.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI HITAM (Glycine soja) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

0 16 28

PENGARUH KONSUMSI TAHU TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI KOLESTEROL

0 3 28

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH STRAWBERRY (Fragaria x Ananassa) TERHADAP KADAR LDL KOLESTEROL SERUM PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus Novergicus Strain Wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

0 16 24

PENGARUH TEMPE KEDELAI TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

0 6 1

PENGARUH ASUPAN BUBUR KACANG TANAH DAN LATIHAN INTENSITAS SEDANG TERHADAP KADAR LDL KOLESTEROL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

0 11 45

Pengaruh Kalsium Terhadap Kadar Kolesterol Darah Tikus Wistar Jantan Yang Diberi Diet Tinggi Lemak.

0 0 27

Efek Propolis Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol LDL Serum Tikus (Rattus norvegicus L.) Galur Wistar Jantan.

1 7 30

Pengaruh Ekstrak Bengkuang (Pachyrhizus erosus) terhadap Kadar Kolesterol Total Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diberi Diet Tinggi Lemak.

0 5 13

Pengaruh Ekstrak Bengkuang (Pachyrhizus erosus) terhadap Kadar Kolesterol Total Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diberi Diet Tinggi Lemak.

0 0 11

Efek Pemberian Virgin Coconut Oil (Cocos nucifera) Terhadap Dislipidemia pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar yang Diberi Diet Tinggi Kolesterol

0 0 8