Gambar 8. Perendaman OSB untuk menguji pembangan tebal.
Hasil penelitian Nuryawan 2007, pada OSB yang terbuat dari kayu akasia dengan penggunaan perekat PF bubuk, rata-rata pengembangan tebal yang terjadi
setelah perendaman selama 2 jam adalah 6,78 dan setelah perendaman selama 24 jam adalah 21,83. Jika hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan rata-rata
pengembangan tebal OSB dari hasil penelitian ini, maka sangat nyata pengaruh pemberian bahan pelapis dalam mengurangi pengembangan tebal OSB dari kayu
akasia walaupun untuk dua jenis bahan pelapis, yaitu vernis dan cat, nilai pengembangan tebalnya masih melebihi standar JIS A 5908-2003 yaitu 12.
2. Pengembangan Tebal OSB dari kayu Ekaliptus
Dari pengujian pengembangan tebal pada OSB yang terbuat dari kayu Ekaliptus, didapatkan hasil rata-rata pengembangan tebal secara keseluruhan yang
kurang dari 12 dan memenuhi standar JIS A 5908-2003 atau semua jenis bahan pelapis bisa digunakan untuk mengurangi pengembangan tebal OSB yang terbuat
dari kayu Ekaliptus karena semua jenis bahan pelapis tersebut mampu menekan pengembangan tebal OSB hingga kurang dari 12.
Berdasarkan data pertambahan dimensi pada arah tebal OSB dari kayu ekaliptus Lampiran 5, didapatkan hasil berupa rata-rata pengembangan tebal OSB
yang disajikan dalam bentuk histogram pada gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
2 4
6 8
10 12
14 16
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
Lama Perendaman Jam P
engem bangan T
e ba
Ew = Ekaliptus + Wax Ev = Ekaliptus + Vernis
Ep = Ekaliptus + Plinkut Ec = Ekaliptus + Cat
Eaq = Ekaliptus + Aquaproof
Gambar 9. Histogram pengembangan tebal OSB dari kayu ekaliptus.
Dari Gambar 9. dapat diketahui bahwa pengaruh pemberian bahan pelapis pada sisi tebal OSB yang terbuat dari kayu Ekaliptus terhadap pengembangan tebal
yang terbaik adalah dengan menggunakan bahan pelapis jenis wax sedangkan yang terburuk adalah dengan menggunakan bahan pelapis jenis cat.
Hasil penelitian Nuryawan 2007, pada OSB yang terbuat dari kayu ekaliptus dengan penggunaan perekat PF bubuk, rata-rata pengembangan tebal yang
terjadi setelah perendaman selama 2 jam adalah 12,20 dan setelah perendaman selama 24 jam adalah 27,62. Jika hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan
rata-rata pengembangan tebal OSB dari kayu ekaliptus hasil penelitian ini Lampiran 6, maka sangat nyata pengaruh pemberian bahan pelapis dalam mengurangi
pengembangan tebal OSB dari kayu ekaliptus.
JIS A 5908-2003
Universitas Sumatera Utara
3. Pengembangan Tebal OSB dari kayu Gmelina
Berdasarkan data pertambahan dimensi pada arah tebal OSB dari kayu gmelina yang pada sisi tebalnya dilaburkan bahan pelapis dan mendapatkan
perlakuan perendaman selama 2-24 jam Lampiran 7, didapatkan hasil berupa rata- rata pengembangan tebal OSB dari kayu gmelina Lampiran 8 yang disajikan dalam
bentuk histogram pada gambar berikut ini:
2 4
6 8
10 12
14 16
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
Lama Perendaman Jam P
engem bangan T
e ba
Gw = Gmelina + Wax Gv = Gmelina + Vernis
Gp = Gmelina + Plinkut Gc = Gmelina + Cat
Gaq = Gmelina + Aquaproof
Gambar 10. Histogram pengembangan tebal OSB dari kayu gmelina.
Dari Gambar 10. dapat diketahui bahwa pengaruh pemberian bahan pelapis pada sisi tebal OSB yang terbuat dari kayu gmelina terhadap pengembangan tebal
yang terbaik adalah dengan menggunakan bahan pelapis jenis plinkut sedangkan
yang terburuk adalah dengan menggunakan bahan pelapis jenis vernis.
Dari hasil pengujian pengembangan tebal OSB yang terbuat dari kayu gmelina, kelima jenis bahan pelapis yaitu wax, vernis, plinkut, cat dan aquaproof
bisa digunakan untuk mengurangi pengembangan tebal OSB yang terbuat dari kayu
JIS A 5908-2003
Universitas Sumatera Utara
gmelina karena semua jenis bahan pelapis tersebut mampu menekan pengembangan tebal OSB sesuai dengan standar JIS A 5908-2003 hingga kurang dari 12.
Hasil penelitian Nuryawan 2007, pada OSB yang terbuat dari kayu gmelina dengan penggunaan perekat PF bubuk, rata-rata pengembangan tebal yang terjadi
setelah perendaman selama 2 jam adalah 5,55 dan setelah perendaman selama 24 jam adalah 24,69. Jika hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan hasil
penelitian ini, maka sangat nyata pengaruh pemberian bahan pelapis dalam mengurangi pengembangan tebal OSB dari kayu gmelina.
Gambar 11. Pengukuran pengembangan tebal OSB setelah perendaman 24 jam.
Rekapitulasi Pengembangan Tebal
Dengan mengetahui sifat pengembangan tebal suatu panel antara lain adalah untuk menentukan apakah panel tersebut tahan atau dapat digunakan sebagai panel
tipe eksterior. Makin tinggi pengembangan tebal makin rendah kestabilan dimensinya sehingga makin tidak tahan atau tidak cocok untuk keperluan eksterior
atau untuk jangka waktu panjang karena sifat mekaniknya akan menurun Gopar Sudiyani, 2004.
Jika dibuat perankingan bahan pelapis untuk mengurangi pengembangan tebal OSB dari kayu akasia, ekaliptus dan gmelina yang dibuat dengan perekat PF
Universitas Sumatera Utara
bubuk sebanyak 7 berdasarkan berat kering oven strands dan wax sebanyak 1, didapatkan hasil perankingan untuk OSB dari kayu akasia, bahan pelapis yang
terbaik adalah wax, kemudian diikuti oleh plinkut, aquaproof, cat, dan yang terburuk adalah vernis. Untuk OSB dari kayu ekaliptus, bahan bahan pelapis yang terbaik
adalah wax, kemudian diikuti oleh plinkut, vernis, aquaproof, dan yang terburuk adalah cat. Sedangkan untuk OSB dari kayu gmelina, bahan bahan pelapis yang
terbaik adalah plinkut, kemudian diikuti oleh aquaproof, wax, cat, dan yang terburuk adalah vernis.
Tabel 2. Ranking bahan pelapis terhadap pengembangan tebal OSB JO
JP Ranking Setelah Perendaman 2-24 jam
Jlh RA
2 4
6 8
10 12 14 16 18 20 22 24 A
W 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 12
1 V
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
60 5
P 3
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 25
2 C
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
48 4
A 2
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 35
3 E
W 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 12
1 V
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
36 3
P 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 24
2 C
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
60 5
A 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 48
4 G
W 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 36
3 V
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
60 5
P 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 12
1 C
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
48 4
A 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 24
2
Keterangan: JO
= Jenis OSB A=Akasia, E=Ekaliptus, G=Gmelina
Universitas Sumatera Utara
JP = Jenis Pelapis W=Wax, V=Vernis, P=Plinkut, C=Cat, A=Aquaproof
Jlh = Jumlah Penghitungan Ranking
RA = Ranking Akhir
Secara keseluruhan, setelah perendaman selama 2-24 jam dalam uji pengembangan tebal, sangat nyata pengaruh pemberian bahan pelapis dalam
menekan pengembangan tebal OSB, baik itu untuk OSB yang terbuat dari kayu akasia, ekaliptus maupun gmelina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gopar
Sudiyani 2004 yang menyatakan bahwa bahan pelapis akan membentuk ikatan sehingga dapat meningkatkan stabilitas dimensi dan mengurangi pengembangan
tebal panel. Analisis sidik ragam Lampiran 9 memperlihatkan bahwa kedua faktor,
yaitu jenis OSB dan jenis bahan pelapis menunjukkan adanya perbedaan nilai yang nyata. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua faktor memberikan
pengaruh terhadap pengembangan tebal OSB, namun interaksi kedua faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap pengembangan tebal OSB.
Uji lanjutan Duncan Lampiran 10 pada faktor A jenis OSB menunjukkan bahwa pada perendaman awal 2-6 jam tidak ada beda yang nyata dalam
pengembangan tebal untuk ketiga jenis OSB. Namun setelah 8 jam sampai dengan 24 jam, ada beda yang nyata pada nilai pengembangan tebal pada OSB yang terbuat
dari kayu akasia dengan OSB dari kayu ekaliptus dan gmelina. Sedangkan pada faktor B jenis bahan pelapis, hasil uji lanjutan Duncan menunjukkan bahwa sejak
perendaman awal sampai dengan perendaman akhir, ada beda yang nyata dalam pengembangan tebal pada jenis bahan pelapis vernis dan wax, vernis dan plinkut, cat
dan wax, serta cat dan plinkut.
Universitas Sumatera Utara
Daya Serap Air
Standar JIS A 5908-2003 tidak mempersyaratkan daya serap air, baik selama 2 maupun 24 jam. Namun demikian daya serap air juga merupakan salah satu sifat
fisis yang menentukan apakah produk OSB dapat digunakan untuk keperluan interior atau eksterior. Semakin rendah daya serap air, semakin baik OSB tersebut
digunakan untuk keperluan eksterior.
1. Daya serap air OSB dari kayu Akasia