22
Keputusan untuk melakukan pembedahan tidak perlu dibuat sebelum 10 hari setelah trauma. Dengan demikian, dapat memberi waktu agar oedem menghilang dan
kondisi mata yang normal dapat dilihat. Semua fraktur dinding inferior orbital haruslah dirawat oleh ahli bedah
ophthalmic
yang berpengalaman.
4.1 Pemeriksaan Pendahuluan
Evaluasi pasien dilakukan setelah memberikan perawatan darurat untuk menyelamatkan nyawa pasien resusitasi.
25
Pemeriksaan pendahuluan meliputi:
18
4.1.1 Anamnese
Anamnese pasien sangat penting karena ia memberikan informasi yang berharga tentang bagaimana kelainan itu terjadi dan ini dapat memberitahu kita
tingkat keparahan kelainan dan jenis kerusakan yang mungkin terjadi.
4.1.2 Vital sign
Tekanan darah, kadar jantung, respirasi serta suhu badan diambil
Universitas Sumatera Utara
23
4.2 Pemeriksaan Klinis
18
4.2.1 Orbital
Pemeriksaan yang hati-hati dan tepat harus dilakukan pada daerah kecederaan serta daerah disekitarnya. Darah, benda asing, serta kotoran perlu dibersihkan.
Posisi bola mata harus dicatat dan diukur menurut teori Hertel. Jika terjadi enophthalmus, ini menunjukkan terjadinya kerusakan pada dinding inferior orbital.
Semua jaringan lunak seperti kelopak mata, aparat lakrimal dan
cul-de-sac
yang berada di sekitar daerah kecederaan diperiksa. Peningkatan dalamnya sulkus
supratarsal dan pseudoptosis dari kelopak mata atas menunjukkan terjadinya enophthalmus disebabkan pergeseran bola mata ke belakang. Perpendekan kelopak
mata bawah mengindikasikan terjadinya fraktur orbital rim.
Pada tahap ini, pemeriksaan mata secara menyeluruh dan teliti harus dilakukan
4.2.1.1
Forced Duction Test
Untuk melakukan
Force Duction Test
, anestetik diteteskan ke mata, kemudian dengan menggunakan pinset, konjunktiva dan kapsul Tenon yang berada tepat di
bawah limbus dijepit. Jika pasien tidak dapat melihat ke arah atas, dan pemeriksa tidak dapat menaikkan bola mata dengan pinset, kemungkinan besar disebabkan oleh
struktur inferior orbital yang terjepit.
Universitas Sumatera Utara
24
Walau bagaimanapun, hal ini dapat juga terjadi oleh karena hal lain seperti hematoma dan edema orbita atau kerusakan pada otot ekstraokular atau kelainan
syarafnya.
A B
Gambar 12 : A B : Forced Duction Test Joseph H Goldstein. The intraoperative forced duction test.
http:archopht.highwire.orgcgicontentsummary725647 5 November 1964 William B. Stewart. Surgery of the eyelid, orbit and lacrimal system. American Academy of
Ophthalmology. 1995:210
4.2.2 Maksilofasial
Maksilofasial diperiksa untuk melihat adanya kelainan, atau deformitas pada wajah. Perdarahan dihentikan dan palpasi dilakukan untuk mengetahui adanya
fraktur. Setelah itu, pemeriksaan radiografi dilakukan untuk menegakkan diagnosa.
Universitas Sumatera Utara
25
Dengan pemeriksaan radiografi, diagnosa dapat ditegakkan dan membedakan apakah keterbatasan untuk melihat ke atas disebabkan oleh fraktur pada dinding
inferior orbital dan bukannya penyebab lain.
Waters view
merupakan gambaran radiologis yang paling baik karena ia dapat menunjukkan fragmentasi tulang dinding
inferior serta prolaps jaringan lunak orbital ke dalam antrum maksila.
25
Gambar 13 : Gambaran radiologis Joseph A. Mauriello Jr., Carlos F. Gonzalez, Charles B.
Grossman, Joseph C. Flaganan, Diagnostic imaging in ophthalmology
, Springer-Verlaag, New York, 1986; 324
Computed tomography
orbita dengan pandangan koronal sangat membantu dalam pendiagnosaan fraktur dinding inferior orbital. Ukuran fraktur dapat dihitung
dengan tehnik ini. Jika imej coronal tidak memungkinkan, pandangan aksial yang dimodifikasi dapat menghasilkan pandangan koronal. Pandangan aksial sejajar
dengan dinding inferior orbital, jadi ianya tidak bisa memperlihatkan fraktur pada
Universitas Sumatera Utara
26
dinding inferior. Walaubagaimanapun, pandangan ini adalah penting untuk mengevaluasi fraktur pada dinding medial orbital.
24,25
Gambar 14 : CT scan menunjukkan fraktur dinding inferior orbital
Joseph A. Mauriello Jr., Carlos F. Gonzalez, Charles B. Grossman, Joseph C.
Flaganan, Diagnostic imaging in ophthalmology, Springer-Verlaag, New York, 1986; 325
4.3 Perawatan Pembedahan