Kelimpahan dan komposisi karang

4. HASIL DAN

PEMBAHASAN

4.1 Komunitas karang

4.1.1 Kelimpahan dan komposisi karang

Jenis karang keras hard coral, HC yang ditemukan di lokasi penelitian terdiri dari 40 jenis dari 12 famili. Jenis yang paling banyak ditemukan termasuk dalam lima famili, yakni: Acroporidae, Faviidae, Poritidae, Fungiidae, dan Pocilloporidae. Pada stasiun daerah reef flat kedalaman 3-5 meter, jenis karang keras yang memiliki penutupan paling tinggi berturut-turut: Acropora sarmentosa famili Acroporidae, Goniastrea aspera famili Faviidae, Fungia scabra famili Fungiidae, Porites cylindrica famili Poritidae, dan Stylophora pistilata famili Pocilloporidae. Pada stasiun daerah reef slope kedalaman 5-10 meter, jenis karang keras yang memiliki penutupan paling tinggi berturut-turut, meliputi: Acropora palifera famili Acroporidae, Favites abdita famili Faviidae, Fungia scabra famili Fungiidae, Porites cylindrica famili Poritidae, dan Pocillopora sp famili Pocilloporidae. Sebaran jenis dan lifeform karang di stasiun penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berdasarkan sebaran karang, jenis yang umum ditemukan pada daerah reef flat , terdiri dari Montipora foliosa famili Acroporidae; Porites nigrescens dan Porites cylindrica famili Poritidae; dan Seriatopora hystrix dan Stylophora pistillata famili Pocilloporidae. Jenis yang umum di stasiun daerah reef slope terdiri dari Acropora palifera dan Montipora foliosa famili Acroporidae; Favia rotundata , Favites abdita, F. chinensis, dan Montastrea curta famili Faviidae; Fungia scabra , F. horrida, dan Hydnopora exesa famili Fungiidae; Porites cylindrica famili Poritidae; Pectinia lactuta famili Pectinidae; Physogyra sp. famili Caryophillidae; dan Pocillopora sp., Seriatopora caliendrum, dan Stylophora pistillata famili Pocilloporidae. Jenis Porites cylindrica merupakan jenis yang ditemukan di seluruh stasiun penelitian, baik di kedalaman 3-5 meter maupun di kedalaman 5-10 meter. Hasil pengamatan menunjukkan kekayaan jenis karang keras di stasiun kedalaman 5-10 meter lebih tinggi daripada di kedalaman 3-5 meter. Hal ini diduga karena kegiatan pemanfaatan sumberaya ikan dan karang lebih banyak dilakukan masyarakat nelayan setempat di daerah reef flat pada kedalaman 1 – 5 meter pada kondisi pasang tertinggi komunikasi peneliti dengan masyarakat di Siumbatu dan Nambo , 2007. Kondisi yang sama juga ditemukan di perairan Pulau Poopoh Bunaken Makatipu et al, 2010, dimana kegiatan pemanfaatan ikan dan penggalian karang lebih banyak terjadi di daerah reef flat dengan kedalaman antara 1 – 7 meter. Berdasarkan lifeform karang hidup yang menyusun terumbu di stasiun- stasiun kedalaman 3-5 meter dan 5-10 meter, ditemukan 10 kategori lifeform, yakni ACB acropora bercabang, CF karang folioselembaran, CM karang masif, CS karang sub-masif, CMR karang jamur, CB karang non-acropora bercabang, CME karang apijahe, OT biota lain, SC karang lunak, SP spons. Komponen karang mati atau abiotik, terdiri dari empat kategori, yakni DC karang mati, DCA karang mati-lama beralga, R pecahan karang, dan S pasir. Lifeform ACB, CF, CM, CS, CMR, dan CB termasuk dalam kelompok karang keras HC, hard coral. Komposisi persentase penutupan lifeform pada Gambar 5 menunjukkan bahwa lifeform yang ditemukan di semua stasiun pengamatan 3-5 meter dan 5-10 meter adalah CM, CS, CB, OT dan komponen abiotik R. Komponen yang hampir ditemukan di semua stasiun pengamatan adalah ACB, CF, DC, DCA dan komponen abiotik S. Namun demikian sebagian besar komponen lifeform tersebut tidak menyolok, kecuali DCA dan CB. Kategori lifeform CME karang apijahe merupakan kategori bentuk pertumbuhan karang yang memiliki persentase penutupan paling kecil. Karang tersebut hanya ditemukan di satu stasiun kedalaman 3-5 meter SIM1, dan di tiga stasiun kedalaman 5-10 meter BAH1, SIM2, dan KAR2. Kondisi tersebut diduga karena koloni lifeform tersebut tumbuh dalam kelompok-kelompok kecil dan menyebar tidak beraturan diantara lifeform lainnya. Kondisi yang sama juga terlihat pada lifeform SC karang lunak, SP spons, dan OT fauna lain. Gambar 5. Komposisi dan sebaran lifeform karang dan komponen abiotik di lokasi penelitian. Berdasarkan Gomez dan Alcala 1984, yang diakomodasi dalam KepMenLH No. 042001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang, diketahui bahwa penutupan karang hidup di stasiun-stasiun lokasi penelitian termasuk dalam kategori sedang sampai sangat baik lihat Tabel 4. Kategori sangat baik ditemukan di empat stasiun, terdiri dari: SIM1 kedalaman3-5m: 88,90, NAM1 kedalaman 3-5 meter: 86,90, LAS2 kedalaman 5-10 meter: 82,57, dan BAH2 kedalaman 5-10 meter: 91,15. Sebaran persentase tutupan karang keras di lokasi penelitian, baik pada stasiun-stasiun kedalaman 3-5 meter maupun 5-10 meter, menunjukkan perbedaan nilai tutupan relatif sama. Namun demikian, berdasarkan kategorinya, diketahui bahwa tutupan karang keras di stasiun NAM2 dan KAR1 termasuk dalam kategori buruk , dengan nilai tutupan masing-masing sebesar 22,22 dan 23,40. Kondisi tersebut sesuai dengan laporan Moore dan Ndobe 2008, yang menyatakan bahwa kondisi rerata terumbu karang di perairan pesisir timur Sulawesi Tengah dalam kurun 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 LAS1 BAH1 SIM1 NAM1 KAR1 LAS2 BAH2 SIM2 NAM2 KAR2 3 ‐5 meter 5 ‐10 meter Komposisi Persentase Lifeform Stasiun S R DCA DC OT SP SC CME CB CMR CS CM CF ACB waktu 2001-2007 termasuk dalam kategori buruk sampai sedang. Kondisi demikian terjadi akibat kegiatan tangkap lebih, penangkapan ikan yang bersifat destruktif, dan penambangan karang di wilayah tersebut. Kondisi yang sama ditemukan di wilayah perairan Teluk Pare-Pare dan Awerange Sulawesi Selatan oleh Suhariyanto dan Utojo 2007. Berdasarkan sebarannya, lifeform di lokasi penelitian, dapat dikelompokan menjadi 4 tipe habitat, yakni: 1. karang acropora dan non-acropora bercabang, dan karang foliose ACB, CB dan CF, 2. karang masif dan submasif CM dan CS, 3. fauna lain SC, SP, OT dan DCA, dan 4. abiotik DC, R, dan S. Dari keempat tipe tersebut, kelompok 1 dan 3 merupakan tipe habitat yang paling banyak lihat Gambar 6. Gambar 6. Komposisi habitat karang di stasiun penelitian: I: karang acropora dan non-acropora bercabang dan foliose, II: karang masif dan submasif, III: fauna lain, dan IV: abiotik 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 LAS1 BAH1 SIM1 NAM1 KAR1 LAS2 BAH2 SIM2 NAM2 KAR2 3 ‐5 m 5 ‐10 m Komposisi Kelompok Lifeform Stasiun I II III IV

4.1.2 Indeks keanekaragaman H’, keseragaman E, dan dominansi C