Definisi dan Tujuan Desentralisasi .1 Definisi Desentralisasi

dihadapi dan aneka pekerjaan yang harus dilaksanakan sangat banyak dan simultan. Padahal pemerintah daerah perlu waktu untuk belajar memikul tanggung jawab yang lebih besar dan berkreasi secara mandiri dalam mengelola pembangunan di daerahnya masing-masing. Kesan yang dominan dari pelaksanaan otonomi daerah pada gelombang pertama ini adalah ketidaksiapan aparat pemerintah daerah termasuk pimpinan-pimpinan politik dan pemerintahan lokal dalam menyambut otonomi daerah. Akibatnya otonomi daerah diterjemahkan dengan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip good governance. Penguasa lokal cenderung menganggap dirinya sebagai penguasa baru. Gelombang kedua pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan revisi paket undang- undang otonomi daerah dari UU nomor 221999 dan UU nomor 251999 menjadi UU nomor 322004 dan UU nomor 332004. Perubahan paling fundamental dari revisi UU otonomi daerah itu adalah diberlakukannya mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat. Hal ini semakin menegaskan bahwa keberadaan kepala daerah merupakan representasi dari kehendak rakyat di daerah tersebut, bukan representasi dari pemerintah pusat. Namun, terdapat kontradiksi dalam hal kewenangan pengangkatan sekretaris daerah, dimana pengangkatan sekretaris kabupatenkota menjadi kewenangan gubernur, dan pengangkatan sekretaris provinsi menjadi kewenangan Presiden RI. Pengangkatan Sekda oleh Pejabat pemerintahan satu tingkat di atas ini menunjukkan bahwa Pemerintah masih tidak rela terhadap desentralisasi secara penuh. Otonomi daerah di Indonesia diwujudkan dengan melakukan desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Kewenangan yang didesentralisasikan meliputi desentralisasi administrasi, desentralisasi fiskal dan desentralisasi politik. Dengan adanya desentralisasi tersebut yang sebelumnya menjadi kewenangan pemerintah pusat bergeser menjadi kewenangan daerah. Sebagai konsekwensi dari penyerahan kewenangan tersebut, pemerintah pusat memberikan dana yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah untuk pelaksanaan kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah. 6.2 Definisi dan Tujuan Desentralisasi 6.2.1 Definisi Desentralisasi Desentralisasi sebagai substansi otonomi daerah sudah dikenal sejak lama dalam khazanah ilmu sosial. Pakar-pakar ilmu sosial juga sudah memberikan definisi yang beragam. Parsons mendefinisikan sebagai pembagian kekuasaaan pemerintahan oleh sekelompok penguasa pusat dengan kelompok lainnya, masing-masing memiliki otoritas dalam wilayah tertentu dari suatu negara. Sedangkan Mawhood 1987 memberikan definisi yang agak berbeda dan membedakannya dengan dekonsentrasi. Menurut Mawhood desentralisasi adalah pendelegasian kekuasaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah lokal. Sedangkan dekonsentrasi menurut Mawhood merupakan desentralisasi administratif. Dalam istilah Mawhood dekonsentrasi didefinisikan sebagai pengalihan tanggung jawab administratif dari pemerintah pusat kepada pemerintah lokal.

6.2.2 Tujuan Desentralisasi

Brian C Smith dalam Hidayat 2010 membedakan tujuan desentralisasi menjadi dua kategori. Yaitu tujuan dari sisi kepentingan pemerintah pusat dan dari sisi kepentingan pemerintah daerah. Dari perspektif kepentingan pusat, terdapat tiga tujuan utama dari desentralisasi. Pertama, pendidikan politik. Pendapat Brian C Smith ini diperkuat oleh Maddick 1963. Menurut Maddick 1963 tujuan hakiki dari desentralisasi adalah untuk menciptakan pemahaman politik yang sehat bagi masyarakat, khususnya terkait dengan mekanisme penyelenggaraan negara. Kedua, sebagai media pelatihan kepemimpinan politik. Asumsi yang digunakan sebagai pijakan adalah bahwa pemerintah daerah merupakan media yang tepat bagi politisi dan birokrat sebelum terjun ke level nasional. Dalam konteks ini desentralisasi diharapkan dapat memotivasi dan melahirkan calon-calon pemimpin nasional di berbagai sektor. Ketiga, untuk menciptakan stabilitas politik. Kebijakan desentralisasi akan mampu mewujudkan kehidupan sosial yang harmonis dan kehidupan politik yang stabil. Partisipasi masyarakat lokal yang diimbangi dengan kepekaan dan kemampuan penyelenggara pemerintahan di daerah akan menghasilkan rasa aman, nyaman dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Hal ini merupakan prasyarat dari terciptanya stabilitas politik. Tujuan desentralisasi jika dilihat dari perspektif kepentingan daerah, terdapat tiga tujuan penting. Pertama, untuk mewujudkan kesetaraan politik. Dalam hal ini, desentralisasi diharapkan mampu membuka lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik di tingkat lokal dan membuka ruang kebebasan bagi masyarakat dalam mengekspresikan kepentingannya. Kedua, untuk menciptakan akuntabilitas lokal. Desentralisasi kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah berpotensi untuk disalahgunakan oleh aparatur daerah. Namun karena desentralisasi ini berjalan seiring dengan demokratisasi di tingkat lokal, peran serta masyarakat untuk melakukan pengawasan kepada penyelenggara pemerintahan di daerah, diharapkan mampu mewujudkan keterbukaan dalam pelaksanaan desentralisasi kewenangan dan pertanggungjawabannya. Ketiga, Untuk meningkatkan local responsiveness. Pemerintah daerah dianggap lebih tahu dan mengetahui lebih banyak masalah yang dihadapi masyarakat di daerah. Dengan desentralisasi, pemerintah daerah dapat merancang program-program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerahnya, sehingga permasalahan-permasalahan masyarakat dapat lebih mudah diselesaikan. 6.3 Permasalahan Otonomi Daerah 6.3.1. Korupsi