Kembung Rastreliger sp Hasil tangkapan bagan

Ordo : Perciformes ; Famili : Scombridae ; Genus : Rastrelliger ; Spesies : Rastrelliger sp Gambar 7 Sumber : www. kahaku. go 2012 Gambar 7. Ikan kembung Ikan kembung dapat hidup di perairan pantai maupun lepas pantai, terutama di daerah yang berkadar garam tinggi. Ikan kembung terdiri atas 2 species, yaitu ikan kembung lelaki Rastrelliger kanagurta dan kembung perempuan Rastrelliger neglectus Kriswantoro dan Sunyoto, 1986. Penyebaran ikan kembung di Indonesia sangat luas, hampir meliputi seluruh perairan yang ada. Menurut Kriswantoro dan Sunyoto 1986, konsentrasi terbesar ikan kembung lelaki terdapat di Barat Sumatera, Laut Jawa, Selat Malaka, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Muna – Buton, dan perairan Arafura. Adapun menurut Widyaningsih 1995, ikan kembung perempuan jenis R. branchsoma hanya terdapat di perairan Indonesia bagian Timur Kepulauan Maluku. Keberadaan ikan kembung di suatu wilayah membuktikan bahwa wilayah tersebut merupakan tempat yang dilalui oleh migrasi ikan cakalang. Pendugaan mengenai waktu dan tempat pemijahan ikan kembung telah dilakukan oleh beberapa ahli. Menurut Widyaningsih 1995, musim pemijahan ikan kembung terjadi pada musim barat Oktober – Februari dan musim timur Juni – September. Tempat pemijahan terdapat di Utara Tanjung Satai Kalimantan Barat, Laut Cina Selatan, Samudera Indonesia, dan Laut Flores. Musim pemijahan utama ikan kembung terjadi antara bulan April dan Agustus dengan puncak musim diduga berlangsung bulan Agustus. 3 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Palabuhanratu merupakan salah satu kabupaten di sebelah selatan Jawa Barat yang memiliki wilayah perairan laut. Perairannya berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Letak geografis Teluk Palabuhanratu berada pada 6 ˚57’-7˚25’ Lintang Selatan dan 106˚49’-107˚00’ Bujur Timur. Kecamatan Palabuhanratu berjarak sekitar 61 km dari kabupaten Sukabumi Nurhayati, 2006. Karakteristik dasar perairan Palabuhanratu adalah teksturnya kasar, bergelombang dan terdiri atas daerah perbukitan. Garis pantai panjangnya mencapai ±105 km. Ditinjau dari topografi dasar laut, perairan dengan kedalaman 200 m di teluk tersebut dapat dijumpai hingga jarak sekitar 300 m dari garis pantai. Setelah itu, dasar pantai menurun dengan tajam mencapai kedalaman 600 m di bagian tengah teluk Nurhayati, 2006. Beberapa sungai yang bermuara ke perairan Palabuhanratu antara lain Sungai Cimandiri, Cibareno, Cisolok, Cimaja, Citepus, Cipalabuhan dan Cipangairan. Banyaknya sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu memberi pengaruh terhadap kondisi perairan laut sekitarnya Anita, 2003. Aktivitas perikanan di Palabuhanratu sangat tinggi terlihat dari produksi pendaratan tangkapan yang sangat tinggi. Beberapa jenis ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu adalah teri, tembang, layur, selar, dan bentrong Subani, 1988. Adapun musim penangkapan ikan di teluk Palabuhanratu, menurut Tampubolon 1990, terdiri atas 3 musim, yaitu : 1. Musim banyak ikan Juni-September ; 2. Musim sedang ikan Maret-Mei dan Oktober-November ; dan 3. Musim kurang ikan Desember-Februari. Keadaan arus pada perairan dipengaruhi oleh pasang surut, angin, densitas dan pengaruh masukan air dari muara sungai. Arus pantai selatan Jawa pada bulan Februari sampai Juni bergerak ke arah timur dan bulan Juli hingga Januari bergerak ke arah barat. Pada bulan Februari arus pantai maksimum mencapai 75 cmdetik dengan rata - rata kecepatan 50 cmdetik dengan arah dominan ke Selatan Surbakti dan Nugraha, 2009. Pada bulan Agustus, arus pantai berganti arah ke barat dengan kecepatan 75 cmdetik, kemudian menurun hingga kecepatan 50 cmdetik sampai bulan Oktober. Salinitas di perairan Palabuhanratu berkisar antara 32,33‰ – 35,96‰. Kisaran suhu pada perairan Palabuhanratu berkisar antara 27 - 30 ˚C, sedangkan tinggi gelombang dapat berkisar antara 1-3 meter PPN Palabuhanratu, 2007. Kondisi iklim tropis di wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, dipengaruhi oleh musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat, dan musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat bertiup dari bulan Desember sampai Maret, sedangkan musim angin timur berlangsung antara bulan Juni sampai September. Curah hujan tahunan di pesisir Teluk Palabuhanratu berkisar antara 2.500-3.500 mmtahun dan hari hujan antara 110-170 haritahun. Suhu udara di sekitar wilayah ini berkisar antara 18 ˚-30˚C dan memiliki kelembaban udara yang berkisar antara 70 - 90 PPN Palabuhanratu, 2007. Perbedaan musim barat dan musim timur tersebut sangat mempengaruhi operasi penangkapan ikan. Keadaan oseanografi perairan Palabuhanratu yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia sangat dipengaruhi oleh kekuatan angin yang besar terlebih pada musim barat. Selama musim barat, ombak sangat besar disertai dengan angin dan hujan yang sangat lebat mengakibatkan para nelayan tidak melaut. Sebaliknya pada musim timur, keadaan perairan biasanya tenang, jarang terjadi hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut. Pada waktu ini terjadi musim puncak ikan Nurhayati, 2006. 4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan antara bulan Juli 2010 – Juli 2011 bertempat di laboratorium Teknologi Alat Penangkapan Ikan, PSP, IPB ; dan perairan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. 4.2 Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 1 unit bagan apung, 4 lampu Philips tornado berdaya 24 watt, 4 reflektor bertudung kerucut terpancung, 1 unit genset dengan daya listrik 1.000 watt, stabilizer 220 v, luxmeter, meteran dan timbangan. Luxmeter yang digunakan merupakan underwater luxmeter buatan Jepang seri osk 16648 Marine Lux-Metre. Luxmeter ini digerakkan dengan sistem analog. Adapun skala untuk melakukan pengukuran adalah low 0-50 lx dan high 0-500 lx .

4.3 Metode pengambilan data

Penelitian menggunakan metode experimental fishing. Percobaan dilakukan dengan mengoperasikan bagan di perairan Teluk Palabuhanratu. Pengoperasian bagan hanya dilakukan pada saat bulan gelap. Penelitian diawali dengan pengukuran intensitas cahaya lampu, pembuatan reflektor lampu, lampu dalam air dan terakhir operasi penangkapan. Adapun tahapan-tahapan dalam pengoperasian tersebut sebagai berikut : 1 Pengukuran intensitas cahaya lampu dengan luxmeter Prosedur yang dilakukan adalah lampu dinyalakan dalam ruang gelap dan intensitasnya diukur pada jarak 1 m dengan luxmeter. Lampu tubular lamp TL yang digunakan bermerek Philips tornado berdaya listrik 24 watt. Intensitas cahaya diukur pada berbagai posisi, yaitu atas, bawah, dan sisi kanan-kiri. Nilai intensitas cahaya pada setiap sudut pengukuran 15 ˚ dicatat. Arah sebaran cahaya digunakan untuk mendesain reflektor guna memfokuskan cahaya. Posisi pengukuran intensitas cahaya ditunjukkan pada Gambar 8. a b Gambar 8. Posisi pengukuran intensitas cahaya dengan luxmeter. a jarak lampu dari luxmeter ; dan b sudut pengukuran 2 Pembuatan konstruksi lampu Reflektor lampu dibuat berdasarkan jarak lampu dengan kerangka jaring. Sebaran cahaya lampu diusahakan terfokus pada kerangka jaring yang berada di permukaan air. Pada penelitian ini, lampu bagan yang digunakan berjumlah 4 buah. Keempat lampu tersebut ditempatkan pada 4 sudut kerangka yang berbentuk